Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH DESAIN PEMBELAJARAN

PERANGKAT PEMBELAJARAN

Oleh
Aswita Mardohar Hasibuan 14177002

Dosen Mata Kuliah:


Prof. Dr. Festiyed, M. S
Prof. Dr. Ahmad Fauzan, M.Pd, M.Sc

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2016

Perangkat Pembelajaran
Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar
memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif,
kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. sehingga proses pembelajaran harus
dirancang dengan baik agar tujuan tersebut dapat tercapai
Perangkat pembelajaran merupakan salah satu alat penunjang keberhasilan
pembelajaran. Dalam perangkat pembelajaran tertuang rencana proses pembelajaran,
penilaian, media, dan metode yang akan digunakan dalam pembelajaran. Perencanaan
perangkat pembelajaran yang baik berimbas pada pelaksanaan pembelajaran yang
sukses. Sayangnya, banyak perangkat pembelajaran yang digunakan guru saat ini masih
belum tepat penyusunannya (Dewi, 2013: 7)
Perangkat pembelajaran adalah sejumlah alat, bahan, media, petunjuk, dan
pedoman yang akan digunakan dalam proses pembelajaran (Suhadi 2007). Dari uraian
tersebut dapat dijelaskan bahwa perangkat pembelajaran merupakan sekumpulan media
atau sarana yang digunakan oleh guru maupun siswa dalam proses pembelajaran di
kelas.
Perangkat pembelajaran adalah salah satu wujud persiapan yang dilakukan oleh
guru sebelum mereka melakukan proses pembelajaran. Perangkat pembelajaran adalah
sekumpulan media atau sarana yang digunakan oleh guru dan siswa dalam proses
pembelajaran di kelas, serangkaian perangkat pembelajaran yang harus dipersiapkan
seorang guru dalam menghadapi pembelajaran di kelas (Anonim,2013).
1. Silabus
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata
pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi , kompetensi dasar,
materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi
untuk penilaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.
Menurut BSNP 2006 prinsip pengembangan silabus terdiri dari:
a. Ilmiah Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus
harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan.

b. Relevan Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi


dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial,
emosional, dan spritual peserta didik.
c. Sistematis Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional
dalam mencapai kompetensi.
d. Konsisten Adanya hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara kompetensi
dasar, indikator, materi pokok/pembelajaran, pengalaman belajar, sumber belajar,
dan sistem penilaian.
e. Memadai Cakupan indikator, materi pokok/pembelajaran, pengalaman belajar,
sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian
kompetensi dasar.
f. Aktual dan Kontekstual Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar,
sumber belajar, dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu,
teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi.
g. Fleksibel Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi keragaman
peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan
tuntutan masyarakat.
h. Menyeluruh Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi
(kognitif, afektif, psikomotor)
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan
pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan
dari silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik dalam upaya
mencapai Kompetensi Dasar (KD). Perangkat pembelajaran menjadi pendukung
bahan ajar dalam pencapaian kompetensi dasar siswa adalah lembar kerja siswa
(LKS). Trianto (2007:73) menguraikan bahwa lembar kegiatan siswa adalah
panduan siswa yang digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau
pemecahan masalah. Lembar kegiatan ini dapat berupa panduan untuk latihan
pengembangan aspek kognitif maupun panduan untuk pengembangan semua
aspek pembelajaran dalam bentuk panduan eksperimen atau demonstrasi. Untuk
mengetahui tercapai tidaknya KD, guru perlu mengadakan tes setiap selesai
menyajikan satu bahasan kepada siswa. Fungsi penilaian ini adalah memberikan

umpan balik kepada guru dalam rangka memperbaiki proses belajar mengajar dan
melaksanakan program berikutnya bagi siswa belum berhasil. Tes hasil belajar
menurut Trianto (2007:76) adalah butir tes yang digunakan untuk mengetahui
hasil belajar siswa setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar, tes ini dibuat
mengacu pada kompetensi dasar yang ingin dicapai, dijabarkan ke dalam indikator
pencapaian hasil belajar dan disusun berdasarkan kisi-kisi penulisan butir soal
lengkap dengan kunci jawabannya serta lembar observasi penilaian psikomotor
kinerja siswa dan penilaian afektif siswa.
Rencana

pelaksanaan

pembelajaran

(RPP)

adalah

rencana

yang menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai


satu atau lebih KD yang ditetapkan dalam standar isi dan dijabarkan pada
silabus. RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali
pertemuan atau lebih. Berdasarkan RPP ini diharapkan dapat menerapkan
pembelajaran secara terprogram dan sistematis. Berdasarkan Peraturan Menteri
No. 41 tahun 2007 RPP tersusun atas beberapa komponen yakni identitas
mata pelajaran, SK, KD, indikator pencapaian, tujuan pembelajaran, materi
ajar,

alokasi

waktu,

metode pembelajaran, penilaian hasil belajar, sumber

belajar, serta kegiatan pembelajaran yang meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan


inti, dan kegiatan penutup (Dewi, 2013).
Prinsip-prinsip

penyusunan

RPP

berdasarkan

Peraturan

Menteri

No.41 tahun 2007 mengenai standar proses yaitu: (a) Memperhatikan perbedaan
individu peserta didik; (b) Mendorong partisipasi

aktif peserta didik; (c)

Mengembangkan budaya membaca dan menulis; (d) Memberikan umpan balik


dan tindak lanjut; (e) Keterkaitan

dan

keterpaduan;

dan

(f)

Menerapkan

teknologi informasi dan komunikasi (Dewi, 2013).


3. Tes Hasil Belajar (THB)
Untuk menyatakan bahwa suatu proses belajar mengajar dapat dikatakan
berhasil, setiap guru memiliki pandangan masing-masing. Namun untuk
menyamakan persepsi sebaiknya kita berpedoman pada kurikulum yang berlaku
saat ini, antara lain bahwa suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan

pengajaran dinyatakan berhasil apabila Kompetensi Dasar (KD)-nya dapat dicapai


(Dewi, 2013).
Untuk mengetahui tercapai tidaknya KD, guru perlu mengadakan tes setiap
selesai menyajikan satu bahasan kepada siswa. Fungsi penilaian ini adalah
memberikan umpan balik kepada guru dalam rangka memperbaiki proses belajar
mengajar dan melaksanakan program berikutnya bagi siswa belum berhasil
(Dewi, 2013).
Tes hasil belajar menurut Trianto (2007a:76) adalah butir tes yang
digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti kegiatan
belajar mengajar, tes ini dibuat mengacu pada kompetensi dasar yang ingin
dicapai, dijabarkan ke dalam indikator pencapaian hasil belajar dan disusun
berdasarkan kisi-kisi penulisan butir soal lengkap dengan kunci jawabannya serta
lembar observasi penilaian psikomotor kinerja siswa.
4. Instrumen Penilaian
Penilaian
menganalisis, dan
peserta

didik

sehingga

merupakan

rangkaian

menafsirkan

data

kegiatan

tentang

untuk

proses

dan

memproleh,
hasil

belajar

yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan

menjadi

informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan

(Depdiknas 2008).
Prinsip penilaian hasil belajar berdasarkan Peraturan Menteri No. 20
tahun 2007

ialah

sahih,

dan berkesinambungan,

objektif,

sistematis,

adil,

terpadu,

beracuan

terbuka,

kriteria,

serta

menyeluruh
akuntabel.

Sedangkan instrumen yang digunakan harus memenuhi persyaratan substansi,


konstruksi, dan bahasa.
kompetensi
sesuai

yang

dengan

Syarat

substansi

ialah

merepresentasikan

dinilai, konstruksi ialah memenuhi persyaratan teknis


bentuk

instrumen yang digunakan, dan bahasa ialah

menggunakan bahasa yang baik dan benar serta komunikatif sesuai dengan taraf
perkembangan peserta didik (Dewi, 2013). Beberapa teknik penilaian yang
dapat dilakukan sesuai dengan kompetensi yang dinilai dapat dilihat pada Tabel
1. berikut.

Tabel 1. Klasifikasi teknik penilaian dan bentuk instrumen

Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang harus dilaksanakan oleh Sekolah


Sasaran maupun Sekolah yang lainnya mulai tahun pelajaran 2014/2015.
Keberadaan Kurikulum 2013 membuat semua Pendidik harus menyesuaikan diri
dengan Kurikulum 2013 di antaranya adalah dalam hal penilaian (Kabar Guru,
2014).
Kurikulum 2013 mempersyaratkan penggunaan penilaian autentik
(authentic assesment). Secara paradigmatik penilaian autentik memerlukan
perwujudan pembelajaran autentik (authentic instruction) dan belajar autentik
(authentic learning). Hal ini diyakini bahwa penilaian autentik lebih mampu
memberikan informasi kemampuan peserta didik secara holistik dan valid (Kabar
Guru, 2014).
Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik adalah proses pengumpulan
informasi/bukti tentang capaian pembelajaran peserta didik dalam kompetensi
sikap spiritual dan sikap sosial, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi
keterampilan yang dilakukan secara terencana dan sistematis, selama dan setelah
proses pembelajaran. Penilaian Hasil Belajar oleh pendidik memiliki fungsi untuk
memantau kemajuan belajar, memantau hasil belajar, dan mendeteksi kebutuhan
perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan (Kabar Guru,
2014).
Tujuan dari penilaian ini, diantaranya:

1. Mengetahui tingkat penguasaan kompetensi dalam sikap, pengetahuan, dan


keterampilan yang sudah dan belum dikuasai seorang/sekelompok peserta didik
untuk ditingkatkan dalam pembelajaran remedial dan program pengayaan.
2. Menetapkan ketuntasan penguasaan kompetensi belajar peserta didik dalam
kurun waktu tertentu, yaitu harian, tengah semesteran, satu semesteran, satu
tahunan, dan masa studi satuan pendidikan.
3. Menetapkan program perbaikan atau pengayaan berdasarkan tingkat penguasaan
kompetensi bagi mereka yang diidentifikasi sebagai peserta didik yang lambat
atau cepat dalam belajar dan pencapaian hasil belajar.
4. Memperbaiki proses pembelajaran pada pertemuan semester berikutnya (Kabar
Guru, 2014).
Penilaian menggunakan Acuan Kriteria merupakan penilaian kemajuan
peserta didik dibandingkan dengan kriteria capaian kompetensi yang ditetapkan.
Bagi yang belum berhasil mencapai kriteria, diberi kesempatan mengikuti
pembelajaran remedial yang dilakukan setelah suatu kegiatan penilaian (bukan di
akhir semester) baik secara individual, kelompok, maupun kelas. Bagi mereka
yang berhasil dapat diberi program pengayaan sesuai dengan waktu yang tersedia
baik secara individual maupun kelompok. Program pengayaan merupakan
pendalaman atau perluasan dari kompetensi yang dipelajari. Acuan Kriteria:
1. Modus untuk sikap,
2. Rerata untuk pengetahuan, dan
3. Capaian optimum untuk keterampilan (Kabar Guru, 2014).
Penilaian dapat berupa:
a. Penilaian Kompetensi Sikap:
(1). Observasi
(2). Penilaian diri (self assessment)
(3). Penilaian teman sebaya (peer assessment)
(4). Penilaian jurnal (anecdotal record)
b. Penilaian Kompetensi Pengetahuan:
(1). Tes tertulis.
(2). Observasi Terhadap Diskusi, Tanya Jawab dan Percakapan.
(3). Penugasan

c. Penilaian Kompetensi Keterampilan:


(1).

Unjuk kerja/kinerja/praktik

(2).

Projek

(3).

Produk

(4).

Portofolio

(5).

Tertulis (Kabar Guru, 2014)

Pada pendidikan menengah umum, di samping buku-buku teks, juga dikenalkan


adanya lembar-lembar pembelajaran (instructional sheet) dengan nama yang bermacammacam, antara lain: lembar tugas (job sheet), lembar kerja (work sheet), lembar
informasi (information sheet) dan bahan ajar lainnya baik cetak maupun non-cetak.
Semua bahan yang digunakan untuk mendukung proses belajar itu disebut sebagai
bahan ajar (teaching material)
Bahan ajar atau teaching-material, terdiri atas dua kata yaitu teaching atau
mengajar dan material atau bahan. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang
digunakan untuk membantu guru/instruktor dalam melaksanakan kegiatan belajar
mengajar di kelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan
tidak tertulis.
Berdasarkan teknologi yang digunakan, bahan ajar dapat dikelompokkan
menjadi empat kategori, yaitu bahan cetak (printed) seperti antara lain handout, buku,
modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart, foto/gambar, model/maket. Bahan
ajar dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio.
Bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti video compact disk, film. Bahan
ajar multimedia interaktif (interactive teaching material) seperti CAI (Computer
Assisted Instruction), compact disk (CD) multimedia pembelajarn interaktif, dan bahan
ajar berbasis web (web based learning materials).
Kita mengenal berbagai jenis bahan ajar cetak, antara lain hand out, buku,
modul, poster, brosur, dan leaflet.
1. Handout
Handout adalah bahan tertulis yang disiapkan oleh seorang guru untuk
memperkaya pengetahuan peserta didik. Menurut kamus Oxford hal 389, handout
is prepared statement given. Handout adalah pernyataan yang telah disiapkan oleh
pembicara.

Handout biasanya diambilkan dari beberapa literatur yang memiliki relevansi


dengan materi yang diajarkan/ KD dan materi pokok yang harus dikuasai oleh
peserta didik. Saat ini handout dapat diperoleh dengan berbagai cara, antara lain
dengan cara down-load dari internet, atau menyadur dari sebuah buku.
2. Buku
Buku adalah bahan tertulis yang menyajikan ilmu pengetahuan buah pikiran
dari pengarangnya. Oleh pengarangnya isi buku didapat dari berbagai cara
misalnya: hasil penelitian, hasil pengamatan, aktualisasi pengalaman, otobiografi,
atau hasil imajinasi seseorang yang disebut sebagai fiksi.

Menurut kamus oxford

hal 94, buku diartikan sebagai: Book is number of sheet of paper, either printed or
blank, fastened together in a cover. Buku adalah sejumlah lembaran kertas baik
cetakan maupun kosong yang dijilid dan diberi kulit. Buku sebagai bahan ajar
merupakan

buku yang berisi suatu ilmu pengetahuan hasil analisis terhadap

kurikulum dalam bentuk tertulis.


Buku yang baik adalah buku yang ditulis dengan menggunakan bahasa yang
baik dan mudah dimengerti, disajikan secara menarik dilengkapi dengan gambar
dan keterangan-keterangannya, isi buku juga menggambarkan sesuatu yang sesuai
dengan ide penulisannya. Buku pelajaran berisi tentang ilmu pengetahuan yang
dapat digunakan oleh peserta didik untuk belajar, buku fiksi akan berisi tentang
fikiran-fikiran fiksi si penulis, dan seterusnya.
3. Modul
Modul adalah sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta didik
dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru, sehingga modul
berisi paling tidak tentang:

Petunjuk belajar (Petunjuk siswa/guru)

Kompetensi yang akan dicapai

Content atau isi materi

Informasi pendukung

Latihan-latihan

Petunjuk kerja, dapat berupa Lembar Kerja (LK)

Evaluasi

Balikan terhadap hasil evaluasi


Sebuah modul akan bermakna kalau peserta didik dapat dengan mudah

menggunakannya. Pembelajaran dengan modul memungkinkan seorang peserta


didik yang memiliki kecepatan tinggi dalam belajar akan lebih cepat menyelesaikan
satu atau lebih KD dibandingkan dengan peserta didik lainnya. Dengan demikian
maka modul harus menggambarkan KD yang akan dicapai oleh peserta didik,
disajikan dengan menggunakan bahasa yang baik, menarik, dilengkapi dengan
ilustrasi.
4. Lembar kegiatan siswa
Lembar kegiatan siswa (student worksheet) adalah lembaran-lembaran berisi
tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Lembar kegiatan biasanya berupa
petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Suatu tugas yang
diperintahkan dalam lembar kegiatan harus jelas KD yang akan dicapainya.
Lembar kegiatan dapat digunakan untuk mata pembelajaran apa saja. Tugas-tugas
sebuah lembar kegiatan tidak akan dapat dikerjakan oleh peserta didik secara baik
apabila tidak dilengkapi dengan buku lain atau referensi lain yang terkait dengan
materi tugasnya.

Tugas-tugas yang diberikan kepada peserta didik dapat berupa

teoritis dan atau tugas-tugas praktis.

Tugas teoritis misalnya tugas membaca

sebuah artikel tertentu, kemudian membuat resume untuk dipresentasikan.


Sedangkan tugas praktis dapat berupa kerja laboratorium atau kerja lapangan,
misalnya survey tentang harga cabe dalam kurun waktu tertentu di suatu tempat.
Keuntungan adanya lembar kegiatan adalah bagi guru, memudahkan guru dalam
melaksanakan pembelajaran, bagi siswa akan belajar secara mandiri dan belajar
memahami dan menjalankan suatu tugas tertulis.
Dalam menyiapkannya guru harus cermat dan memiliki pengetahuan dan
keterampilan yang memadai, karena sebuah lembar kerja harus memenuhi paling
tidak kriteria yang berkaitan dengan tercapai/ tidaknya sebuah KD dikuasai oleh
peserta didik.

5. Brosur
Brosur adalah bahan informasi tertulis mengenai suatu masalah yang disusun
secara bersistem atau cetakan yang hanya terdiri atas beberapa halaman dan dilipat
tanpa dijilid atau selebaran cetakan yang berisi keterangan singkat tetapi lengkap
tentang perusahaan atau organisasi (Kamus besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua,
Balai Pustaka, 1996). Dengan demikian, maka brosur dapat dimanfaatkan sebagai
bahan ajar, selama sajian brosur diturunkan dari KD yang harus dikuasai oleh
siswa. Mungkin saja brosur dapat menjadi bahan ajar yang menarik, karena
bentuknya yang menarik dan praktis. Agar lembaran brosur tidak terlalu banyak,
maka brosur didesain hanya memuat satu KD saja. Ilustrasi dalam sebuah brosur
akan menambah menarik minat peserta didik untuk menggunakannya.
6. Leaflet
A separate sheet of printed matter, often folded but not stitched (Websters
New World, 1996) Leaflet adalah bahan cetak tertulis berupa lembaran yang dilipat
tapi tidak dimatikan/dijahit. Agar terlihat menarik biasanya leaflet didesain secara
cermat dilengkapi dengan ilustrasi dan menggunakan bahasa yang sederhana,
singkat serta mudah dipahami.

Leaflet sebagai bahan ajar juga harus memuat

materi yang dapat menggiring peserta didik untuk menguasai satu atau lebih KD.
7. Wallchart
Wallchart adalah bahan cetak, biasanya berupa bagan siklus/proses atau
grafik yang bermakna menunjukkan posisi tertentu. Agar wallchart terlihat lebih
menarik bagi siswa maupun guru, maka wallchart didesain dengan menggunakan
tata warna dan pengaturan proporsi yang baik. Wallchart biasanya masuk dalam
kategori alat bantu melaksanakan pembelajaran, namun dalam hal ini wallchart
didesain sebagai bahan ajar. Karena didesain sebagai bahan ajar, maka wallchart
harus memenuhi kriteria sebagai bahan ajar antara lain bahwa memiliki kejelasan
tentang KD dan materi pokok yang harus dikuasai oleh peserta didik, diajarkan
untuk berapa lama, dan bagaimana cara menggunakannya. Sebagai

contoh

wallchart tentang siklus makhluk hidup binatang antara ular, tikus dan
lingkungannya.

8. Foto/Gambar
Foto/gambar memiliki makna yang lebih baik dibandingkan dengan tulisan.
Foto/gambar sebagai bahan ajar tentu saja diperlukan satu rancangan yang baik
agar setelah selesai melihat sebuah atau serangkaian foto/gambar siswa dapat
melakukan sesuatu yang pada akhirnya menguasai satu atau lebih KD.
Menurut Weidenmann dalam buku Lehren mit Bildmedien menggambarkan
bahwa melihat sebuah foto/gambar lebih tinggi maknanya dari pada membaca atau
mendengar. Melalui membaca yang dapat diingat hanya 10%, dari mendengar yang
diingat 20%, dan dari melihat yang diingat 30%. Foto/gambar yang didesain secara
baik dapat memberikan pemahaman yang lebih baik. Bahan ajar ini dalam
menggunakannya harus dibantu dengan bahan tertulis. Bahan tertulis dapat berupa
petunjuk cara menggunakannya dan atau bahan tes. Sebuah gambar yang bermakna
paling tidak memiliki kriteria sebagai berikut:

Gambar harus mengandung sesuatu yang dapat dilihat dan penuh dengan
informasi/data. Sehingga gambar tidak hanya sekedar gambar yang tidak
mengandung arti atau tidak ada yang dapat dipelajari.

Gambar bermakna dan dapat dimengerti. Sehingga, si pembaca gambar


benar-benar mengerti, tidak salah pengertian.

Lengkap, rasional untuk digunakan dalam proses pembelajaran, bahannya


diambil dari sumber yang benar. Sehingga jangan sampai gambar miskin informasi
yang berakibat penggunanya tidak belajar apa-apa.

DAFTAR PUSTAKA
Dewi, Mariana. 2013. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Biologi Berorientasi
Pengembangan Intelegensi Majemuk Siswa pada Materi Sel Kelas XI SMA.
Skripsi. Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Semarang.
Depdiknas. 2008a. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Direktorat Pembinaan
SMA, Dirjen Mandikdasmen, Depdiknas.
_______. 2008b. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 2 tahun 2008
Tentang Buku. Jakarta: Depdiknas.
Kabar
Guru.
2014.
Penilaian
Kurikulum
2013.
Diakses
http://www.kabarguru.com/2014/11/penilaian-kurikulum-2013-k-13_23.html
tanggal 12 April 2016.

di

Suhadi. 2007. Penyusunan Perangkat Pembelajaran dalam Kegiatan Lesson Study.


Makalah disampaikan pada Pelatihan Lesson Study untuk Guru SMP seKabupaten Hulu Sungai Utara. Hulu Sungai Utara, Kalimantan 27-31 Mei 2007.
Trianto.2007.Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstrutivistik.Surabaya:
Prestasi Pustaka

Anda mungkin juga menyukai