PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tujuan pembangunan kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran,kemauan,dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya,sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif
serta secara sosial dan ekonomis (Depkes RI, 2009).
Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan yang dilakukan
secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan,
pengobatan penyakit dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah atau masyarakat (Depkes RI,
2009).
Masalah kesehatan gigi di Indonesia merupakan hal yang memerlukan perhatian serius
karena prevalensi karies dan penyakit periodontal mencapai 80% dari jumlah penduduk
(Suwelo, 1992)
Penyelenggaran kesehatan gigi sebagai salah satu kegiatan pokok yang dilaksanakan
sesuai dengan pola pelayanan kesehatan gigi dan mulut, terutama ditujukan kepada gologan
rawan terhadap gangguan kesehatan gigi yaitu anak prasekolah dan anak sekolah dasar, serta
ditunjukan kepada keluarga dan masyarakat berpenghasilan rendah baik di pedesaan maupun
di perkotaan (Depkes RI, 1995)
Menurut Suryanto (2007) sekitar 90% anak indnesia menderita karies, berarti masalah
karies gigi masih harus mendapat perhatian serius karena sampai sekarang penyakit tersebut
masih menduduki urutan tertinggi dalam masalah penyakit gigi dan mulut, yaitu penyakit
tertinggi ke enam yang dikeluhkan masyarakat indonesia dan menempati urutan keempat
penyakit termahal dalam pengobatan terutama pada usia sekolah.
Riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2007, melaporkan bawa penduduk di provinsi bali
pada 2007 memiliki masalah kesehatan gigi dan mulut sebesar 22,5% sedangkan pada
1
kelompok umur 5-9 tahun yang mengalami masalah kesehatan gigi dan mulut seperti karies
gigi sulung sebesar 23,6% (Depkes RI, 2008).
Menurut Tampubolon (dalam Situmorang 2002) untuk mengetahui kesehatan gigi dan
mulut anak dan faktor lainnya seperti karakteristik struktur keluarga ( jumlah anak, urutan
anak) dan status sosial ( pendidikan ibu, pekerjaan bapak) dilakukan penelitian agar dapat
menjadi masukan pada program promosi kesehatan. Struktur keluarga berpengaruh dalam
pemeliharaan kesehatan anak. Anak dengan jumlah 1-2 orang di negara maju memungkinkan
orang tua dapat melindungi dan merawat anak lebih baik dibandingkan dengan keluarga
yang jumlah anak nya lebi besar.
Status sosial (Pendidikan ibu dan pekerjaan bapak) menurut Martikeinen (dalam
Situmorang 2002) berperan dalam kejadian karies gigi pada ibu dengan pendidikan rendah
dan status pekerjaan kepada keluarga tidak menetap atau bekerja penuh waktu dengan upah
rendah dijumpai kejadian penyakit yang lebih tinggi.
Menurut Counted dan Christman (Situmorang 2002) kondisi ekonomi yang buruk
menyebabkan sulitnya pengembangan perilaku sehat sepeerti kebiasaan menyikat gigi pada
keluarga kelompok ekonomi rendah juga dijumpai kurangnya respon atau perhatian ibu pada
peliharaan kesehatan gigi anaknya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari Karies gigi?
2. Apa saja tanda dan gejala dari karies gigi?
3. Apa saja penyebab dari karies gigi?
4. Bagaimana proses terjadinya karies gigi?
5. Apa saja akibat yang ditimbulkan dari karies gigi?
6. Apa saja pencegahan yang bisa dilakukan dari karies gigi?
7. Bagaimana model ekologikal epidemiologi karies gigi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi karies gigi
2. Untuk mengetahui tanda dan gejala karies gigi
3. Untuk mengetahui penyebab karies gigi
4. Untuk mengetahui proses terjadinya karies gigi
5. Untuk mengetahui akibat yang ditimbulkan dari karies gigi
6. Untuk mengetahui pencegahan yang bisa dilakukan dari karies gigi
7. Untuk mengetahui model ekologikal epidemiologi karies gigi
D. Manfaat
Manfaat bagi instansi poltekkes
a. menambah refrensi makalah tentang karies gigi bagi perpustakaan Poltekkes Denpasar.
b. menambah wawasan bagi warga Poltekkes Denpasar tentang karies gigi.
Manfaat bagi mahasiswa
a. menambah wawasan pengetahuan tentang karies gigi.
b. mahasiswa mampu melakukan pencegahan dari penyakit karies gigi.
manfaat bagi masyarakat luas
a. masyarakat bisa memahami tentang penyakit karies gigi.
b. masyarakat mampu melakukan pencegahan dri penyakit karies gigi.
BAB II
PEMBAHASAN
Bentuk-bentuk karies:
A. Berdasarkan cara meluasnya karies
a. Karies Penetriende
Karies yang meluas dari email kedentin dalam bentuk kerucut perluasannya secara
penetrasi merembes ke dalam
b. Karies Unterminirende
Karies yang meluas dari email ke dentin dimana pada oklusal kecil tetapi di dalam
email atau dentin sudah melusa
A. Berdasarkan dalamnya karies
a. Karies Superfisialis
Karies yang baru mengenai lapisan email, tidak sampai dentin
b. Karies Media
Karies yang sudah mengenai dentin tetapi belum melebihi setengah dentin
c. Karies Profunda
Dmana karies sudah mengenai lebih setengahnya dentin dan kadang -kadang sudah
mengenai pulpa
1. Profunda pulpa terbuka
Bila pulpa sudah terbuka/ mengenai pulpa
2. Profunda pulpa tertutup
Bila karies belum mengenai pulpa
B. Berdasarkan Lokasi Karies (Olah G Black)
a. Karies kelas I
Karies yang terdapat pada bagian oklusal (Pits dan fissure ) dari gigi premolar dan
molar.
b. Karies kelas II
Karies yang terdapat pada bagian aproximal dari gigi molar atau premolar yang
umumnya meluas sampai bagian oklusal.
c. Karies kelas III
Karies yang terdapat pada bagian aproximal dari gigi anterior tetapi belum mencapai
margo incisal (belum mencapai 1/3 incisal gigi).
d. Karies kelas IV
Karies yang terdapat pada bagian aproximal dari gigi anterior dan sudah mencapai
margo incisal (telah mencapai 1/3 incisal gigi )
e. Karies kelas V
Karies yang terletak di cerviks gigi anterior maupun posterior.
C. Berdasarkan Banyaknya Permukaan Yang Terkena
a. Simple karies
Bila hanya satu permukaan yang terkena.
b. Kompleks karies
Bila lebih dari satu permukaan gigi yang terkena.
5
terdapat lapisan-lapisan tiga (lapisan demineralisasi, suatu daerah sempit, dimana dentin
partibular diserang), lapisan empat dan lapisan lima.
Akumulasi plak pada permukaan gigi utuh dalam dua sampai tiga minggu
menyebabkan terjadinya bercak putih. Waktu terjadinya bercak putih menjadi kavitasi
tergantung pada umur, pada anak-anak 1,5 tahun dengan kisaran 6 bulan ke atas dan ke
bawah, pada umur 15 tahun, 2 tahun dan pada umur 21-24 tahun, hampir tiga tahun. Tentu
saja terdapat perbedaan individual. Sekarang ini karena banyak pemakaian flourida, kavitasi
akan berjalan lebih lambat daripada dahulu.
Gigi berlubang yang kita lihat sebagai suatu lubang pada gigi geraham atau gigi seri
depan yang habis pada anak-anak menyisakan gigi yang terlihat lebih kecil dan kecokelatan
itu-umumnya tidak terjadi dalam waktu singkat. Diet yang buruk dibandingkan dengan
orang dewasa, pada anak-anak terdapat jumlah ludah dari kapasitas buffer yang lebih kecil,
diperkuat oleh aktivitas proteolitik yang lebih besar di dalam mulut.
Menurut Srigupta (2004) proses karies berkembang berdasarkan tiga tahap yaitu :
1. Berbagai bakteri yang ada dalam mulut membentuk asam, dari gula yang terkandung
dalam makanan, yang melekat pada permukaan gigi
2. Asam ini melarutkan Email pelapis gigi berwarna putih yang menghancurkan susunan
gigi. Proses ini dikenal dengan karies gigi dan menyebabkan gigi berlubang
3. Lebih jauh lagi asam tersebut menyebabkan penetrasi karies dari email ke gigi bagian
dalam di bawah gigi kepala.
Pada anak-anak, kerusakan berjalan lebih cepat dibandingkan orang tua, hal ini
disebabkan :
1) Email gigi yang baru erupsi lebih mudah diserang selama belum selesai maturasi setelah
erupsi (meneruskan mineralisasi dan pengambilan flourida) yang berlangsung terutama
1 tahun setelah erupsi.
2) Remineralisasi yang tidak memadai pada anak-anak, bukan karena perbedaan fisiologis,
tetapi sebagai akibat pola makannya (sering makan makanan kecil)
3) Lebar tubuli pada anak-anak mungkin menyokong terjadinya sklerotisasi yang tidak
memadai
9
10
Kebersihan perorangan terdiri dari pembersihan gigi yang baik. Kebersihan mulut yang baik
diperluklan untuk meminimalisir agen penyebab penyakit mulut dan membuang plak gigi.
Plak tersebut mengandung bakteri. Karies dapat dicegah dengan pembersihan dan
pemeriksaan gigi teratur.
Pengaturan makanan
Untuk kesehatan gigi, pengaturan konsumsi gula penting diperhatikan. Gula yang tersisa
pada mulut dapat memproduksi asam oleh bakteri. Pengonsumsian permen karet dengan
xilitol dapat melindungi gigi. Permen ini telah populer di Finlandia. Efek ini mungkin
disebabkan ketidakmampuan bakteri memetabolisme xilitol.
AGENT/PENYEBAB
1.
ENVIRONMENTAL/LINGKUNGAN
Komposisi gigi terdiri dari email dan dentin. Dentin adalah lapisan di bawah email.
Struktur email gigi sangat menentukan proses terjadinya karies. Gigi selalu dibasahi saliva
secara normal. Pada proses pencernaan di dalam mulut terjadi kontak antara makanan,
11
saliva dan gigi. Fungsi saliva adalah sebagai pelicin, pelindung, buffer, pembersih, dan anti
bakteri. Jumlah dan isi saliva, derajat keasaman, kekentalan, dan kemampuan buffer
berpengaruh pada karies. Saliva mampu meremineralisasi karies dini karena mengandung
ion Ca, dan P. Saliva juga mempengaruhi pH dan komposisi mikroorganisme dalam plak
(Mansjoer, 2001).
2.
Agent (Bakteri/Mikroorganisme)
Mansjoer (2001) mengatakan ada 3 bakteri yang sering mengakibatkan karies
yaitu:
1. Lactobacillus, bakteri ini populasinya dipengaruhi oleh kebiasaan makan. Bakteri ini
hanya dianggap faktor pembantu karies.
2. Streptococcus, bakteri kokus gram positif ini jumlahnya terbanyak dalam mulut dan
merupakan penyebab utama karie gigi karena bakteri ini mampu memproduksi senyawa
glukan (mutan) dalam jumlah yang besar dari sukrosa dengan pertolongan enzim, salah
satu spesiesnya yaitu Streptococcus mutans.
3. Actinomyces, semua spesies ini memfermentasikan glukosa, terutama membentuk asam
laktat, asetat, dan asam format.
3. Environment (substrat)
Substrat adalah campuran makanan halus dan minuman yang dimakan seharihari yang menempel di permukaan gigi. Substrat ini dapat berasal dari jus, susu formula,
larutan, dan makanan manis lainnya.
a. Time atau waktu
Bakteri dan substrat membutuhkan waktu lama untuk demineralisasi dan progesi
karies. Waktu merupakan kecepatan terbentuknya karies serta lama dan frekuensi
substrat menempel di permukaan gigi. Adanya kemampuan saliva untuk
meremineralisasi selama proses karies, menandakan bahwa proses tersebut terdiri
atas periode perusakan dan perbaikan yang silih berganti. Sehingga bila saliva
berada dalam lingkungan gigi, maka karies tidak akan menghancurkan gigi dalam
hitungan hari atau minggu, melainkan dalam bulan atau tahun.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan yaitu:
1. Karies gigi adalah sebuah penyakit infeksi yang merusak struktur gigi. Penyakit ini
menyebabkan gigi berlubang.
2. Karies ditandai dengan adanya lubang pada jaringan keras gigi, dapat berwarna
coklat atau hitam.
3. Keberadaan bakteri dalam bakteri dalam mulut merupakan suatu hal yang normal.
Bakteri dapat merubah semua makanan, terutama gula menjadi asam. Bakteri yang
paling berperan dalam menyebabkan karies adalah Streptococcus mutans.
4. Proses terjadinya karies gigi dimulai dengan adanya plaque di permukaan gigi,
sukrosa (gula) dari sisa makanan dan bakteri berproses menempel pada waktu
tertentu yang berubah menjadi asam laktat yang akan menurunkan pH mulut
menjadi kritis (5,5) dan akan menyebabkan demineralisasi email berlanjut menjadi
karies gigi.
5. Akibat dari penyakit karies gigi adalah bau mulut, terasa ngilu bila terkena makanan
yang panas atau dingin, asam dan manis., tidak bisa tidur, keadaan yang parah, kalau
tidak dicabut menyebabkan gusi bengkak, terdapat nanah dan pilek-pilek, penyakit
pada organ, gigi tidak teratur, penurunan kualitas hidup.
6. Pencegahan dari penyakit karies gigi adalah sikat gigi, lakukan fossing, hindari
makanan yang terlalu manis, dan periksakan gigi ke Dokter Gigi.
7. Model ekologikal epidemiologi terdiri dari host, agent dan environmental.
B. Saran
Saran yang bisa kami berikan adalah memperhatikan kesehatan ggi dan mulut agar tidak
terkena karies gigi atau gigi berlubang. Seperti menggosok gigi yang benar yaitu menggosok
gigi 2 kali sehari pada pagi hari sesudah sarapan dan malam hari sebelum tidur, hindari
makanan yang lengket, dan mengontrol gigi ke Dokter gigi tiap 6 bulan sekali.
13
DAFTAR PUSTAKA
14