Anda di halaman 1dari 17

STATUS NEUROLOGI

I.

IDENTITAS
Nama
Jenis Kelamin
Umur
Pekerjaan
Agama
Status Pernikahan
Pendidikan
Bangsal

: Ny. AM
: Perempuan
: 38 tahun
: Ibu Rumah Tangga
: Islam
: Menikah
: Sarjana
: Amarilis

A. Keluhan Utama
Nyeri kepala sejak 3 hari SMRS.
B. Keluhan Tambahan
Mual.
C. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan nyeri kepala pada seluruh kepala
terutama bagian belakang sejak 3 hari yang lalu. Nyeri kepala dirasakan
seperti berdenyut dan seperti ditekan terutama pada bagian belakang
kepala sampai ke leher. Pasien mengaku lehernya terasa tegang jika
sakit kepala timbul. Nyeri kepala dirasakan terus menerus selama 3 hari
ini, tidak hilang dengan minum obat. Nyeri kepala disertai mual. Tidak
disertai muntah. Pasien mengaku sudah sering sakit kepala seperti ini
sejak 3 tahun yang lalu. Nyeri dirasakan hilang timbul. Setiap keluhan
timbul intensitas bervariasi dari ringan ke berat, dan saat keluhan
timbul, keluhan menetap pada lokasi yang sama. Lamanya setiap
serangan tidak menentu, biasanya paling cepat sehari dengan obat dan
saat ini nyeri kepala berlangsung paling lama. Nyeri dikatakan pasien
biasa datang dengan frekuensi tidak menentu, terkadang sebulan satu
kali, namun semakin lama semakin sering dan tidak hilang dengan
minum obat warung. Pasien mengatakan keluhan nyeri biasanya timbul
jika telat makan, stress, saat membaca, menonton tv, ataupun pekerjaan
lain yang membutuhkan konsentrasi. Rasa nyeri semakin terasa berat
bila pasien beraktivitas dan sedikit berkurang bila pasien berbaring atau
beristirahat. Keluhan tidak dipengaruhi oleh siklus menstruasi pasien

dan makanan (seperti indomie, coklat,dll). Keluhan telinga berdenging


(-), penglihatan buram (-), penglihatan ganda (-), penglihatan kabur (-),
silau (-). Sakit gigi (-). Pusing berputar disangkal. Pasien mengaku tidak
ada tanda-tanda khusus sebelum serangan nyeri datang.
D. Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak pernah ada riwayat trauma sebelumnya. Tidak ada riwayat
penurunan berat badan dalam waktu singkat. Tidak ada riwayat
hipertensi.
E. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat hipertensi dalam keluarga (-)
Riwayat sakit seperti ini dalam keluarga (-)
F. Riwayat Kebiasaan
Kebiasaan Merokok (-)
Minum alkohol (-)
II.

PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan Umum
Kesadaran
Sikap
Kooperasi
Tekanan Darah
Nadi
Suhu
Pernafasan

: TSS
: CM, GCS E4M6V5=15
: duduk aktif
: kooperatif
: 100/70 mmHg
: 76x/ menit
: Afebris
: 18x/menit

B. Keadaan Lokal
Trauma Stigmata
Pulsasi Aa.Carotis
Pembuluh Darah Perifer
Kelenjar Getah Bening
Columna Vertebralis
Pemeriksaan
Jantung
Inspeksi
Palpasi

: baik
: tidak ada
: regular, cukup, equal kanan dan kiri
: CRT <2`
: tidak teraba membesar
: lurus di tengah

: ictus cordis tidak tampak


: ictus cordis teraba di ICS V linea
midklavikularis sinistra

Perkusi

Batas atas

: ICS III linea parasternalis

sinistra
Batas kanan
Batas kiri

: ICS IV linea sternalis dextra


: ICS V, linea midklavikularis

Auskultasi

sinistra
: bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-),

Paru-paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi

: simetris saat statis dan dinamis


: vocal fremitus simetris kedua hemithoraks
: sonor pada kedua lapang paru
: suara nafas vesikuler, rhonki -/-, wheezing

Abdomen
Inspeksi
Palpasi

: datar
: supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak

gallop (-)

-/-

teraba

membesar
Perkusi
Auskultasi

Ekstrimitas

III.

: timpani
: bising usus (+) normal
: akral hangat, oedem

PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
A. Rangsang Selaput Otak
Kaku Kuduk
Laseque
Laseque Menyilang
Kernig
Brudzinski I
Brudzinski II

: (-)
:
:
:
:
:

Kanan

Kiri

>70
(-)
> 135
(-)
(-)

>70
(-)
> 135
(-)
(-)

B. Tanda Peningkatan Tekanan Intrakranial


Sakit kepala (+), muntah (-), penurunan kesadaran (-)
C. Saraf-saraf Kranialis
N. I

normosmia

N. II
Kanan

Kiri

Acies Visus
Campus Warna
Melihat Warna
Funduskopi

:
:
:
:

baik
baik
baik
tidak dilakukan

baik
baik
baik

Kanan

Kiri

N. III, IV, VI
Kedudukan Bola Mata

ortoforia

ortoforia

Kelopak mata

Normal

Nasal

(+)

(+)

Temporal

(+)

(+)

Nasal Atas

(+)

(+)

Temporal Atas :

(+)

(+)

Temporal Bawah:

(+)

(+)

(-)
(-)

(-)
(-)

Normal

Pergerakan Bola Mata

Eksopthalmus
Nistagmus
Pupil
Bentuk

:
:
:

bulat, 3 mm

bulat, 3

mm
Refleks Cahaya Langsung :

(+)

(+)

Refleks Cahaya Konsensual:

(+)

(+)

Akomodasi
Konvergensi

:
:

baik
baik

baik
baik

Kanan
baik

Kiri
baik

:
:
:

baik
baik
baik

baik
baik
baik

N. V
Cabang Motorik
Cabang Sensorik
Ophtalmik
Maxilla
Mandibularis
N.VII
Motorik Orbitofrontal :
Motorik Orbicularis :
Pengecap lidah
:
Kesan parese (-)

Kanan
baik
baik
baik

Kiri
baik
baik
baik

N.VIII
Kanan
Vestibular
Vertigo:
Nistagmus
Cochlear
Tes Rinne
Tes Webber
Tes Swabach
N.IX, X
Motorik
Sensorik

Kiri

:
(-)

(-)

(-)

(-)

:
:
:

tidak dilakukan pemeriksaan


tidak dilakukan pemeriksaan
tidak dilakukan pemeriksaan

: deviasi uvula (-), arcus faring simetris


: refleks muntah (+)

N.XI
Mengangkat bahu
Menoleh
N.XII
Pergerakan Lidah
Atrofi
Fasikulasi
Tremor
Kesan parese : (-)

:
:

Kanan
baik
baik

: baik
: (-)
: (-)
: (-)

D. Sistem Motorik
Ekstrimitas Atas Proksimal Distal
Ekstrimitas Bawah Proksimal Distal
E. Gerakan Involunter
Tremor
Chorea
Athetose
Mioklonik
Tics
F. Trofik
G. Tonus
H. Sistem Sensorik

Kiri
baik
baik

5555 5555
5555 5555

: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)

: eutrofik
: normotonus
Kanan
:
baik
I. Fungsi Cerebellar dan Koordinasi
Ataxia
: (-)
Tes Rhomberg
: (-)
Disdiadokinesa
: (-) / (-)
Jari-Jari
: (-) / (-)

Kiri
baik

Jari-Hidung
: (-) / (-)
Tumit-Lutut
: baik / baik
Rebound Phenomenon : (-) / (-)
Hipotoni
: (-)
J. Fungsi Luhur
Astereognosia
Apraksia
Afasia

: (-)
: (-)
: (-)

K. Fungsi Otonom
Miksi
Defekasi
Sekresi Keringat

: baik
: baik
: baik

L. Refleks-refleks Fisiologis
Kanan
(+)
(+)

Kornea
Berbangkis

:
:

Pharing

Bisep
Trisep
Radius
Dinding Perut
Otot Perut
Lutut
Tumit
Sfingter Ani

:
:
:
:
:
:
:
:

+2
+2
+2
(+)
(+)
+2
+2
tidak dilakukan

:
:
:
:
:
:
:
:

Kanan
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)

(+)

Kiri
(+)
(+)
(+)
+2
+2
+2
(+)
(+)
+2
+2

M. Refleks-refleks Patologis
Hoffman Trommer
Babinsky
Chaddock
Gordon
Gonda
Schaeffer
Klonus Lutut
Klonus Tumit
N. Keadaan Psikis
Intelegensia
Tanda regresi
Demensia
IV.

: baik
: (-)
: (-)

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Kiri
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)

Pemeriksaan

Hasil

Nilai rujukan

Hematologi
Hemoglobin
Hematokrit
Leukosit
Trombosit
Eritrosit
Glukosa Darah
GDS
Fungsi Ginjal
Ureum
Creatinin
Fungsi Hati
SGOT
SGPT
Elektrolit
Natrium
Kalium
Chlorida

14,6
42,3
8,7 rb
351
5.02 jt

11,7 15,5 g/dl


33 45%
5,0 10,0 rb/ul
150 440 rb/ul
3,80 5,20 jt/ul

129

< 200 g/dl

38
14

17-43 mg/dl
0,7 1,1

17
19

<37
<41

139,8
3,25
98

135-155 mmol/l
3,6 5,5 mmol/l
95 107 mmol/l

BRAIN CT-SCAN
Tidak tampak kelainan intra parenkim cerebri.
V.

RESUME
Pasien, perempuan, usia 38 tahun, datang dengan keluhan nyeri pada
seluruh kepala terutama bagian belakang sejak 3 hari yang lalu. Nyeri
kepala dirasakan seperti berdenyut dan seperti ditekan terutama pada
bagian belakang kepala sampai ke leher. Lehernya terasa tegang jika sakit
kepala timbul. Nyeri kepala dirasakan terus menerus selama 3 hari ini,
tidak hilang dengan minum obat, disertai mual. Pasien mengaku sudah
sering sakit kepala seperti ini sejak 3 tahun yang lalu. Nyeri dirasakan
hilang timbul. Setiap keluhan timbul intensitas bervariasi dari ringan ke
berat, dan saat keluhan timbul, keluhan menetap pada lokasi yang sama.
Lamanya setiap serangan tidak menentu, biasanya paling cepat sehari
dengan obat dan saat ini nyeri kepala berlangsung paling lama. Nyeri
dikatakan pasien biasa datang dengan frekuensi tidak menentu, terkadang
sebulan satu kali, namun semakin lama semakin sering dan tidak hilang
dengan minum obat warung. Pasien mengatakan keluhan nyeri biasanya
timbul jika telat makan, stress, saat membaca, menonton tv, ataupun
pekerjaan lain yang membutuhkan konsentrasi. Rasa nyeri semakin terasa

berat bila pasien beraktivitas dan sedikit berkurang bila pasien berbaring
atau beristirahat.
Pada pemeriksaan fisik dan neurologi didapatkan dalam batas normal.
Pemeriksaan darah rutin dalam batas normal. Pada pemeriksaan CT scan kepala
tidak tampak kelainan intra parenkim cerebri dan dicurigai adanya infark
lacuner di temporal kiri.
VI.

VII.

VIII.

DIAGNOSIS KERJA
Diagnosis Klinis
Diagnosis Etiologi
Diagnosis Topik

: Cephalgia
: Tension type headache
: (-)

PENATALAKSANAAN
Fisiologik (relaksasi)
Farmakologik:
Inf RL 20 tpm
Tizanidina 2mg tab 1x1
Metampiron 500mg tab 3x1
Amitriptilin 25 mg tab 2x1
PROGNOSIS
Ad Vitam
Ad Functionam
Ad Sanationam

: ad bonam
: ad bonam
: dubia ad bonam

TINJAUAN PUSTAKA
CEPHALGIA

DEFINISI
Dapat dikatakan sebagai rasa nyeri atau rasa tidak mengenakkan pada
daerah atas kepala memanjang dari orbital sampai ke daerah belakang kepala (area
oksipital dan sebagian daerah tengkuk).
Nyeri kepala adalah nyeri yang berlokasi di atas garis orbitomeatal.
Pendapat lain mengatakan nyeri atau perasaan tidak enak diantara daerah orbital
dan oksipital yang muncul dari struktur nyeri yang sensitif.

ETIOLOGI
Nyeri kepala penyebabnya multifaktorial, seperti kelainan emosional,
cedera kepala, migraine, demam, kelainan vaskuler intrakranial otot, massa
intrakranial, penyakit mata, telinga /hidung.

GAMBARAN KLINIK
Lokasi nyeri
Nyeri yang berasal dari bangunan intrakranial tidak dirasakan didalam
rongga tengkorak melainkan akan diproyeksikan ke permukaan dan dirasakan di
daerah distribusi saraf yang bersangkutan. Nyeri yang berasal dari dua pertiga
bagian depan kranium, di fosa kranium tengah dan depan, serta di supratentorium
serebeli dirasakan di daerah frontal, parietal di dalam atau belakang bola mata dan
temporal bawah. Nyeri ini disalurkan melalui cabang pertama nervus Trigeminus.

Nyeri yang berasal dari bangunan di infratentorium serebeli di fosa


posterior (misalnya di serebelum) biasanya diproyeksikan ke belakang telinga, di
atas persendian serviko-oksipital atau dibagian atas kuduk. Nervi kraniales IX dan
X dan saraf spinal C1, C2 dan C3 berperan untuk perasaan di bagian
infratentorial. Bangunan peka nyeri ini terlibat melalui berbagai cara yaitu oleh
peradangan, traksi, kontraksi otot dan dilatasi pembuluh darah.
Nyeri yang berhubungan dengan penyakit mata, telinga & hidung
cenderung di frontal pada permulaannya. Nyeri kepala yang bertambah hebat
menunjukkan kemungkinan massa intrakranial yang membesar (hematoma
subdural, anerysma, tumor otak)
Lamanya nyeri kepala
Lamanya nyeri kepala bervariasi, pada nyeri kepala tekanan (pressure
headache) disebabkan oleh ketegangan emosional dapat berlangsung berhari-hari
atau berminggu-minggu. Pada penderita migraine dirasakan nyeri kepala
paroksismal, singkat & melumpuhkan, berlansung kurang dari 30 menit.
Berulangnya nyeri kepala
Berulangnya nyeri kepala suatu fenomena yang telah diketahui. Pada
wanita yang menderita migrane akan mendapat serangan berulang ketika sedang
menstruasi. Sedangkan nyeri kepala yang berhubungan dengan gangguan hidung
akan berulang apabila sering terjadi infeksi traktus respiratorius atas yang sering
ditemukan.
PATOGENESIS
Menurut H.G.Wolf terdapat 6 mekanisme dasar yang menimbulkan nyeri
kepala yang berasal dari sumber intrakranial
1. Tarikan pada vena yang berjalan ke sinus venosus dari permukaan otak
dan pergeseran sinus-sinus venosus utama.
2. Tarikan pada A. Meningea media
3. Tarikan pada pembuluh-pembuluh arteri besar di otak atau tarikan pada
cabang-cabangnya.

4. Distensi

dan

dilatasi

pembuluh-pembuluh

nadi

intrakranial

(A.Frontalis, A. Temporalis, A. Discipitalies)


5. Inflamasi pada atau sekitar struktur kepala yang peka terhadap nyeri
meliputi kulit kepala, periosteum, (m. frontalis, Ni temporalis,
m.orsipiutlis.
6. Tekanan langsung pada nervus cranialis V, IX, X saraf spinal dan
cervikalis bagian atas yang berisi banyak serabut aferen rasa nyeri.
Daerah yang tidak peka terhadap nyeri adalah : parenkim otak, ependim
ventrikel, pleksus koroideus, sebagian besar duramater, piarachnoid meningen
meliputi konvektivitas otak dan tulang kepala. Tetapi rasa nyeri tersebut dapat
dibangkitkan oleh karena tindakan fisik seperti batuk, mengejan yang
meningkatkan tekanan intrakranial dan dapat memperburuk nyeri kepala
berhubungan dengan perdarahan atau massa intrakranial.
Setelah dilakukan lumbal fungsi (LP) rasa nyeri semakin hebat pada waktu
mengangkat kepala dan berkurang dengan meletakkan kepala relatif lebih rendah.
Pada nyeri kepala nocturnal tipe migraine kadang-kadang diperberat dengan posisi
berbaring dan berkurang rasa nyeri jika penderita berdiri tegak.
KLASIFKASI NYERI KEPALA
I. Nyeri kepala PRIMER
a.

Migren

b.

Tension Type Headache

c.

Cluster headache

d.

Other primary headaches

II.Nyeri kepala SEKUNDER


a.

Nyeri kepala yang berkaitan dengan trauma kepala dan /


atau leher.

b.

Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan vaskuler


cranial atau servikal

c.

Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan non vaskuler


intracranial.

d.

Nyeri kepala yang berkaitan dengan substansi atau


withdrawalnya.

e.

Nyeri kepala yang berkaitan dengan infeksi.

f.

Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan hemostasis

g.

Nyeri kepala atau nyeri vaskuler berkaitan dengan kelainan


kranium, leher, mata, telinga, hidung, sinus,gigi,mulut, atau
struktur facial atau kranial lainnya.

h.

Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan psikiatrik.

TENSION TYPE HEADACHE


Definisi Tension Type Headache (TTH)
Merupakan sensasi nyeri pada daerah kepala akibat kontraksi terus
menerus otot- otot kepala dan tengkuk ( M.splenius kapitis, M.temporalis,
M.maseter, M.sternokleidomastoid, M.trapezius, M.servikalis posterior, dan
M.levator skapula).
Etiologi dan Faktor Resiko Tension Type Headache (TTH)
Etiologi dan Faktor Resiko Tension Type Headache (TTH) adalah
stress, depresi, bekerja dalam posisi yang menetap dalam waktu lama, kelelahan
mata, kontraksi otot yang berlebihan, berkurangnya aliran darah, dan
ketidakseimbangan neurotransmitter seperti dopamin, serotonin, noerpinefrin, dan
enkephalin.
Epidemiologi Tension Type Headache (TTH)
TTH terjadi 78 % sepanjang hidup dimana Tension Type Headache
episodik terjadi 63 % dan Tension Type Headache kronik terjadi 3 %. Tension
Type Headache episodik lebih banyak mengenai pasien wanita yaitu sebesar 71%
sedangkan pada pria sebanyak 56 %. Biasanya mengenai umur 20 40 tahun.
Klasifikasi Tension Type Headache (TTH)
Klasifikasi TTH adalah Tension Type Headache episodik dan dan
Tension Type Headache

kronik. Tension Type Headache episodik, apabila

frekuensi serangan tidak mencapai 15 hari setiap bulan. Tension Type Headache
episodik (ETTH) dapat berlangsung selama 30 menit 7 hari. Tension Type
Headache kronik (CTTH) apabila frekuensi serangan lebih dari 15 hari setiap
bulan dan berlangsung lebih dari 6 bulan.
Patofisiologi Tension Type Headache (TTH)
Patofisiologi TTH masih belum jelas diketahui. Pada beberapa literatur
dan hasil penelitian disebutkan beberapa keadaan yang berhubungan dengan
terjadinya TTH sebagai berikut : (1) disfungsi sistem saraf pusat yang lebih
berperan daripada sistem saraf perifer dimana disfungsi sistem saraf perifer lebih
mengarah pada ETTH sedangkan disfungsi sistem saraf pusat mengarah kepada
CTTH, (2) disfungsi saraf perifer meliputi kontraksi otot yang involunter dan
permanen tanpa disertai iskemia otot, (3) transmisi nyeri TTH melalui nukleus
trigeminoservikalis pars kaudalis yang akan mensensitasi second order neuron
pada nukleus trigeminal dan kornu dorsalis ( aktivasi molekul NO) sehingga
meningkatkan input nosiseptif pada jaringan perikranial dan miofasial lalu akan
terjadi regulasi mekanisme perifer yang akan meningkatkan aktivitas otot
perikranial. Hal ini akan meningkatkan pelepasan neurotransmitter pada jaringan
miofasial, (4) hiperflesibilitas neuron sentral nosiseptif pada nukleus trigeminal,
talamus, dan korteks serebri yang diikuti hipesensitifitas supraspinal (limbik)
terhadap nosiseptif. Nilai ambang deteksi nyeri ( tekanan, elektrik, dan termal)
akan menurun di sefalik dan ekstrasefalik. Selain itu, terdapat juga penurunan
supraspinal decending pain inhibit activity, (5) kelainan fungsi filter nyeri di
batang otak sehingga menyebabkan kesalahan interpretasi info pada otak yang
diartikan sebagai nyeri, (6) terdapat hubungan jalur serotonergik dan
monoaminergik pada batang otak dan hipotalamus dengan terjadinya TTH.
Defisiensi kadar serotonin dan noradrenalin di otak, dan juga abnormal serotonin
platelet, penurunan beta endorfin di CSF dan penekanan eksteroseptif pada otot
temporal dan maseter, (7) faktor psikogenik ( stres mental) dan keadaan nonphysiological motor stress pada TTH sehingga melepaskan zat iritatif yang akan
menstimulasi perifer dan aktivasi struktur persepsi nyeri supraspinal lalu modulasi
nyeri sentral. Depresi dan ansietas akan meningkatkan frekuensi TTH dengan

mempertahankan sensitisasi sentral pada jalur transmisi nyeri, (8) aktifasi NOS
( Nitric Oxide Synthetase) dan NO pada kornu dorsalis.
Pada kasus dijumpai adanya stress yang memicu sakit kepala. Ada
beberapa teori yang menjelaskan hal tersebut yaitu (1) adanya stress fisik
(kelelahan) akan menyebabkan pernafasan hiperventilasi sehingga kadar CO2
dalam darah menurun yang akan mengganggu keseimbangan asam basa dalam
darah. Hal ini akan menyebabkan terjadinya alkalosis yang selanjutnya akan
mengakibatkan ion kalsium masuk ke dalam sel dan menimbulkan kontraksi otot
yang berlebihan sehingga terjadilah nyeri kepala. (2) stress mengaktifasi saraf
simpatis sehingga terjadi dilatasi pembuluh darah otak selanjutnya akan
mengaktifasi nosiseptor lalu aktifasi aferen gamma trigeminus yang akan
menghasilkan neuropeptida (substansi P). Neuropeptida ini akan merangsang
ganglion trigeminus (pons). (3) stress dapat dibagi menjadi 3 tahap yaitu alarm
reaction, stage of resistance, dan stage of exhausted. Alarm reaction dimana stress
menyebabkan vasokontriksi perifer yang akan mengakibatkan kekurangan asupan
oksigen lalu terjadilah metabolisme anaerob. Metabolisme anaerob akan
mengakibatkan penumpukan asam laktat sehingga merangsang pengeluaran
bradikinin dan enzim proteolitik yang selanjutnya akan menstimulasi jaras nyeri.
Stage of resistance dimana sumber energi yang digunakan berasal dari glikogen
yang akan merangsang peningkatan aldosteron, dimana aldosteron akan menjaga
simpanan ion kalium. Stage of exhausted dimana sumber energi yang digunakan
berasal dari protein dan aldosteron pun menurun sehingga terjadi deplesi K+.
Deplesi ion ini akan menyebabkan disfungsi saraf.
Diagnosa Tension Type Headache (TTH)
Tension Type Headache harus memenuhi syarat yaitu sekurang
kurangnya dua dari berikut ini : (1) adanya sensasi tertekan/terjepit, (2) intensitas
ringan sedang, (3) lokasi bilateral, (4) tidak diperburuk aktivitas. Selain itu,
tidak dijumpai mual muntah, tidak ada salah satu dari fotofobia dan fonofobia.
Gejala klinis dapat berupa nyeri ringan- sedang berat, tumpul seperti
ditekan atau diikat, tidak berdenyut, menyeluruh, nyeri lebih hebat pada daerah

kulit kepala, oksipital, dan belakang leher, terjadi spontan, memburuk oleh stress,
insomnia, kelelahan kronis, iritabilitas, gangguan konsentrasi, kadang vertigo, dan
rasa tidak nyaman pada bagian leher, rahang serta temporomandibular.
Pemeriksaan Penunjang Tension Type Headache (TTH)
Tidak ada uji spesifik untuk mendiagnosis TTH dan pada saat
dilakukan pemeriksaa neurologik tidak ditemukan kelainan apapun. TTH biasanya
tidak memerlukan pemeriksaan darah, rontgen, CT scan kepala maupun MRI.
Diferensial Diagnosa Tension Type Headache (TTH)
Diferensial Diagnosa dari TTH adalah sakit kepala pada spondiloartrosis deformans, sakit kepala pasca trauma kapitis, sakit kepala pasca punksi
lumbal, migren klasik, migren komplikata, cluster headache, sakit kepala pada
arteritis temporalis, sakit kepala pada desakan intrakranial, sakit kepala pada
penyakit kardiovasikular, dan sakit kepala pada anemia.
Terapi Tension Type Headache (TTH)
Relaksasi selalu dapat menyembuhkan TTH. Pasien harus dibimbing
untuk mengetahui arti dari relaksasi yang mana dapat termasuk bed rest, massage,
dan/ atau latihan biofeedback. Pengobatan farmakologi adalah simpel analgesia
dan/atau mucles relaxants. Ibuprofen dan naproxen sodium merupakan obat yang
efektif untuk kebanyakan orang. Jika pengobatan simpel analgesia(asetaminofen,
aspirin, ibuprofen, dll.) gagal maka dapat ditambah butalbital dan kafein ( dalam
bentuk

kombinasi

seperti

Fiorinal)

yang

akan

menambah

efektifitas

pengobatan.Daftar analgesia yang biasa digunakan lihat pada tabel 5.


Prognosis dan Komplikasi Tension Type Headache (TTH)
TTH pada kondisi dapat menyebabkan nyeri yang menyakitkan tetapi
tidak membahayakan.Nyeri ini dapat sembuh dengan perawatan ataupun dengan
menyelesaikan masalah yang menjadi latar belakangnya jika penyebab TTH
berupa pengaruh psikis. Nyeri kepala ini dapat sembuh dengan terapi obat berupa

analgesia. TTh biasanya mudah diobati sendiri. Progonis penyakit ini baik, dan
dengan penatalaksanaan yang baik maka > 90 % pasien dapat disembuhkan.
Komplikasi TTH adalah rebound headache yaitu nyeri kepala yang
disebabkan oleh penggunaan obat obatan analgesia seperti aspirin,
asetaminofen, dll yang berlebihan.
Pencegahan Tension Type Headache (TTH)
Pencegahan TTH adalah dengan mencegah terjadinya stress dengan
olahraga teratur, istirahat yang cukup, relaksasi otot (massage, yoga, stretching),
meditasi, dan biofeedback. Jika penyebabnya adalah kecemasan atau depresi maka
dapat dilakukan behavioral therapy. Selain itu, TTH dapat dicegah dengan
mengganti bantal atau mengubah posisi tidur dan mengkonsumsi makanan yang
sehat.

Anda mungkin juga menyukai