Audiometri Nada Murni
Audiometri Nada Murni
A. PENDAHULUAN
Audiologi adalah ilmu pendengaran yang meliputi evaluasi pendengaran dan
reahibilitasi individu dengan masalah komunikasi sehubungan dengan gangguan
pendengaran. Ada dua alasan untuk melakukan evaluasi yaitu pertama, untuk
mendiagnosis lokasi dan jenis penyakit dan kedua, untuk menilai dampak
gangguan pendengaran terhadap proses belajar, interaksi sosial dan pekerjaan.1
Pemeriksaan pendengaran dapat meningkatkan presisi dalam mendiagnosis lokus
patologis dan penyakit-penyakit spesifik. Pasien-pasien dengan penyakit berbeda
pada daerah yang sama (misalnya ketulian dan sindrom Meniere keduanya
melibatkan koklearis) melaporkan pengalaman pendengaran yang berbeda dan
akan memberikan temuan audiometri yang berbeda pula. Demikian juga dengan
kualitas gangguan pendengaran akan mengakibatkan keterbatasan dalam keahlian
yang memerlukan perhatian, perkembangan berbahasa, presisi bicara dan
efektivitas komunikasi umum sesuai dengan derajat dan jenis gangguan. Rencanarencana untuk mengadakan pendidikan khusus dan rehabilitasi harus dipengaruhi
dan dituntun oleh hasil pemeriksaan pendengaran bersamaan dengan variable
penting lainnya seperti intelegensi, motivasi dan dukungan keluarga. Dokter
terpaksa harus memeriksa keutuhan telinga tengah secara tidak langsung dan sama
sekali tidak dapat memeriksa koklearis dan sistem saraf akustikus kecuali dengan
mempelajari cara-cara keduanya berfungsi sebagai jawaban terhadap bunyi. 1
Kemampuan pasien untuk mendengar dapat ditentukan dengan berbagai cara
mulai dari prosedur informal hingga pengukuran tepat berstandar tinggi yang
memerlukan peralatan khusus. Dengan semakin sering atau menjadi rutinnya
pemeriksaan pendengaran dilakukan di ruang praktek, maka semakin besar
keahlian yang dapat dikembangkan pemerikasa dalam aplikasi praktis dan
pengunaannya. Terdapat pelbagai metode uji pendengaran yaitu uji penala,
audiometri nada murni, audiometric bicara, uji-uji khusus dan audiometri
pediatrik. Ini adalah sangat penting untuk mengetahui fungsi pendengaran dan
B. ANATOMI
DAN FISIOLOGI PENDENGARAN
Anatomi
Anatomi telinga terbagi menjadi tiga bagian, yaitu : telinga luar, telinga tengah dan
Anatomi telinga terbagi menjadi tiga bagian, yaitu : telinga luar, telinga
telinga dalam.
tengah dantelinga dalam.
1. Telinga Luar 2,3,4
2,3,4
1. Telinga Luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membrane timpani.
Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga berbentuk
Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membrane timpani.
huruf S, dengan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar, sedangkan dua
Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga berbentuk
pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang. PAnjangnya kira-kira 2 -3
huruf S, dengan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar, sedangkan dua
cm. Pada sepertiga bagian luar kulit liang telinga terdapat banyak kelenjar
1
serumen
kelenjar
keringat
= kelenjar
serumen)
dan rambut.
Kelenjar
pertiga
bagian (modifikasi
dalam rangkanya
terdiri
dari tulang.
PAnjangnya
kira-kira
2
-3
2
keringat terdapat pada seluruh kulit liang telinga. Pada duapertiga bagian dalam
cm. Pada sepertiga bagian luar kulit liang telinga terdapat banyak kelenjar
hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen.
2. Telinga Tengah2,3,4
Telinga tengah berbentuk kubus dengan :
2. Telinga Tengah2,3,4
2,3,4
Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua setengah
lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Ujung
atau puncak koklea disebut helikotrema, menghubungkan perilimfa skala timpani
dengan skala vestibuli.
Fisiologi pendengaran
2,5
Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga
dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea.
Getaran tersebut menggetarkan membrane timpani, diteruskan ke telinga tengah
melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan mengamplifikasi getaran melalui
daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas membran
timpani dan tingkap lonjong.2
kali lebih besar dari luas tingkap oval, maka terjadi penguatan tekanan gelombang
suara 15-22 kali pada tingkap oval. Selain karena luas permukaan membran
timpani yang jauh lebih besar, efek dari pengungkit tulang-tulang pendengaran
juga turut berkontribusi dalam peningkatan tekanan gelombang suara.
3,4
Energi
2,5
C. GANGGUAN PENDENGARAN
Gangguan telinga luar dan telinga tengah dapat menyebabkan tuli konduktif,
sedangkan gangguan telinga dalam menyebabkan tuli saraf, yang terbagi atas tuli
koklea dan tuli retrokoklea. Sumbatan tuba eustachius menyebabkan gangguan
telinga tengah dan akan terdapat tuli konduktif. Gangguan pada vena jugulare
berupa aneurisma akan menyebabkan telinga berbunyi sesuai dengan denyut
jantung. Antara inkus dan maleus berjalan cabang n. fasialis yang disebut korda
timpani. Bila terdapat radang di telinga tengah atau trauma mungkin korda
timpani terjepit, sehingga timbul gangguan pengecap. Di dalam telinga dalam
terdapat alat keseimbangan dan alat pendengaran, obat-obat dapat merusak stria
vaskularis, sehingga saraf pendengaran rusak, dan terjadi tuli saraf. Setelah
pemakaian obat ototoksik seperti streptomisin, akan terdapat gejala gangguan
pendengaran berupa tuli saraf dan gangguan keseimbangan.
2,5
Ada tiga jenis gangguan pendengaran yang dapat dikenali dengan uji pendengaran
yaitu tuli konduktif, tuli saraf (sensorineural deafness) serta tuli campur (mixed
deafness). Pada tuli konduktif terdapat gangguan hantaran suara, disebabkan oleh
kelainan atau penyakit di telinga luar atau di telinga tengah. Pada tuli saraf
(perseptif, sensorineural) kelainan terdapat pada koklea (telinga dalam), nervus
VIII atau di pusat pendengaran, sedangkan tuli campur, disebabkan oleh
kombinasi tuli konduktif dan tuli saraf. Tuli campur dapat merupakan satu
penyakit, misalnya radang telinga tengah dengan komplikasi ke telinga dalam atau
merupakan dua penyakit yang berlainan, misalnya tumor nervus VIII (tuli saraf)
dengan radang telinga tengah (tuli konduktif). Jadi jenis ketulian sesuai dengan
letak kelainan.2
Suara yang didengar dapat dibagi dalam bunyi, nada murni dan bising. Bunyi
(frekuensi 20Hz-18.000Hz) merupakan frekuensi nada murni yang dapat didengar
oleh telinga normal. Nada murni (pure tone), hanya satu frekuensi, misalnya dari
garpu tala, piano. Bising (noise) dibedakan antara NB (narrow band), terdiri atas
beberapa frekuensi, spektrumnya terbatas dan WN (white noise), yang terdiri dari
banyak frekuensi.2
Audiometri berasal dari kata audire dan metrios yang berarti mendengar
dan mengukur (uji pendengaran). Audiometri tidak saja dipergunakan untuk
mengukur ketajaman pendengaran, tetapi juga dapat dipergunakan untuk
menentukan lokalisasi kerusakan anatomis yang menimbulkan gangguan
pendengaran Nada murni berarti bunyi yang hanya mempunyai satu frekuensi,
dinyatakan dalam jumlah getaran per detik. Audiometri nada murni/ pure tune
audiometry (PTA) adalah salah satu jenis uji pendengaran untuk menilai fungsi
pendengaran.2,6
E. MANFAAT AUDIOMETRI
1. Untuk mengukur batas pendengaran pada konduksi udara dan tulang serta
derajat atau tipe ketulian.
2. Merekam hasil dapat disimpan dan dapat dugunakan untuk rujukan masa
akan datang.
3. Audiogram berguna sebagai ukuran untuk pengunaan alat bantu dengar.
4. Membantu untuk mencari derajat kecacatan untuk tujuan medikolegal. 6
F. TUJUAN AUDIOMETRI
Ada empat tujuan audiometri, yaitu:
1 Nada murni (pure Tone): merupakan bunyi yang hanya mempunyai satu
3 Frekuensi : merupakan nada murni yang dihasilkan oleh getaran suatu benda
yang sifatnya harmonis sederhana (simple harmonic motion). Dengan satuannya
dalam jumlah getaran per detik dinyatakan dalam Hertz (Hz).2,7
5 Ambang dengar: merupakan bunyi nada murni yang terlemah pada frekuensi
tertentu yang masih dapat didengar oleh telinga seseorang. Terdapat ambang
dengar menurut konduksi udara (AC) dan menurut konduksi tulang (BC). Bila
ambang dengar ini dihubung-hubungkan dengan garis, baik AC maupun BC,
maka akan didapatkan audiogram. Dari audiogram dapat diketahui jenis dan
derajat ketulian.2,7
7 Notasi pada audiogram. Untuk pemeriksaan audiogram dipakai grafik AC, yaitu
dibuat dengan garis lurus penuh (intensitas yang diperiksa antara 125 8000 Hz)
dan grafik BC yaitu dibuat dengan garis terputus-putus (intensitas yang diperiksa:
250 4000 Hz). Untuk telinga kiri dipakai warna biru sedangkan untuk telinga
kanan, warna merah.2,7
/
/ Gambar 3: simbol-simbol notasi pada audiogram 7
10
11
12
noise (sejenis suara mirip aliran uap atau deru angin) yang sudah disaring
dari enegi suara yang tidak dibutuhkan uantuk menyelubungi bunyi
tertentu yang sedang digarap. Ini adalah bunyi masking yang paling efektif
untuk audiometerik nada murni.
audiometer
harusnya
selalu
dapat
dikalibrasi
dengan
exhaustive
13
- Kontrol Infeksi
Alat yang telah terkena kontak dengan pasien harus dilakukan prosedur kontrol
infeksi. Alat yang dipakai harus dibersihkan dan disinfeksi setiap kali pemakaian.
Pemakaian disposable ear phone sangat direkomendasikan. Pemeriksa harus cuci
tangan dengan sabun ataupun alkohol sebelum menyentuh pasien.6
J. PROSEDUR PEMERIKSAAN
Sebelum dilakukan pemeriksaan, anamnesis mengenai riwayat penyakit harus
telah didapatkan dan pemeriksaan otoskopi telah dilakukan. Tanyakan apakah
menderita tinnitus atau apakah tidak tahan suara keras. Tanyakan pula telinga
yang mendengar lebih jelas. Usahakan pasien lebih kooperatif.2,6
- Pemeriksaan liang telinga
Hanya untuk memastikan kanal tidak tersumbat. Telinga harus bebas dari
serumen. Alat bantu dengar harus dilepas setelah instruksi pemerisa sudah
dijalankan. 8
- Pemberian instruksi
Berikan perintah yang sederhana dan jelas. Jelaskan bahwa akan terdegar
serangkaian bunyi yang akan terdengar pada sebelah telinga. Pasien harus
memberikan tanda dengan mengangkat tangannya, menekan tombol atau
mengatakan ya setiap terdengar bunyi bagaimanapun lemahnya.1
- Pemasangan earphone atau bone conductor
Lepaskan dahulu kacamata atau giwang, regangkan headband, pasangkan di
kepalanya dengan benar, earphone kanan ditelinga kanan kemudian
kencangkan sehingga terasa nyaman. Perhatikan membrane earphone tepat di
depan liang telinga di kedua sisi.1,2
14
Seleksi telinga
Mulailah dengan telinga yang sehat dahulu. 5
Urutan frekuensi
Prosedur dasar pemeriksaan ini adalah, a) dimulai dengan signal nada yang
sering didengar (familiarization), b) pengukuran ambang pendengaran. Dua
cara menentukan nada familiarization:1,6
1. Dengan memulai dari 1000 Hz, dimana pendengaran paling stabil, lalu
secara bertahap meningkatkan oktaf lebih tinggi hingga terdengar.
2. Pemberian nada 1000 Hz pada 30 dB. Jika terdengar, lakukan pemeriksaan
ambang pendengaran. Jika tidak terdengar nada awal di tinggkatkan
intensitas bunyi hingga 50 dB, dengan menaikkan tiap 10 dB hingga
tedengar.
Familiarization tidak selalu dilakukan pada setiap kasus. Terutama pada kasus
forensic atau pasien dengan riwayat ketulian.6
Masking
Pada pemeriksaan audiometri, kadang-kadang perlu diberi masking. Suara
masking, diberikan berupa suara seperti angina (bising), pada headphone
telinga yang tidak diperiksa supaya telinga yang tidak diperiksa tidak dapat
mendengar bunyi yang diberikan pada telinga yang diperiksa.Pemeriksaan
dengan masking dilakukan apabila telinga yang diperiksa mempunyai
pendengaran yang mencolok bedanya dari telinga yang satu lagi. Oleh karena
AC pada 45 dB atau lebih dapat diteruskan melalui tengkorak ke telinga
kontralateral, maka pada telinga kontralateral (yang tidak diperiksa) diberi
bising supaya tidak mendengar bunyi yang diberikan pada telinga yang
diperiksa.2,7,8
Tujuan masking.5
Tujuan utama dari uji audiologi dasar ialah untuk menilai fungsi
15
16
K. INTERPRETASI AUIDOGRAM
Terdapat ambang dengar menurut konduksi udara (AC) dan menurut konduksi
tulang (BC). Apabila ambang dengar ini dihubungkan dengan garis, baik AC
7,8,9,10
17
7 1. Audiogram Normal
/ Secara teoritis, bila pendengaran normal, ambang dengar untuk hantaran
udara maupun hantaran tulang tercatat sebesar 0 dB. Pada anakpun
keadaan ideal seperti ini sulit tercapai terutam pada frekuensi rendah bila
terdapat bunyi lingkungan (ambient noise). Pada keadaan tes yang baik,
audiogram dengan ambang dengar 10 dB pada 250, 500 Hz 0 dB pada
1000, 2000,4000, 10000 Hz pada 8000 Hz dapat dianggap normal.7
/
/ gambar 7. Gambar audiogram pada orang normal
2. Tuli Konduktif
Diagnosis gangguan dengar konduktif ditegakkan berdasarkan prinsip bahwa
gangguan konduktif (telinga tengah) menyebabkan gangguan hantaran udara
yang lebih besar daripada hantaran tulang. Pada keadaan tuli konduktif murni,
keadaan koklea yang baik (intak) menyebabkan hantaran tulang normal, yaitu
0 dB pada audiogram.2,6,7
Pengecualian adalah pada tuli konduktif karena fiksasi tulang stapes
(misalnya pada otosklerosis). Disini terdapat ambang hantaran tulang turun
menjadi 15 dB pada 2000Hz. Diperkiran keadaan ini bukan karena ketulian
sensorineural, tapi belum diketahui sebabnya. Penyebab ketulian koduktif
18
19
saja
(gangguan
pendengaran
sentral)
biasanya
tidak
20
4. Tuli Campuran
Kemungkinan tarjadinya kerusakan koklea disertai sumbatan serumen
yang padat dapat terjadi. Level konduksi tulang menunjukkan gangguan
fungsi koklea ditambah dengan penurunan pendengaran karena sumbatan
konduksi udara mengambarkan tingkat ketulian yang disebabkan oleh
komponen konduktif.7
Perbedaan anatara level hantaran udara dan tulang dikenal sebagai jarak
udara- tulang atau air-bone gap. Jarak udara-tulang merupakan suatu
ukuran dari komponen konduktif dari suatu gangguan pendengaran. Level
hantaran udara menunjukkan tingkat patologi koklea, kadang disebut
sebagai cochlear reserve atau cabang koklea.7
21
INTERPRETASI
0-25 dB
Normal
26-40 dB
Tuli ringan
41-54 dB
Tuli sedang
55-70 dB
71-90 dB
Tuli berat
>90 dB
Tuli total
Nilai ambang dengar dapat diukur dengan menggunakan perhitungan seperti yang
berikut: Menambahkan ambang dengar 500Hz, 1000Hz, 200Hz, 4000Hz lalu
22
dibagi 4.2,10,11
Misal,
ambang
dengar
(AD)
DAFTAR PUSTAKA
23
4. Guyton A.C. Physiology of The Human Body. 11th ed. Philadelphia: W.B.
Saunders Company. 2003.
5. Katz, Jack. Handbook Of Clinical Audiology. 7th ed. Philadelphia: Wolters
Kluwer. 2009.
6. Dhingra PL: Assessment of hearing, Disease of ENT, 4 th edition: Elsevier:
2007
7. Kutz, Joe Walter ; Meyers, Arlend ; Bauer, Carol A, et al. Audiology PureTone
Testing.
[cited
on
22th
Mei
2012].
Available
from:
http://www.emedicine.medscape.com/article/1822962-overview
8. Hopkins, Johns. Pure Tone Audiometry. [cited on 22th Mei 2012]. Available
from : http://www.johnshopkinsmedicine.org/puretoneaudiometry.html
9. Carol J.Y. How To Read An Audiogram. [cited on 31th Mei 2012]. Available
from:http://www.wou.edu/education/sped/wrocc/HT%20Read%20Audiogram
%20web.pdf
10.
2012].
Available
from:
http://www.dizziness-
andbalance.com/testing/hearing/audiogram.html
11. General Practice Notebook. Audiogram Pure Tone. [cited on 31th Mei 2012].
Available from: http://www.gpnotebook.co.uk/simplepage.cfm?ID=845873165
12.
24
25