Anda di halaman 1dari 19

Mata Kuliah : Sistem Kogenerasi Nuklir, Tahun 2016

Reaktor Nuklir Pressurized Water Reaktor (PWR)


Berdasarkan Metoda Multistage Flash Distillation (MSF)
untuk Desalinasi Air Laut
Oleh : Anisa Nurdini Sucipto Dewi
NIM : 12/330317/TK/39493
Departemen Teknik Nuklir dan Teknik Fisika - UGM
A. LATAR BELAKANG
B.

Air merupakan bagian sangat penting dalam kehidupan. Tanpa air di

bumi tidak akan ada kehidupan. Air adalah bagian terbesar penyusun tubuh
makhluk hidup. Tubuh kita mengandung air lebih dari 60%. Sebagian besar
permukaan bumi ditutupi oleh air atau lautan. Air mengisi cekungan
cekungan di permukaan bumi, seperti terbentuknya laut, danau, situ, kolam,
sungai dan mata air. Air ada di berbagai lapisan bumi, di permukaan bumi,
udara, dan di dalam bumi. Air di dalam bumi disebut air tanah sebagai sumber
mata air. Air hujan yang jatuh ke bumi diserap oleh tanah menjadi air tanah.
Mata air di gunung sebagai sumber aliran air sungai. Semua sungai
mengalirkan airnya ke laut. Air laut dapat menguap oleh pemanasan sinar
matahari. Uap air menjadi awan atau mendung sebagai bakal hujan (Yudianto,
2010).

Anisa Nurdini Sucipto Dewi, DTNTF UGM


1 | Page

Mata Kuliah : Sistem Kogenerasi Nuklir, Tahun 2016


C.

D.

Gambar 1. Air ada di berbagai lapisan bumi mengalami daur ulang (Yudianto, 2010)

E.

Penggolongan air berdasarkan struktur atom penyusunnya terbagi

menjadi dua yaitu air murni dan air tidak murni. Air murni merupakan air yang
tersusun dari sebuah atom oksigen (O) dan dua buah atom hidrogen (H)
sehingga struktur air murni yaitu H 2O. Sedangkan air tidak murni merupakan
air yang sudah mengalami pencemaran sehingga terdapat kandungan atom
lain atau mengandung mineral. Berdasarkan sifatnya air tergolong menjadi air
bersih dan air kotor. Air bersih merupakan air tawar yang dapat ditemukan
dari air tanah, danau, sungai, mata air, dll. Air bersih inilah yang sangat
diperlukan oleh makhluk hidup terutama manusia untuk bertahan hidup dan
melangsungkan kehidupannya.
F.
Peningkatan jumlah

manusia

dengan

segala

macam

bentuk

kegiatannya serta diiringi dengan meningkatnya teknologi mengakibatkan


jumlah sumber air bersih yang terdapat dibumi ini berkurang sedangkan
kebutuhan semakin meningkat. Jumlah air bersih di permukaan bumi ini jauh
lebih sedikit daripada jumlah air asin (air laut) yang memiliki kuantitas 99%
dari total jumlah air dipermukaan bumi. Sehingga diperlukan sebuah solusi
dan pengembangan teknologi yang mampu menghadapi masalah tersebut.
Anisa Nurdini Sucipto Dewi, DTNTF UGM
2 | Page

Mata Kuliah : Sistem Kogenerasi Nuklir, Tahun 2016


Dalam

laporan

Berdasarkan

ini,

penulis

Metoda

akan

membahas

Multistage

Flash

Reaktor

Distillation

Nuklir
(MSF)

PWR
untuk

Desalinasi Air Laut.


G.
H. ENERGI NUKLIR
I.
Berkurangnya sumber energi fossil
meningkatnya

kebutuhan

akan

energi

di

bumi

terutama

disertai

dengan

kebutuhan

listrik

mengakibatkan kita harus segera menyiapkan, menambah pasokan energi


dan mengganti secara bertahap sumber energi fossil dengan energi baru dan
terbarukan. Energi baru dan terbarukan merupakan sumber energi yang
sedang dikembangkan akhir akhir ini karena bersifat lebih ramah lingkungan
daripada energi fossil. Seperti yang kita ketahui bahwa perkembangan energi
fossil selama ini menghasilkan emisi CO2 yang mengakibatkan meningkatnya
global warming.
J.

Tabel 1. Konsumsi energi primer dunia pada tahun 2004 sesuai

sumber daya energi (Harto, 2016)


K.

L.

Dari Tabel 1 di atas dapat dilihat bahwa emisi CO 2 yang memiliki

persentase paling sedikit adalah sumber daya energi primer nuklir. Energi
nuklir pertama kali dioperasikan oleh Uni Soviet pada 1954 dengan daya 5
MWe. Kemudian di susul Amerika Serikat pada tahun 1955 dengan daya 60
Anisa Nurdini Sucipto Dewi, DTNTF UGM
3 | Page

Mata Kuliah : Sistem Kogenerasi Nuklir, Tahun 2016


MWe dan Inggris pada 1956 dengan daya 180 MWe. Kemudian perkembangan
energi nuklir untuk pembangkitan listrik berkembang pesat hingga Juli 2004
seluruh reaktor di dunia beroperasi sebesar 362.939 MWe yang dihasilkan oleh
437 PLTN di 31 negara. Untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar nuklir bagi
437 unit PLTN tersebut diperlukan 66.658 ton uranium. Selain itu terdapat 284
reaktor penelitian yang telah dioperasikan di 56 negara termasuk Indonesia
yang berada di Yogyakarta, Bandung, dan Serpong (Afiatno, 2005).
M. Menurut Dr. Ir. Andang Widi Harto, M. T. dalam makalah berjudul
Sistem Kogenerasi Nuklir sumber energi nuklir terdiri dari :
a. Sumber daya energi fissi nuklir (uranium, torium)
b. Material radioaktif
c. Sumber daya energi fusi nuklir (deuterium, litium)
N. Reaktor nuklir yang tersedia saat ini menggunakan sumber daya
energi fissi yaitu uranium sebagai

bahan bakar melalui reaksi fisi U-235.

Sedangkan untuk torium (Th 232) direncanakan akan beroperasi mulai tahun
2025. Menurut Hasbullah dalam laporan presentasi Konversi Energi Nuklir
reaksi fisi adalah sebuah inti berat yang ditumbuk oleh partikel (misalnya
neutron) dapat membelah menjadi dua inti yang lebih ringan dan beberapa
partikel lain. Berikut adalah reaksi fisi dari U-235 :
O.
P.

1
0

236
141
92
1
n + 235
92 U 92 U 56 Ba + 36 Kr +3 0n

Reaksi fisi uranium seperti di atas menghasilkan neutron selain dua

buah inti atom yang lebih ringan. Neutron ini dapat menumbuk (diserap)
kembali oleh inti uranium untuk membentuk reaksi fisi berikutnya. Mekanisme
ini terus terjadi dalam waktu yang sangat cepat membentuk reaksi berantai
tak terkendali. Sehingga terjadi pelepasan energi yang besar dalam waktu
singkat.

Q.
R.

S.

Gambar 2. Proses Reaksi Fisi (Hasbullah, 2012)

Reaksi fusi (termonuklir) merupakan sebuah reaksi penggabungan

dua inti atom menjadi sebuah inti atom yang lebih besar dan melepaskan
Anisa Nurdini Sucipto Dewi, DTNTF UGM
4 | Page

Mata Kuliah : Sistem Kogenerasi Nuklir, Tahun 2016


energi. Fusi nuklir mampu menyebabkan bom hidrogen meledak. Reaktor fusi
nuklir dengan bahan bakar deuterium dan litium dapat digunakan apabila teah
dikonversi menjadi tritium. Jumlah bahan bakar fusi ini lebih banyak daripada
bahan bakar fissi di permukaan bumi. Reaksi fusi tidak menghasilkan limbah
radioaktif, akan tetapi yang bersifat radioaktif adalah bahan bakar tritium
dengan umur paruh 12 tahun, lebih singkat daripada umur
uranium dan torium.

limbah reaksi

Dan energi persatuan massa yang mampu dihasilkan

oleh reaksi deutarium dan tritium adalah 4 kali lebih besar daripada energi per
satuan massa yang dihasilkan oleh uranium dan torium.

T.
U.

Gambar 3. Peta Sumber Daya Mineral Radioaktif Indonesia sampai tahun 2004 (Harto,
2016)

V.
W. JENIS REAKTOR NUKLIR
X.
Reaktor nuklir merupakan sebuah piranti yang digunakan sebagai
tempat untuk berlangsungnya reaksi nuklir berantai dimana di setting dan di
jaga agar berada pada laju yang tetap. Reaktor nuklir memiliki komponen
dasar berupa elemen bahan bakar nuklir, moderator neutron, elemen kendali,
tangki reaktor, teras reaktor, bahan pendingin.

Anisa Nurdini Sucipto Dewi, DTNTF UGM


5 | Page

Mata Kuliah : Sistem Kogenerasi Nuklir, Tahun 2016

Y.

Z.

Gambar 4. Skema Reaktor Nuklir (Diah, 2011)

AA.
AB. Menurut Hasbullah (2012) klasifikasi reaktor nuklir terbagi menjadi
berikut ini :
a. Berdasarkan perbedaan spektrum energi neutron : reaktor cepat dan
reaktor termal.
b. Berdasarkan jenis material yang digunakan sebagai moderator dan
pendingin : Magnox, AGR, LWR, HWR, RBMK, HTGR.
c. Berdasarkan fungsi : reaktor riset, converter, reaktor daya.
AC. Selama ini Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir telah mengalami
evolusi desain. Evolusi desain yang terjadi sesuai dengan tabel 2 berikut ini :
AD. Tabel 2. Evolusi Desain PLTN dengan Reaktor Daya

AE.
AF. Berikut ini adalah grafik evolusi yang terjadi pada reaktor daya

Anisa Nurdini Sucipto Dewi, DTNTF UGM


6 | Page

Mata Kuliah : Sistem Kogenerasi Nuklir, Tahun 2016

AG.

AH. Gambar 5. Evolusi Reaktor Daya

AI.
AJ.
AK. Untuk skema pembangkitan dengan reaktor daya dapat dilihat
sesuai gambar berikut ini :

AL.

AM.

Gambar 6. Skema Reaktor Daya

AN. Menurut Harto (2016) teknologi reaktor nuklir sebagai sumber


pembangkit listrik atau PLTN adalah sebagai berikut :
a. Reaktor nuklir generasi 1
AO.
Reaktor jenis ini dikembangkan pada tahun 1950 hingga
1960, yaitu reaktor yang dibangun pada masa awal perkembangan
teknologi

nuklir.

Reaktor

ini

masih

berkembang sesuai desain standart.


b. Reaktor nuklir generasi 2
AP.
Reaktor pengembangan

dirancang

dari

per

generasi

unit

dan

belum

yang

mulai

dikembangkan pada tahun 1960 hingga 1980 ini dilengkapi dengan sistem
keselamatan yang handal dan memadai. Jenis jenis reaktor generasi
kedua meliputi :
Anisa Nurdini Sucipto Dewi, DTNTF UGM
7 | Page

Mata Kuliah : Sistem Kogenerasi Nuklir, Tahun 2016


1. PWR (Pressurized Water Reaktor) dibangun di Amerika Serikat, Rusia,
Jepang, Korea Selatan, Perancis, Jerman, Swedia, Filandia, Inggris, China,
India, dan Iran.
2. BWR (Boiling Water Reactor) dibangun di Amerika Serikat, Jepang,
Taiwan, Jerman, Swedia.
3. PHWR (Pressurized Heavy Water Reactor). Jenis PHWR yang terkenal
adalah CANDU (Canadian Deuterium Uranium) yang dikembangkan di
Kanada dan dibangun di Korea Selatan, Romania, Argentina, China, dan
Pakistan. Serta Jepang mengembangkan sebuah reaktor yang masuk
dalam klasifikasi PHWR adalah ATR (Advanced Thermal Reactor).
4. GCR (Gas Cooled Reactor) dikembangkan oleh Inggris yaitu reaktor nuklir
bermoderator grafit dengan pendingin CO 2 (reaktor MAGNOX dan AGR
atau Advancesd Gas Cooled Reactor) serta Jerman dan Amerika Serikat
membangun reaktor bermoderator grafit dengan pendingin gas helium
yang dapat dioperasikan pada suhu tinggi (HTR atau High Temperature
Reactor).
5. LMFBR (Liquid Metal Fast Breeder Reactor) dibangun di Amerika Serikat,
Inggris, Rusia, Perancis, Jepang dan India. Reaktor dengan bahan bakar
PU-239 memiliki pendingin berupa logam cair (Na).
6. RBMK yang dikembang Rusia pada masa Uni Soviet dengan moderator
berupa grafit dan pendingin air. Salah satu jenis reactok ini adalah
Chernobyl yang mengalami kecelakaan pada tahun 1986.
c. Reaktor nuklir generasi 3
AQ.
Reaktor nuklir generasi 2 yang dikembangkan ke peningkatan
aspek keselamatan, ekonomi dan reliabilitas. Proses pengembangan reaktor
pada generasi 3 dimulai sejak tahun 1980 hingga 2000 diakibatkan karena
adanya kecelakaan pada tahun 1980 yang dialami reaktor nuklir jenis PWR
di Three Mile Islands Amerika Serikat.
AR.
Pengembangan dari PWR diantaranya adalah KNSP (Korean
Standart Nuclear Power Plant) atau yang disebut juga sebagai OPR
(Optimized Power Reactor) oleh Korea Selatan, VVER oleh Rusia. Sedangkan
pengembangan dari BWR antara lain adalah ABWR (Advanced Boiling Water
Reactor) oleh Jepang. Dan pengembangan dari PHWR adalah CANDU 6
oleh Kanada.
d. Reaktor nuklir generasi 3+
AS.
Reaktor nuklir generasi 3+ ini mengembangkan lebih lanjut
ke aspek keselamatan dengan mengaplikasikan lebih banyak sistem
keselamatan pasif dan penyederhanaan desain. Pengembangan dari PWR
pada generasi ini meliputi APR (Advanced Power Reactor) oleh Korea
Anisa Nurdini Sucipto Dewi, DTNTF UGM
8 | Page

Mata Kuliah : Sistem Kogenerasi Nuklir, Tahun 2016


Selatan, EPR (European Power Reactor) oleh Perancis dan Jerman, AP-600
dan AP 1000 oleh Amerika Serikat. Pengembangan dari BWR adalah SBWR
(Simplified Boiling Water Reactor) oleh Jepang, Amerika Serikat, Perancis
dan Jerman. Pengembangan dari PHWR adalah CANDU 9 oleh Kanada.
e. Reaktor nuklir generasi NTD (Near Term Deployment)
AT.
Reaktor ini berkembang ke aspek simplikasi, modularitas,
fleksibilitas operasi dan variasi penggunaan daya keluaran. Perkembangan
e arah modularitas merupakan perkembangan ke arah daya yang lebih kecil
per unit reaktor.
AU.
Pengembangan PWR adalah SMART oleh Korea Selatan,
CAREM oleh Argentina, IRISH oleh Amerika Serikat, LKT oleh Rusia, PIUS
oleh Swedia. Pengembangan PHWR adalah CANDU ACR oleh Kanada.
Pengembangan HTR adalah PBMR oleh Afrika Selatan dan China, GT-MHR
oleh Amerika Serikat dan Rusia, HTTR oleh Jepang. Pengembangan LMFBR
f.

adalah PRISM oleh Amerika Serikat.


Reaktor nuklir generasi 4 (Advanced Nuclear Reactor)
AV.
Perkembangan reaktor nuklir generasi 4 memiliki tujuan
untuk mampu mencapai semua aspek keselamatan, ekonomi, reliabilitas,
simplikasi

baik

secara

aplikatif

maupun

konseptual

hingga

pada

pengembangan reaktor nuklir generasi 3, 3+ dan NTD. Reaktor ini


dikembangkan untuk mampu menjawab persoalan mengenai ketersediaan
bahan bakar nuklir dan penanganan limbah nuklir jangka panjang. Selain
itu, reaktor generasi 4 juga memiliki tujuan sebagai aplikasi pembangkit
energi kalor untuk proses proses termal dan peningkatan keamanan

AX.

penggunaan material nuklir.


AW.
APLIKASI REAKTOR NUKLIR UNTUK DESALINASI AIR LAUT
AY. Pada pembahasan aplikasi reaktor nuklir untuk desalinasi air laut,

penulis membatasi pembahasan hanya pada penggunaan reaktor PWR


menggunakan metoda MSF.
1. Reaktor PWR
AZ. Proses desalinasi merupakan cara yang digunakan untuk mengubah
air laut menjadi air tawar dengan konsentrasi garam terlarut kurang dari 1.000
ppm . Air laut mengandung 35.000 42.000 ppm bermacam zat terlarut
dengan sebagian besar adalah garam (NaCl).

Secara garis besar, prinsip

proses permunian air dapat dilakukan melalui 2 metoda yaitu secara langsung
dengan menggunakan membran atau tidak langsung dengan menggunakan
destilasi/evaporasi (Biyantoro & Basuki, 2007). Metode MSF merupakan proses
permurnian menggunakan membran.
Anisa Nurdini Sucipto Dewi, DTNTF UGM
9 | Page

Mata Kuliah : Sistem Kogenerasi Nuklir, Tahun 2016


BA.

BC.

BB.
Gambar 7. Unit Proses Pengolahan Air Laut dengan Cara Membran (Biyantoro &
Basuki, 2007)

BD. Pada saat pembangunan PLTN untuk desalinasi air laut dibutuhkan
air pendingin, khusus untuk reaktor jenis PWR adalah air primer yang bebas
mineral. Air pendingin berfungsi sebagai media pemindahan panas yang
timbul akibat reaksi fisi. Air primer reaktor memerlukan kemurnian yang tinggi
untuk menekan proses deposisi kelongsongan elemen bakar yang panas serta
korosi material komponen reaktor yang terbuat dari logam.
BE. Langkah awal yang perlu dikerjakan adalah melakukan studi tapak
dan melakukan analisis kandungan air laut yang akan dilakukan proses
desalinasi. Kemudian pemilihan proses untuk pembuatan air bebas mineral
sebagai air primer PWR. Parameter pH mempunyai peran penting dalam
proses transport hasil korosi disamping pada proses korosi itu sendiri. pH
dijaga

agar

berada

pada

nilai

tertentu

sebagai

persyaratan

untuk

meminimkan perjalanan produk korosi di aliran pendingin. Sebagai contoh


bahwa pada pH 6,9 sehingga direkomendasikan pada suhu 300 oC untuk
pengendalian lithium (Li) pada konsentrasi 2,2 ppm.
BF. Setiap inti atom U-235 yang mengalami

pembelahan

akan

melepaskan sejumlah energi sebesar kira kira 200MeV yang hampir


seluruhnya dalam bentuk panas. Suatu zat pendingin diperlukan untuk
menghindari terjadinya suhu yang berlebihan dalam bejana reaktor. Kriteria
suhu berlebihan ditentukan oleh beberapa faktor yaitu suhutransformasi
allotropis pada bahan yang vital, titik didih zat pendingin, suhu melunak,
bahan struktur dll.
BG. Tabel 3. Spesifikasi air pendingin primer PWR (Biyantoro & Basuki,
2007)
Anisa Nurdini Sucipto Dewi, DTNTF UGM
10 | P a g e

Mata Kuliah : Sistem Kogenerasi Nuklir, Tahun 2016

BH.
BI.
sebagai

Dalam PWR fungsi air tidak hanya sebagai pendingin tetapi juga
:

moderator,

reflektor,

shielding,

dan

kerja

generator

listrik.

Pengendalian air pendingin primer berguna untuk pengendalian korosi pada


komponen reaktor dan tangki bahan bakar sehingga dapat mengontrol
reaktivitas nuklir, mereduksi sumber radiasi serta untuk memonitor integritas
bahan bakar.
2. Multi Stage Flash Distillation (MSF)
BJ. Prinsip dasar desalinasi MSF adalah pemanasan air laut secara
progresif hingga temperatur maksimum operasi 90 130 oC, kemudian di
flashing dalam beberapa tingkat operasi pada tekanan yang lebih rendah
secara progresif. Uap yang dihasilkan dari setiap tingkatnya dikondensasikan
dengan metoda penukar panas oleh air umpan. Sumber uap utama dapat
disuplai dari panas sisa yang dihasilkan oleh pembangkit listrik. (Sunaryo, et
al., 1999)
BK. Terdapat dua prinsip pengaturan di MSF, yaitu brine recycle system
dan once through system. Dimana sebagian besar proses MSF yang
beroperasi menggunakan prinsip brine recycle system karena pada saat itu
material yang tahan korosi belum banyak tersedia di pasaran.
BL. Di dalam brine recycle system, air umpan yang digunakan sebagai
pendingin sebagian besar dibuang dan sebagian kecil saja yang kemudian
digunakan sebagai air umpan yang besarnya dua setengah air produk.
BM. Jumlah air umpan yang dibutuhkan untuk menghasilkan air produk
dengan jumlah tertentu (yang bergantung pada perbedaan temperatur)
disirkulasi dan dijaga kegaramannya harus dibawah maksimum, dimana pada
proses ini dibutuhkan pompa yang sangat berperan di dalam proses
desalinasi.

Anisa Nurdini Sucipto Dewi, DTNTF UGM


11 | P a g e

Mata Kuliah : Sistem Kogenerasi Nuklir, Tahun 2016


BN.

BO.

Gambar 8. Desalinasi Tipe MSF Brine Recycle System (Harto, 2016)

BP. Di dalam sistem once-through semua air pendingin dideaerasi pada


tingkat pertama dan aditif diinjeksikan sebelum air umpan tersebut dialirkan
ke dalam sistem.
BQ.

BR.
BS. Gambar 9. Desalinasi Tipe MSF Once Through (Harto, 2016)
3. Aspek Dasar Proses
BT. Menurut Sunaryo dkk (1999) efek fundamental yang

harus

diperhatikan dalam proses destilasi adalah proses pembentukan kerak,


pengaruh gas terlarut dan pengaruh buih. Pembentukan kerak pada saat
proses destilasi menjadi masalah yang dominan karena dapat menurunkan
Anisa Nurdini Sucipto Dewi, DTNTF UGM
12 | P a g e

Mata Kuliah : Sistem Kogenerasi Nuklir, Tahun 2016


efektifitas pertukaran panas dari permukaan material. Kerak yang terbentuk
dapat berupa endapan kristal dimana proses penghiangnya harus dengan di
bor atau di drill, endapan yang berasal dari larutan yang terbentuk karena
proses penurunan kelarutannya pada temperatur dan kristal padat yang
melekat erat pada permukaan logam. Secara umum kerak dibedakan menjadi
alkalin dan non alkalim. Dimana yang termasuk kerak alkalin adalah Kalsium
Karbonat, Kalsium Pospat dan Silikat. Tipe alkalin sangat bergantung pada
alkalinitas larutan sedangkan non alkalin sangat bergantung pada konsentrasi.
BU. Adanya gas terlarut di dalam air laut yang berkisar sampai orde 30
ppm (30 gram dalam 1 m3) dan untuk CO2 sekitar 200 gram dalam 1 m3 yang
disebut sebagai gas yang tidak dapat terkondensasi. Gas gas tersebut
sangat mengganggu di dalam proses destilasi. Selain gas oksigen merupakan
oksidator kuat dalam proses korosi, CO 2 merupakan komponen utama yang
menyebabkan terbentuknya kerak alkalin Kalsium Karbonat. Penanggulangan
gas gas tersebut dengan dideaerasi menggunakan deaerotor vakum
bertemperatur rendah yang tujuannya adalah untuk menghilangkan atau
meminimasi gas terlarut seperti CO2 dan O2, dimana CO2 menginisiasi
terbentuknya kerak karbonat dan O 2 adalah oksidator kuat yang mengubah
besi II menjadi besi III yang dikenal sebagai proses korosi. senyawa karbonat
dihilangkan dengan penambahan asam dimana penambahan asam tersebut
dapat direduksi sampai 4 kalinya bila digunakan pipa yang tahan korosi.
BV. Buih atau busa yang timbul dari air laut pada proses desalinasi MSF
dapat

menurunkan

efisiensi

proses.

Penanggulangannya

dengan

menambahkan antifoam yang biasanya ditambahkan hingga konsentrasi 2


ppm pada awal proses.
BW. Hal hal yang sangat penting yang harus ditetapkan secara awal di
dalam desain sistem proses adalah berapa kapasitas produk dalam galon
perhari atau m3 perhari, berapa Gain Output Ratio (GOR) yang dikehendaki
dan berapa jumlah energi yang dibutuhkan untuk kapasitas produk yang
diinginkan. Panas yang dibutuhkan atau dapat dinotasikan sebagai Q dapat
dihitung berdasarkan perbndingan konsumsi energi per unit massa produk air
(kJ/kg). Semua energi yang dihitung tersebut adalah energi panas yang
dibutuhkan yang harus diberikan atau disebut sebagai sumber panas
eksternal, jadi tidak termasuk uap yang berasal dari sirkulasi desuperheating
water yang disebut sebagai sumber panas internal.
BX.
BY.

ASPEK KESELAMATAN

Anisa Nurdini Sucipto Dewi, DTNTF UGM


13 | P a g e

Mata Kuliah : Sistem Kogenerasi Nuklir, Tahun 2016


BZ. Aspek keselamatan merupakan faktor utama dalam proses operasi
reaktor nuklir. Pada umumnya aspek keselamatan didasarkan pada prinsip
pertahanan berlapis untuk mencegah kecelakaan, memproteksi reaktor dan
mengurangi dampak kecelakaan terhadap lingkungan. International Atomic
Energy Agency (IAEA) menetapkan program dan standar jaminan mutu untuk
diterapkan pada pembangunan reaktor nuklir yang harus diterapkan pada
tahap

rancangan,

fabrikasi,

konstruksi

maupun

tahap

testing

dan

commissioning.
CA. Menurut Sindur P. Mangkoesoebroto (2006) aspek keselamatan yang
digunakan pada reaktor nuklir adalah menghindarkan kemungkinan terjadinya
kecelakaan dan memperkecil dampak yang dapat diakibatkan oleh kejadian
kecelakaan bila terjadi. Sistem pertahanan berlapis (defence in depth) terdiri
dari lima pertahanan utama yaitu :
a. Komponen komponen reaktor
b. Sistem proteksi reaktor
c. Konsep hambatan ganda
d. Pemeriksaan dan pengujian
e. Operator
CB. Ada dua metode yang diterapkan dalam melakukan analisis
keselamatan reaktor yaitu metode deterministik dan metode probabilistik.
Metode deterministik digunakan untuk melakukan analisa kecelakaan dengan
hasil secara kuantitatif yang merupakan penilaian terhadap keutuhan teras
dalam

hal

terjadi

kecelakaan

dasar

desain

dengan

mengetahui

dan

menghitung besarnya harga temperatur kelongsong dan bahan bakar serta


parameter parameter termohidraulika. Sedangkan metode probabilistik
untuk melakukan keselamatan dengan hasil secara probabilitas termasuk
menentukan kemungkinan kerusakan teras reaktor atau frekuensi kegagalan
teras (CFD) akibat dari suatu kecelakaan (Suharno, et al., 1996).
CC. Terdapat tiga tingkat analisis keselamatan probabilistik

yang

diterapkan pada reaktor nuklir yaitu Analisis Keselamatan Probabilistik (PSA)


Level 1, PSA Level -2, dan PSA Level 3. PSA Level - 1 digunakan untuk
menentukan harga frekuensi kegagalan teras dengan menerapkan metode
event tree dan metode fault tree. PSA Level 2 untuk menentukan pelepasan
zat radioaktif hasil belahdari bangunan reaktor atau pengungkung dan hal ini
terkait dengan analisis suku sumber. PSA Level 3 untuk melakukan evaluasi
aspek radiologis atau konsekuensi radiologis di luar gedung reaktor.
CD. Beberapa aspek keselamatan dalam reaktor nuklir :
1. Tingkat Keselamatan Struktur Gedung Reaktor Akibat Seismik
CE. Bagian terpenting dalam sistem pertahanan berlapis untuk struktur
gedung reaktor nuklir adalah kinerja seismik gedung yang seharusnya menjadi
Anisa Nurdini Sucipto Dewi, DTNTF UGM
14 | P a g e

Mata Kuliah : Sistem Kogenerasi Nuklir, Tahun 2016


prioritas

utama

dalam

pengambilan

keputusan

untuk

meningkatkan

keselamatan dan keamanan pemanfaatan teknologi reaktor nuklir khusus nya


di Indonesia.
CF. Menurut Sindur P. Mangkoesoebroto (2006) langkah langkah yang
perlu dilakukan dalam mengkaji dan mengevaluasi tingkat keselamatan
struktur gedung reaktor nuklir terhadap peristiwa gempa bumi terbagi
menjadi tiga tahap yaitu :
a. Investigasi Lapangan
CG.
Bertujuan untuk mengumpulkan data primer dan sekunder
yang meliputi survei geoteknik, survei seismic downhole, penggambaran
kembali struktur gedung reaktor, dan pengujian contoh elemen struktur
gedung.
b. Analisis Resiko Kegempaan (Seismic Hazard Analysis)
CH.
Bertujuan untuk mengetahui besar dan karakteristik gempa
yang dapat terjadi secara spesifik di situs reaktor beserta periode ulangnya
yang harus mampu dipikul oleh struktur.
c. Analisis Struktur
CI.
Bertujuan untuk mengetahui respon serta perilaku struktur
berdasarkan besaran gempa bumi yang telah ditentukan. Dalam hal reaktor
riset di Indonesia yang telah berdiri maka analisis struktur bertujuan untuk
melakukan reevaluasi ketahanan struktur terhadap gempa bumi, sedangkan
untuk reaktor daya (PLTN) bertujuan dalam merancang suatu struktur tahan
gempa sesuai dengan standar keselamatan reaktor nuklir.
CJ. Berdasarkan IAEA, standar keselamatan baik untuk reaktor riset
maupun reaktor daya dinyatakan dalam konsep performance goal.
2. Tingkat Keselamatan Aspek Radiologisnya
CK.
Dari sisi pelepasan zat radioaktif banyak faktor yang
berperan dan mempengaruhi, dimana dari sisi desain memang merupakan
penerapan kriteria untuk menghasilkan pelepasan zat radioaktif sekecil
mungkin yang dapat dicapai. Defence in depth dan penahan berlapis
merupakan pendekatan keselamatan yang diterapkan di dalam reaktor
nuklir untuk memenuhi ketentuan bahwa harga frekuensi kegagalan teras
(CDF) lebih keci dari 1.E-05/RY, harga frekuensi pelepasan zat radioaktif
lebh kecil dari 1.E-06/RY dan konsekuensi radiologisnya sangat terbatas
dalam cakupan luasan dan waktu.
CL.
Dengan adanya pertimbangan sumber zat radioaktif atau
suku sumber ini maka dalam pelaksanaan pembangunan reaktor nuklir hal
ini akan berpengaruh terhadap :
a. Evaluasi tapak
b. Penyiapan perencanaan kondisi emergensi
Anisa Nurdini Sucipto Dewi, DTNTF UGM
15 | P a g e

Mata Kuliah : Sistem Kogenerasi Nuklir, Tahun 2016


c. Persyaratan

terhadap

unjuk

kerja

sistem

yang

berfungsi

untuk

menurunkan jumlah pelepasan


d. Persyaratan terhadap kualifikasi perlengkapan
e. Persyaratan terhadap instrumentasi pemantau kecelakaan
f. Penyedia dan persiapan terhadap kondisi emergensi.
g. Reaktor nuklir didesain untuk dapat memenuhi persyaratan semua
tingkat operasi yang terjadi selama pengoperasian reaktor yang mencakup
operasi normal dan kondisi kecelakaan. Tingkat kondisioperasi reaktor nuklir
diklasifikasikan menjadi 4 yaitu :
a. Kondisi operasi normal dan transien. Termasuk dalam operasi normal
adalah kondisi shutdown dan kondisi perawatan. Penyimpangan yang
terjadi dalam kondisi ini adalah normal terjadi dengan frekuensi kira
kira 10 kali / RY.
b. Kondisi upset, yaitu kondisi operasi dimana kecelakaan diperhitungkan
terjadi sekali dalam kurun waktu satu tahun (1 kali/RY)
c. Kondisi emergensi, yaitu kondisi operasi dengan memperhitungkan
terjadi satu kali kecelakaan dalam kurun waktu umur reaktor.
d. Kondisi Limiting Fault. Kecelakaan dalam klasifikasi ini tidak mungkin
terjadi atau kemungkinan terjadi sangat kecil, tetapi dipostulasikan
terjadi dan diperhitungkan di dalam desain. Hal ini untuk menjamin
apabila kecelakaan tersebut terjadi, perlidungan dan antisipasi untuk
menangani telah disiapkan dan telah dimasukkan dalam perencanaan
reaktor.
h. Untuk dapat mengetahui dampak radiologis dari pelepasan zat
radioaktif hasil belah maka perlu dilakukan analisis konsekuensi radiologis
di lingkungan di luar gedung reaktor nuklir dengan data masukan utama
yaitu harga aktivitas yang keluar dan juga karakteristik pelepasannya.
Harga masukan tersebut adalah hasil dari analisis suku sumber yang
merupakan rangkaian analisis pelepasan zat radioaktif hasil belah dari
elemen bakar sampai dengan pelepasannya dari bangunan pengukung.
Secara bertahap proses pelepasan tersebut adalah sebagai berikut :
a. Pelepasan dari bahan bakar ke pendingin
b. Retensi di sistem pendingin primer
c. Pelepasan dari sistem primer (bejana reaktor) ke pengungkung
d. Retensi hasil belah di dalam pengungkung
e. Pelepasan hasil belah dari pengungkung
i. Pelepasan zat radioaktif hasil belah terjadi baik pada kondisi operasi
normal ataupun kondisi kecelakaan.
j. Pada kondisi normal, selama periode operasi dan shutdown
pelepasan zat radioaktif dibatasi dimana paparan kolektif terhadap personil
adalah pada harga tertentu, misalnya 0,75 mSv (untuk desain EPR) atau
Anisa Nurdini Sucipto Dewi, DTNTF UGM
16 | P a g e

Mata Kuliah : Sistem Kogenerasi Nuklir, Tahun 2016


lebih rendah lagi. Sehingga jumlah pelepasan dapat diperhitungkan tidak
lebih dari harga harga berikut :
Bahan Cair
k.
Nuklida
: 0,1 T Bq/yr
l.
Tritium
: 60 T Bq/yr
Bahan Gas
m. Gas
: 800 T Bq/yr
n.
Halogen dan aerosol
: 0,03 T Bq/yr
o. Dan batasan dosis terhadap masyarakat maksimum adalah 0,3
mSv/tahun sesuai dengan batasan untuk negara Jerman. Batasan tersebut
menjadi umpan balik untuk tahap desain reaktor apabila dalam analisis
dihasilkan harga yang lebih besar dari ketentuan tersebut.
p. Pada kondisi kecelakaan misalnya kondisi emergensi dan kondisi
limiting fault batasan tersebut akan berbeda sesuai dengan proses
kecelakaannya. Pada kondisi emergensi konsekuensi radiologi dibatasi pada
dosis efektif lebih kecil dari 5 mSv dan pada kondisi limiting fault adalah
lebih kecil dari 50 mSv.
q. Pada kondisi kecelakaan parah batasan tersebut akan lebih besar
dengan adanya kemungkinan pelepasan zat radioaktif ke lingkungan juga
besar. Besarnya tergantung juga terhadap perencanaan penanganan di luar
bangunan reaktor yang akan diterapkan, misalnya apabila tidak perlu
penanganan segera termasuk evakuasi dan pengamanan terhadap luasan
di sekitar reaktor, harga batasan dosis efektif diperhitungkan berdasarkan
kriteria 50 500 mSv yang didasarkan pada ketentuan ICRP 63.
r.
s.

Anisa Nurdini Sucipto Dewi, DTNTF UGM


17 | P a g e

Mata Kuliah : Sistem Kogenerasi Nuklir, Tahun 2016


t. Daftar Pustaka
u.

v. [1] Afiatno, B. E., 2005. Pembangunan PLTN - Desalinasi di Madura


sebagai Alternatif Pasokan, Surabaya: ISEID .
w. [2] Biyantoro, D. & Basuki, K. T., 2007. Pengukuran dan Analisis Unsur Unsur Pada Air Laut Muria untuk Air Primer PWR. Yogyakarta, Prosiding PPI
- PDIPTN .
x. [3] Diah, S., 2011. Reaktor Nuklir serta Pengaruh Peristiwa Kebocorannya
terhadap
Manusia
dan
Lingkungan.
[Online]
Available
at:
https://septiadiah.wordpress.com [Diakses 26 Maret 2016].
y. [4] Harto, A. W., 2016. SISTEM KOGENERASI NUKLIR, Yogyakarta: Jurusan
Teknik Fisika, UGM.
z. [5] Hasbullah, 2012. Konversi Energi Nuklir, Bandung: FPTK - UPI.
aa.[6] Mangkoesoebroto, S. P., 2006. Keselamatan Struktur Gedung Reaktor
Nuklir Akibat Gempa. Bandung, Seminar Keselamatan Nuklir, ITB.
ab.[7] Suharno, Tjahjono, H. & Sugiyanto, 1996. Reaktor Nuklir dan Aspek
Radiologisnya. Serpong, Tangerang, Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi
dan Lingkungan, PSPKR - BATAN.
ac. [8] Sunaryo, G. R., S. & Lafifah, S. N., 1999. Perancangan Sistim
Pemurnian Air Laut Menjadi Air Tawar Berdasarkan Metoda Desalinasi
Multistage Flash Distillation (MSF). Serpong, Tangerang, Prosiding
Presentasi Ilmiah Teknologi Keselamatan Nuklir - IV.
ad.[9] Yudianto, S. A., 2010. Air Dalam Kehidupan, Bandung: Jurusan
Pendidikan Biologi FPMIPA UPI.

Anisa Nurdini Sucipto Dewi, DTNTF UGM


18 | P a g e

ae.
af.

Anda mungkin juga menyukai