Anda di halaman 1dari 74

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn.

J DENGAN LANSIA
DI SOMODARAN BANYURADEN GAMPING SLEMAN

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Praktik Kerja Lapangan


Keperawatan Keluarga pada Diploma IV Keperawatan
Semester VI

Disusun Oleh:
Kelompok I
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Alvionita Rosa N
Arsinda Prastiwi
Distia Taravella
Eva Fakhrunnisa
Farida Sosiawati
Heryuni Prastiwi
Imsakul Fatimah
Kalifa Nurrahmad F
Rohmad Adi S

NIM. P07120213002
NIM. P07120213007
NIM. P07120213013
NIM. P07120213017
NIM. P07120213018
NIM. P07120213019
NIM. P07120213021
NIM. P07120213024
NIM. P07120213035

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA
JURUSAN KEPERAWATAN
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. TEORI TENTANG PROSES PENUAAN
1. Pengertian lanjut Usia
Proses menua merupakan suatu yang fisiologis, yang akan dialami oleh
setiap orang. Batasan orang dikatakan lanjut usia berdasarkan UU No 13
tahun 1998 adalah 60 tahun.

Proses penuaan dipandang sebagai sebuah proses total dan sudah


dimulai saat masa konsepsi. Meskipun penuaan adalah sebuah proses
berkelanjutan, belum tentu seseorang meninggal hanya karena usia tua.
Sebab individu memiliki perbedaan yang unik terhadap genetik, sosial,
psikologik,

dan

faktor-faktor

ekonomi

yang

saling

terjalin

dalam

kehidupannya menyebabkan peristiwa menua berbeda pada setiap orang.


Dalam

sepanjang

kehidupannya,

seseorang

mengalami

pengalaman

traumatik baik fisik maupun emosional yang bisa melemahkan kemampuan


seseorang untuk memperbaiki atau mempertahankan dirinya.

Akhirnya

periode akhir dari hidup yang disebut senescence terjadi saat organisme
biologik tidak dapat menyeimbangkan lagi mekanisme Pengrusakan dan
Perbaikan.
2. Teori tentang Proses menua
1. Teori Biologik
Menurut Mary Ann Christ et al. (1993), penuaan merupakan
proses yang secara berangsur mengakibatkan perubahan yang
kumulatif dan mengakibatkan perubahan di dalam yang berakhir dengan
kematian. Penuaan juga menyangkut perubahan sel, akibat interaksi sel
dengan lingkungannya, yang pada akhirnya menimbulkan perubahan
degeneratif.
Teori biologis tentang proses penuaan dapat dibagi menjadi teori
intrinsik dan ekstrinsik.

Intrinsik berarti perubahan yang berkaitan

dengan usia, timbul akibat penyebab di dalam sel sendiri, sedangkan


teori ekstrinsik menjelaskan bahwa perubahan yang terjadi diakibatkan
oleh pengaruh lingkungan.
Faktor intrinsik, peranan enzym seperti DNA polymerase yang
berperan besar pada penggandaan dan perbaikan DNA, serta enzym
proteolytik yang dapat menemukan sel yang mengalami degradasi
protein sangat penting. Sedangkan pada faktor ekstrinsik yang penting
dikemukakan adalah radikal bebas,

fungsi kekebalan seluler dan

humoral, oksidasi stress, cross link serta mekanisme dipakai dan aus
sangat menentukan dalam proses penuaan yang terjadi .
Adanya faktor pengaruh intrinsik dan ekstrinsik tadi pada
akhirnya akan mempengaruhi tingkat perubahan pada sel , sel otak dan
saraf, gangguan otak , serta jaringan tubuh lainnya.

1) Teori Genetik dan Mutasi, Genetic Clock


Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang
diprogram oleh molekul /DNA dan setiap sel pada saatnya akan
mengalami mutasi.
Teori ini menyatakan bahwa proses menua terjadi akibat
adanya program jam genetik didalam nuklei. Jam ini akan berputar
dalam jangka

waktu tertentu dan jika jam ini sudah habis

putarannya maka, akan menyebabkan berhentinya proses mitosis.


2) Teori ERROR
Salah satu hipotesis yang berhubungan dengan mutasi sel
somatik adalah hipotesis "Error Castastrophe" (Darmojo dan
Martono, 1999). Menurut teori tersebut menua diakibatkan oleh
menumpuknya berbagai macam kesalahan sepanjang kehidupan
manusia. Akibat kesalahan tersebut akan berakibat kesalahan
metabolisme yang dapat mengakibatkan kerusakan sel dan fungsi
sel secara perlahan.
3) Pemakaian dan Rusak, wear and tear theory
Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah
4) Autoimune
Pada proses metabolisme tubuh , suatu saat diproduksi suatu
zat khusus. Saat jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap
zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan mati
Hal ini dibuktikan dengan makin bertambahnya prevalensi
auto antibodi pada lansia (Brocklehurst,1987 dikutif dari Darmojo
dan Martono, 1999). Dipihak lain sistem imun tubuh sendiri daya
pertahanannya mengalami penurunan pada proses menua, daya
serangnya terhadap antigen menjadi menurun, sehingga sel-sel
patologis

meningkat

sesuai

dengan

menigkatnya

umur

(Suhana,1994 dikutif dari Nuryati, 1994)


5) Teori Stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan.
Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan
lingkungan internal dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah
dipakai.
6) Teori Radikal Bebas
Tidak stabilnya redikal bebas mengakibatkan oksidasioksidasi bahan bahan organik seperti karbohidrat dan protein
radikal ini menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.

Radikal bebas sangat merusak karena sangat reaktif,


sehingga dapat bereaksi dengan DNA, protein, dan asam lemak tak
jenuh. Menurut Oen (1993) yang dikutif dari Darmojo dan Martono
(1999) menyatakan bahwa makin tua umur makin banyak terbentuk
radikal bebas, sehingga poses pengrusakan terus terjadi, kerusakan
organel sel makin banyak akhirnya sel mati.
7) Teori Kolagen
Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan menyebabkan
kecepatan kerusakan jaringan dan melambatnya perbaikan sel
jaringan.
2. Teori Sosial
1) Teori Aktifitas
Lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut
banyak dalam kegiatan sosial
2) Teori Pembebasan
Dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur
angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini
mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara
kwalitas maupun kwantitas. Sehingga terjadi kehilangan ganda
yakni :

3)

a) Kehilangan peran
b) Hambatan kontrol sosial
c) Berkurangnya komitmen
Teori Kesinambungan
Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus
kehidupan lansia. Dengan demikian pengalaman hidup seseorang
pada usatu saat merupakan gambarannya kelak pada saat ini
menjadi lansia.
Pokok-pokok dari teori kesinambungan adalah :
a) lansia tak disarankan untuk melepaskan peran atau harus aktif
dalam

proses

penuaan,

akan

tetapi

didasarkan

pada

pengalamannya di masa lalu, dipilih peran apa yang harus


dipertahankan atau dihilangkan
b) Peran lansia yang hilang tak perlu diganti
c) Lansia dimungkinkan untuk memilih berbagai cara adaptasi.
4) Teori Interaksi Sosial (Social Exchange Theory).

Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lansia bertindak


pada suatu situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai
masyarakat. Mauss

(1954), Homans (1961) dan Blau (1964)

mengemukakan bahwa interaksi sosial didasarkan atas hukum


pertukaran barang dan jasa
Pokok-pokok Social Exchanger Theory sebagai berikut:
a) Masyarakat terdiri atas aktor-aktor sosial yang berupaya
mencapai tujuannya masing-masing.
b) Dalam upaya tersebut terjadi interaksi sosial yang memerlukan
biaya dan waktu.
c) Untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai seorang aktor
akan mengeluarkan biaya.
d) Aktor senantiasa berusaha mencari keuntungan dan mencegah
terjadinya kerugian.
e) Hanya interaksi yang ekonomis saja yang dipertahankan
olehnya.
5) Teori Penarikan Diri (Disengagament Theory)
Cumming
dan Henry ( 1961) mengemukakan bahwa
kemiskinan yang diderita lansia dan menurunnya derajat kesehatan
mengakibatkan seseorang lansia secara perlahan-lahan menarik
diri dari pergaulan sekitarnya.
Pokok-pokok disenggagement theory adalah :
a) Pada pria, kehilangan peran utama hidup terjadi pada masa
pensiun. Pada wanita terjadi pada masa peran dalam keluarga
berkurang

misalnya

saat

anak

menginjak

dewasa

dan

meninggalkan rumah untukbelajar dan menikah.


b) Lansia danmasyarakat menarik manfaat dari hal ini, karena
lansia dapat merasakan bahwa tekanan sosial berkurang
sedangkan kaum muda memperoleh kerja yang lebih luas.
c) Tiga aspek utama dalam teori ini adalah :
- Proses menarik diri terjadi sepanjang hidup
- Proses tak dapat dihindari
- Hal ini diterima lansia dan masyarakat.
6) Teori Aktivitas (Activity theory)
Teori ini dikembangkan oleh Palmore (1965) dan Lemon et al.
(1972) yang mengatakan bahwa penuaan yang sukses tergantung
dari bagaimana lansia merasakan kepuasan dalam melakukan
aktivitas dan mempertahankan aktivitas tersebut selama mungkin.
Pokok-pokok teori aktivitas adalah :

a)

Moral dan kepuasan berkaitan dengan interaksi sosial dan

b)

keterlibatan sepenuhnya dari lansia di masyarakat.


Kehilangan peran akan menghilangkan kepuasan seorang

lansia.
7) Teori Perkembangan (Development Theory)
Havighurst dan Duvall menguraikan

tujuh jenis

tugas

perkembangan (development tasks) selama hidup yang harus


dilaksanakan oleh lansia yaitu ;
a)
Penyesuaian terhadap penurunan fisik dan psikis
b)
Penyesuaian terhadap pensiun dan penurunan pendapatan
c)
Menemukan makna kehidupan
d)
Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan
e)
Menemukan kepuasan dalam hidup berkeluarga
f)
Penyesuaian diri terhadap kenyataan akan meninggal dunia
g)
Menerima dirinya sebagai calon lansia
8) Teori Stratifikasi Usia (Age Stratification Theory)
Wiley (1971), menyusun stratifikasi lansia berdasarkan usia
kronologis

yang

menggambarkan

perbedaan

kapasitas

peran,

serta

kewajiban,

membentuk

adanya

serta

mereka

hak

berdasarkan usia. Dua elemen penting dari model stratifikasi usia


tersebut adalah struktur dan prosesnya.
Pokok-pokok dari teori ini adalah :
a)
Arti usia dan posisi kelompok usia bagi masyarakat
b)
Terdapatnya transisi yang dialami oleh kelompok
c)
Terdapatnya mekanisme pengalokasian peran

di

antara

penduduk.
3. Teori Psikologi
1)
Teori Kebutuhan Manusia menurut Hirarki Maslow
Menurut teori ini, setiap individu memiliki hirarki dari dalam diri,
kebutuhan yang memotivasi seluruh perilaku manusia (Maslow,
2)

1954).
Teori Individual Jung
Carl Jung (1960)

menyusun

sebuah

teori

perkembangan

kepribadian dari seluruh fase kehidupan

yaitu mulai dari masa

kanak-kanak,

dewasa

masa

muda

dan

masa

muda,

usia

pertengahan sampai lansia. Kepribadian individu terdiri dari Ego,


ketidaksadaran seseorang dan ketidaksadaran bersama. Menurut
teori ini kepribadian digambarkan/diorientasikan terhadap dunia luar
(ekstroverted) atau ke arah subyektif, pengalaman-pengalaman dari
3)

dalam diri (introvert).


Teori Proses Kehidupan Manusia

Pada tahun 1968 Buhler mengembangkan awal pemikirannya yang


secara jelas mengidentifikasi lima fase yang terpisah dalam
pencapaian tujuan kehidupan yang dilewati manusia. Pada masa
kanak-kanak belum terbentuk tujuan hudup yang spesifik dan pada
masa depan pengakhiran kehidupan juga tidak jelas. Masa remaja
dan masa dewasa muda dicapai hanya sekali dalam kehidupan.
Seseorang mulai mengkonsep tujuan-tujuan hidup yang spesifik
dan memperokleh pengertian terhadap kemampuan individu. Saat
berumur 25 tahun seseorang menjadi lebih konkrit mengenai tujuan
hidupnya dan secara aktif diterapkan dalam diri mereka. Buhler
melihat fase akhir dari lansia (usia 65 atau 70 tahun) sebagai usia
untuk mengakhiri cita-citanya yang muluk untuk mencapai tujuan
hidup.
B. TUGAS-TUGAS PERAWAT DALAM SETIAP TEORI PENUAAN
1. Tugas Perawat dalam Teori Biologi
Perawatan yang memperhatikan kesehatan obyektif,

kebutuhan,

kejadian-kejadian yang dialami klien lansia semasa hidupnya, perubahan


fisik pada organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa dicapai
dikembangkan, penyakit yang dapat dicegah atau ditekan progresifitasnya.
Perawatan fisik secara umum bagi klien lansia dapat dibagi atas 2
bagian yakni :
a. Klien lansia yang masih aktif, dimana keadaan fisiknya masih mampu
bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga untuk kebutuhannnya
sehari-hari masih mampu melakukan sendiri.
b. Klien lansia yang pasif atau tidak dapat bangun, dimana keadaan
fisiknya mengalami kelumpuhan atau sakit.
Komponen

pendekatan

fisik

yang

lebih

mendasar

adalah

memperhatikan dan membantu para klien lansia untuk bernafas dengan


lancar, makan (termasuk memilih dan menentukan makanan), minum
melakukan eliminasi, tidur, menjaga sikap tutbuh waktu berjalan, duduk,
merubah posisitiduran, beristrahat, kebersihan tubuh, memakai dan menukar
pakaian, mempertahankan suhu badan, melindungi kulit dari kecelakaan.
Dari hasil rangkuman Pertemuan Kesehatan persiapan Usia Lanjut oleh
Depkes (1995) ditetapkan Penjaringan Kesehatan Lansia dengan cara
sebagai berikut :

GIZI
a. Pengamatan
D = disease
E = eating poorly
T = tooth loss
E = economic hardship
R = reduced social contact
M = Multiple medicine
I = involuntary weight loss and gains
N = need assistance in self care
E = elder years
b. Pendidikan gizi dan konseling diet
c. Prinsip gizi yang harus diikuti oleh lansia :
1) Kecukupan kalori 5 10 % kurang dari usia 20 25 tahun
2) Kecukupan lemak maksimak 25 % diutamakan lemak tak jenuh
3) Protein normal 10 12 % dari kecukupan energi, 10 % berasal dari
hewani
4) Hidrat arang, gula murni dikurangi
5) Vitamin dan mineral harus cukup terutama vitamin B, Vitamin C,
asam folat, kalsium dan Fe
2. Tugas Perawat Dalam Teori Sosial\
Perawat sebaiknya memfasilitasi sosialisasi antar lansia dengan
mengadakan diskusi dan tukar pikiran serta bercerita sebagai salah satu
upaya pendekatan sosial. Memberi kesempatan untuk berkumpul bersama
berarti menciptakan sosialisasi antar manusia, yang menjadi pegangan bagi
perawat bahwa orang yang dihadapinya adalah mahluk sosial yang
membutuhkan orang lain. Hubungan yang tercipta adalah hubungan sosial
antara werda dengan werda maupun werda dengan perawat sendiri.
3. Tugas Perawat dalam Teori Psikologi
Perawat mempunyai peranan penting untuk mengadakan pendekatan
edukatif pada klien lansia, perawat dapat berperan sebagai supporter,
interpreter terhadap segala sesuatu yang asing sebagai penampung rahasia
yang pribadi dan sebagai sahabat yang akrab. Perawat hendaknya memiki
kesabaran dan ketelitian dalam memberikan kesempatan dan waktu yang
cukup banyak untuk menerima berbagai bentuk keluhan agar mereka
merasa puas.

C. Perubahan Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia


1. Perubahan fisik

a. Sel : jumlahnya lebih sedikit tetapi ukurannya lebih besar, berkurangnya


cairan intra dan extra seluler
b. Persarafan : cepatnya menurun hubungan persarapan, lambat dalam
respon waktu untuk meraksi, mengecilnya saraf panca indra
pendengaran, presbiakusis, atrofi membran

sistem

timpani, terjadinya

pengumpulan serum karena meningkatnya keratin


c. Sistem penglihatan : spinkter pupil timbul sklerosis

dan hlangnya

respon terhadap sinaps, kornea lebih berbentuk speris, lensa keruh,


meningkatnya ambang pengamatan sinar, hilangnya daya akomodasi,
menurunnya lapang pandang.
d. Sistem Kardivaskuler : katup jantung menebal dan menjadi kaku,
kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % setiap tahun
setelah berumur 20 tahun sehingga menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volume, kehilangan elastisitas pembuluh darah, tekanan
darah meninggi.
e. Sistem respirasi : otot-otot pernafasan menjadi kaku sehingga
menyebabkan menurunnya aktifitas silia. Paru kehilangan elastisitasnya
sehingga
f.

kapasitas

residu

meingkat,

nafas

berat.

Kedalaman

pernafasan menurun.
Sistem gastrointestinal : kehilangan gigi,sehingga menyebkan gizi buruk,
indera pengecap menurun krena adanya iritasi selaput lendir dan atropi
indera pengecap sampai 80 %, kemudian hilangnya sensitifitas saraf

pengecap untuk rasa manis dan asin


g. Sistem genitourinaria : ginjal mengecil dan nefron menjadi atrofi
sehingga aliran darah ke ginjal menurun sampai 50 %, GFR menurun
sampai 50 %. Nilai ambang ginjal terhadap glukosa menjadi meningkat.
Vesika urinaria, otot-ototnya menjadi melemah, kapasitasnya menurun
sampai 200 cc sehingga vesika urinaria sulit diturunkan pada pria lansia
yang akan berakibat retensia urine. Pembesaran prostat, 75 % doalami
oleh pria diatas 55 tahun. Pada vulva terjadi atropi sedang vagina terjadi
selaput lendir kering, elastisitas jaringan menurun, sekresi berkurang
dan menjadi alkali.
h. Sistem endokrin : pada sistem endokrin hampir semua produksi hormon
menurun, sedangkan fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah,
aktifitas tiroid menurun sehingga menurunkan basal metabolisme rate

(BMR). Porduksi sel kelamin menurun seperti : progesteron, estrogen


i.

dan testosteron.
Sistem integumen : pada kulit menjadi keriput akibat kehilangan
jaringan lemak, kulit kepala dan rambut menuipis menjadi kelabu,
sedangkan rambut dalam telinga dan hidung menebal. Kuku menjadi

j.

keras dan rapuh.


Sistem muskuloskeletal : tulang kehilangan densitasnya dan makin
rapuh menjadi kiposis, tinggi badan menjadi berkurang yang disebut
discusine vertebralis menipis, tendon mengkerut dan atropi serabut
erabit otot , sehingga lansia menjadi lamban bergerak. otot kam dan

tremor.
2. Perubahan Mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah :
a. Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa
b. Kehatan umum
c. Tingkat pendidikan
d. Keturunan
e. Lingkungan
Kenangan (memori) ada 2 :
a. Kenangan jangka panjang: berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu
b. kenangan jangka pendek : 0-10 menit, kenangan buruk
Intelegentia Question :
a. Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal
b. Berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor terjadi
perubahan pada daya membayangkan, karena tekanan-tekanan dari
faktor waktu.
3. Perubahan Perubahan Psikososial
a.
Pensiun : nilai seorang dukur oleh produktifitasnya, identits
dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan
b.
Merasakan atau sadar akan kematian
c.Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan
bergerak lebih sempit.
4. Perubahan Perubahan Psikososial
a. Pensiun : nilai seorang dukur oleh produktifitasnya, identits dikaitkan
dengan peranan dalam pekerjaan
b. Merasakan atau sadar akan kematian
c. Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan
bergerak lebih sempit.
D. Masalah keperawatan yang mungkin timbul.
1.

Fisik / biologis

a. Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan


intake yang tidak adekuat.
b. Gangguan persepsi berhubungan dengan gangguan pendengaran /
penglihatan.
c. Kurang perawatan diri berhubungan dengan menurunnya minat dalam
merawat diri.
d. Resiko cedera

fisik

(jatuh)

berhubungan

dengan

penyesuaian

penurunan fungsi tubuh tidak adekuat.


e. Perubahan pola elemenasi berhubungan dengan pola makan yang tidak
efektif, peristaltik lemah.
f. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kecemasan atau nyeri.
g. Gangguan pola napas berhubungan dengan penyempitan jalan napas /
adanya skrit pada jalan napas.
h. Gangguan mobilisasi berhubungan dengan kekakuan sendi, atropis
serabut otot.
2.

Psikologis-sosial
a. Menarik diri dari lingkungan berhubungan dengan perasaan tidak
b.
c.
d.
e.

3.

mampu.
Isolasi sosial berhubungan dengan perasan curiga.
Depresi berhubungan dengan isolasi sosial.
Harga diri rendah berhubungan dengan perasaan ditolak.
Koping yang tidak adekuat berhubungan dengan ketidakmampuan

menghilangkan perasaan secara tepat.


f. Cemas berhubungan dengan sumber keuangan yang terbatas.
Spiritual
a. Reaksi berkabung / berduka berhubungan dengan ditinggal pasangan.
b. Penolakan terhadap proses penuaan berhubungan dengan tak siap
dengan kematian.
c. Marah terhadap Tuhan berhubungan dengan kegagalan yang dialami.
d. Perasaan tidak tenang berhubungan dengan ketidak mampuan ibadah
secara tepat.

E.Rencana Keperawatan
1. Tujuan perencanaan
Membantu lansia berfungsi seoptimal mungkin sesuai dengan
kemampuan dan kondisi fisik, psiko, sosial dengan tak tergantung pada
orang lain.
2. Tujuan tindakan keperawatan
Diarahkan untuk memenuhi kebutuhan dasar meliputi :
a. Pemenuhan kebutuhan keselamatan
b. Peningkatan keamanan dan keselamatan
c. Memelihara kebersihan diri

d. Memelihara keseimbangan istirahat tidur


e. Peningkatan hubungan interpersonal melalui komunikasi yang efektif
3. Rencana dan Rasional
a. Pemenuhan kebutuhan nutrisi
1)
Makanan porsi kecil tapi sering, lunak.
R: Menyesuaikan fungsi lambung dan melemahnya otot lambung
2)
3)
4)

dan usus.
Banyak minum dan kurangi makanan asin.
R: Mencegah kekeringan kulit dan kendor.
Makan mengandung serat.
R: Membantu pencernaan karena peristaltik menurun.
Batasi makan yang mengandung gula tinggi, minyak tinggi, tinggi

lemak kecukupan kalori : laki-laki 2100 kal, perempuan 1800 kal


b. Meningkatkan keamanan dan keselamatan lansia
1) Biarkan lansia menggunakan alat bantu / tongkat.
2) Latih untuk pindah / mobilisasi.
3) Menggunakan pengaman tempat tidur.
4) Membantu ke kamar mandi.
5) Menggunakan kacamata.
6) Menemani bila bepergian.
7) Ruangan dekat kantor.
8) Meletakkan bel di bawah bantal.
9) Tempat tidur tidak terlalu tinggi.
10) Menyediakan meja kecil dekat tempat tidur.
11) Lantai bersih, rata, tidak licin / basah.
12) Peralatan menggunakan roda dikunci.
13) Pasang pengaman di kamar mandi.
14) Hindari lampu redup dan menyilaukan.
15) Gunakan sepatu dan sandal yang beralas karet.
c. Memelihara kebersihan diri
1) Mengingatkan / membantu waktu mandi, gosok gigi.
2) Menganjurkan untuk menggunakan sabun lunak dan gunakan skin
lotion.
d. Memelihara keseimbangan istirahat
1) Sediakan tempat tidur nyaman.
2) Atur lingkungan cukup ventilasi, bebas bau.
3) Melatih melakukan latihan fisik yang ringan
e. Meningkatkan hubungan interpersonal
1) Berkomunikasi dengan kontak mata.
2) Memberi stimulus / mengingatkan terhadap kegiatan.
3) Menyediakan waktu untuk berbincang.
4) Menghargai pendapat lansia.
5) Melibatkan kegiatan harian.

Asuhan Kperawatan Teoritis


A. Pengkajian
1. Fisiologis/fisik
a. Stratus gizi
b. IMT = Kg BB
normal laki laki = 18 -25
(TB)2
wanita = 17 23
c. Intake cairan dalam 24 jam
d. Kondisi kulit
e. Kondisi bibir , mukosamulut, gigi
f. Riwayat pengobatan, alkhohol, zat adiktif lainnya
g. Evaluasi kemampuan penglihatan , pendengaran dan mobilitas
h. Keluhan yang berhubungan dengan nutrisi : gangguan sistem digestif,
i.

nafsu makan, makanan yang disukai dan tidak disukai, rasa dan aroma
Kebiasaan waktu makan ( 2 3 X sehari, snak dlll).

2. Psikososial/afektif
a. Kebiasaan saat makan (makan sendiri, sambil nonton TV,dll)
b. Situasi lingkungan (kapasitas penyediaan makanan, pengolahan dan
penyimpanan makanan)
c. Sosiokultural yang berlaku yang mempengaruhi pola nutrisi dan
eleminasi
d. Kondisi depresi yang dapat mengganggu pemenuhan nutrisi.
3. Pemeriksaan tambahan/laborat
Analisa darah :
Kreatinin : indekz massa otot
Serum protein khususnya untuk sintesa antibodi dan limfosit, dalam
kekebalan seluler, enzym, hormon, struktur sel yang luas, struktur jaringan
B. Diagnosa Keperawatan
1.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan asupan
nutrisi yang tidak adekuat akibat anoreksia
2.
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penurunan asupan kalori dan
protein
3.
Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skleletal,,
nyeri, intoleransi aktifitas
4.
Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi, destruksi sendi

5.

Resiko cedera (dislokasi sendi) berhubungan dengan otot hilang

kekuatannya, rasa nyeri sendi


C. Rencana Asuhan Keperawatan
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan asupan nutris
kurang adekuat akibat anoreksia
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi secara adekuat
Kriteria : - Meningkatkan masukan oral
- Menunjukkan peningkatan BB
Intervensi :
a.
b.
c.

d.
e.

f.

g.
h.

Buat tujuan BB ideal dan kebutuhan nutrisi harian yang adekuat


R: Nutrisi yang adekuat menghindari adanya malnutrisi
Timbang setiap hari , pantau hasil pemeriksaan laborat
R: Deteksi dini perubahan BB dan masukan nutrisi
Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat
R: Dengan pemahaman yang benar akan memotivasi klien untuk
masukan nutrinya
Ajarkan individu menggunakan penyedap rasa (seperti bumbu)
R: aroma yang enak akan membangkitkan selera makan
Beri dorongan individu untuk makan bersama orang lain
R: Dengan makan bersama sama secara psikologis meningkatakan
selera makan
Pertahankan kebersihan mulut yang baik (sikat gigi) sebelum dan
sesudah mengunyah makanan
R: dengan situasi mulut yang bersih meningkatkan kenyamanan .
Anjurkan makan dengan porsi yang kecil tapi sering
R: Mengurangi perasaan tegang pada lambung
Instruksikan individu yang mengalami penurunan nafsu makan untuk:
Makan-makan kering saat bangun tidur, hindari makanan yang terlalu
manis, berminyak, minum sedikit-sedikit melalui sedota, makan kapan
saja bila dapat toleransi, akan dalam porsi kecil rendah lemak dan

2.

makan sering
R: Meningkatkan asupan makanan.
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penurunan asupan kalori dan
protein
Tujuan : Klien akan memperlihatkan kemampuan terhindar dari tanda-tanda
infeksi
Kriteria : Tanda-tanda peradangan tidak ditemukan : panas, bengkak, nyeri,
merah,gangguan fungsi
Intervensi :
a. Kaji tanda-tanda radang umum secara teratur
R: Mendeteksi dini untuk mencegah terjadinya radang
b. Ajarkan tentang perlunya menjaga kebersihan diri dan lingkungan

R: Mencegah terjadinya infeksi akibat lingkungan dan kebersihan diri


yang kurang sehat
c. Tingkatkan kemampuan asupan nutris TKTP
R: meningkatkan kadar protein dalam

dalam

tubuh

meningkatkan kemampuan kekbalan dalam tubuh


d. Perhatikan penggunaan obat-obat jangka panjang

3.

sehingga

yang

dapat

menyebabkan imunosupresi
R: Menurunkan resiko terjadinya infeksi.
Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri
Tujuan : klien dapat mobilisasi dengan adekuat
Kriteria : Mendemontrasikan tehnik/perilaku yang memungkinkan melakukan
aktifitas
Intervensi :
a. Evaluasi pemantauan tingkat inflamasi/rasa sakit
R: tingkat aktifitas tergantung dari perkembangan /resolusi dari proses
inflamasi
b. Bantu dengan rentang gerak aktif/pasif
R: mempertahankan fungsi sendi, kekuatan otot
c. Ubah posisi dengan sering dengan personal cukup
R: Menghilangkan tekanan pada jaringan dan meningkatkan sirkulasi
d. Berikan lingkungan yang nyaman misaal alat bantu
R: menghindari cedera.

4.

Nyeri (akut/kronis) berhubungan dengan proses inflamasi, destruksi sendi


Tujuan : Menunjukkan nyeri berkurang/hilang
Kriteria : terlihat rileks , dapat tidur dan berpartisipasi dala aktifitas
Intervensi :
a. Kaji keluhan nyeri, catat lokasi nyeri dan intensitas. Catat faktor yang
mempercepat tanda tanda nyeri
R: membantu dalam menentukan managemen nyeri
b. Biarkan klien mengambil posisi yang nyaman pada waktu istirahat
ataupun tidur
R: Pada penyakit berat tirah baring sangat diperlukan untuk membatasi
nyeri
c. Anjurkan klien mandi air hangat , sediakan waslap untuk kompres sendi
R: panas meningkatkan relaksasi otot dan mobilitas, menurunkan rasa
sakit dan kekakuan sendi.
d. berikan masase lembut
R: meningkatkan relaksasi/mengurangi ketegangan otot
e. kolaborasi pemberian obat-obatan seperti : aspirin, ibuprofen, naproksin,
piroksikam, fenoprofen

R: sebagai anti inflamasi dan efek analgesik ringan dalam mengurangi


5.

kekakuan.
Resiko cedera berhubungan dengan hilangnya kekuatan otot, rasa nyeri
Tujuan : klien terhindar dari cedera
Kriteria : klien berada pada perilaku yang aman dan lingkungan yang
nyaman
Intervensi :
a. Kaji tingkat kekuatan otot
R: mengatur tindakan selanjutnyabKaji tingkat pergerakan pasif
b. Beri alat bantu sesuai kebutuhan
R: Ciptakan lingkungan yang aman (lantai tidak licin)
c. Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan yang tidak bisa dilakukan
secara mandiri.

d. BAB II
e. PROSES KEPERAWATAN
f.
A. Pengkajian
g. Hari/tanggal

: Jumat, 18 Maret 2016

h. Waktu

: Pukul 15.00 WIB

i. Tempat

: Ruang tamu rumah keluarga Tn.J

j. Oleh

: Kelompok 1

k. Sumber data

: Tn.S, Ny.T, Tn.J

l. Metode

: Observasi, wawancara, pemeriksaan fisik

m. Alat pengumpul data : Spygmomanometer, stetoskop


n.
1. Struktur dan Sifat Keluarga
a. Identitas kepala keluarga
o.
p.
q.
r.
s.
t.
u.

Nama
Umur
Jenis Kelamin
Agama
Pendidikan Terakhir
Pekerjaan

: Tn.J
: 85 Tahun
: Laki-laki
: Islam
: SD
:Alamat

:Somodaran,

v. Suku/ Kebangsaan

Banyuraden, Gamping, Sleman


: Jawa/Indonesia

w. Jumlah Anggota Keluarga

: 4 orang

x.
2. Daftar Anggota Keluarga
y.

z.

aa.

U ab.

No

Nama

ah.

al.

(Tahun)
ap.
4 at.

1
ai.

Tn.S
am.

aq.

2
aj.

Ny.T
an.

ar.

3
ak.

An.I
ao.

as.

An.D

mur

gama

A ac.
L/P

ad.

UB. Dg.

ae.

P af.

end.

Peker
jaan

Ket

KK
I ax.

bc.

bg.

S bk.

Buruh

slam
L
4 au.
I ay.

enantu
bd.
A

MA
pabrik
bh.
S bl.
Buruh

slam
P
1 av.
I az.

nak
be.
C

MK
jahit
bi.
S bm.
Pelaja

slam
L
8 aw.
I ba.

bf.

slam

ag.

L
bb.

ucu

D
C

ucu

bj.

r
- bn.

Pelaja
r

bo.

bp.
3. Keluarga yang meninggal
bq.

Ny.T mengatakan bahwa Ny.J meninggal sekitar 9 tahun yang lalu

dikarena usia yang sudah tua


4. Genogram
br.
bs.
85t
h

bt.
bu.
bv.

40 th

bw.

45th

bx.
by.
bz.15th

8th

ca.
cb.
cc.

Keterangan :
cd.
ce.
cf.
cg.
ch.
ci.

cj.

: Klien
: Perempuan
: Laki-laki
: Meninggal
: Garis Keturunan
: Garis Pernikahan

: Tinggal satu rumah


ck.

5. Struktur Keluarga
cl.

Keluarga Tn.J adalah keluarga yang menganut patriakal dan

keluarga extended yang terdiri dari orang tua, anak, menantu, dan cucu
6. Hobi Masing-masing Anggota Keluarga
cm. cn.
No
cs.
1
ct.
2

Nama

co.

acam
Hobi
db.dk.
dl.

cp.

aktu
M

enonton
dc.
tv

dr.
ds.

cq.

Te

mpat
S

aat luang
dt.
S

dx.
dy.

cr.

anfaat
Di

rumah
dz.
ea.
Di

ee.
ef.

Hi

buran
eg.
eh.
Hi

cu.
cv.

dd.dm.

de.enonton

3
cw.
cx.

df.

tv
dn.

ulang
B

da.

ermain
dg.
do.
dp.
dq.
B
dh.
ermain
di.

dj.

4
cy.
cz.

aat luang
du.
P
sekolah
dv.
dw.
P

rumah
eb.
ec.
Di

buran
ei.
ej.
So

lingkunga

sialisasi
ek.
el.
em.
Hi

n rumah
ed.
Di

ulang

lingkunga

sekolah

n rumah

buran

en.
7. Fungsi Keluarga
a. Fungsi Afektif
eo. Hubungan dalam keluarga Tn.J terjalin akrab, antara satu dengan
yang lain saling mendukung, menghormati, membantu bila ada
masalah. Ny.T mengatakan jarang terjadi permasalahan dalam
keluarga.
b. Fungsi Reproduksi
ep. Tn.J mempunyai 3 anak salah satunya adalah Tn S. Tn.S dan
Ny.T mempunyai 2 orang anak laki-laki. Ny.T mengatakan belum
menopause dan masih menggunakan alat kontrasepsi suntik KB.
c. Fungsi Sosialisasi
eq. Interaksi dalam keluarga terjalin dengan akrab baik antar keluarga
ataupun dengan masyarakat sekitar. Tn.T dan keluarga mengikuti
beberapa kegiatan di masyarakat seperti Rapat RT, Rapat RW, dan
gotong royong.
d. Fungsi Ekonomi
er. Tn.J sudah tidak berkerja karena usia dan kelemahan fisiknya.
Sumber penghasilan keluarga adalah dari Tn.S dan Ny.T yang bekerja
sebagai buruh di pabrik dan buruh jahit. Penghasilan keluarga ratarata dalam sebulan kurang dari 1 juta. Ny.T mengatakan bahwa
keluarganya tidak menabung karena penghasilan yang didapat
tergolong paspasan untuk mencukupi kebutuhan harian keluarga.
es.
et.

eu.
8. Anggota Keluarga yang Berpengaruh terhadap pengambilan keputusan
ev.

Dalam keluarga Tn.J, pengambilan keputusan tidak pada Tn.J

sebagai kepala keluarga. Karena kondisi Tn.J yang sudah lansia,


keputusan dalam keluarga diambil oleh anak Tn.J yaitu oleh Tn.S.
ew.
9. Hubungan Antar Anggota Keluarga
a. Hubungan suami istri: Komunikasi Tn.S dan Ny.T sangat baik dan
harmonis.
b. Hubungan orang Tua-Anak: Meski Tn.J sudah tidak mampu
berkomunikasi secara normal, Ny.T mengatakan setiap hari selalu
merawat dan memenuhi kebutuhan Tn.J
c. Hubungan anak dengan anak: Ny.T mengatakan anak-anak Tn,J
masih sering berkomunikasi baik secara langsung dengan berkunjung
atau melalui telepon.
d. Hubungan antar anggota baik dengan anggota keluarga dan keluarga
lain:

semua

anggota

keluarga

bersikap

ramah

dan

saling

menghormati antar sesama anggota keluarga maupun dengan


anggota keluarga lain.
ex.
10. Kebiasaan Anggota Keluarga Sehari-hari
a. Nutrisi
1) Frekuensi makan : 3 kali/hari
2) Waktu makan : Ny. T mengatakan keluarga makan teratur pagi,
siang,

malam

walapun

makan

sendiri-sendiri/tidak

makan

bersama-sama
3) Porsi makan : Satu piring rata
4) Jenis Makanan : keluarga Tn.J makan dengan porsi cukup menu :
Nasi, sayur , lauk : tahu, tempe dengan porsi cukup. Sayuran yang
dikonsumsi biasanya kangkung bayam, buncis, kacang panjang
dengan porsi cukup, dan buah, tetapi untuk Tn.J jenis makannya
berupa bubur nasi dengan lauk tahu atau tempe dengan sayur
yang berkuah dan kadang diselingi susu dan roti .

5) Cara Pengolahan makanan: memenuhi syarat kesehatan karena


sebelum dimasak dicuci terlebih dahulu, dipotong-potong dan
dimasukkan ke dalam air yang mendidih.
6) Cara penyajian makanan: disajikan langsung setelah selesai
masak. Tidak terdapat ruang makan kusus, keluarga biasa makan
di kursi dapur, ruang tengah dan depan tv dengan menggunakan
sendok kadang tangan tergantung jenis makanannya.
7) Kebiasaan makan keluarga: Keluarga Tn. J tidak memilki makanan
pantang tertentu. Akan tetapi Tn.J hanya mampu makan makanan
yang halus seperti bubur karena kemampuan untuk mengunyah
makanan tidak maksimal/tidak mampu makan makanan kasar.
Dalam sehari rata-rata keluarga Tn.J minum sebanyak 7-8 (1600
cc) gelas perhari untuk setiap anggota keluarganya berupa teh
pada pagi hari dan air putih.
b. Pola istirahat
ey. Keluarga mengatakan Tn.J biasa tidur siang dan malam hari. Tn.J
tidak mengalami gangguan pada pola istirahat. Sepanjang hari Tn.J
menghabiskan waktunya di tempat tidur karena kemampuan fisiknya
yang lemah. Tn.S dan Ny.T tidur di malam hari 6 jam karena harus
bekerja di siang hari. An.I dan An.D tidur mulai pukul 21.00 sampai
05.00 karena harus berangkat sekolah.
c. Rekreasi
ez. Keluarga mengatakan jarang sekali berekreasi. Setiap hari Ny.T
dan Tn.S harus bekerja dan merawat Tn.J.
d. Pemanfaatan waktu senggang
fa. Keluarga memanfaatkan waktu senggangnya dengan menonton
tv, berbincang-bincang dengan tetangga. Penggunaan efisien waktu
senggang cukup baik dan suasana waktu senggang menyenangkan
karena digunakan untuk hal yang bermanfaat dan menghibur.
fb.
fc.
fd.
fe.
ff.

e. Pola Eliminasi
1) Miksi
fg.

fh.

fi.

fj.

fk.

fl.

fm.

fn.

fo.

fp.

fq.

fr.

fs.

ft.

fu.

fv.

fw.

fx.

fy.

fz.

ga.

gb.

gc.

gd.

2) Defekasi
ge.

gf.

gg.

gh.

gi.

gj.

gk.

gl.

gm.

gn.

go.

gp.

f.

gq.

gr.

gs.

gt.

gu.

gv.

gw.

gx.

gy.

gz.

ha.

hb.

Higiene perorangan
hc. Keluarga mengatakan gigi Tn.J sudah berkurang, serta gigi sudah
digantikan dengan gigi palsu yang hampir lepas, gigi sudah berkerak
dan terlihat kotor dan gigi tidak perlu dibersihkan karena sudah biasa
tidak dibersihkan, gigi Tn. J terlihat kotor, mulut terlihat kering, tercium
bau tidak sedap dari Tn.J.Keluarga biasa mandi 2 kali/hari setiap pagi
dan sore menggunakan sabun dan menggosok gigi menggunakan
sikat gigi dan pasta gigi 2 kali/hari saat mandi. Namun untuk Tn.J
dimandikan 2xsehari setiap pagi dan sore serta diganti pakaiannya
tetapi giginya tidak digosok. Keluarga jarang membersihkan gigi dan
mulut Tn.J. Keluarga mencuci rabut setiap dua hari sekali
menggunakan

sampo,

mengganti

pakaian

setelah

mandi,

menggunting kuku ketika sudah panjang, dan mencuci tangan


sebelum dan sesudah makan.
hd. Keluarga mengatakan tidak menyediakan sikat dan pasta gigi
untuk Tn.J, keluarga juga mengatakan tidak memeriksakan kesehatan
mulut dan gigi palsu Tn.J karena terbentur waktu luang dan sarana
transportasi.
g. Kebiasaan Keluarga yang Merugikan

he. Ny.T mengatakan tidak ada kebiasaan keluarga yang dianggap


merugikan. Tn.S mengatakan bahwa sudah lama dirinya tidak
merokok.
hf.
11. Faktor Sosial, Ekonomi, dan Budaya
a. Penghasilan
1) Penghasilan utama
hg.

Penghasilan utama keluarga Tn.J adalah dari upah kerja

yang didapat Tn.S dan Ny.T setiap bulan


2) Penghasilan tambahan : Tidak ada
b. Penggunaan dan pemanfaatan dana keluarga per bulan
hh.

Ny.S mengatakan penghasilan yang didapat setiap bulan

kadang masih kurang untuk mencukupi kebutuhan harian seperti


makan, biaya pendidikan, dan biaya kesehatan Tn.J.
c. Pengelola ekonomi keluarga
hi. Ekonomi keluarga diatur oleh Ny.T sebagai ibu rumah tangga
d. Hubungan anggota keluarga dalam masyarakat
hj. Ny. T mengatakan keluarganya mengikuti kegiatan yang diadakan
di lingkungan sekitarnya seperti RT, RW, gotong royong, dll
e. Fasilitas untuk pertemuan masyarakat
hk.Pertemuan biasa dilakukan di masjid (untuk acara sosial), di
rumah ketua Dusun, Ketua RT, dan rumah warga secara bergiliran
seperti untuk arisan.
hl.
12. Faktor Rumah dan Lingkungan
hm.

Keluarga Ny.S tinggal di rumah milik sendiri. Dinding rumah

permanen terbuat dari batu bata, lantai berupa semne, langit-langit rumah
tidak ada, dan atap rumah adalah genting. Ventilasi rumah berasal dari
pintu, jenjela, dan lubang-lubang udara diatas pintu dan jendela. Terdapat
tempat tidur Tn.J yang tinggi dan tidak ada pengaman di samping tempat
tidur. Penerangan rumah menggunakan listrik dan ada ruangan yang
terlihat gelap. Lantai tidak rata. Keluarga membuka jendela rumah pada
pagi hari dan menutup jendela pada sore hari.
a. Kebersihan rumah

hn.

Rumah

nampak

berantakan

terdapat

pakaian

yang

menumpuk di tempat tidur dan kursi.


b. Sarana memasak
ho.

Keluarga Tn.J masak menggunakan bahar bakar gas.

Peralatan dapur disimpan di rak piring. Dapur nampak bersih, rapi


dan terdapat pintu yang menghubungkan ke luar.
c. Sampah
hp.

Keluarga Tn.J mengelola sampah dengan cara dibakar.

d. Sumber air
hq.

Sumber air minum keluarga Tn.J berasal dari sumur.

Kualitas air tidak berwarna, tidak berasa,dan tidak berbau. Tidak


terdapat pencemaran air
e. Jamban keluarga
hr. Terdapat jamban keluarga yang letaknya di kamar mandi. Jamban
yang digunakan adalah jenis jongkok (leher angsa). Jamban selalu
dibersihkan setiap hari.
f.

Pembuangan air limbah


hs.Limbah milik rumah tangga Tn. J dibuang melalui saluran
pembuangan yang menuju ke septic tank. Kontruksi saluran dan
penampungan limbah permanen, dan tertutup. Jarak limbah dengan
sumber air : lebih dari 10 meter. Bau limbah tidak menyengat dan
tidak terjadi penyumbatan air.

g. Kandang ternak
ht. Keluarga mempunyai kandang ternak yaitu ayam yang letaknya di
luar rumah.
h. Halaman
hu.

Keluarga mempunyai halaman yang terletak di depan

rumah.
i.

Kamar mandi
hv.Keluarga punyan kamar mandi letaknya di dalam rumah. Bak
mandi terbuat dariplastik (ember).

j.

Lingkungan
hw.

Rumah keluarga Tn.J berada di desa yang letaknya di

pinggiran tepatnya adalah di wilayah perbatasan antara kabupaten

sleman, dan kabupaten bantul. Lingkungan tempat tinggal nmpak


ramai karena letaknya sekitar 500m dari jalan lingkar.
k. Fasilitas pendidikan
hx.Di lingkungan tempat tinggal keluarga Tn.J terdapat 2 SMA dan 1
TK yang jaraknya kkurang dari 1 km
l.

Fasilitas perdagangan
hy. Fasilitas perdagangan terdekat yaitu warung kelontong dan took
swalayan letaknya masih berada dalam 1 dusun.

m. Fasilitas peribadatan
hz.Masjid terletak sekitar 400 m dari rumah keluarga Tn.J
n. Fasilitas kesehatan
ia. Fasilitas kesehatan yang terdekat adalah PMI ( jarak sekitar
500m) dan puskesmas Gamping II (jarak 1,5 km). keluarga
mempunyai jaminan kesehatan BPJS namun tidak digunakan karena
keterbatasan transportasi. Keluarga mengatakan juga memiliki alat
bantu jalan berupa tripod namun tidak digunakan karena sudah tidak
relevan dengan keadaan Tn.J
o. Sarana hiburan
ib. Sarana hiburan yang dimiliki keluarga adalah televisi
p. Fasilitas transportasi
ic. Transportasi yang digunakan keluarga yaitu sepeda motor dan
sepeda.
id.
13. Riwayat Kesehatan Keluarga
a. Riwayat Kesehatan Keluarga
ie. Riwayat kesehatan sekarang :
if. Keluarga mengatakan membaringkan Tn.J di tempat tidur yang
beralas karpet agar mudah untuk dibersihkan. keluarga mengatakan
bahwa Tn.J sudah tidak mampu jalan dan berdiri karena faktor usia.
Ny.T mengatakan setiap hari merawat Tn.J meskipun dirinya juga
harus bekerja. Saat jam istirahat, Ny. T pulang ke rumah untuk
melihat keadaan Tn.J, membantu makan, dan mengganti alas tidur
yang sudah basah. Keluarga mengatakan tidak pernah jarang
mengganti dan mencuci karpet pengalas tempat tidur tetapi hanya di

lap jika basah.keluarga mengatakan tidak pernah mengganti-ganti


posisi tidur Tn.J kecuali ketika akan memandikan atau menyuapi
Tn.J. keluarga mengatakan tidak ada yang menjaga Tn.J saat Ny.T
dan suaminya bekerja.
ig. Riwayat kesehatan dahulu :
1) Tn. J
ih.

Keluarga mengatakan Tn.J pernah jatuh, tetapi keluarga

tidak mengetahui penyebab jatuhnya Tn.J. keluarga mengatakan


tidak mengetahui cara mengatasi kejadian jatuh pada Tn.J. Ny.T
mengatakan bahwa sebelum Tn.J tidak bisa berdiri dan berjalan
dulunya Tn.J sering terjatuh karena gangguan keseimbangan
akibat usianya yang sudah masuk lansia. Ny.T mengatakan setiap
hari merawat Tn.J meskipun dirinya juga harus bekerja. Saat jam
istirahat, Ny. T pulang ke rumah untuk melihat keadaan Tn.J,
membantu makan. Ny.T mengatakan tidak pernah mengganti-ganti
posisi tidur Tn.J kecuali ketika akan memandikan atau menyuapi
Tn.J.
2) Tn.S
ii.

Tn.S mengatakan tidak mengalami masalah kesehatan

pada dirinya. Tn.S mengatakan bahwa sudah sejak lama dirinya


tidak merokok.
3) Ny.T
ij.

Ny.T mengatakan tidak mengalami masalah kesehatan

pada dirinya.
4) An.I
ik.

Ny.T mengatakan anaknya sehat dan tidak mengalami

masalah kesehatan
5) An.D
il.

Ny.T mengatakan anaknya sehat dan tidak mengalami

masalah kesehatan
im.
in.
io.
ip.

b. Pemeriksaan Fisik
1) Tanda-tanda vital
iq.
is.
it.
iu.
asi
iv.

Pemeri

ir.

Tn J

ksaan
TD
Nadi
Respir

iw.

Suhu

ix.

iy.

iz.
ja.
2) Pemeriksaan head to toe

a.

Pemeriksaa

b. Tn. J

c.

i. Mesochepal

j. Beruban
k. konjungtiva

d.
R

tidak anemis

l. Tidak

ada

secret

e.

m. Simetris ki-ka

n. gigi

palsu

nampak

f.

kecoklatan

dan

kotor,

gigi

palsu

g.

nampak mau

lepas

h.
G

o.

q.

r. Tidak

ada

pembesaran
p.

tonsil

dan

vena
jungularis

s.

z.

aa. Nadi
teraba.tidak

t.

ada

peningkatan
vena

u.

jungularis
dan tidak ada

v.

bunyi
tambahan

w.

ab. Ekspansi

dada
simetris,

x.

tidak
menggunaka

y.

n otot bantu

ac.

pernafasan
ad. bising usus

14x/menit

jc.
jd.
je.
jf.
jg.
jh.
ji.
jj.
jk.
jl.
c. Riwayat kesehatan Mental-Psikososial-Spiritual
jm.Ny.T

mengatakan

didalam

keluarganya

tidak

ada

yang

mempunyai penyakit jiwa dan tidak ada anggota keluarga yang


merasa depresi sehingga mengasingkan diri dari lingkungannya.
Keluarga Ny.T menjalankan shalat 5 waktu setiap hari dan juga rajin
mengikuti acara ibadah seperti pengajian di desanya
jn.
14. Presepsi Keluarga Terhadap Masalah
a. Presepsi keluarga terhadap masalah yang dihadapi
1) Kerusakan Integritas Kulit (Decubitus) Tn.J
jo.

Ny.T mengatakan bagian pantat dan kaki Tn.J nampak

kemerahan karena lingkungan kotor akibat tempat tidur selalu


basah terkena urin
2) Resiko jatuh Tn.J
jp.

Ny.T mengatakan bahwa Tn. J sudah beberapa kali

terjatuh sampai sekarang sudah tidak bisa duduk dan berdiri


karena faktor usia
3) Pemenuhan kebutuhan hygiene Tn.J
jq.

Ny.T mengatakan memandikan Tn.J setiap pagi dan sore

hari dan mengganti alas tidur Tn.j ketika jam istirahat kerja dan
sepulang kerja karena Ny.T bekerja sebagai buruh jahit.
jr.
js.
b. Tanggapan/mekanisme koping keluarga terhadap masalah

jt. Keluarga Tn J mengatakan jika ada masalah kesehatan, maka


saling mengungkapkan dan jika sakit dirasa sudah parah maka akan
dibawa ke puskesmas atau ke dokter terdekat.
ju.
B. Analisa Data
jw. Data

jz.

ka. DS :
-

jx.

jy.

kc.

kd.

kh.

ki.

keluarga mengatakan Tn.J sudah tidak


mampu berjalan dan berdiri karena
faktor usia

keluarga

mengatakan

tidak

pernah

mengganti-ganti posisi tidur Tn.J kecuali


ketika akan memandikan atau menyuapi
Tn.J
-

keluarga mengatakan bagian pantat Tn.J


berwarna

kemerahan

karena

alas

kasurnya yang basah terkena urin


-

keluarga mengatakan keadaan luka Tn.J


tidak masalah karena sudah diolesi
dengan salep

kb.
-

DO :
Terdapat luka tekanan pada daerah
pantat dan kaki bagian belakang nampak
kemerahan

Tn.J nampak terbaring di atas tempat


tidur

ke.
-

kf. DS:
keluarga mengatakan luka pada bagian
pantat dan kaki Tn.J disebabkan karena
alas tidur yang kotor dan lembab

keluarga mengatakan tidak tau apa itu


decubitus

keluarga mengatakan tidak mengetahui


jika luka pada Tn.J disebabkan karena
posisi tidur Tn.J yang tidak pernah
diubah

kg. DO
-

Saat ditanya tentang apa itu decubitus,


penyebab dan akibatnya keluarga tidak
dapat menjawab dengan tepat

kj.

kk. DS:
-

km.

keluarga mengatakan tidak berupaya


mengganti

posisi

tidur

Tn.J

secara

berkala
kl. DO
-

Tn.J nampak terbaring terlentang di


tempat tidur

kn.

ko.

kp. DS:

keluarga

mengatakan

tidak

kr.

ks.

kw.

kx.

pernah

mengganti posisi tidur Tn.J


kq. DO:
-

Terdapat luka tekanan pada daerah


pantat dan kaki bagian belakang nampak
kemerahan

Selimut dan sarung Tn.J nampak lembab

kt.

ku. DS:
-

keluarga mengatakan jarang


mencuci/menjemur karpet Tn.J yang
basah tetapi hanya dilap

kv. DO:
-

Kondisi kamar Tn.J nampak lembab

Tn.J tidur diatas kasur, dialasi tikar dan


diselimuti dengan sarung

Aroma kamar Tn.J tercium bau pesing

ky.kz. DS
-

lb.

lc.

lj.

lk.

Ny.T mengatakan hanya membeli salep


di apotek

Ny.T mengatakan belum memeriksakan


luka Tn.J ke puskesmas/klinik lain

la. DO
-

le. DS
-

keluarga mengatakan jarang

membersihkan gigi dan mulut Tn.J


keluarga mengatakan takut untuk
membersihkan gigi Tn.J karena sudah

goyah
keluarga mengatakan jika gigi Tn.J lepas
harus dipasang lagi atau diganti dengan
yang baru

lf. DO
lg. - Kebersihan gigi dan mulut Tn.J tidak
terjaga
lh. -

Tn.J menggunakan gigi palsu yang

sudah goyah
li.

lm. DS
-

lp.

Keluarga mengatakan gigi Tn.J tidak


perlu dibersihkan karena sudah
biasanya tidak di bersihkan
ln. DO :

Gigi klien terlihat kotor


Mulut klien terlihat kering
Tercium bau tidak sedap dari mulut Tn.J
Tn.J terlihat sudah menggunakan gigi
palsu tetapisudah mau lepas
lo.

lq.

ls. DS :
-

lu.

lv.

mb.

mc.

mg.

mh.

Keluarga mengatakan gigi Tn.J sudah


berkurang sehigga tidak perlu
dibersihkan
lt. DO : -

lx. DS:
-

Keluarga mengatakan jarang


membersihkan gigi dan mulut Tn.J

ly. DO:
lz. - Tercium bau mulut pada Tn.J
ma. - Gigi Tn. J terlihat berkerak dan kotor

md.
me.
-

DS

Keluarga mengatakan tidak menyediakan

Ketidak

sikat gigi dan pasta gigi untuk Tn.J


mf. DO
-Tidak terdapat sikat gigi, pasta gigi dan
gelas kumur

mj. DS
-

ml.

Keluarga mengatakan tidak


memeriksakan kesehatan mulut dan gigi
palsu Tn.J karena keluarga tidak memiliki
waktu luang dan sarana transportasi
untuk mengantarkan

mk.

DO :-

mm.
Ketidak

mn.
mp.

DS

mq.

mu.
keluarga

mo. mengatakan Tn.J pernah beberapa kali


jatuh
mr. - keluarga mengatakan tidak ada yang
menjaga Tn.J saat Ny.T dan suaminya
pergi bekerja
ms.
mt. -

DO:
Kondisi tempat tidur yang tinggi dan

tidak ada penghalang

Resiko

mv.

mx.

DS

my. -

nb.

nc.

nh.

ni.

keluarga mengatakan sebelumnya

Tn.J pernah jatuh, tetapi tidak tahu


penyebab jatuh
-

Keluarga mengatakan wajar kalau Tn.J


jatuh karena usianya sudah tua

mz.

DO :

na. -

ne. DS
-

keluarga mengatakan tidak mengetahui


cara mengatasi kejadian jatuh pada Tn.J

nf. DO
ng. -

Jika ditanya tentang pencegahan

kejadian

jatuh

keluarga

tidak

bisa

menjawab
-

Keluarga tidak berupaya untuk


memindahkan Tn. J ke tmpat tidur yang
lebih rendah dan memberikan pengaman
pada tepi tempat tidur Tn.J, serta tidak
berupaya untuk memperbaiki
penerangan di ruangan.

nk. DS
nl. -

no.

np.

nu.

nv.

Ny.T mengatakan Tn. J ditinggal

bekerja saat pagi dan sore


nm.

DO

nn. -

nr. DS
-

keluarga mengatakan membaringkan

Tn.J di tempat tidur seadanya


ns. DO:
nt. - Tn. J terlihat berbaring di tempat tidur
yang tinggi
-

Rumah tampak berantakan, barang-

barang berserakan
Tidak terpasang pengaman pada tempat

tidur Tn.J
Lantai tidak rata.
Ruangan gelap

nx. DS
ny. -

od.
Keluarga mengatakan belum pernah

memeriksakan

Tn.

ke

puskesmas/fasilitas kesehatan lainnya


nz. -

Keluarga

berkeinginan

mengatakan

membawa

Tn.J

tidak
ke

puskesmas/pelayanan kesehatan
oa. DO
ob. - Tn. J mempunyai kartu BPJS
oc. -

keluarga memiliki alat bantu jalan

berupa

tripod

digunakan

tetapi

sudah

tidak

oe.

of.
og.
oh.
oi.
oj.
ok.
ol.
om.
on.
oo.
op.
oq.
or.
os.
C. Penapisan
1. Kerusakan integritas kulit (Dekubitus)
ox.
ot.

oy.

ou.

oz.

ov.
ow.

pc.

pd.

pe.

pf.

pi.

2
x1
2
2
x2
2

pj.

pk.

pm.

pn.

po.

pp.

pr.

ps.

1
2

pt. TOTAL

pu.
2.

Defisit personal hygiene


pz.

pv.

qa.

pw.

qb.

px.

qe.

qf.

qg.

qi.

qj.

qk.

ql.

qm.

qo.

qp.

qq.

qt.

qu. TOTAL
3.

qv. 4

Resiko Jatuh
ra.
qw.

qx.

qy.

rb.

rc.

rf.

rg.

rh.

rk.

rl.

rm.

rp.

rq.

rr.

ru.

rv. TOTAL

rw. 3

2
3
rx.
ry.
rz.
sa.
sb.

sc. BAB III


sd. DIAGNOSA KEPERAWATAN
se.
1. Kerusakan integritas kulit (Decubitus) pada Tn.J di keluarga Tn.J
berhubungan dengan
a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah dekubitus
sf.

DS:

keluarga mengatakan luka pada bagian pantat dan kaki Tn.J


disebabkan karena alas tidur yang kotor dan lembab

keluarga mengatakan tidak tau apa itu decubitus

keluarga mengatakan tidak mengetahui jika luka pada Tn.J


disebabkan karena posisi tidur Tn.J yang tidak pernah diubah

sg. DO:
sh. -

Saat ditanya tentang apa itu decubitus, penyebab

dan akibatnya keluarga tidak dapat menjawab dengan tepat


si.
b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan untuk mencegah
decubitus pada Tn.J
-

Keluarga mengatakan tidak berupaya mengganti posisi tidur Tn.J


secara berkala

sj.
-

DO
Tn.J nampak terbaring terlentang di tempat tidur

c. Ketidakmampuan keluarga merawat Tn.J


sk.
-

DS:
Keluarga mengatakan tidak pernah mengganti posisi tidur Tn.J

sl.
-

DO:
Terdapat luka tekanan pada daerah pantat dan kaki bagian
belakang nampak kemerahan

Selimut dan sarung Tn.J nampak lembab

d. Ketidakmampuan keluarga menciptakan lingkungan yang kondusif untuk


mencegah dekubitus
sm.
-

DS:
Keluarga mengatakan tidak pernah mencuci/menjemur karpet Tn.J
yang basah

sn.

DO:

Kondisi kamar Tn.J nampak lembab

Tn.J tidur diatas kasur, dialasi tikar dan diselimuti dengan sarung

Aroma kamar Tn.J tercium bau pesing

e. Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan sumber-sumber kesehatan


so.

DS

Ny.T mengatakan hanya membeli salep di apotek

Ny.T

mengatakan

belum

memeriksakan

luka

Tn.J

ke

puskesmas/klinik lain
sp.

DO :

sq.

2. Defisit Personal Hygiene pada Tn.J di keluarga Tn.J berhubungan dengan:


a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah hygiene pada Tn.J
sr.
-

DS
Keluarga mengatakan gigi Tn.J tidak perlu dibersihkan karena sudah
biasanya tidak di bersihkan

ss.
-

DO
Gigi klien terlihat kotor
Mulut klien terlihat kering
Tercium bau tidak sedap dari mulut klien
Tn.J terlihat sudah menggunakan gigi palsu tetapi sudah mau lepas

b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan terhadap Tn.J


st.
-

DS :
Keluarga mengatakan gigi Tn.J sudah berkurang sehigga tidak perlu
dibersihkan

su.

DO: -

c. Ketidakmampuan keluarga merawat Tn.J


sv.
-

DS
Keluarga mengatakan jarang membersihkan gigi dan mulut Tn.J

sw.

DO

sx. -

Tercium bau mulut pada Tn.J

sy. -

Gigi Tn. J terlihat berkerak dan kotor

d. Ketidakmampuan keluarga menciptakan lingkungan bagi kebersihan


mulut dan gigi Tn.J
sz.

DS

Keluarga mengatakan tidak menyediakan sikat gigi dan pasta gigi


untuk Tn.J
ta.
-

DO
Tidak terdapat sikat gigi, pasta gigi dan gelas kumur

e. Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan sumber-sumber kesehatan


mengenai kesehatan mulut dan gigi
tb.
-

DS:
Keluarga mengatakan tidak memeriksakan kesehatan mulut dan gigi
Tn.J karena keluarga menganggap hal itu sebagai sesuatu yang
biasa

tc.

DO:-

3. Resiko Jatuh pada Tn.J di keluarga Tn. J berhubungan dengan:


a. Ketidakmampuan mengenal masalah resiko jatuh
td.

DS

Keluarga

mengatakan

sebelumnya

Tn.J

pernah

jatuh,

Tn.S

mengatakan tidak tahu penyebab jatuh


Keluarga mengatakan wajar kalau Tn.J jatuh karena usianya sudah
tua

te.

DO : -

b. Ketidakmampuan mengambil keputusan dalam menangani resiko jatuh


tf.
DS
- Keluarga mengatakan tidak mengetahui cara mengatasi kejadian
jatuh pada Tn.J
tg.

DO

Jika ditanya tentang pencegahan kejadian jatuh Ny.T tidak bisa

menjawab
Keluarga tidak berupaya untuk memindahkan Tn. J ke tmpat tidur
yang lebih rendah dan memberikan pengaman pada tepi tempat tidur
Tn.J, serta tidak berupaya untuk memperbaiki penerangan di

ruangan.
c. Ketidakmampuan merawat anggota keluarga yang beresiko jatuh
th.
DS
- Keluarga mengatakan Tn. J ditinggal bekerja saat pagi dan sore
ti.

DO:

d. Ketidakmampuan menciptakan lingkungan yang kondusif


tj.
DS

tk.

Keluarga mengatakan membaringkan Tn.J di tempat tidur seadanya


DO

- Tn. J terlihat berbaring di tempat tidur yang tinggi


- Rumah tampak berantakan, barang-barang berserakan
- Tidak terpasang pengaman pada tempat tidur Tn.J
- Lantai tidak rata
- Ruangan gelap
e. Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan sumber sumber kesehatan
tl.
DS
- Keluarga mengatakan belum pernah memeriksakan Tn. J ke
-

puskesmas/fasilitas kesehatan lainnya


Keluarga mengatakan tidak mempunyai kendaraan untuk membawa
Tn.J ke puskesmas/pelayanan kesehatan

tm.
-

DO
Tn. J mempunyai kartu BPJS
Tidak menggunakan alat bantu jalan seperti tongkat atau kusi roda

4. BAB IV
5. PERENCANAAN
6.

7.

8. Diagnosa

9. Tujuan

10. Intervensi

11. Rasional

N
12.
1

13. Kerusakan integritas


kulit

(Decubitus)

pada

Tn.J

keluarga Tn.J
18. 19.

14. Tujuan jangka panjang :


15. Setelah

di

dilakukan

16.

17.

44.
45.
46.
47.

65.

asuhan

keperawatan selama 3 minggu,


dekubitus tidak terjadi.
20. Tujuan jangka pendek :
21. Setelah

dilakukan

keperawatan

selama

tindakan
3

kali

pertemuan, keluarga mampu :


a. Mengenal masalah tentang decubitus
22.
Kriteria hasil :
- Keluarga mampu menjelaskan
-

tentang decubitus
Keluarga mampu menjelaskan

48. KMK 1
a. Berikan pendidikan kesehatan
pada keluarga mengenai
decubitus
b. Diskusikan dengan keluarga
tentang cara pencegahan

cara mencegah decubitus

23.

decubitus

49.

66.
67.
68.
69. KMK 1
a. Memerikan pemahaman
keluarga tentang decubitus
70.
b. Dengan mengetahui cara
pencegahan decubitus,
keluarga dapat

24.

50.

25.

51.

b. Mengambil keputusan yang tepat


untuk mencegah decubitus
26.
Kriteria hasil :
- Keluarga menyatakan bersedia
mengubah posisi tidur Tn.J
secara berkala ketika istirahat
27. Bekerja
28.
c. Merawat Tn.J
29.
Kriteria hasil :
- Keluarga mengubah posisi tidur
-

Tn.J secara berkala


Kondisi luka kering

30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
d. Menciptakan lingkungan kondusif

menerapkannya

KMK 2

a. Diskusikan dengan keluarga


akibat tidak mengubah posisi tidur

71.
72. KMK 2
a. Dengan mengetahui akibat

Tn.J

tidak mengubah posisi tidur,

52.

keluarga akan lebih

53.

berupaya untuk mencegah

54.

akibat yang ditimbulkan

55.

73.

56. KMK 3

74.

a. Ajarkan keluarga cara mengubah


posisi tidur Tn.J
b. Anjurkan keluarga menjaga agar
kodisi tempat tidur tidak lembab
c. Ajarkan keluarga merawat luka
dekubitus
d. Motivasi keluarga untuk menjaga
luka tetap kering

57.
58.
59.

75. KMK 3
a. Perubahan posisi tidur
mengurangi tekanan pada
bagian tubuh tertentu
sehingga tidak timbul
decubitus
b. Perawtan luka yang tepat
mampu mencegah luka
menjadi semakin parah
76.
77.
78.

37.
Kriteria hasil :
- Lingkungan kamar Tn.J tidak
lembab
Alas tidur Tn.J kering
Aroma kamar tidak pesing

38.
39.
40.
e. Memanfaatkan sumber-sumber
41.
Kesehatan
42.
Kriteria hasil :
- Keluarga memeriksakan Tn.J ke
fasilitas pelayanan kesehatan
43.

60. KMK 4

79. KMK 4

a. Diskusikan dengan keluarga


pentingnya menjaga lingkungan
kamar yang tidak lembab
b. Anjurkan keluarga mengganti
kain alas tidur Tn.J saat basah

a. Lingkungan yang lembab


mendukung terjadinya
decubitus
b. Alas tidur yang basah
terkena urin dapat
menyebabkan decubitus

61.
62.

80.

63.

81.

64. KMK 5

82. KMK 5

a. Motivasi keluarga untuk

a. Tn.J mendapatkan

memeriksakan Tn.J ke pelayanan

penanganan dan

kesehatan terdekat

pengobatan yang tepat


sesuai dengan masalah
kesehatan yang dalami

83.
84.
2

85. Defisit

Personal

Hygiene pada Tn.J


di keluarga Tn.J

88.

86. Tujuan jangka panjang :


87. Setelah

dilakukan

89.

asuhan

keperawatan selama 3 minggu,


deficit perawatan diri teratasi
92. Tujuan jangka pendek :

110.

144.

93. Setelah

dilakukan

keperawatan
pertemuan,
membantu

asuhan

111.

145.

112.

146.

mampu

113.

147.

114.

148.

115.

149.

selama
keluarga

perawatan

diri

dengan kriteria hasil :


94.

116.

a. Ketidakmampuan keluarga mengenal


masalah
95.
Kriteria :
- Keluarga mampu menjelaskan
kembali tentang pentingnya
menjaga kebersihan mulut dan
-

gigi
Keluarga mampu menyebutkan
manfaat menjaga kebersihan

97.
98.

KMK 1

a. Edukasi tentang pentingnya


menjaga kebersihan mulut dan
gigi
b. Diskusikan dengan keluarga
manfaat menjaga kebersihan
gigi dan mulut untuk klien
c. Diskusikan dengan keluarga
akibat bila tidak menjaga
kesehatan gigi dan mulut

150.

KMK 1

a. Membuka pengetahuan
keluarga dapat
meningkatkan partisipasi
keluarga untuk merawat
klien
b. Mengetahui tingkat
pengetahuan keluarga
tentang manfaat menjaga
kebersihan
c. Mengetahui tingkat

gigi dan mulut untuk klien


Keluarga mampu menyebutkan

117.

akibat bila tidak menjaga

118.

pengetahuan keluarga

kebersihan gigi dan mulut klien


96.

119.

tentang bahaya tidak

120.

menjaga kebersihan
d. Mengetahui keadaan gigi

121.

dan mulut klien.

99.

122.

b. Ketidak mampuan keluarga mengambil


keputusan
100.
Kriteria : Keluarga
mengatakan akan
membersihkan mulut dan
gigi keluarga yang sakit.
101.
102.
c. Ketidak mampuan keluarga merawat
keluarga yang sakit
103.
Kriteria :
- Keluarga membersihkan mulut
-

Tn. J minimal 2 kali sehari


Gigi dan mulut Tn. J terlihat

bersih
Tidak tercium bau mulut dari

mulut Tn. J
Bibir Tn. J terlihat lembab.
Keluarga berpartisipasi dalam
menjaga kebersihan mulut dan
gigi Tn.J

104.
105.

151.

123.
124.

152.
KMK 2

KMK 2

c. Meningkatkan percaya diri


keluarga untuk menjaga

a. Motivasi keluarga untuk menjaga


kebersihan mulut Tn.J

kebersihan gigi dan mulut

125.

klien

126.

153.

127.
154.

128.
129.

KMK 3

a. Kaji Kebersihan gigi dan mulut


klien.
b. Ajarkan keluarga cara
membersihkan mulut dan gigi
dalam posisi klien tidur.
c. Ajak keluarga berpartisipasi dalam

a.

KMK 3

Mengetahui keadaan

kebersihan gigi dan mulut


b.
Melatih cara
membersihkan gigi dan
c.

mulut dengan benar


Partisipasi keluarga yang
tinggi menunjukkan

menjaga kebersihan gigi dan

keinginan keluarga untuk

mulut Tn.J

merawat anggota keluarga

130.

155.

131.

156.
157.

132.

158.

menciptakan lingkungan yang kondusif


106.
Kriteria :
- Keluarga mampu menyebutkan

133.

159.

134.

160.

alat kebersihan gigi dan mulut


Keluarga mampu menyediakan

135.

161.

d. Ketidakmampuan keluarga

alat kebersihan gigi dan mulut


di dekat klien.
107.
e. Ketidakmampuan keluarga
memanfaatkan sumber-sumber
kesehatan
108.
Kriteria :
Keluarga membawa Tn. J ke
-

pelayanan kesehatan terdekat.


Keluarga mampu
memanfaatkan asuransi
kesehatan (s)

109.

136.

KMK 4

a. Anjurkan keluarga untuk

KMK 4

a. Membuka pengetahuan
keluarga agar dapat

menyediakan alat untuk

menyediakan alat

membersihkan gigi dan mulut


137.
138.
139.
140.
141.

kebersihan diri anggota

142.

KMK 5

a. Kolaborasi dengan petugas


kesehatan untuk kontrol kesehatan
gigi.
b. Anjurkan keluarga memanfaatkan
BPJS untuk memriksakan
kesehatan gigi dan mulut Tn.J
143.

keluarga
162.

163.
164.

165.

KMK 5

a. Pengobatan yang
berkelanjutan pada klien
dapat meningkatkan derajat
kesehatan klien.
b. Pemanfaatan jaminan
kesehatan dapat
mempermudah dalam

mendapatkan jasa kesehatan

166. 167.
3

pada

Resiko Jatuh
Tn.J

di

170.

171.

terjadi
174.
Tujuan jangka pendek :

197.

216.

175.

dilakukan

198.

217.

asuhan keperawatan selama 3

199.

218.

kali

200.

168.

Tujuan jangka panjang :

169.

Setelah

keluarga Tn. J

asuhan keperawatan selama 3


minggu,kejadian

172. 173.

silakukan

Setelah

jatuh

tidak

pertemuan,keluarga

mampu:
a. Mengenal masalah resiko jatuh
176.
Kriteria hasil:
- Keluarga mampu menjelaskan

KMK 1

a. Diskusikan kepada keluarga


mengenai penyebab jatuh dan
akibatnya pada lansia lumpuh
b. Diskusikan dengan keluarga

219.

KMK 1

a. Memberikan pemahaman
tentang penyebab dan akibat
kejadian jatuh pada lansia
b. Dengan mengetahui cara

penyebab jatuh dan akibatnya

tentang cara pencegahan kejadian

pencegahan kejadian jatuh

pada lansia lumpuh


Keluarga mampu menjelaskan

jatuh

keluarga dapat

201.

menerapkannya
220.

cara mencegah kejadian jatuh

177.
178.
b. Mengambil keputusan yang tepat

202.
203.

KMK 2

a. Diskusikan manfaat mengawasi

221.

KMK 2

a. Mengawasi dan membatasi


mobilisasi klien dapat

untuk mencegah kejadian jatuh


179.
Kriteria hasil:
- Keluarga bersedia melakukan
-

upaya pencegahan jatuh


Keluarga menyatakan bersedia
memberikan pengaman pada tepi

185.

keluarga akan lebih berupaya

klien di tempat tidur yang tinggi

untuk mencegah akibat yang

dan penerangan yang kurang

akan ditimbulkan

memindahkan klien ke tempat

205.

223.

tidur yang lebih rendah dan

206.

224.

penerangan yang cukup

207.

225.

208.

tempat tidur
Keluarga meningkatkan
pengawasan pada klien

184.

tepi tempat tidur, menempatkan

222.

beresiko jatuh
181.
Kriteria hasil:
- Keluarga memasang pengaman

183.

jatuh
b. Dengan mengetahui akibat

204.

c. Merawat anggota keluarga yang

182.

dari tidak memberika pengaman di

mencegah terjadinya kejadian

tempat tidur
Keluarga menyatakan bersedia

180.

dan membatasi mobilisasi Tn.J


b. Diskusikan dengan keluarga akibat

209.

KMK 3

226.

KMK 3

a. Keluarga dapat memberikan

a. Anjurkan keluarga memberikan

pengamanan dengan cara

pengaman di tempat tidur


b. Edukasi keluarga untuk selalu

yang sederhana sehingga

membantu Tn.J dalam melakukan


mobilisasi
c. Motivasi keluarga untuk selalu

mengurangi resiko jatuh


b. Dengan bantuan keluarga,
mobilitas klien dapat terjaga
c. Dengan pengawasan,

memberikan pengawasan

keluarga dapat meningkatkan

terhadap Tn.J

keamanan klien

210.

227.

d. Menciptakan lingkungan yang


kondusif
186.
Kriteria hasil:
- Keluarga membaringkan Tn.J di
-

tempat tidur yang rendah


Keluarga memberikan ruangan
yang rapi dan terang
187.
188.
189.
190.
191.
192.
193.

195.
e. Memanfaatkan fasilitas kesehatan
196.
Kliteria hasil:
- Keluarga memeriksakan Tn.J ke
puskesmas/fasilitas kesehatan
terdekat
Keluarga menggunakan kartu
BPJS-nya untuk memeriksakan
-

228.

212.

KMK 4

a. Anjurkan pada keluarga tentang


menjaga penerangan dalam rumah
dan selalu menjaga kerapian
barang-barang
b. Ajak seluruh anggota keluarga
untuk ikut berpartisipasi merapikan
barang dalam rumah
c. Anjurkan keluarga untuk
membaringkan Tn.J di tempat tidur
yang rendah
d. Libatkan keluarga untuk

194.

211.

a. Meningkatkan pengetahuan
dan mengubah perilaku
keluarga
b. Membiasakan keluarga untuk
elalu menjaga kerapian
ruangan
c. Keluarga dapat mengurangi
resiko jatuh pada klien
d. Keluarga dapat mengetahui
kondisi rumah yang bisa
membahayakan klien

229.

mengobservasi keadaan

230.

lingkungan rumah yang dapat

231.

menyebabkan jatuh
213.

232.

214.

KMK 5

a. Edukasi keluarga untuk membawa


Tn.J ke puskesmas/pelayanan

Tn.J
kesehatan terdekat
Keluarga menyediakan alat bantu b. Anjurkan keluarga untuk

KMK 4

233.

KMK 5

a. Petugas kesehatan mampu


mengontrol kondisi klien
dengan lebih intensif
b. Penggunaan kartu BPJS akan

jalan untuk Tn.J

menggunakan kartu BPJS Tn.J


c. Motivasi keluarga untuk
menyediakan alat bantu jalan
untuk Tn.J
d. Pastikan keluarga membawa Tn.J
ke Puskesmas
215.

memperingan keluarga dalam


pengeluaran biaya
pemeriksaan
c. Alat bantu jalan dapat
membantu Tn.J dalam
mobilisasi dan mempermudah
keluarga untuk membantu
Tn.J dalam mobilisasi

234.

IMPLEMENTASI, EVALUASI

1.

2.

NO.
6.

S KEPERAWATAN
7.
Kerusakan

PEN
8.
TU 9.

integritas kulit

PEN 1

DIAGNOSI

(Decubitus) pada
Tn.J di keluarga

3.

TU

4.

5.

TINDAKAN
Tanggal : Senin, 28

Maret 2016
10.
Jam : 16.30 WIB
1. Mendiskusikan dengan

14.
Tanggal : Senin, 28 Maret 2016
15.
Jam : 17.00 WIB
16.
DS:
- Keluarga mengatakan bahwa decubitus adalah
luka yang terjadi karena tidak membolak balik

keluarga tentang

Tn.J

EVALUASI

dekubitus

posisi
Keluarga mengatakan bahwa decubitus dapat

11.
12.

dicegah dengan cara merubah posisi tidur Tn.J


13.

Ovi

minimal tiap 2 jam dan mengganti kain alas tidur


yang kotor/basah

DO:

17.
-

Keluarga mampu menjelaskan cara-cara


mencegah decubitus

18. A:

Ketidakmampuan

keluarga

mengenal

masalah teratasi
P: Ajarkan keluarga upaya pencegahan

19.

decubitus
20.
21.
Ovi

22.
26.

Tanggal : Jumat 1

April 2016
27.
Jam : 16.00 WIB
2. Mendiskusikan dengan

31.
32.

Tanggal : Jumat 1 April 2016


Jam : 16.20 WIB

33.

keluarga tentang cara

34.
DS:
- Keluarga mengatakan bahwa decubitus dapat

pencegahan decubitus

dicegah dengan cara merubah posisi tidur Tn.J

28.
29.

minimal tiap 2 jam dan mengganti kain alas tidur


30.

Ovi

yang kotor/basah

35.
-

DO:
Keluarga mampu menjelaskan cara-cara
mencegah decubitus

236.
237.
238.
239.
240.

241.
242.

BAB V
PENUTUP

243.

Kesimpulan

244.

Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan pada keluarga Tn.J

didapatkan beberapa masalah dalam keluarga dengan diagnose:


1. Kerusakan integritas kulit (dekubitus) pada Tn.J di keluarga Tn.J, dari
diagnosa ini muncul 5 KMK. Setelah dilakukan implementasi yang dilakukan
selama 3 kali pertemuan didapatkan:
a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah teratasi
b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan teratasi
c. Ketidakmampuan keluarga merawat belum teratasi
d. Ketidakmampuan keluarga menciptakan lingkungan yang kondusif
teratasi sebagian
e. Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan sumber-sumber kesehatan
belum teratasi
2. Defisit personal hygiene pada Tn.J di keluarga Tn.J, dari diagnosa ini muncul
5 KMK. Setelah dilakukan implementasi yang dilakukan selama 3 kali
pertemuan didapatkan:
a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah teratasi
b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan teratasi
c. Ketidakmampuan keluarga merawat teratasi sebagian
d. Ketidakmampuan keluarga menciptakan lingkungan yang kondusif
belum teratasi
e. Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan sumber-sumber kesehatan
belum teratasi
3. Resiko jatuh pada Tn.J di keluarga Tn.J, dari diagnosa ini muncul 5 KMK.
Setelah dilakukan implementasi yang dilakukan selama 3 kali pertemuan
didapatkan:
a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah teratasi
b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan teratasi
c. Ketidakmampuan keluarga merawat teratasi teratasi
d. Ketidakmampuan keluarga menciptakan lingkungan yang kondusif
teratasi
e. Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan sumber-sumber kesehatan
teratasi sebagian
245.

Selama dilakukan implementasi selama 3 minggu dalam 3 kali

pertemuan terdapat beberapa faktor pendukung dan penghambat


diantaranya,

246.

Faktor pendukung

keluarga

sangat

kooperatif

dan

mendukung dalam kesembuhan Tn.J


247.

Faktor penghambat

: keterbatasan keluarga untuk membawa

Tn.J ke puskesmas atau pelayanan kesehatan menyebabkan Tn.J tidak


bisa dirawat secara intensif.
4.

248.

DAFTAR PUSTAKA

249.
250.

Capernito Lynda juall ( 1998), Buku Saku Diagnosa Keperawatan


Edisi 6 , Alih Bahasa Yasmin Asih EGC jakarta

251.
252.

C. Long barbara ( 1996) Perawatan Medikal Bedah (Suatu


Pendekatan Proses) Unit IV, V, VI Alih bahasa Yayasan Ikatan Alumni
Pendidikan Keperawatan Pajajaran Bandung, IAPK Bandung

253.
254.

Donges Marilyn E (2000), Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3, Alih


bahasa I Made Kariasa, EGC Jakarta

255.
256.

Wahyudi Nugroho ( 2000), Keperawatan Gerontik Edisi 2 , EGC


Jakarta

257.
258.

Gunawan S, Nardho, Dr, MPH, 1995, Upaya Kesehatan Usia Lanjut.


Jakarta: Dep Kes R.I

259.
260.

Lueckennotte, Annette G, 1996, Gerontologic Nursing, St. Louis :


Mosby Year Incorporation

261.
262.

Nugroho, Wahyudi, SKM, 1995, Perawatan Lanjut Usia, Jakarta :


EGC

263.
264.

265.

Anonym, Panduan Gerontologi, Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai