Wawasan Nusantara
Asas Wawasan Nusantara merupakan ketentuan-ketentuan atau kaidahkaidah dasar yang harus dipatuhi, ditaati, dipelihara, dan diciptakan demi
tetap taat dan setianya komponen pembentuk bangsa Indonesia (suku
bangsa atau golongan) terhadap kesepakatan bersama. Harus disadari
bahwa jika asas wawasan nusantara diabaikan, komponen pembentuk
kesepakatan bersama akan melanggar kesepakatan bersama tersebut, yang
berarti bahwa tercerai-berainya bangsa dan negara Indonesia.
Sebagai cara pandang dan visi nasional Indonesia, Wawasan Nusantara harus
dijadikan arahan, pedoman, acuan, dan tuntutan bagi setiap individu
bangsa Indonesia dalam membangun dan memelihara tuntutan bangsa dan
negara kesatuan Republik Indonesia. Karena itu implementasi atau
penerapan Wawasan Nusantara harus tercermin pada pola pikir, pola sikap
dan pola tindak yang senantiasa mendahulukan kepentingan bangsa dan
Secara fisik, hal ini dapat diartikan sebagai usaha pertahanan menghadapi
serangan fisik atau agresi dari pihak yang mengancam keberadaan negara
tersebut, sedangkan secara non-fisik konsep ini diartikan sebagai upaya
untuk serta berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara, baik
melalui pendidikan, moral, sosial maupun peningkatan kesejahteraan orangorang yang menyusun bangsa tersebut.
Landasan konsep bela negara adalah adanya wajib militer. Subyek dari
konsep ini adalah tentara atau perangkat pertahanan negara lainnya, baik
sebagai pekerjaan yang dipilih atau sebagai akibat dari rancangan tanpa
sadar (wajib militer). Beberapa negara (misalnya Israel, Iran) dan Singapura
memberlakukan wajib militer bagi warga yang memenuhi syarat (kecuali
dengan dispensasi untuk alasan tertentu seperti gangguan fisik, mental atau
keyakinan keagamaan). Sebuah bangsa dengan relawan sepenuhnya militer,
biasanya tidak memerlukan layanan dari wajib militer warganya, kecuali
dihadapkan dengan krisis perekrutan selama masa perang.
Di negara lain, seperti Republik China (Taiwan), Republik Korea, dan Israel,
wajib untuk beberapa tahun setelah seseorang menyelesaikan dinas
nasional.
Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan
negara dan Syarat-syarat tentang pembelaan diatur dengan undangundang[1].
Kesadaran bela negara itu hakikatnya kesediaan berbakti pada negara dan
kesediaan berkorban membela negara. Spektrum bela negara itu sangat luas,
dari yang paling halus, hingga yang paling keras. Mulai dari hubungan baik
sesama warga negara sampai bersama-sama menangkal ancaman nyata
musuh bersenjata.[2] Tercakup di dalamnya adalah bersikap dan berbuat
yang terbaik bagi bangsa dan negara.
Melestarikan budaya
Belajar dengan rajin bagi para pelajar
Taat akan hukum dan aturan-aturan negara
Dll.
2. Gotong Royong
Ini adalah sikap kebersamaan, saling membantu. Sikap gotong royong sudah
ada dalam tradisi, budaya hidup masyarakat, seperti :
JUDUL BARU
Didorong oleh adanya kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi sendiri dan
dibantu oleh akal pikiran yang dimilikinya, manusia membentuk kelompokkelompok sosial. Mereka merasakan banyak manfaat serta keuntungan dari
kerjasama dalam kelompok. Pengalaman hidup dalam kelompok itu kemudian
menumbuhkan berbagai kepentingan kelompok.
3. Pangan
Dewasa ini bertani cabai hibrida sistem mulsa plastik hitam perak (MPHP)
banyak dipraktekkan pada cabai Hot Beauty, Hero, Long Chili, Ever-Flavor
dan cabai Paprika. Dimungkinkan pula pada usahatani cabai keriting hibrida
maupun cabai kecil (rawit, cengek) hibrida. Alasan utama sistem MPHP
digunakan pada cabai-cabai hibrida adalah untuk mengimbangi biaya
pengadaan MPHP dari peningkatan hasil cabai yang lebih tinggi daripada
cabai biasa, sehingga secara ekonomis menguntungkan. Budidaya cabai
hibrida dengan sistem MPHP merupakan perbaikan kultur teknik ke arah yang
intensif. Pada umumnya sistem budidaya cabai di sentra-sentra produksi
cabai masih menggunakan benih lokal dan populasi tanaman per hektarnya
tinggi. Populasi yang sangat rapat ini dapat mengakibatkan penangkapan
sinar matahari setiap tanaman berkurang dan kelembaban udara di sekitar
kebun menjadi tinggi. Kelembaban yang tinggi seringkali dapat meningkatkan
serangan hama dan penyakit. Perbaikan kultur teknik budidaya cabai secara
intensif untuk meningkatkan produksi maupun kualitas hasil, diantaranya
adalah penggunaan benih unggul dari varietas hibrida yang bermutu tinggi,
penerapan MPHP, pemupukan berimbang, pengendalian hama dan penyakit,
serta cara-cara lain yang khas seperti pemasangan turus dan perempelan
tunas ataupun daun.
Kegiatan pokok teknik budidaya cabai hibrida sistem MPHP meliputi :
Penyiapan Lahan
Persyaratan lahan untuk kebun cabai hibrida sistem MPHP adalah :Tempatnya
terbuka agar mendapat sinar matahari secara penuh.Lahan bukan bekas
pertanaman yang sefamili, seperti kentang, tomat, terung taupun tembakau ;
guna menghindari risiko serangan penyakit.
Lahan yang paling baik adalah berupa tanah sawah bekas tanaman padi,
agar tidak perlu membajak cukup berat.Lahan tegalan (tanah kering) dapat
digunakan, asal cukup tersedia air.
Syarat IklimPada umumnya cabai dapat ditanam di dataran rendah sampai
pegunungan (dataran tinggi) + 2.000 meter dpl yang membutuhkan iklim
tidak terlalu dingin dan tidak terlalu lembab. Temperatur yang baik untuk
tanaman cabai adalah 240 270 C, dan untuk pembentukan buah pada
kisaran 160 230 C. Setiap varietas cabai hibrida mempunyai daya
penyesuaian tersendiri terhadap lingkungan tumbuh. Cabai hibrida Hot
Beauty dan Hero dapat berproduksi dengan baik di dataran rendah sampai
dataran tinggi + 1200 m dpl. Sedangkan cabai hibrida Long Chili lebih cocok
ditanam pada ketinggian antara 800 1500 m dpl. Khusus untuk cabai
Paprika umumnya hanya cocok ditanam di dataran tinggi. Kisaran temperatur
optimum untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman paprika antara
210 250 C, sedangkan untuk pembentuk-an buah memerlukan temperatur
18,30. Cabai paprika tidak tahan terhadap intensitas cahaya matahari yang
tinggi karena dapat menyebabkan buah seperti terbakar (sunburn) dan juga
hasil akhir bobot buah akan sangat rendah. Pada kondisi lingkungan yang
tidak menguntungkan, tanaman paprika akan mengalami gugur tunas, gugur
bunga dan buah muda, serta ukuran buah sangat kecil. Meskipun cabai
paprika umumnya cocok ditanam di dataran tinggi, tetapi dapat pula
dikembangkan di dataran menengah mulai ketinggian 600 m dpl; yakni
dengan cara memanipulasi lingkungan. Alih teknologi budidaya paprika di
dataran menengah antara lain menggunakan sungkup beratapkan plastik
bening (transparan).
Syarat Tanah
Hampir semua jenis tanah yang cocok untuk budidaya tanaman pertanian,
cocok pula bagi tanaman cabai. Untuk mendapatkan kuantitas dan kualitas
hasil yang tinggi, cabai menghendaki tanah yang subur, gembur, kaya akan
organik, tidak mudah becek (menggenang), bebas cacing (nematoda) dan
penyakit tular tanah. Kisaran pH tanah yang ideal adalah antara 5.5 6.8,
karena pada pH di bawah 5.5 atau di atas 6.8 hanya akan menghasilkan
produksi yang sedikit (rendah). Pada tanah-tanah yang becek seringkali
menyebabkan gugur daun dan juga tanaman cabai mudah terserang
penyakit layu. Khusus untuk tanah yang pH-nya di bawah 5.5 (asam) dapat
diperbaiki keadaan kimianya dengan cara pengapuran, sehingga pH-nya naik
mendekati pH normal.
penularan hama dan penyakit. Setelah media semainya cukup kering, bibit
cabai hibrida dikeluarkan dari polybag secara hati-hati. Caranya : ambil
polybag berisi bibit sambil dibalikkan dan pangkal batang bibit cabai dijepit
oleh jari telunjuk dan jari tengah. Bagian dasar polybag ditepuk-tepuk secara
pelan dan hati-hati, maka bibit cabai akan keluar bersama akar dan
medianya. Bibit cabai hibrida siap langsung ditanam pada lubang tanam
yang tersedia.
Cara penanaman bibit cabai adalah : mula-mula sebagian tanah pada lubang
tanam diangkat kira-kira seukuran media polybag; kemudian bibit
dimasukkan sambil diurug tanah hingga dekat pangkal batangnya cukup
padat. Bibit cabai hibrida yang disemai dalam polybag ini, begitu
dipindahtanamkan langsung tumbuh (segar) tanpa mengalami kelayuan
(stagnasi). Selesai tanam, segera disiram sampai tanahnya cukup basah.
Kegiatan pokok pemeliharaan tanaman meliputi : pemasangan ajir (turus),
penyiraman (pengairan), perempelan tunas dan bunga pertama, pemupukan
tambahan (susulan), perempelan daun bawah di bawah cabang,
pengendalian hama dan penyakit. Khusus untuk cabai paprika yang sifatnya
peka terhadap sinar matahari yang terik diperlukan naungan beratap plastik
bening (transparan).
Pemasangan kerangka naungan ini bisa tunggal per bedengan, atau 2
bedengan bahkan tiap 4 bedengan; tergantung dari kepraktisan maupun
ketersediaan bahan. Tata cara pemasangan sungkup (naungan) untuk cabai
paprika (atau cabai hibrida di musim hujan), pada prinsipnya adalah sebagai
berikut :Pasang tiang-tiang dari bambu gelondongan setinggi 50 80 cm di
bagian pinggir bedengan; arahnya memanjang pada jarak tiap 3-4
meter.Pasang bilah bambu yang bentuknya dilengkungkan setengah
lingkaran setinggi 160 200 cm dari permukaan tanah. Caranya adalah
dengan memasukkan ujung bilah bambu ke dalam lubang bambu
gelondongan yang letaknya berpasangan.Hubungkan antara kerangka
sungkup yang satu dengan yang lainnya dengan bilah bambu yang dipasang
memanjang, kemudian ikat dengan tali kawat, hingga akhirnya sungkup
(kerangka) naungan siap dipasang atap plastik bening.Pasang atap plastik
bening, dan kuatkan dengan tali pengikat agar tidak mudah lepas oleh
terpaan angin. Kegiatan pemeliharaan tanaman untuk semua jenis atau
varietas cabai hibrida umumnya meliputi : Pemasangan ajir (turus) Cabai
hibirida umumnya berbuah lebat, sehingga untuk menopang pertumbuhan
tanaman agar kuat dan kokoh serta tidak rebah perlu dipasang ajir (turus)
dari bilah bambu setinggi 125 cm, lebar + 4 cm dan tebalnya + 2 cm. Ajir
dipasang (ditancapkan) tegak tiap 3 tanaman cabai 1 ajir secara berjajar
mengikuti arah panjang bedengan. Antara ajir dengan ajir lainnya
dihubungkan dengan bilah bambu memanjang (gelagar) tepat pada
Menjaga tanah tetap gembur, suhu dan kelembaban tanah relatif tetap
(stabil).
Mencegah tercucinya pupuk oleh air hujan, dan penguapan unsur hara oleh
sinar matahari.
Buah cabai yang berada di atas permukaan tanah terhindar dari percikan air
tanah sehingga dapat mengurangi resiko berjangkitnya penyakit busuk
buah.Kesuburan tanah karena pemupukan dapat merata, sehingga
pertumbuhan dan produksi tanaman budidaya relatif seragam (homogen).
Orthene 75 SP 1 gr/lt. Kutu Daun (Myzus persicae Sulz.) Kutu daun atau
sering disebut Aphid tersebar di seluruh dunia. Hama ini memakan segala
jenis tanaman (polifag), lebih dari 100 jenis tanaman inang, termasuk
tanaman cabai. Kutu daun berkembang biak dengan 2 cara, yaitu dengan
perkawinan biasa dan tanpa perkawinan atau telur-telurnya dapat
berkembang menjadi anak tanpa pembuahan (partenogenesis). Daur hidup
hama ini berkisar antara 7 10 hari. Hama ini menyerang tanaman cabai
dengan cara mengisap cairan daun, pucuk, tangkai bunga ataupun bagian
tanaman lainnya. Serangan berat menyebabkan daun-daun melengkung,
keriting, belang-belang kekuningan (klorosis) dan akhirnya rontok sehingga
produksi cabai menurun. Kehadiran kutu daun di kebun cabai, tidak hanya
menjadi hama tetapi juga berfungsi sebagai penular (penyebar) berbagai
penyakit virus. Di samping itu, kutu daun mengeluarkan cairan manis (madu)
yang dapat menutupi permukaan daun. Cairan manis ini akan ditumbuhi
cendawan jelaga berwarna hitam sehingga menghambat proses fotosintesis.
Serangan kutu daun menghebat pada musim kemarau.
Pengendalian secara terpadu terhadap hama ini dapat dilakukan dengan cara
:
Kultur teknik, yaitu menanam tanaman perangkap (trap crop) di sekeliling
kebun cabai, misalnya jagung.
Kimiawi, yaitu dengan semprotan insektisida yang efektif dan selektif seperti
Deltamethrin 25 EC pada konsentrasi 0,1 0,2 cc/liter, Decis 2,5 EC 0,04%,
Hostathion 40EC 0,1% atau Orthene 75 SP 0,1%. Lalat Buah (Dacus
ferrugineus) Serangga dewasa panjangnya + 0.5 cm, berwarna coklat-tua,
dan meletakkan telurnya di dalam buah cabai. Telur tersebut akan menetas,
kemudian merusak buah cabai. Buah-buah yang diserang akan menjadi
bercak-bercak bulat, kemudian membusuk dan berlubang kecil. Buah cabai
yang terserang akan dihuni larva yang pandai meloncat-loncat. Akibatnya
semua bagian buah cabai rusak, busuk, dan berguguran (rontok). Daur hidup
hama ini lamanya sekitar 4 minggu, dan pembentukan stadium pupa terjadi
di atas permukaan tanah.
Pengendalian secara terpadu terhadap hama ini dapat dilakukan dengan cara
:
Kultur teknik, yaitu dengan pergiliran tanaman yang bukan tanaman inang
lalat buah.
Mekanis, yaitu dengan mengumpul-kan buah cabai yang terserang, kemudian
dimusnahkan.
Kimiawi, yaitu dengan pemasangan perangkap beracun metil eugenol atau
protein hydrolisat yang efektif terhadap serangga jantan maupun betina.
Dapat pula disemprot langsung dengan insektisida seperti Buldok, Lannate
ataupun Tamaron. Thrips (Thrips sp.) Spesies Thrips yang sering ditemukan
adalah T. tabaci yang hidupnya bersifat pemangsa segala jenis tanaman
(polifag). Serangga Thrips sangat kecil, panjang + 1 mm, berkembang biak
tanpa pembuahan sel telur (partenogenesis) dan siklus hidupnya berlangsung
selama 7 12 hari. Hama Thrips menyerang hebat pada musim kemarau
dengan memperlihatkan gejala serangan strip-strip pada daun dan berwarna
keperakan. Serangan yang berat dapat mengakibatkan matinya daun
(kering). Thrips ini kadang-kadang berperan sebagai penular (vektor)
penyakit virus.
Pengendalian secara terpadu terhadap hama ini dapat dilakukan dengan cara
:
1. Kultur teknis, yaitu dengan pergiliran tanaman atau tidak menanam cabai
secara bertahap dengan selisih waktu cukup lama karena tanaman muda
akan terserang parah. 1. Kimiawi, yaitu dengan disemprot insektisida
Deltamethrin 25 EC 0,1-0,7 cc/lt, Triazophos 40 EC 0,5-2,0 cc/lt, Endosulfan
25 EC 0,5-2,0 cc/lt, atau juga Decis 2,5 EC (0,04%), Hostathion 20 EC (0,2%)
maupun Mesurol 50 WP (0,1-0,2%). Tungau (Tarsonemus translucens) Tungau
berukuran sangat kecil, tetapi bersifat pemangsa segala jenis tanaman
(polifag). Serangga dewasa panjangnya + 1 mm, bentuk mirip laba-laba, dan
aktif di siang hari. Siklus hidup tungau berkisar selama 14-15 hari. Tungau
menyerang tanaman cabai dengan cara mengisap cairan sel daun atau pucuk
tanaman. Akibat serangannya dapat menimbulkan bintik-