Anda di halaman 1dari 89

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori
1. Remaja
a. Pengertian
Secara etimologi, remaja berarti tumbuh menjadi dewasa. 12
Remaja atau edolescece, berasal dari bahasa latin adolescere yang
berarti tumbuh ke arah kematangan, baik secara fisik, sosial, dan
psikologis.Remaja di definisikan sebagai masa peralihan dari masa
kanak-kanak ke masa dewasa dimana pada masa itu terjadi perubahan
fisik, biologis, intelektual dan psikososial. Remaja merupakan suatu
masa kehidupan individu dimana terjadi eksplorasi psikologis untuk
menemukan identitas dari individu mulai dari mengembangkan ciriciri abstrak dan konsep diri menjadi lebih berbeda. Masa remaja adalah
usia dimana individu mulai berintegrasi dengan masyarakat dewasa.
Menurut WHO remaja adalahh periode usia antara 10-19 tahun.
Batasan usia remaja menurut Depkes RI adalah 10-19 tahun dan belum
kawin.13
b. Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja
Terjadi pertumbuhan fisik yang pesat pada diri remaja di usia 1015 tahun pada perempuan, dan 11-16 tahun pada laki-laki. Pada masa
pubertas ini juga mulai timbul rasa ketertarikan pada lawan

11

12

jenis.Perubahan biologis tersebut dipengaruhi oleh kerja organ-organ


reproduksi yang ditandai dengan perubahan bentuk tubuh kanak-kanak
pada umumnya kearah bentuk tubuh dewasa disebabkan aktifitas
kelenjar

pituitary

yang

meningkatkan

sekresi

hormon

yang

berpengaruh pada pencapaian kematangan seksual dimana pada lakilaki ditandai dengan produksi semen sedangkan pada remaja putri
ditandai dengan adanya menstruasi.3
Perkembangan pada diri remaja meliputi perubahan psikososial
dan perkembangan kognitif. Remaja akan dihadapkan pada kedaan
yang memerlukan penyesuaian untuk dapat menerima perubahan yang
terjadi sesuai dengan tugas perkembangannya berupa pencapaian
kemandirian dari orang tua, dan mulai membentuk identitas diri guna
mencapai integrasi dan kematangan pribadi. Perkembangan kognitif
remaja terjadi karena pada masa ini mulai mampu berpikir ke arah
operasional formal sesuai dengan tugas perkembangannya berupa
mengembangkan kemampuan kogninitifnya secara lebih konsisiten,
terarah, dan bertanggung jawab yang akan berguna dalam penyelesaian
masalahnya.
2. Menstruasi
a. Pengertian
Menstruasi atau haid adalah perdarahan secara periodik dan siklik
dari uterus yang disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium.14
Panjang siklus haid adalah jarak antara tanggal mulainya haid yang

13

lalu dan mulainya haid yang berikutnya.Hari mulainya perdarahan


dinamakan hari pertama siklus.Panjang siklus menstruasi yang normal
biasanya 28 hari tetapi variasinya cukup luas. Panjang siklus
menstruasi dipengaruhi oleh usia individu, pada wanita usia 12 tahun
panjang siklus menstruasi rata-rata 25,1 hari, wanita usia 43 tahun
adalah 27,1 hari, dan pada wanita usia 55 tahun adalah 51,9 hari.
Normalnya panjang siklus menstruasi wanita ada pada rentang 18-24
hari.
Lama menstruasi biasanya 3-5 hari, ada yang 1-2 hari diikuti darah
sedikit-sedikit, dan ada yang 7-8 hari. Usia gadis remaja yang baru
pertama mendapat menstruasi (menarche) bervariasi, antara 10-16
tahun dengan rata-rata usia menache 12,5 tahun. Statistik menunjukkan
bahwa usiamenarche dipengaaruhi oleh faktor keturunan, status gizi,
dan kesehatan umum.
b. Siklus Menstruasi14
Pada siklus menstruasi terjadi perubahan histologik endometrium
selama masa reproduksi dan dalam keadaan tidak hamil, terjadi
perubahan siklik selaput lendir uterus yang berkaitan dengan aktivitas
ovarium. Pada siklus menstruasi fase endometrium dibagi menjadi 4
fase, yaitu :
1) Fase menstruasi atau deskuamasi
Endometrium dilepaskan dari dinding uterus disertai
perdarahan pada fase ini.Stratum basal yang masih tertinggal

14

utuh.Perdarahan berasal dari darah vena dan arteri dengan selsel darah merah yang hemolisis atau aglutinasi.Fase ini
berlangsung 3-4 hari.
2) Fase pasca haid atau regenerasi
luka endometrium akibat pelepasan pada fase menstruasi
berangsur-angsur sembuh dan ditutup kembali oleh selaput
lendir baru yang tumbuh dari sel-sel endometrium.
3) Fase intermenstrum atau proliferasi
Endometrium tumbuh dan menebal hingga + 3,5mm. Fase
ini terbagi menjadi tiga bagian, yaitu :
a) Fase proliferasi dini
Epitel permukaan tipis disertai adanya regenerasi
epitel, terutama dari mulut kelenjar.Ciri khas fase ini
adalah

kelenjar

sempit.Stroma

berbentuk

padat

dan

lurus,
sebagian

pendek,

dan

menunjukkan

aktifitas mitosis, dengan sel-sel berbentuk bintang


dengan tonjolan anastomosis.Terjadi antara hari ke 4
sampai hari ke 7.
b) Fase proliferasi madya
Fase transisi yang memiliki ciri khas epitel
permukaan

berbentuk

torak

dan

tinggi.Kelenjar

berlengkuk dan bervariasi.Beberapa stroma mengalami

15

edema dan tampak banyak mitosis.Terjadi antara hari


ke 8 sampai hari ke 10.
c) Fase proliferasi akhir
Ciri khas fase ini bentuk permukaan kelenjar yang
tidak rata dan banyak mitosis, stoma bertumbuh aktif
dan padat,

serta inti epitel kelenjar

berbentuk

pseudostratifikasi.
4) Fase prahaid atau fase sekresi14
Merupakan fase yang terjadi setelah ovulasi.Endometrium
menebal dengan timbunan glikogen dan kapur yang diperlukan
sebagai bahan makanan telur yang dibuahi. Fase ini terbagi atas
dua bagian yaitu :
a) Fase sekresi dini
Endometrium menipis karena kehilangan cairan.
Pada fase ini dapat dibedakan menjadi beberapa lapisan,
antara lain stratum basal, strotum spongiosum, dan stratum
kompaktum.
b)

Fase sekresi lanjut


Endometrium

setebal

5-6

mm,

mengandung

pembuluh darah yang berlengkuk dan kaya akan glikogen.


Fase ini merupakan fase yang ideal untuk nutrisi dan
perkembangan ovum.Jika terjadi kehamilan maka sel
stroma menjadi sel disidua.

16

3. Vulva Hygiene
a. Pengertian
Hygiene berasal dari bahasa yunani yang berarti sehat, sedangkan
vulva adalah organ eksternal genital wanita yang terdiri atas mons
veneris, labia mayora, labia minora, klitoris, vestibulum (introitus
vagina, urethra, ductus batolini,ductus scene kiri dan kanan). 15 Vulva
hygiene merupakan tindakan memelihara kebersihan dan kesehatan
organ eksternal genetalia wanita untuk mempertahankan kesehatan dan
mencegah infeksi.16
b. Organ genitalia eksterna4

Gambar 2.1 :Genetalia Eksterna


Organ genetalia eksterna atau vulva secara berurutan (arah anterior ke
posterior) terdiri dari mons pubis, labia mayora dan minora, klitoris,
vestibulum, fourchette, dan perinium.
1) Mons pubis
Bantalan lemak yang terletak di depan simfisis pubis. Daerah ini
ditutupi bulu pada masa pubertas.

17

2) Labia mayora
Dua lipatan tebal yang membentuk sisi vulva, terdiri atas kulit dan
lemak, jaringan otot polos, pembuluh darah, dan serabut saraf.Labia
mayora ini memiliki panjang kira-kira 7,5cm.
3) Labia minora
Lipatan kecil diantara bagian atas labia mayora yang mengandung
jaringan erektil.
4) Klitoris
Bagian dimana terdapat jaringan pembuluh darah, bersifat erektil.Dapat
membesar karena kongesti pembuluh darah, dan kembali ke ukuran
semula karena rangsangan saraf simpatis.Terdapat dua buah krura klitoris
melekat pada ramus inferiorossis pubis, bersatu di simfisis pubica, dan
membentuk corpus klitoris, yang dibungkus oleh M.ischiocavernosis.
5) Vestibulum
Vestibulum terdiri dari muara urethra, kelenjar paraurethra, vagina, dan
kelenjar paravagina.Permukaan vestibulum yang tipis dan agak berlendir
mudah teriritasi oleh bahan kimia (deodorant semprot, busa sabun), rabas,
panas, friksi (celana dalam yang ketat).
6) Fourchette
Fourchette adalah lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis,
terletak pada pertemuan ujung bawah labia mayora dan minora di garis
tengah dibawah orifisium vagina.

18

7) Perineum
Perineum adalah muscular yang ditutupi kulit antara introitus vagina
dan anus.
c. Tujuan dan Manfaat vulva Hygiene19
Sistem reproduksi wanita rentan terserang infeksi,trauma, dan
ketidakseimbangan yang menghambat kehamilan, menyebabkan
kemandulan, atau mengalami masalah patologis. Vulva hygiene
merupakan salah satu usaha yang dilakukan agar kondisi kebersihan
daerah vital tetap terjaga dan mencegah terjadinya infeksi. 19
d. Vulva hygiene saat Menstruasi
Cara membersihkan bagian eksternal genital wanita (vulva
hygiene) yang benar adalah dengan membasuhnya dengan air bersih
setelah buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK). Sebelum
menyentuh vulva bersihkan tangan dengan air bersih, dan basuh vulva
dengan arah basuhan (cebok) yang benar dari arah depan ke belakang
(dari vagina ke anus), bukan sebaliknya. Arah basuhan (cebok) yang
salah akan membuat kuman dari daerah anus terbawa dan
dikhawatirkan masuk ke vagina.17
Penggunaan cairan pembersih atau sabun khusus vagina tidak perlu
digunakan karena vagina sudah memiliki mekanisme alami untuk
mempertahankan

keasamannya.

Kebiasaan

yang

salah

dalam

penggunaan sabun khusus ini justru akan mematikan bakteri baik dan

19

memicu berkembangnya bakteri jahat yang dapat menyebabkan


infeksi.17
Vagina harus dikeringkan dengan handuk lembut atau tissue yang
berwarna putih, lembut, bersih dan tidak berparfum setelah dibasuh
dengan air.Keringkan dengan perlahan dan jangan digosok-gosok agar
tidak terjadi iritasi.
Kebersihan daerah kewanitaan juga bisa dijaga dengan sering
mengganti pakaian dalam minimal dua kali sehari untuk mencegah
kelembaban yang berlebihan. Penggunaan celana dalam yang ketat
tidak dianjurkan serta penggunaan bersamaan celana dan handuk
karena akan beresiko tertular penyakit.
Saat menstruasi penggantian pembalut dilakukan minimal empat
kali sehari atau setiap enam jam sekali untuk menghindari gangguan
jamur dan bakteri. Pembalut adalah sebuah perangkat yang digunakan
oleh wanita saat menstruasi, yang berfungsi untuk menyerap darah dari
vagina agar tidak mengotori daerah sekitar.Pembalut yang baik adalah
pembalut yang tidak berparfum, lembut dan mempunyai daya serap
optimal.Pembalut wanita adalah produk sekali pakai, karena itulah
perlu diperhatikan penggunaannya, setelah pembalut terasa basah
harus segera diganti. Produk pembalut yang berkualitas buruk
mengandung dioxin yang sering

menyebabkan bagian organ

kewanitaan mengalami masalah seperti keputihan, gatal-gatal, iritasi,


serta memicu terjadinya kanker mulut rahim/serviks. 17

20

4. Pengetahuan
a. Pengertian
Pengetahuan adalah hasil dari mencari tahu melalui pengindraan
terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra
manusia, meliputi penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan
raba, dimana pancaindra yang paling dominan dalam menghasilkan
pengetahuan adalah mata dan telinga.20
b. Tingkat Pengetahuan20
Berdasarkan domain kognitif, pengetahuan memiliki 6 tingkatan,
antara lain :
1) Tahu (Know)
Tahu merupakan hasil dari proses mengingat suatu materi yang
telah dipelajari sebelumya, termasuk mengingat kembali (recall)
sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang pernah dipelajari atau
rangsangan

yang

telah

diterima.

Tahu

merupakan

tingkatan

pengetahuan paling rendah. Pengukuran seseorang dikatakan dalam


tingkat

tahu

apabila

seseorang

tersebut

dapat

menyebutkan,

menguraikan, mendefinisikan, menyatakan,dsb.


2). Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan
secara

benar

tentang

objek

yang

diketahui

serta

dapat

menginterprestasikan materi atau rangsangan yang diterima secara


benar.

21

3). Aplikasi (Application)


Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real
(sebenarnya), misalnya menggnakan teori hukum, rumus,
metode, prinsip, ke dalam konteks atau kondisi yang lain.
4). Analisis (Analysis)
Analisis merupakan kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatuobjek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih
dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu
sama lain. Tingkatan pengetahuan ini dapat dilihat dari
kemapuan

menggambarkan,

membedakan,

memisahkan,

mengelompokan,dsb.
5). Sintesis (Synthesis)
Sintesis merupakan kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian materi yang telah dipelajari
menjadi satu karya baru, dengan kata lain kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
6). Evaluasi (evaluation)
Evaluasi

merupakan

tingkatan

pengetahuan

dimana

seseorang melakukan penilaian terhadap suatu materi atau

22

objek berdasarkan kriteria yang ditentukan sendiri atau


menggunakan kriteria yang telah ada sebelumnya.
Nursalam menyatakan tingkat pengetahuan dibagi dalam 3
katagori, antara lain :
1) Baik (76%-100%)
2) Cukup (56%-75%)
3) Kurang (>56%)
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Menurut Notoatmojo (2007), terdapat dua faktor yang dapat
mempengaruhi pengetahuan seseorang yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal meliputi status kesehatan, intelegensi,
perhatian, minat, dan bakat. Sedangkan faktor eksternal meliputi
keluarga,

masyarakat,

dan

metode

pembelajaran.Faktor

yang

mempengaruhi pengetahuan menurut Wawan dan Dewi (2010) antara


lain :
1). Faktor internal
a) Tingkat pendidikan
Makin tinggi pendidikan seseorang menjadikan orang
tersebut mudah menerima informasi sehingga banyak pula
pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya tingkat pendidikan yang
kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap
nilai-nilai yang baru diperkenalkan.

23

b) Pekerjaan
Pekerjaan

merupakan

cara

mencari

nafkah

untuk

menunjang kehidupan seseorang dan keluarganya.


c) Umur
Semakin bertambah umur seorang individu maka semakin
bertambah pula tingkat kematangannya dalam berpikir dan bekerja.
2) Faktor eksternal
a) Faktor lingkungan
Ligkungan merupakan kondisi keseluruhan dari sekitar
kehidupan manusia yang dapat mempengaruhi perkembangan
praktik individu atau kelompok.
b) Sosial budaya
Sistem dalam kehidupan sosial seseorang dan budaya yang
ada di wilayahnya akan mempengaruhi kecenderungan individu
atau kelompok membangun sikap dalam menerima informasi.
c) Dukungan keluarga
Dukungan atau support dari orang lain terutama orang
terdekat sangat berperan dalam sukses tidaknya seseorang
dalam menerima dan mengaplikasikan stimulus informasi yang
diperoleh.
d) Informasi atau media
Informasi yang diperoleh melalui pendidikan formal
maupun informal dapat memberikan pengaruh jangka pendek

24

(immediate impact) sehingga dapat menghasilkan perubahan


atau peningkatan pengetahuan.Teknologi pada era global yang
berkembang begitu pesat menjadikan sumber informasi salah
satunya

media

mempengaruhi

masa

berkembang

pengetahuan

masyarakat

sehingga

dapat

tentang

inovasi

baru.Dalam penyampaian informasi media masa membawa


pesan-pesan berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini
seseorang.
5. Sikap
a. Pengertian
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang terhadap suatu
stimulus atau objek yang sifatnya masih tertutup.Sikap tidak dapat
langsung dilihat

tetapi dapat

ditafsirkan dari perilaku

yang

tertutup.Reaksi dapat bersifat emosional dan menunjukkan konotasi


adanya kesesuaian dengan stimulus yang diberikan.Sikap hanya
sebatas pada kesiapan atau kesediaan individu untuk bertindak bukan
pelaksanaan motif tertentu.
b. Komponen sikap
Menurut Alport (1954) dalam Notoadmojo (2012) menjelaskan bahwa
sikap memiliki 3 komponen dasar yaitu :
1) Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu stimulus atau
objek.
2) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.

25

3) Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave)


Ketiga komponen ini bersama-sama membentuk sikap utuh (total
attitude).Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran,
keyakinan dan emosi memegang peranan penting.
c. Tingkatan sikap
Terdapat 4 tingkatan sikap antara lain :
1) Menerima (receiving)
Diartikan sebagai kesediaan seorang individu untuk
memperhatikan stimulus yang diberikan.
2) Merespon (reponding)
Diartikan sebagai kesediaan seorang individu untuk
memberikan tanggapan megenai stimulus yang telah diterima,
misalnya

menjawab

apabila

ditanya,

mengerjakan

dan

menyelesaikan tugas yang diberikan.


3) Menghargai (valuing)
Dalam tingkatan sikap ini seorang individu mengajak orang
lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah dari
stimulus yang telah diterima.
4) Bertanggung jawab (responsible)
Tanggung jawab merupakan tingkatan sikap paling tinggi,
dalam tingkat ini seorang individu memiliki kesediaan untuk
menanggung segala resiko dari suatu tindakan yang dipilihnya.

26

d. Faktor yang mempengaruhi sikap


Sikap dapat terbentuk melalui interaksi dengan orang lain. Adapun
faktor yang dapat mempengaruhi terbentuknya sikap meliputi
pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting,
kebudayaan, media masa, lembaga pendidikan atau lembaga agama,
dan faktor emosional individu itu sendiri. Kesan yang ditimbulkan dari
pengalaman pribadi menjadi dasar dalam membentuk sikap, sementara
faktor lain berpengaruh dalam memberi arah atau pelengkap dalam
landasan terbentuknya sikap.21
6. Praktik
a. Pengertian20
Praktik adalah respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk
tindakan nyata atau terbuka sehingga dapat diamati atau dilihat oleh
orang lain. Seseorang telah mengetahui stimulus atau objek kesehatan
kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang
diketahui, sehingga proses selanjutnya ia akan melaksanakan apa yang
diketahui.
b. Tingkatan praktik20
Notoatmodjo mengemukakan bahwa berdasarkan kualitasnya
praktik atau tindakan dapat dibedakan menjadi 4 tingkatan yaitu :
1) Persepsi (perception)

27

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan


tindakan yang akan diambil merupakan praktik tingkat
pertama. Misalnya, seorang ibu dapat memilih makanan yang
bergizi tinggi bagi anak balitanya.
2) Respon terpimpin (guided response)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar
dan sesuai dengan contoh merupakan indikator praktik tingkat
kedua. Misalnya, seorang ibu dapat memasak sayur dengan
benar, mulai dari cara mencuci sampai proses memasaknya.
3) Mekanisme (mecanism)
Apabila seesorang telah telah dapat melakukan sesuatu
dengan benar secara otomatis atau sesuatu itu telah menjadi
kebiasaan.

Misalnya,

mengimunisasikan

seorang

bayinya

pada

ibu

yang

sudah

umur

tertentu

tanpa

menunggu perintah orang lain.


4) Adaptasi (adaption)
Adaptasi merupakan tingkatan praktik dimana tindakan
itusudah di modifikasi oleh seseorang tanpa mengurangi
kebenaran tindakan tersebut.Misalnya seorang ibu dapat
memilih

dan

memasak

makanan

yang

berdasarkan bahan yang murah dan sederhana.


c. Faktor yang mempengaruhi praktik

bergizi

tinggi

28

Lawrence Green, mengemukakan bahwa terdapat tiga faktor


yang mempengaruhi praktik yang dilakukan oleh sesorang yaitu : 32

1) Faktor predisposisi
Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat
terhadap kesehatan, tradisi, dan kepercayaan masyarakat
terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan sistem nilai
yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial
ekonomi.
2) Faktor pemungkin (enabling factor)
Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan
prasarana atau fasilitas kesehatan bagi kesehatan bagi
masyarakat.
3) Faktor penguat
Faktor ini meliputi faktor sikap dan praktik tokoh
masyarakat, agama, sikap dan peilaku para petugas kesehatan
termasuk juga undang-undang, peraturan terkait kesehatan.
7. Peran Perawat Komunitas
a. Pengertian9
Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan
oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukanya dalam
suatu sistem. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari
dalam maupun dari luar dan bersifat stabil.Peran adalah bentuk

29

praktik yang diharapkan dari seseorang pada situasi sosial tertentu.


Peran perawat adalah cara untuk menyatakan aktifitas perawat
dalam praktik, yang diakui dan diberi kewenangan oleh pemerintah
untuk menjalankan tugas dan tanggung jawab keperawatan secara
profesional sesuai dengan kode etik keperawatan.
Ada berbagai peran yang dapat dilaksanakan oleh perawat
dalam keperawatan komunitas diantaranya peran sebagai pelaksana
kesehatan, peran sebagi pendidik, peran sebagai administrasi, peran
sebagai konseling, peran sebagai peneliti, peran sebagai perawat
kesehatan masyarakat sekolah, dan dalam bidang kesehatan kerja.
1) Peran sebagai pelaksana kesehatan
Seluruh
masyarakat

kegiatan

upaya

pelayanan

kesehatan

dan puskesmas dalam mencapai tujuan

kesehatan melalui kerjasama dengan team kesehatan lain.


Peran perawat sebagai pelaksana dapat berupa clinical
nurse specialist (CNS) dan family nurse practitioner
(FNP).Perawat spesialis klinis memberikan perawatan
kesehatan pada klien, biasanya di unit rawat jalan atau
tempat praktik komunitas pada klien dengan masalah
kompleks, dan memberikan perhatian khusus pada gejala
non

patologis,

kenyamanan,

dan

perawatan

komprehensif.Perawat keluarga memberikan perawatan

30

langsung dan bimbingan atau konseling pada keluarga


dengan tujuan promotif, preventif, dan rehabilitatif.

2) Peran sebagai pendidik


Perawat berperan dalam memberikan pendidikan
dan pemahaman kepada individu, keluarga, dan masyarakat
baik di rumah,

puskesmas

yang dilakukan secara

terorganisir dalam rangka meneanamkan perilaku sehat


untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal.Fokus
pengajaran dapat berbentuk penanaman perilaku sehat,
peningkatan nutrisi dan praktik diet, oahraga, pengelolaan
stress, dan pendidikan tentang perawatan mandiri.
3) Peran sebagai administrasi
Perawat komunitas diharapkan dapat mengelola
beragai kegatan pelayanan kesehatan puskesmas dan
masyarakat sesuai degan beban tugas dan tanggung jawab
yang diembannya.
4) Peran sebagai konseling
Perawat komunitas berperan sebagai konselor,
menjadi tempat bertanya baik bagi individu, keluarga,
maupun

kelompok

masyarakat

untuk

memecahkan

permasalahan dalam bidang kesehatan dan keperawatan

31

dengan memberikan solusi untuk mengatasi masalah


tersebut.Sebagai konselor, perawat menjelaskan kepada
klien

konsep

dan

data-data

tentang

kesehatan,

mendemostrasikan prosedur serta mengevaluasi kemajuan


dalam pembelajaran.
5) Peran sebagai peneliti
Perawat melakukan identifikasi terhadap fenomena
yang terjadi dimasyarakat yang dapat berpengaruh pada
penurunan kesehatan, dan dari yang dapat mengancam
kesehatan. Penelitian dilaksanakan untuk menemukan
faktor pencetus masalah dan hasil dari penelitian ini akan
diaplikasikan dalam praktek keperawatan.
6) Peran sebagai advokator
Memberikan masukan berkaitan dengan legal aspek
misalnya, masalah kerusakan lingkungan yang berpenaruh
teradap kesehatan sehingga perlu dicarikan solusi yang
harus dilakukan oleh masyarakat.
7) Peran sebagai perawat kesehatan masyarakat sekolah
Peran perawat komunitas dalam lingkungan sekolah
dilaksanakan sesuai dengan tahap perkembangan usia
prasekolah (4-6 th), usia sekolah (6-12 th), dan usia remaja
(13-19 th). Kegiatan yang dilakukan meliputi, skrining,

32

penemuan kasus, surveilance status imunisasi, pengelolaan


keluhan ringan, dan pemberian obat-obatan.

8) Peran dalam bidang kesehatan kerja


Peran perawat komunitas berupa pemberian layanan
langsung

dan

pengelolaan

layanan

kesehatan

yang

memperhatikan karakteristik demografi dan geografi,


karakteristik pekerjaan, interaksi antar pekerjaan dan
layanan pekerjaan, serta elemen epidemiologi kesehatan
kerja (agent, lingkungan, interaksi antar elemen).
8. Pendidikan Kesehatan
a. Pengertian20
Pendidikan kesehatan adalah upaya terencana untuk mengubah
perilaku individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat menjadi lebih
mandiri dalam mencapai tujuan hidup sehat. Kegiatan yang mencakup
dimensi intelektul, psikologi, dan sosial yang diperlukan untuk
meningkatkan kemampuan individu dalam mengambil keputusan
secara sadar yang akan mempengaruhi kesejahteraan diri, keluarga,
dan

masyarakat

yang

didasarkan

pengetahuan.
b. Tujuan pendidikan kesehatan23

pada

prinsip-prinsip

ilmu

33

Tujuan pendidikan kesehatan adalah mengubah perilaku individu


dan

masyarakat

di

bidang

kesehatan,

berperan aktif dalam

mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Banyak faktor yang perlu


diperhatikan
laintingkat

dalam

keberhasilan

pendidikan,

tingkat

pendidikan

kesehatan

sosial ekonomi,

adat

antara
istiadat,

kepercayaan masyarakat, dan ketersediaan waktu dari masyarakat.


c. Metode pendidikan kesehatan20,24
Metode adalah cara yang dipilih untuk memberikan pendidikan
kesehatan pada target. Teknik tersebut merupakan strategi agar
pendidikan kesehatan yang diberikan berjalan lancar dan baik. Faktor
yang perlu diperhatikan dalam memilih metode pendidikan kesehatan
antara lain tingkat pendidikan target, usia target, kemampuan
pelaksana pendidikan kesehatan, jumlah target, dan waktu pelaksanaan
pendidikan kesehatan.
d. Pendidikan kesehatan di sekolah
Sekolah sebagai tempat yang dipercaya keluarga untuk meletakkan
dasar perilaku kehidupan anak selanjutnya.Pendidikan kesehatan
ditempatkan disekolah ditujukan pada para siswa utamanya untuk
menanamkan perilaku hidup sehat agar dapat bertanggung jawab
terhadap kesehatan diri sendiri, lingkungan, serta ikut aktif dalam
usaha-usaha kesehatan. Hal-hal pokok sebagai materi dasar penanaman
perilaku atau kebiasaan hidup sehat antara lain :

34

1) Kebersihan perorangan (personal hygiene) dan kebersihan


lingkungan.
2) Pencegahan dan peberantasan penyakit menular dengan cara
hidup bersih, imunisasi, pemberantasan vektor penyebab
penyakit seperti nyamuk, kecoak, tikus dll.
3) Pemenuhan nutrisi dan gizi seimbang.
4) Pencegahan kecelakaan dan keamanan diri, dll.
e. Media Pendidikan Kesehatan
Media pendidikan kesehatan adalah alat bantu untuk pendidikan
kesehatan yang dapat dilihat, didengar, diraba, dirasa untuk
memperlancar komunikasi dalam penyebarluasan informasi. Biasanya
alat

bantu digunakan secara kombinasi yang memperhatikan

kemampan target untuk mengerti media tersebut. Penggunaan media


pendidikan kesehatan bertujuan untuk memperjelas materi yang
disampaikan, menghindari salah pengertian target terhadap materi,
serta dapat meningkatkan daya tarik target untuk memusatkan
perhatian pada materi yang diberikan.20Terdapat empat kelompok
besar jenis media pendidikan kesehatan, yaitu :
1) Benda sesungguhnya, merupakan jenis alat peraga yang paling
baik karena mudah serta cepat dikenal misalnya, spesimen dan
sample.

35

2) Benda tiruan, digunakan ketika kondisi tidak memungkinkan untuk


menggunakan benda sesungguhnya sehingga dibuatkan tiruan
dengan perbedaan ukuran benda.
3) Gambar atau media grafis, misalnya poster, leaflet, kartu
bergambar, lukisan dll.
4) Gambar alat optik, misalnya photo, dokumen lepasan, slide, dan
film.
f. Permainan Kartu Pintar
Permainan adalah setiap kontes antara para pemain yang
berinteraksi satu sama lain dengan mengikuti aturan-aturan tertentu
untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu pula. Permainan yang
digunakan untuk membantu proses pembelajaran mengharuskan target
pendidikan kesehatan untuk berpartisipasi aktif. Permainan merupakan
suatu hal yang menyenangkan untuk dilakukan. 10
Media pendidikan kesehatan permainan kartu adalah satu paket
kartu yang disajikan dengan konten berisi materi pendidikan kesehatan
dengan strategi permainan mencari pasangan antara kartu yang berisi
pertanyaan dengan kartu yang berisi jawaban yang dilakukan dengan
cara berkelompok. Untuk menarik perhatian target, bahan dasar kartu
diberi warna.24
g. Kelebihan dan kekurangan media permainan10,11
Pada setiap media pendidikan kesehatan yang digunakan
terdapat kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Berikut

36

merupakan kelebihan dari penggunaan media permainan dalam


pendidikan kesehatan :
1) Permainan adalah hal yang menyenangkan untuk dilakukan.
2) Permainan memungkinkan target untuk ikut berpartisipasi
aktif dalam kegiatan pendidikan kesehatan.
3) Terdapat umpan balik langsung yang dirasakan oleh target.
4) Permainan bersifat luwes.
5) Permainan dapat dengan mudah dibuat dan diperbanyak.
Adapun kelemahan dari penggunaan media permainan dalam
pendidikan kesehatan antara lain :
1) Dikhawatirkan permainan akan membuat target terlalu asyik
bermain sehingga tujuan pembelajaran kurang tercapai.
2) Pembiayaan yang relatif cukup besar.
3) Membutukan waktu yang cukup lama.
h. Pengguanaan permainan kartu dalam pendidikan kesehatan 10, 20, 24
Saat ini permainan kartu semakin beragam, dan beberapa
permainan kartu beralih fungsi, tidak hanya sekedar untuk permainan
tetapi juga sebagai media pembelajaran. Menurut David Guantlett,
dosen University of Leeds permainan kartu teori (kartu edukasi) yang
ia buat, dapat diterapkan dalam proses belajarr mengajar. Permainan
kartu teori (edukasi) membuat pemain dapat mempelajari dan
memahami ide-ide atau konsep-konsep yang terdengar sulit. Adapun

37

peraturan dalam permainan kartu pintar yang digunakan untuk


pendidikan kesehatan meliputi :
1) Permainan ini bersifat kompetisi antar kelompok.
2) Satu kelompok terdiri dari 10-12 orang
3) Masing-masing kelompok mendapatkan satu paket kartu berisi
materi pendidikan kesehatan.
4) Masing-masing kelompok berusaha mencari pasangan dari
kartunya dengancara setiap peserta membaca pertanyaan.
5) Peserta yang memiliki kartu jawaban sesuai dengan pertanyaan
dapat meletakkan kartu jawaban dibawah kartu soal.
6) Setiap kelompok bertanggung jawab untuk mengahafal isi kartu
yang telah ditemukan pasangannya.
7) Para peserta diberi batas waktu untuk menyelesaikan peramaina.
8) Permainan dinyatakan selesai bila rentang waktu yang diberikan
habis, dan pemenang dilihat dari kelompok yang menyelesaikan
soal-soal dengan benar dan cepat.
9) Evaluasi hasil permainan dilakukan dengan meminta perwakilan
dari tiap kelompok untuk maju dan menjelasakan isi kartu yang
telah dihafalnya.
Contoh kartu pintar vulva hygiene10

Apa yang dimaksud Vulva


Hygiene?

Tindakan memelihara
kebersihan dan kesehatan
organ eksternal genetalia
wanita untuk mempertahankan
kesehatan dan mencegah
16

38

Bagaimana cara membuang


pembalut yang benar?

Bagaimana arah membasuh organ


genital eksterna yang benar?

Cara membersihkan pembalut


yang benar adalah mencucinya
sampai tidak tersisa lagi sisa
darah kemudian di buang di
tempat sampah.

Arah membasuh organ genital


eksterna yang benar adalah dari
arah atas ke bawah (perinium)

39

Gambar 2.2 Contoh kartu Pintar10

Pada contoh gambar kartu diatas terdapat kartu dengan dua warna berbeda,
kartu berwarna orange merupakan kartu yang berisi pertanyaan, sedangkan kartu
berwarna ungu merupakan kartu dengan isian jawaban dari pertanyaan. Keduanya
harus di pasangkan oleh kelompok sebagi pemain. Kartu pintar berjumlah 18
pasang, kelompok yang paling banyak memasangkan dua jenis kartu dengan tepat
berhak menjadi pemenang dalam permainan. Semua kelompok bertanggung
jawab untuk menghafalkan isi kartu yang telah dinilai tepat terpasang, kemudian
peserta di evaluasi oleh pemandu permainan untuk mengetahui sejauh mana
kemampuan peserta dalam belajar melalui metode permainan kartu pintar ini.
Tabel 2.1daftar pertanyaan dan jawaban kartu pintar
Kode
Pertanyaan
Kode
Jawaban
1
Apa yang dimaksud Q
Vulva Hygiene adalah tindakan
Vulva Hygiene?
memelihara kebersihan dan
kesehatan
organ eksternal
genetalia
wanita
untuk
mempertahankan kesehatan dan
mencegah infeksi.
2
Bagaimana
arah W
Arah membasuh organ genital
membasuh organ genital
eksterna yang benar adalah dari
eksterna yang benar?
arah atas ke bawah (perinium).
3

Bagaimana
membuang
yang benar?

cara E
pembalut

Sebutkan bagian-bagian R
dari
organ
genital
eksterna
pada
perempuan?

Dampak

negatif

bagi T

Cara membersihkan pembalut


yang benar adalah mencucinya
sampai tidak tersisa lagi sisa
darah kemudian dibuang di
tempat sampah.
Organ eksterna atau vulva
secara berurutan terdiri dari
mons pubis, labia mayora dan
minora, klitoris, vestibulum,
fourchette, dan perinium.
Vulva hygiene saat menstruasi

40

kesehatan
apabila
Praktik vulva hygiene
saat menstruasi tidak
tepat yaitu?

yang tidak tepat akan


mengakibatkan terjadinya
masalah kesehatan pada
organreproduksi, dari yang
tergolong ringan seperti
pruritus vulva hingga yang
paling berat yaitu kanker
serviks
Penggunaan cairan pembersih
atau sabun khusus vagina tidak
perlu digunakan karena vagina
sudah memiliki mekanisme
alami untuk mempertahankan
keasamannya. Kebiasaan yang
salah dalam penggunaan sabun
khusu
ini
justru
akan
mematikan bakteri baik dan
memicu berkembangnya bakteri
jahat yang dapat menyebabkan
infeksi.17

Mengapa
pemakaian Y
sabun khusus vagina
tidak dianjurkan menurut
kesehatan?

Bagaimana cara yang U


benar
dalam
membersihkan vulva?

Cara membersihkan bagian


eksternal genital wanita (vulva
hygiene) yang benar adalah
dengan membasuhnya dengan
air bersih setelah buang air
besar (BAB) dan buang air
kecil
(BAK).
Sebelum
menyentuh vulva bersihkan
tangan dengan air bersih, dan
basuh vulva dengan arah
basuhan (cebok) yang benar
dari arah depan ke belakang
(dari vagina ke anus), bukan
sebaliknya.
Arah
basuhan
(cebok) yang salah akan
membuat kuman dari daerah
anus
terbawa
dan
dikhawatirkan
masuk
ke
17
vagina.

Apa yang harus kita I


lakukan untuk menjaga
daerah luar vagina tetap
kering dan tidak lembab?

Vagina
harus
dikeringkan
dengan handuk lembut atau
tissue yang berwarna putih,
lembut, bersih dan tidak
berparfum setelah dibasuh

41

dengan air. Keringkan dengan


perlahan dan jangan digosokgosok agar tidak terjadi iritasi.
9

Berapa
lama
siklus O
menstruasi perempuan?

10

Apa tujuan dilakukan P


vulva hygiene ?

11

Sumber informasi apa A


saja yang dapat diakses
oleh
remaja
untuk
mengetahui lebih banyak
mengenai
merawat
kebersihan diri selama
menstruasi?

12

Kebiasaan yang salah terkait


kebersihan selama menstruasi
diantaranya
mengganti
pembalut
ketika pembalut
dirasa penuh saja bukan
berdasarkan hitungan per 4 jam
seperti
yang
seharunya,
penggunaan sapu tangan kain
sebagai pengganti pembalut
yang sebenarnya kurang aman
karena kain tidak dapat
menyerap darah dengan baik,
dikhawatirkan darah tetap
berada di permukaan dan
menjadi tempat berkembangnya
bakteri
yang
dapat
menyebabkan infeksi.

harus D

pembalut wanita adalah


produk sekali pakai, karena

Apa saja kebiasaan yang


salah
tapi
umum
dilakukan
mengenai
kebersihan
saat
menstruasi?

13

Mengapa kita
memperhatikan

Panjang siklus menstruasi yang


normal biasanya 28 hari tetapi
variasinya cukup luas yang
dipengaruhi oleh usia individu
tersebut
Tujuan Vulva hygiene yaitu
agar kondisi kebersihan daerah
vital tetap terjaga dan
mencegah terjadinya infeksi.
Sumber informasi yang dapat
diakses oleh remaja antara lain
melalui bertanya pada yang lebi
dahulu mengalami menstruasi
seperti ibu, kakak perempuan,
teman sebaya yang sudah
mengalami, guru disekolah, dan
di
zaman
yang
sudah
berkembang pesat seperti saat
ini informasi apa saja bisa
diakses
melalui
jaringan
internet.

42

pemilihan
produk
pembalut yang tepat
untuk digunakan?

itulah
perlu
diperhatikan
penggunaannya,
setelah
pembalut terasa basah harus
segera
diganti.
Produk
pembalut yang berkualitas
buruk mengandung dioxin yang
sering menyebabkan bagian
organ kewanitaan mengalami
masalah seperti keputihan,
gatal-gatal, iritasi, serta memicu
terjadinya
kanker
mulut
17
rahim/serviks.
Vulva Hygiene saat Menstruasi
adalah
komponen
dari
kebersihan diri individu yang
berperan
penting
untuk
menjaga
kesehatan
organ
reproduksi sehingga terhindar
dari infeksi alat reproduksi.

14

Apa yang dimaksud F


Vulva Hygiene saat
Menstruasi?

15

Apa yang dimaksud G


dengan mestruasi?

Menstruasi atau haid adalah


perdarahan secara periodik dan
siklik dari uterus yang disertai
pelepasan
(deskuamasi)
14
endometrium.

16

Hal apa yang penting H


untuk dilakukan sebelum
memulai membersihkan
alat kelamin?

Yang harus dilakukan sebelum


membersihkan alat kelamin
yaitu memastikan tangan kita
dalam keadaan bersih dengan
mencuci tangan terlebih dahulu
sebelum
menyentuh
alat
kelamin bagian luar untuk
membersihkannya.
Ini
dilakukan untuk menghindari
masuknya
bakteri
yang
mungkin menempel di tangan
kita setelah melakukan aktivitas
sehari-hari.

17

Bagaimana cara memilih J


pembalut yang baik

Pembalut yang baik adalah


pembalut yang tidak berparfum,
lembut dan mempunyai daya
serap tinggi seehingga nyaman
digunakan

18

Mengapa

kita

harus K

43

memperhatikan
pemilihan
penggunaan
dalam.

Kebersihan daerah kewanitaan


juga bisa dijaga dengan sering
mengganti
pakaian
dalam
minimal dua kali sehari untuk
mencegah kelembaban yang
berlebihan. Penggunaan celana
dalam
yang
ketat
tidak
dianjurkan serta penggunaan
bersamaan celana dan handuk
karena akan beresiko tertular
penyakit.

dan
celana

B. KERANGKA TEORI
Kematangan
fisik

Pertumbuhan
remaja

Peran perawat
komunitas

menstruasi
Peran pendidik
Tumbuh
Kembang

Vulva hygiene
saat menstruasi

Perkembangan
remaja

pengetahuan

sikap

praktik

Pendidikan
Kesehatan
vulva hygiene
saat
Menstruasi
dengan metode
permainan
kartu pintar

44

Gambar 2.3. Kerangka Teori4,6,20

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
Variabel Independent

Variabel Dependent

Pengetahuan Remaja
tentang Vulva
Hygiene saat
Menstruasi

Permainan Kartu
Pintar sebagai Media
Edukasi Vulva Hygiene

Sikap Vulva Hygiene


Remaja saat
Menstruasi
Praktik Vulva
HygieneRemaja saat
Menstruasi

Gambar 3.1 Kerangka Konsep


B. Hipotesis
Rumusan hipotesis untuk penelitian ini yaituAda pengaruh
permainan kartu pintar sebagai media edukasi vulva hygiene terhadap
pengetahuan, sikap, dan praktikvulva hygiene siswi saat menstruasi.
C. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif pra eksperimental
dengan bentuk rancangan penelitian One Group Pretest-Postest Design.
Peneliti memberikan pretest (pengamatan awal) terlebih dahulu sebelum

44

45

permainan kartu pintar dilakukan, kemudian peneliti memberikan


kuesioner lagi untuk posttest (pengamatan akhir). Hasil dari kedua
pengamatan tersebut (awal dan akhir) kemudian dibandingkan. 25
Desain penelitian tersebut digambarkan dalam bentuk bagan
sebagai berikut :
pretest

perlakuan

O1

posttest

O2

Gambar 3.2 Bagan Rancangan Penelitian25


Keterangan :
O1

: pengetahuan, sikap, dan Praktikvulva hygiene siswi sebelum


diberikan pendidikan kesehatan dengan metode permainan kartu
pintar.

O2

: pengetahuan, sikap, dan praktikvulva hygiene siswi sesudah


diberikan pendidikan kesehatan dengan metode permainan kartu
pintar.

: perlakuan yaitu pemberian pendidikan kesehatan dengan metode


permainan kartu pintar.

D. Populasi dan sampel penelitian


Populasi

adalah

cakupan

generalisasi

yang

terdiri

atas:

subjek/objek yang mempunyai jumlah dan karakteristik yang ditentukan


oleh peneliti untuk dipelajari dan diambil kesimpulannya 25. Populasi
dalam penelitian ini adalah siswi kelas VII dan VIII di SMPN 1 Mijen

46

tahun ajaran 2015/2016. Berdasarkan data dari waka kesiswaan yang di


dapatkan pada tanggal 21 Desember 2015 jumlah siswi kelas VII dan VIII
di SMPN 1 Mijentahun ajaran 2015/2016adalah 237 siswi.48
Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau
sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi. 25Tujuan
penentuan sampel adalah untuk memperoleh keterangan mengenai objek
penelitian dengan cara mengamati hanya sebagian dari populasi suatu
reduksi terhadap objek penelitian.26 Teknik sampling adalah teknik yang
digunakan untuk mengabil sampel dalam populasi. 26
E. Besar Sampel
Besar sampel merupakan banyaknya anggota yang akan dijadikan
sampel dalam penelitian.25 Dalam penelitian ini peneliti mengambil
sampel dari jumlah populasi yang masuk kriteria inklusi. 26 Teknik
sampling adalah teknik yang diperguakan untuk mengambil sampel dari
populasi. Pada penelitian ini peneliti berencana menggunakan teknik
probability sampling jenisproportionate random sampling yaitu teknik
pengambilan sampel penelitian yang populasinya bersifat tidak homogen
yang terdiri atas kelompok yang homogen atau berstrata secara
proporsional, akan tetapi dikarenakan pada saat pendataan responden
jumlah populasi yang ada tidak lengkap sehingga peneliti memutuskan
untuk menggunakan teknik total sampling, dimana semua siswi yang hadir
menjadi responden dalam penelitian ini. 25,26Adapun sampel yang diambil
harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

47

1). Kriteria Inklusi


Kriteria inklusi adalah batasan subjek penelitian mewakili
sampel yang memenuhi syarat sampel penelitian. Penentuan
kriteria inklusi didasarkan dengan pertimbangan ilmiah. 26
Kriteria inklusi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a) Siswi kelas VII dan VIII SMPN 1 Mijen yang telah
mendapatkan menstruasi.
2) Kriteria Eksklusi
Kriteria Ekslusi adalah keadaan yang menyebabkan subyek
yang memenuhi kriteria inklusi tidak dapat diikutsertakan
dalam penelitian.26 Kriteria eksklusi pada penelitian ini yaitu
apabila terdapat siswi yang tidak berangkat sekolah pada saat
dilakukan penelitian.Pengambilan sampel dilakukan dengan
rumus penentuan jumlah sampel menurut Lemeshow sebagai
berikut :

1
2

2
2

2
2
+ 1
1
2 1
237 2 0,5 10,5
12
12 1
1
12
12
237 2 0,12 +0,9750 2 0,1
12 1 237 0,5 10,5
1
2

0,9750 2 0,1 2

n=

n=
n=

0,950625 0,005

56169 0,25
0,083

56169 0,01+0,950625 .0,95 .56169 . 0,25


0,945625 .9. 169183 ,73
561,69+12681 ,469

48

n=

1439859 ,2
13243 ,159

n=107,72
n=108
Keterangan:
N = Besar Populasi
n = Besar Sampel
d = Tingkat Presisi/ akurasi (0,1)
Z= Tingkat Kepercayaan (1,96)
P= Proporsi Populasi (0,5)
Wh= fraksi yang dialokasi
L= jumlah seluruh strata
Sebaran jumlah sampel per kelas
Kelas

Jumlah

VII

110

110
108
237

50,12 = 50

VIII

127

127
108
237

57,87 = 58

Total Sampel = 108

F. Tempat dan Waktu Penelitian

Perhitungan

Jumlah sampel

49

Penelitian ini dilakukan di SMPN 1 Mijen Kab.Demak pada siswi


kelas VII dan VIII tahun ajaran 2015/2016 pada bulan juli 2016.
G. Variabel Penelitian, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran
Variabelmenjadi

suatu

bagian

yang

penting

dalam

penelitian.Variabel merupakan karakteristik subjek penelitian yang


berubah dari satu subjek ke subjek lainnya. Variabel juga didefinisikan
sebagai inti dari berbagai level abstrak untuk pengukuran penelitian. 25,26
Terdapat dua jenis variabel dalam penelitian ini yaitu permainan kartu
pintar sebagai media edukasi vulva hygiene saat menstruasi sebagai
variabel independent dan pengetahuan, sikap, dan praktikvulva hygiene
siswi saat menstruasi sebagai variabel dependent.
Definisi operasional adalah pemberian definisi pada variabel secara
operasional

berdasarkan

karakteristik

yang

diamati,

sehingga

memudahkan peneliti dalam pengumpulan data yang dibutuhkan. 25,26


Definisi operasional ditentukan berdasarkan parameter yang dijadikan
ukuran dalam penelitian.
Tabel 3.1
Definisi Operasional, Alat Ukur, Cara Ukur, dan Skala Pengukuran
No

Variabel

1.

Permainan
Kartu
Pintar

Definsi
operasional
Merupakan
salah satu
metode
yang dapat
digunakan
dalam
melakukan
Pendidikan

Alat Ukur

Cara ukur

Hasil Ukur

Kuesioner
yang
terdiri dari
16
pertanyaan
tentang
pengetahu
an vulva

Melakuka
n
pendidika
n
kesehatan
vulva
hygiene
saat

Kartu pintar
efektif
apabila nilai
skor
masingmasing
point
pertanyaan

Skala

50

kesehatan
vulva
hygiene
yang dapat
meningkatk
an
peran
aktif remaja
selama
mengikuti
kegiatan
pendkes
yang
dilakukan
secara
berkelompo
k
dengan
memasangk
an
kartu
berisi
pertanyaan
dengan
kartu yang
berisi
jawaban
terkait
materi
vulva
hygiene saat
menstruasi,
kemudian
peserta
harus

hygiene
saat
menstruasi
,
16
perntanyaa
n
mengenai
sikap
vulva
hygiene
saat
menstruasi
, dan 20
pertanyaan
tentang
Praktik
vulva
hygiene
saat
menstruasi
.

menstruasi
dengan
metode
permainan
kartu
sesuai
dengan
teori dan
pemberian
kuesioner
pengetahu
an, sikap,
dan
Praktik.

pengetahuan
, sikap, dan
Praktik
vulva
hygiene
mengalami
peningkatan
hasil
sebelum
permainan
dilakukan
dan setelah
permainan
dilakukan
berdasarkan
pretest dan
posttest.

51

No

2.

3.

Variabel

Definsi
operasional
menghafal
isi
dan
dievaluasi
oleh
evaluator
seusai
permainan.
Pengetahu Sesuatu
an vulva yang
hygiene
diketahui
oleh
responden
dari
hasil
belajar
tentang cara
memelihara
kebersihan
dan
kesehatan
organ
eksternal
genetalia
wanita yang
dapat
dijadikan
sumber
informasi
untuk
memperbah
arui
atau
merubah ke
arah lebih
baik sikap
dan praktik
vulva
hygiene
sehari-hari.
Sikap
Kesediaan
vulva
memelihara
hygiene
kebersihan
dan
kesehatan
organ
eksternal

Alat Ukur

Cara ukur

Hasil Ukur

Skala

Kuesioner,
terdapat
16
pertanyaan
, masingmasing
pertanyaan
mempuny
ai
nilai
tertinggi 2
dan
terendah 1
dengan
total skor
tertinggi
32

Kuesioner
sikap
vulva
hygiene
saat
menstruasi
Pertanyaa
n
favorable
Setuju 2
Tidak
setuju 1
Pertanyaa
n
unfavorab
le
Setuju 1
Tidak
setuju 2

Penilaian
Skala
pengtahuan Ordin
dapat
al
dikatagrikan
menjadi :
Baik,
apabila
menjawab
benar 12 -16
pertanyaan
Cukup,
apabila
mampu
menjawab
benar 8-11
dari
pertanyaan.
Kurang,
apabila
menjawab
benar 6-10
dari
pertanyaan(
Arikunto,20
09)

Skala
Ordin
al

52

No

4.

Variabel

Praktik
vulva
hygiene

Definsi
operasional
Genetalia
wanita yang
dipengaruhi
oleh
pengalaman
yang
didapat
sebelumnya
, orang lain,
dan media
masa yang
memberikan
sugesti
dalam
membuat
keputusan
yang
mendasari
terlaksanan
yapraktik
vulva
hygiene.

Alat Ukur

Cara ukur

Hasil Ukur

Kuesioner
, terdapat
16
pertanyaan
, masingmasing
mempuny
ai
nilai
tertinggi 2
dan
terendah
1.
Total
skor
tertinggi
32.

Kuesioner
pengetahu
an vulva
hygiene
saat
menstruasi
Pertanyaa
n
favorable
Setuju 2
Tidak
setuju 1
Pertanyaa
n
unfavorab
le
Setuju 1
Tidak
setuju 2

Data pretest
sikap tidak
berdistribusi
normal
pengkatagor
ian nilainya
dibedakan
menjadi :
Baik, jika
total
nilai
>27,00
Kurang
baik,
jika
total
nilai
<27,00

Tindakan
memelihara
kebersihan
dan
kesehatan
organ
eksternal
genetalia
wanita yang
terbentuk

Kuesioner
, terdapat
20
item
pertanyaan
, dengan
nilai skor
tertinggi
40

Skala

Dataa
posttest
sikap tidak
berdistribusi
normal
pengkatagor
ian nilainya
dibedakan
menjadi :
Baik, jika
total
nilai
>30,00
Kurang
baik,
jika
total nilai <
30,00
Kuesioner Data pretest Skala
praktik
praktik
Ordin
vulva
tidak
al
hygiene
berdistribusi
saat
normal
menstruasi pengkatagor
Pertanyaa ian nilainya
n
dibedakan
favorable menjadi :
Setuju 2
Baik, jika

53

Tindakan
memelihara
kebersihan
dan
kesehatan
organ
eksternal
genetalia
wanita yang
terbentuk
setelah
terpapar
informasi
dan
mengambil
keputusan
untuk
melaksanak
an
sesuai
prosedur
vulva
hygiene
yang benar.

Kuesioner
, terdapat
20
item
pertanyaan
, dengan
nilai skor
tertinggi
40

Kuesioner
praktik
vulva
hygiene
saat
menstruasi
Pertanyaa
n
favorable
Setuju 2

Tidak
setuju 1
Pertanyaa
n
unfavorab
le
Setuju 1
Tidak
setuju 2

Data pretest
praktik
tidak
berdistribusi
normal
pengkatagor
ian nilainya
dibedakan
menjadi :
Baik, jika
total nilai
>32,00
Kurang
baik,
jika
total nilai <
32,00

Data
posttest
praktik
tidak
berdistribusi
normal
pengkatagor
ian nilainya
dibedakan
menjadi :
Baik, jika
total
nilai
>38,00
Kurang
baik,
jika
total nilai <
38,00

H. Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data


1. Alat Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kartu pintar yang
berjumlah 18 pasang yang digunakan sebagai media dalam metode

54

permainan pendidikan kesehatan tentang

vulva

hygiene

saat

menstruasi dengan sasaran kelompok remaja.Kartu pintar ini terdiri


dari pertanyaan dan jawaban yang dibuat oleh peneliti berdasarkan
teori yang telah dikumpulkan peneliti.Penelitian ini menggunakan
kuesioner untuk mengukur tingkat keberhasilan pemberian perlakuan
berupa permainan kartu pintar, pengisian kuesioner dilakukan oleh
responden sebelum permainan di mulai dan setelah dilakukam
permainan.
Kuesioner dalam penelitian ini merupakan hasil modifikasi dari
kuesioner yang pernah dipakai oleh Rahmatika, D mahasiswa
Universitas Sumatra Utara dalam skripsinya yang berjudul Pengaruh
Pengetahuan dan Sikap Tentang Personal Hygiene Menstruasi
Terhadap Tindakan Personal Hygiene Remaja Puteri Pada Saat
Menstruasi di SMK Negeri 8 Medan dan kuesioner yang pernah
dipakai oleh Basta, R mahasiswa Universitas Hasanudin Makasar
dalam skripsinya yang berjudul Pengetahuan dan Perilaku Personal
Hygiene saat Menstruasi pada Remaja Putri di Kota dan Desa (SMAN
11 Ambon dan SMA LKMD Laha) 2013.30,31

55

Tabel 3.2 Kisi-kisi kuesioner Pengetahuan


Indikator

favorable

Unfavorable

Butir

Pengertian Vulva Hygiene

Pengertian Menstuasi

Tujuan vulva Hygiene saat menstruasi

Pemakaian Pembalut

8,9

Cara membersihkan vulva

12,13

10,11

Pemakaian Celana Dalam

16

14,15

Tabel 3.3 Kisi-kisi kuesioner Sikap


Indikator

favorable

Unfavorable

Butir

Sumber informasi vulva hygien


Prosedur vulva hygiene
Pemakaian celana dalam
Pemilihan pembalut wanita
Pemakaian pembalut

1
2,5
3
7
10,12

6
8,11
4
13,14
16

2
4
2
3
3

Penggunaan sabun khusus vagina

15

Tabel 3.4 Kisi-kisi Kuesioners Praktik


indikator

favorable

Unfavorale

Butir

Prosedur vulva hygiene


Pemakaian celana dalam
Pemilihan pembalut wanita
Penggunaan pembalut wanita
Penggunaan sabun khusus vagina

4,5,8
9
12,13
16
18

6,7
10
11
14,15
17,19

5
2
3
4
3

1,3

Tindakan sebelum vulva hygiene

a. Uji Validitas
Penelitian ini menggunakan uji validitas internal jenis
content validity yaitu validitas yang merujuk pada sejauh mana
sebuah instrumen penelitian memuat rumusan-rumusan sesuai
dengan isi yang dikehendaki menurut tujuan tertentu.25
Kuesioner pada penelitian telah dilakukan uji expert oleh dua

56

orang ahli yang berkompeten pada bidang yang diteliti, yaitu


Susilawati,D ahli bidang maternitas dan Muin,Mahli bidang
komunitas.
Hasil uji expert yang telah dilakukan diantaranya,
Susilawati,D

menyatakan semua

item pertanyaan pada

kuesioner valid, pada item pengetahuan soal nomor 2


disarankan untuk menggunakan bahasa yang dimengerti oleh
awam dan pada item praktik soal nomor 11 mengalami
perbaikan bahasa, sementara hasil uji expert oleh Muin,M
menyatakan semua item pertanyaan pada kuesioner valid
dengan masukan untuk menggunakan kata ganti orang yang
tepat (kamu menjadi anda), menyarankan agar pertanyaan
mengenai definisi harus diletakkan di awal, perbaikan bahasa
pada item-item pertanyaan unfavorable. Pada item sikap
pernyataan no 8 digunakan bahasa yang lebih mudah
dimengerti awam, pada item praktik soal nomor 17 dan 19
disarankan untuk memperbaiki susunan kata agar jelas dan
tidak rancu.
Peneliti melakukan uji validitas item setelah uji expert
dengan menyebarkan kuesioner pada 30 responden di SMPN 2
Mijen Demak dengan pertimbangan memiliki kriteria sama
dengan calon responden penelitian. Hasil uji coba kuesioner
tersebut kemudian dilakukan analisis menggunakan program

57

statistik komputer dengan teknik korelasi menggunakanproduct


momentdengan rumussebagai berikut :

Rxy =

Keterangan
Rxy

:
= angka indeks korelasi r person product moment

= jumlah perkalian antara skor x dan y

= jumlah skor x

= jumlah skor y
= populasi
Hasil perhitungan dengan program statistik komputer
menggunakan taraf signifikan 10% dan r tabel 0,296 (30
responden) adalah semua item memiliki nilai r lebih dari 0,296
sehingga semua pertanyaan pada kuesioner penelitian ini valid.
b. Uji Reliabilitas
Kuesioner pada penelitian ini telah dilakukan pengujian
reliabelitas

menggunakan

internal

consistency

dengan

melakukan uji coba satu kali kemudian dilakukan analisa


dengan program statistik komputermenggunakan uji Alfa
Cronbach31.

58

r11 =

1 2

12

keterangan :
r11 = reliabilitas instrument
k = banyaknya butir pertanyaan
2 = jumlah varian butir/item
12 = varian total

Hasil uji reliabilitas menunjukkan tingkat reliabilitas


kuesioner berada pada rentang 0,800 0,907 sehingga
kuesioner

ini memiliki tingkat realibelitas kuat untuk

digunakan dalam penelitian.


2. Cara Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dari
subyek penelitian langsung. Proses pengukuran dilakukan dengan cara
membagikan kuesioner. Pengukuran dilakukan dua kali yaitu pretest
dan posttest.Penilaianitem praktikdilakukan 2 minggu (14 hari) setelah
perlakuan (pendidikan kesehatan dengan metode permainan kartu
pintar). Selang waktu ini berpendoman pada penelitian sebelumnya
yang berjudul Efektifitas Pendidikan Kesehatan dengan Metode Peer
Education terhadap Perilaku Vulva Hygiene santri putri di pondok
pesantren Assalafy Al Fithrah Meteseh Semarang.29
Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu :

59

a) Sebelum pelaksanaan Penelitian


1) Pembuatan media permainan berupa kartu pintar, persiapan
materi

pendidikan

kesehatan,

dan

peraturan

dalam

permainan.
2) Peneliti membuat dan mengajukan etichal clearance
3) Peneliti membuat surat izin penelitian dari Program Studi
Ilmu

Keperawatan

Fakultas

Kedokteran

Universitas

Diponegoro
4) Peneliti mengajukan surat ijin kepada Kepala Sekolah
SMPN 1 Mlijen
5) Peneliti

menyampaikan tujuan peneritian serta cara

pengambilan data kepada Wakil Kepala Sekolah bidang


Kesiswaan.
6) Peneliti melakukan kontrak waktu dan tempat dengan wakil
kepala sekolah, sehingga disepakati penelitian akan
dilaksanakan sebelum ujian kenaikan kelas.
b) Pelaksanaan Penelitian
1) Peneliti melakukan pendataan siswi kelas VII dan VIII
yang telah mengalami menstruasi.
2) Peneliti melakukan kontrak waktu dengan calon reponden
untuk melaksanakan permainan kartu pintar.

60

3) Peneliti meminta bantuan pada dua orang staf pengajar


SMPN 1 Mijen untuk berpartisipasi sebagai fasilitator saat
permainan kartu pintar berlangsung.
4) Peneliti melakukan persamaan persepsi dengan 2 orang staf
pengajar yang membantu mengenai mekanisme permainan,
isi materi pendidikan kesehatan, dan juga cara evaluasi.
5) Peneliti membagikan lembarinform consentyang ditujukan
pada orang tua siswi, untuk meminta persetujuan orang tua
agar anaknya diijinkan mengikuti penelitian.
6) Peneliti menyebarkan kuesioner untuk melakukan pretests
sebelum melakukan permainan kartu pintar.
7) Peneliti sebagai pemandu permainanmembagi peserta
menjadi 3 kelompok, pada setiap kelompok diberikan kartu
pintar berjumlah 18 pasang.
8) Peneliti

sebagai

pemandu

permainan

menjelaskan

mekanisme permainan.
9) Pesertamemasangkan dua jenis kartu, menghafalkan isi
kartu yang telah berpasangan dengan tepat.
10) Peserta diberi waktu untuk sharing materi isi kartu yang
telah dipahami dengan teman satu kelompok.
11) Peneliti sebagai pemandu permainan melakukan evalusi
kepada peserta terkait materi vulva hygiene saat menstruasi
dalam permainan.

61

12) Peneliti membagikan kuesioner kembali untukPosttest / test


akhir kepada seluruh responden item pengetahuan dan
sikap setelah permainan berakhir.
13) Duaminggu setelahpermainan kartu pintar dilakukan,
peneliti menyebarkan kuesioner kembali khusus pada item
praktik vulva hygiene saat menstruasi.
c)

Sesudah pelaksanaan penelitian


Tahap akhir dari penelitian yaitu pencatatan, pengolahan dan

pelaporan.Data yang diperoleh dari hasil penelitian diolah dan dianalisa


untuk mengetahui pengaruh antara variabel.

I. Teknik Pengolahan dan Analisis Data


1. Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data meliputi :
a. Editing
Kegiatan memeriksa kembali kuesioner (daftar pertanyaan) yang
telah diisi pada saat pengumpulan data. 25 Kegiatan yang dilakukan
meliputi :26
1)

Peneliti memeriksa bahwa semua jawaban yang telah diisi


responden sudah dapat dibaca.

2)

Peneliti memeriksa semua jawaban yang telah diisi


responden bahwa semua pertanyaan yang diajukan kepada
responden telah dijawab.

62

3)

Peneliti memeriksa semua jawaban yang telah diisi


responden bahwa hasil isian yang diperoleh sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai peneliti.

4)

Peneliti memeriksa semua jawaban yang telah diisi


responden bahwa sudah tidak terdapat kesalahan lain
dalam pengisian kuesioner.

b. Coding
Kegiatan merubah data menjadi bentuk yang lebih ringkas
menggunakan kode-kode tertentu.25Peneliti telah melakukan
coding untuk jawaban pada kuesioner yang telah di isi oleh
responden menggunakan sistem penomoran, angka 2 untuk
jawaban benar, dan angka 1 untuk jawaban tidak benar, angka 2
untuk setuju, dan angka 1 untuk tidak setuju, dan penomoran untuk
data demografi.
c. Entri Data
Peneliti memasukan data hasil coding sesuai dengan
katagori yang telah ditetapkan sebelumnya dan selanjutnya data
diolah menggunakan program statistik komputer.25
d. Tabulating
Kegiatan memasukan data-data hasil penelitian dalam
tabel-tabel sesuai dengan kriteria.25 Data pretest dikatagorikan
dengan data pretest yang lain, begitu juga dengan data posttest
dikatagorikan dengan data posttest yang lain. Selanjutnya data

63

akan dianalisis dengan teknik analisa bivariat menggunakan


program statistik komputer.
2. Analisa Data
Data diolah dan dianalisis dengan teknik-teknik tertentu.Data
kuantitatif dengan menggunakan teknik analisis kuantitatif.Pengolahan
data

kuantitatif

dilakukan

dengan

menggunakan

sistem

komputer.25Dalam pengolahan ini mencakup tabulasi dan perhitunganperhitungan statistik.


a. Analisa Univariat
Analisa univariat adalah suatu analisa yang dipakai untuk
menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik dari tiap
variabel yang diteliti.27 Pada penelitian ini analisa univariat
yang di dapatkan yaitu data pengetahuan, sikap, dan
praktikvulva

hygiene

dilakukannya

responden

permainan

kartu

sebelum
pintar

dan

setelah

sebagai

metode

pendidikan kesehatan. Peneliti menggunakan analisa univariat


data penelitian dengan melakukan tabulasi data-data penelitian
terkait hasil pretest dan posttest berdasarkan mean, median,
nilai tertinggi, dan terendah.
b. Analisa Bivariat
Analisa bivariat adalah suatu analisa yang dilakukan guna
mengetahui hubungan dua variabel yang biasanya digunakan
pada pengujuian statistik.27 Analisa bivariat pada penelitian ini

64

adalah perbedaan pengetahuan, sikap, dan praktik vulva


hygiene siswi pada sebelum dan sesudah melakukan permainan
kartu pintar sebagai metode pendidikan kesehatan tentang
vulva hygiene saat menstruasi. Tahappertama yang dilakukan
peneliti adalah melakukan uji normalitas menggunakan
program statistik komputer uji Kolmogorov-Smirnov(untuk
sampel lebih dari 50) dengan hasil sebagai berikut berikut:

Tabel 3.5
Uji Normalitas Data Pretest dan Posttest
PengetahuanVulva Hygiene Siswi saat Menstruasi di
SMPN1 Mijen
Juli, 2016 (n:108)
Pengetahuan,
Kolmogorov-Smirnov
sikap, dan
Statistic
Df
Sig
praktik vulva
hygiene
Pretest
.143
108
.000
Posttest
.229
108
.000

Tabel 3.5menunjukkan bahwa uji normalitas data pretest


pengetahuan dengan signifikansi (0,000) dan data posttest
pengetahuan dengan signifikansi (0,000) lebih kecil dari taraf
signifikasi () 0,1 dengan demikian, data berasal dari populasi
yang tidak terdistribusi normal.

65

Tabel 3.6
Uji Normalitas Data Pretest dan Posttest Sikap Vulva
Hygiene Siswi saat Menstruasi di SMPN1 Mijen
Juli, 2016 (n:108)
Pengetahuan,
Kolmogorov-Smirnov
sikap, dan
Statistic
Df
Sig
praktik vulva
hygiene
Pretest
.180
108
.000
Posttest
.241
108
.000

Tabel 3.6 menunjukkan bahwa uji normalitas data pretest


sikap dengan signifikansi (0,000) dan data posttest sikap
dengan signifikansi (0,000) lebih kecil dari taraf signifikasi ()
0,1 dengan demikian, data berasal dari populasi yang tidak
terdistribusi normal.
Tabel 3.7
Uji Normalitas Data Pretest dan Posttest Praktik Vulva
Hygiene Siswi saat Menstruasi di SMPN1 Mijen
Juli, 2016 (n:108)
Pengetahuan,
Kolmogorov-Smirnov
sikap, dan
Statistic
Df
Sig
praktik vulva
hygiene
Pretest
.149
108
.000
Posttest
.210
108
.000

Tabel 3.7 menunjukkan bahwa uji normalitas data pretest


praktik dengan signifikansi (0,000) dan data posttest praktik
dengan signifikansi (0,000) lebih kecil dari taraf signifikasi ()
0,1 dengan demikian, data berasal dari populasi yang tidak
terdistribusi normal.

66

Hasil uji normalitas yang menunjukan bahwa data tidak


berdistribusi normal sehingga peneliti kemudian melakukan
pengujian dengan Uji Wilcoxon Signed Rank Test untuk
mengetahui adanya perbedaan pada variabel sebelum dan
sesudah perlakuan. Nilai signifikansi () ditentukan sebesar
0,1, H0 ditolak jika hasil hitung p- value < 0,1
J. Etika Penelitian
Penelitian yang menggunakan manusia sebagai subjek dari penelitian
harus menghormati hak dan integritas kemanusiaan. 25 Pada penelitian ini,
peneliti harus mendapatkan rekomendasi dari pihak akademik yaitu
Program Studi Ilmu Keperawatan.Kemudian menyerahkannya kepada
pihak SMPN 1 Mijen Kab. Demak untuk mendapatkan persetujuan,
peneliti kemudian melakukan penelitian dengan menekankan masalah
etika dalam penelitian keperawatan diantaranya sebagai berikut :
1. Otonomi
Prinsip ini berhubungan dengan hak untuk memilih untuk
berpartisipasi dalam suatu penelitian dengan memberikan persetujuan
melalui informed consent.26Peneliti memberikan lembar informed
consent yang ditunjukan untukorang tua siswi kelas VII dan VIII SMPN
1 Mijen kab.Demak yang menjadi responden agar mengizinkan anaknya
ikut dalam penelitian ini. Semua lembar informed consent yang di
bagikan senamyak 108 kembali dan semuanya menyatakan setuju
anaknya mengikuti penelitian ini.

67

2. Beneficence
Peneliti berusaha segala tindakan yang diberikan pada responden
membawa kebaikan.26 Prinsip penelitian yang menggunakan manusia
sebagai subjek penelitian mengandung konsekuensi bahwa segala
tindakan atau inovasi baru dilakukan demi kebaikan responden.Penelitian
ini menggunakan pendidikan kesehatan dengan metode permainan kartu
pintar berdasarkan pertimbangan kebaikan bagi responden, yang
memberikan manfaat bagi siswi berupa bertambahnya pengetahuan siswi
mengenai vulva hygiene saat menstruasi sehingga diharapkan dapat
diimplementasikan dalam keseharian dan terjadi perubahan praktik vulva
hygiene siswi saat menstruasi menjadi lebih baik.
3. Nonmaleficence
Penelitian yang melibatkan sampel dari populasi manusia beresiko
terjadi kerugian fisik, psikologis pada individu sebagai subjek
penelitian.Penelitian ini telah mempertimbangkan dengan seksama
bahwa pendidikan kesehatan melalui permainan kartu pintar yang
dilakukan tidak merugikan dan tidak beresiko bahaya terhadap
responden.
4. Confidentiality
Peneliti merahasiakan dan melindungi data-data dari jawaban yang
sudah dikumpulkan dari responden.Peneliti telah meminta ijin dan
kesediaan responden sebelum data-data di publikasikan.Orang tua siswi

68

kelas VII dan VIII yang berjumlah 108 siswi menyatakan setuju putrinya
terlibat dalam penelitian ini.
5. Veracity
Peneliti terlebih dahulu menjelaskan kepada responden mengenai
tujuan penelitian ini, pengisian lembarinformed consent, pengisian
kuesioner pretest dan posttes, dan prosedur pelaksanaan permainan kartu
pintar.
6. Justice
peneliti melaksanakan prinsip justice(keadilan) dengan cara
memperlakukansiswi-siswi SMPN I Mijen sama tanpa membedakan
gender, ras, dan agama.26

BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Analisa Univariat
1. Pengetahuan siswi tentang vulva hygiene saat menstruasisebelum diberikan
pendidikan kesehatan dengan metode kartu pintar dapat dilihat pada tabel 4.1
Tabel 4.1
Distribusi pengetahuan siswi tentang vulva hygiene saat
menstruasisebelum diberikan pendidikan kesehatan dengan metode kartu
pintar pada para responden siswi kelas VII dan VIII SMPN 1 Mijen, Juli
2016 (n=108)
Variabel

Mean

Median

SD

Pengetahuan
siswi
tentang
vulva
hygiene saat
menstruasi

25.56

25,50

1.512

Minimunmaximum
21-29

0.1

Hasil analisis tabel 4.1 menunjukkan rentang nilai pengetahuan siswi


tentang vulva hygiene saat menstruasi yaitu 21 29 dan rata-rata nilai
pengetahuan responden sebelum pemberian pendidikan kesehatan dengan metode
permainan

kartu

pintar

69

adalah

25.56

70

Tabel 4.2
Distribusi frekuensi pengetahuan vulva hygienesaat menstruasi
responden sebelum dilakukanpendidikan kesehatan dengan metode
kartu pintar pada pararesponden siswi kelas VII dan VIII SMPN 1
Mijen, Juli 2016 (n=108)
Kriteria

Frekuensi
(n)
102
6
108

Baik
Cukup
Kurang
Jumlah

Persentase
94,44%
5,56%

Hasil analisis tabel 4.2 menunjukkan bahwa sebelum dilakukan


permainan kartu pintar sebagai media edukasi vulva hygiene, siswi kelas
VII dan VIII SMPN 1 Mijen sebanyak 102 orang (94,44%) memiliki
pengetahuan vulva hygiene saat menstruasi cukup, dan sebanyak 6 orang
(5,56%) memiliki pengetahuan vulva hygiene saat menstruasi kurang.
2. Pengetahuan siswi tentang vulva hygiene saat menstruasi setelah diberikan
pendidikan kesehatan dengan metode kartu pintar dapat dilihat pada tabel
4.3
Tabel 4.3
Distribusi pengetahuan siswi tentang vulva hygiene saat
menstruasisetelah diberikan pendidikan kesehatan dengan metode
kartu pintar pada para responden siswi kelas VII dan VIII SMPN 1
Mijen, Juli 2016 (n=108)
Variabel

Mean

Median

SD

Pengetahuan
siswi
tentang
vulva
hygiene saat
menstruasi

30,27

30,00

.793

Minimunmaximum
29-32

0.1

71

Hasil analisis tabel 4.3 menunjukkan rentang nilai pengetahuan siswi


tentang vulva hygiene saat menstruasi yaitu 29 32 dan rata-rata nilai
pengetahuan responden setelah pemberian pendidikan kesehatan dengan
metode permainan kartu pintar adalah 30.27
Tabel 4.4
Distribusi frekuensi pengetahuan vulva hygiene saat menstruasi
responden setelah dilakukan pendidikan kesehatan dengan metode
kartu pintar pada para responden siswi kelas VII dan VIII SMPN 1
Mijen, Juli 2016 (n=108)
Kriteria
Baik
Cukup
Kurang
Jumlah

Frekuensi
(n)
89
19
108

Persentase
82,40%
17,60%
-

Hasil analisis tabel 4.4 menunjukkan bahwa setelah dilakukan permainan


kartu pintar sebagai media edukasi vulva hygiene, siswi kelas VII dan VIII
SMPN 1 Mijen sebanyak 89 orang (82,40%) memiliki pengetahuan vulva
hygiene saat menstruasi baik, dan sebanyak 19 orang (17,60%) memiliki
pengetahuan vulva hygiene saat menstruasi cukup.

3. Sikap siswi tentang vulva hygiene saat menstruasi sebelum diberikan


pendidikan kesehatan dengan metode kartu pintar dapat dilihat pada tabel
4.5

72

Tabel 4.5
Distribusi sikap siswi tentang vulva hygiene saat menstruasisebelum
diberikan pendidikan kesehatan dengan metode kartu pintar pada
para responden siswi kelas VII dan VIII SMPN 1 Mijen, Juli 2016
(n=108)
Variabel

Mean

Median

SD

Sikap
siswi
tentang
vulva
hygiene
saat
menstruasi

26.60

27,00

1.869

Minimunmaximum
23-31

0.1

Hasil analisis tabel 4.5 menunjukkanrentang nilai sikap siswi tentang


vulva hygiene saat menstruasi yaitu 23 31 dan rata-rata nilai sikap
responden sebelum pemberian pendidikan kesehatan dengan metode
permainan kartu pintar adalah 26.60
Tabel 4.6
Distribusi frekuensi sikap vulva hygiene saat menstruasiresponden
sebelum dilakukan pendidikan kesehatan dengan metode kartu pintar
pada para siswi kelas VII dan VIII SMPN 1 Mijen, Juli 2016 (n=108)
Kriteria
Baik
Kurang
Jumlah

Frekuensi
(n)
27
81
108

Persentase
25%
75%

Hasil analisis tabel 4.6 menunjukkan bahwa sebelum dilakukan


permainan kartu pintar sebagai media edukasi vulva hygiene, siswi kelas
VII dan VIII SMPN 1 Mijen sebanyak 27 orang (265) memiliki sikapvulva

73

hygiene saat menstruasi baik, dan sebanyak 81 orang (75%) memiliki


sikapvulva hygiene saat menstruasi kurang.
4. Sikap siswi tentang vulva hygiene saat menstruasi setelah diberikan
pendidikan kesehatan dengan metode kartu pintar dapat dilihat pada tabel
4.7
Tabel 4.7
Distribusi sikap siswi tentang vulva hygiene saat menstruasisetelah
diberikan pendidikan kesehatan dengan metode kartu pintar pada
para responden siswi kelas VII dan VIII SMPN 1 Mijen, Juli 2016
(n=108)
Variabel

Mean

Median

SD

Minimunmaximum
29-32

Sikap
30.24
30,00
.784
0.1
siswi
tentang
vulva
hygiene
saat
menstruasi
Hasil analisis tabel 4.7 menunjukkan rentang nilai sikap siswi tentang
vulva hygiene saat menstruasi yaitu 29 32 dan rata-rata nilai sikap
responden setelah pemberian pendidikan kesehatan dengan metode
permainan kartu pintar adalah 30.24
Tabel 4.8
Distribusi frekuensi sikap vulva hygiene setelah dilakukan pendidikan
kesehatan dengan metode kartu pintar padapara responden siswi
kelas VII dan VIII SMPN 1 Mijen, Juli 2016 (n=108)
Kriteria
Baik
Kurang
Jumlah

Frekuensi
(n)
92
16
108

Persentase
85,19%
14,81%

74

Hasil analisis tabel 4.8 menunjukkan bahwa setelah dilakukan


permainan kartu pintar sebagai media edukasi vulva hygiene, siswi kelas
VII dan VIII SMPN 1 Mijen sebanyak 92 orang (85,19%) memiliki sikap
vulva hygiene saat menstruasi baik, dan sebanyak 16 orang (14,81%)
memiliki sikapvulva hygiene saat menstruasi kurang.
5. Praktik vulva hygiene siswi saat menstruasi sebelum diberikan pendidikan
kesehatan dengan metode kartu pintar dapat dilihat pada tabel 4.9
Tabel 4.9
Distribusi Praktik vulva hygiene siswi saat menstruasi sebelum
diberikan pendidikan kesehatan dengan metode kartu pintar pada
para responden siswi kelas VII dan VIII SMPN 1 Mijen, Juli 2016
(n=108)
Variabel

Mean

Median

SD

Minimunmaximum
25-35

Praktik
31.28
32,00
1.828
0.1
vulva
hygiene
siswi saat
menstruasi
Hasil analisis tabel 4.9 menunjukkan rentang nilai praktik vulva
hygiene siswi saat menstruasi yaitu 25 35 dan rata-rata nilai praktik
responden sebelum pemberian pendidikan kesehatan dengan metode
permainan kartu pintar adalah 31.28
Tabel 4.10
Distribusi frekuensi praktik vulva hygiene saat menstruasi
responden sebelum dilakukan permainan kartu pintar
Kriteria
Baik
Kurang
Jumlah

Frekuensi
(n)
53
55
108

Persentase
49,07%
50,93%

75

Hasil analisis tabel 4.10 menunjukkan bahwa sebelum dilakukan


permainan kartu pintar sebagai media edukasi vulva hygiene, siswi kelas
VII dan VIII SMPN 1 Mijen sebanyak 53 orang (49,07%) memiliki praktik
vulva hygiene saat menstruasi baik, dan sebanyak 55 orang (50,93%)
memiliki pengetahuan vulva hygiene saat menstruasi kurang.
6. Praktik vulva hygiene siswi saat menstruasi setelah diberikan pendidikan
kesehatan dengan metode kartu pintar dapat dilihat pada tabel 4.11
Tabel 4.11
Distribusi praktik vulva hygiene siswi saat menstruasi setelah diberikan
pendidikan kesehatan dengan metode kartu pintar pada para responden
siswi kelas VII dan VIII SMPN 1 Mijen, Juli 2016 (n=108)
Variabel

Mean

Median

SD

Minimunmaximum
36-40

Praktik
37,66
38,00
.949
0.1
vulva
hygiene
siswi saat
menstruasi
Hasil analisis tabel 4.11menunjukkan rentang nilai praktik vulva
hygiene siswi saat menstruasi yaitu 26 40 dan rata-rata nilai praktik
responden setelah pemberian pendidikan kesehatan dengan metode
permainan kartu pintar adalah 37.66
Tabel 4.12
Distribusi frekuensi praktik vulva hygiene setelah dilakukan
pendidikan kesehatan dengan metode kartu pintar pada para
responden siswi kelas VII dan VIII SMPN 1 Mijen, Juli 2016 (n=108)
Kriteria
Baik
Kurang
Jumlah

Frekuensi
(n)
67
41
108

Persentase
62,04%
37,96%

76

Hasil analisis tabel 4.12 menunjukkan bahwa setelah dilakukan


permainan kartu pintar sebagai media edukasi vulva hygiene, siswi kelas
VII dan VIII SMPN 1 Mijen sebanyak 67 orang (62,04%) memiliki praktik
vulva hygiene saat menstruasi baik, dan sebanyak 41 orang (37,96%)
memiliki praktikvulva hygiene saat menstruasi cukup.
B. Analisis Bivariat
1. Identifikasi pengaruh permainan kartu pintar sebagai media edukasi
vulva hygiene terhadap pengetahuan vulva hygiene siswi saat
menstruasi pada siswi kelas VII dan VIII SMPN 1 Mijen, dapat dilihat
pada tabel 4.13
Tabel 4.13
Analisis responden untuk mengidentifikasi pengaruh permainan kartu
pintarsebagai media edukasi vulva hygiene terhadap pengetahuan vulva
hygiene siswi saat menstruasi di SMPN 1 Mijen, Juni 2016 (n=108)
Variabel

Mean

Median

Sebelum
dilakukan
permaainan
kartu pintar
setelah
dilakukan
permaainan
kartu pintar

25.56

25,50

Minimummaximum
21-29

30.27

30,00

29-32

Pvalue
0.000

Z
score
9,014

0.1

Pada tabel 4.13menunjukkan hasil uji Wilcoxon dimana P-value


(0.000) lebih kecil dibandingkan dengan taraf signifikan () 0.1 dan
nilai Z (-9,014) hasil tersebut menunjukkan adanya perubahan nilai

77

pengetahuan tentang vulvaa hygiene saat menstruasi pada para


responden setelah dilakukan permainan kartu pintar. Hasil perhitungan
statistik menunjukkan terdapat 107 siswi yang mendapat nilai
pengetahuan vulva hygiene saat menstruasi lebih tinggi setelah
permainan kartu pintar dan 1 siswi yang mendapat nilai sama, baik
sebelum atau setelah dilakukan permainan kartu pintar.
2. Identifikasi pengaruh permainan kartu pintar sebagai media edukasi
vulva hygiene terhadap sikap vulva hygiene siswi saat menstruasi pada
siswi kelas VII dan VIII SMPN 1 Mijen, dapat dilihat pada tabel 4.14
Tabel 4.14
Analisis responden untuk mengidentifikasi pengaruh permainan
kartu pintarsebagai media edukasi vulva hygiene terhadap
sikapvulva hygiene siswi saat menstruasi di SMPN 1 Mijen, Juli
2016 (n=108)
Variabel

Mean

Median

Sebelum
dilakukan
permaainan
kartu pintar
setelah
dilakukan
permaainan
kartu pintar

26.60

27,00

Minimummaximum
23-31

30.24

30,00

29-32

Pvalue
0.000

Z
score
8,887

0.1

Pada tabel 4.14 menunjukkan hasil uji Wilcoxon dimana P-value


(0.000) lebih kecil dibandingkan dengan taraf signifikan () 0.1 dan
nilai Z (-8,887).Hasil tersebut menunjukkan adanya perubahan nilai
sikap tentang vulva hygiene saat menstruasi pada para responden
setelah dilakukan permainan kartu pintar. Hasil perhitungan statistik
menunjukkan terdapat 104 siswi yang mendapat nilai sikap vulva

78

hygiene saat menstruasi lebih tinggi setelah permainan kartu pintar dan
4 siswi yang mendapat nilai sama, baik sebelum atau setelah dilakukan
permainan kartu pintar.
3. Identifikasi pengaruh permainan kartu pintar sebagai media edukasi
vulva hygiene terhadap praktik vulva hygiene siswi saat menstruasi
pada siswi kelas VII dan VIII SMPN 1 Mijen, dapat dilihat pada tabel
4.15
Tabel 4.15
Analisis responden untuk mengidentifikasi pengaruh permainan
kartu pintarsebagai media edukasi vulva hygiene terhadap
praktikvulva hygiene siswi saat menstruasi di SMPN 1 Mijen, Juli
2016 (n=108)
Variabel

Mean

Median

Sebelum
dilakukan
permaainan
kartu pintar
setelah
dilakukan
permaainan
kartu pintar

31.38

32,00

Minimummaximum
25-35

37.66

38,00

36-40

Pvalue
0.000

Z
score
9,052

0.1

Pada tabel 4.15 menunjukkan hasil uji Wilcoxon dimana P-value


(0.000) lebih kecil dibandingkan dengan taraf signifikan () 0.1 dan
nilai Z (-9,052).Hasil tersebut menunjukkan adanya perubahan nilai
praktik vulva hygiene saat menstruasi pada para responden setelah
dilakukan

permainan

kartu

pintar.Hasil

perhitungan

statistik

menunjukkan terdapat 108 siswi yang mendapat nilai pengetahuan


vulva hygiene saat menstruasi lebih tinggi setelah permainan kartu
pintar.

79

BAB V
PEMBAHASAN

A. Pengaruh permainan kartu pintar sebagai media edukasi vulva


hygiene terhadap pengetahuan vulva hygiene siswi saat menstruasi di
SMPN 1 Mijen
Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan responden sebelum
dilakukan permainan kartu pintar (pretest), rata-rata nilai yang diperoleh
responden adalah 25,56 dengan nilai tertinggi 29 dan nilai terendah 21,
sebanyak 102 orang (94,44%) memiliki pengetahuan vulva hygiene saat
menstruasi cukup, dan sebanyak 6 orang (5,56%) memiliki pengetahuan
vulva hygiene saat menstruasi kurang. Berdasarkan jawaban responden
pada kuesioner sebanyak 64 orang (59,25%) tidak mengetahui bahwa
sebelum melakukan vulva hygiene harus mencuci tangan terlebih dahulu
dan sebanyak 81 orang (75%) tidak mengetahui bahwa celana dalam yang
ketat tidak baik untuk digunakan.
Tingkat pengetahuan seseorang terhadap suatu objek berbeda-beda
karena pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya faktor
internal berupa pendidikan, umur, dan pengalaman serta faktor eksternal
berupa informasi, sosial, budaya dan lingkungan. 20 Berdasarkan hasil
penelitian mayoritas responden memiliki pengetahuan cukup mengenai
vulva hygiene saat menstruasi.41 Hal ini di sebabkan karena belum

79

80

optimalnya informasi tentang vulva hygiene saat menstruasi dari sekolah


maupun dari keluarga khususnya orang tua. Seseorang yang mendapatkan
banyak informasi baik mengenai suatu hal akan meningkatkan
pengetahuan pada hal tersebut. Informasi mengenai cara memelihara
kebersihan organ genital saat menstruasi dapat diperoleh melalui media
masa, seperti majalah, koran, televisi dan juga diperoleh melalui
pendidikan kesehatan.7
Penelitian ini memberikan perlakuan berupa pemberian pendidikan
kesehatan dengan metode permainan kartu pintar pada siswi SMP yang
usianya berada pada rentang 12 tahun sampai 15 tahun (remaja awal)
dimana pada usia ini tugas perkembangannya berupa belajar bergaul
dengan teman sebaya, dan secara sadar mengembangkan diri dengan aktif
mencari tahu hal-hal seputar persiapan menuju dewasa salah satunya
mengenai kesehatan organ reproduksi termasuk di dalamnya yaitu cara
memelihara kebersihan organ genitalia saat menstruasi. Usia merupakan
faktor internal yang mempengaruhi pengetahuan seseorang dimana seiring
bertambahnya usia individu menentukan sejauh mana tingkat pengetahuan
yang dimilikinya.43
Penelitian sebelumnya yang dilakukan pada siswi di MTS Al-Asror
Gunung Pati tahun 2012, hasilnya sebelum dilakukan pendidikan
kesehatan 90% pengetahuan siswi terkait kebersihan organ genital
eksternal masuk kategori cukup dengan sumber paparan informasi paling
dominan mengenai kebersihan saat menstruasi berasal dari keluarga

81

terutama ibu.34,44 Pendidikan kesehatan mengenai kebersihan organ genital


eksternal saat menstruasi pada tingkat pertama harus dilakukan oleh orang
tua dan yang paling dianggap ideal adalah ibu, akan tetapi tidak semua
orang tua dapat menjalankan perannya dengan baik oleh sebab itu perlu
adanya pendidikan kesehatan yang dilakukan di sekolah untuk
memberikan informasi mengenai kesehatan reproduksi remaja khususnya
kebersihan organ genital eksternal saat menstruasi dengan metode yang
disesuaikan dengan tahap perkembangan remaja. 30
Hasil penelitian setelah dilakukan permainan kartu pintar sebagai
media edukasi vulva hygiene siswi saat menstruasi di SMPN 1 Mijen,
menunjukan peningkatan nilai rata-rata menjadi 30,27 dengan nilai
tertinggi 32 dan nilai terendah 29, sebanyak 89 orang (82,40%) memiliki
pengetahuan vulva hygiene saat menstruasi baik, dan sebanyak 19 orang
(17,60%) memiliki pengetahuan vulva hygiene saat menstruasi cukup.
Berdasarkan jawaban responden pada kuesioner, untuk arah membasuh
vulva yang benar terjadi peningkatan jumlah responden yang menjawab
arah membasuh dari atas (vagina) ke bawah (anus) yaitu dari 73 orang
(67,59%) menjadi 89 orang (82,40%). Peningkatan ini terjadi dikarenakan
para

responden

telah

mendapatkan

informasi

mengenai

cara

membersihkan dan merawat daerah kewanitaan dengan baik dan benar


melalui permainan kartu pintar.
Pada penelitian sebelumnya di SMAN 4 Semarang dengan pvalue(0,027) hasilnya sebanyak 53,71% memiliki pengetahuan yang baik

82

mengenai cara membersihkan organ genital eksternal untuk mencegah


keputihan diantaranya dengan memperhatikan arah basuhan organ
eksternal.19Arah membasuh vulva (cebok) yang benar adalah dari arah atas
(vagina) ke bawah (anus), bukan sebaliknya. Arah basuhan (cebok) yang
salah akan membuat kuman dari daerah anus terbawa dan dikhawatirkan
masuk ke vagina.17
Tujuan pendidikan kesehatan adalah mengubah perilaku individu
dan masyarakat di bidang kesehatan, berperan aktif dalam mewujudkan
derajat kesehatan yang optimal.23 Pemberian pendidikan kesehatan dengan
metode dan media yang tepat dikalangan remaja khususnya remaja putri
mempengaruhi tercapainya tujuan kesehatan tersebut.20
Permainan kartu pintar sebagai media untuk memaparkan
informasi mengenai vulva hygiene saat menstruasi dilakukan dengan cara
berkelompok mendiskusikan pasangan yang tepat antara kartu berisi
pertanyaan dan kartu berisi jawaban untuk kemudian dihafal dan di
sampaikan teman satu tim permainan. Cara ini sesuai dengan tugas
perkembangan usia remaja awal dimana informasi yang didapat dari hasil
belajar bersama teman sebaya akan memberikan kesan sehingga dapat
meningkatkan pengetahuan.
Hasil penelitian yang dilakukan pada siswi di SMPN 2 Depok
tahun 2012 dengan p-value 0,024 hasilnya terdapat hubungan antara
pengaruh teman sebaya dengan pengetahuan remaja terkait cara menjaga
kebersihan alat reproduksi saat menstruasi. Salah satu tugas perkembangan

83

individu pada fase remaja awal yaitu belajar bergaul dengan teman sebaya,
oleh karena itu teman sebaya memberikan pengaruh besar terhadap sikap,
minat, penampilan, dan perilaku remaja. Informasi dari komunikasi antar
teman sebaya lebih mudah dicerna dan diterima oleh remaja dibandingkan
dengan apabila informasi disampaikan oleh orang tua atau yang lebih
dewasa dari remaja.10,43
Hasil penelitian menunjukan sebanyak 107 responden mengalami
peningkatan nilai sedangkan 1 responden memiliki nilai yang sama
sebelum dan setelah dilakukan permainan kartu pintar, hasil uji Wilcoxon
Signed Rank Test pada kelompok prestest dan posttest item pengetahuan
diperoleh, nilai p (0,000)< 0,1 dan nilai Z (-9,014) berada diluar rentang /+1,95, artinya bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok
pretest dan posttestdengan kata lain permainan kartu pintar sebagai media
edukasi vulva hygiene berpengaruh terhadap pengetahuan vulva hygiene
siswi saat menstruasi.
B. Pengaruh permainan kartu pintar sebagai media edukasi vulva
hygiene terhadap sikap vulva hygiene siswi saat menstruasi di SMPN 1
Mijen
Hasil penelitian menunjukkan sebelum dilakukan permainan kartu
pintar (pretest), rata-rata nilai yang diperoleh responden adalah 26,60
dengan nilai tertinggi 31 dan nilai terendah 23. Sebanyak 27 orang (25%)
memiliki sikap vulva hygiene saat menstruasi baik dan 81 orang (75%)
memiliki

sikap

kurang

mengenai

vulva

hygiene

84

saatmenstruasi.Berdasarkan jawaban responden pada kuesioner sebanyak


83 responden (76,85%) menganggap bahwa pada saat menstruasi
sebaiknya menggunakan sabun mandi atau sabun khusus vagina untuk
vulva hygiene dan 90 orang responden (83,33%) juga beranggapan bahwa
menggunakan cairan atau sabun khusus vagina dapat mencegahiritasi
disekitar vagina.
Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup terhadap
stimulus atau objek yang terbentuk melalui interaksi dengan orang lain
yang dipengaruhi oleh pengalaman pribadi, media masa, kebudayaan,
pendidikan, dan lembaga agama.20,21 Budaya disekitar lingkungan remaja
akan mempengaruhi kebiasaan remaja tersebut dalam melakukan vulva
hygiene saat menstruasi seperti penggunaan sabun pembersih organ
kewanitaan, apabila orang dewasa disekitar lingkungan tempat tinggal
remaja menggunakan sabun khusus vagina, maka remaja akan ikut
menganggap bahwa memakai sabun khusus vagina saat menstrusai adalah
hal yang benar.32 Media masa juga berpengaruh terhadap pembentukan
sikap individu. Iklan yang ditayangkan baik di televisi maupun majalah
tentang sabun pembersih kewanitaan akan meningkatkan minat remaja
sehingga tertarik untuk menggunakannya.
Penelitian yang dilakukan di SMAN 1 Mayong Jepara dengan pvalue (0,004) hasilnya 67,2% responden takut menggunakan pembersih
genetalia eksterna.37 Ekosistem vagina adalah lingkaran kehidupan yang
ada di vagina. Ekosistem ini dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu

85

phatogen dan laktobasilus (bakteri baik) jika keseimbangan ini terganggu,


bakteri laktobasilus akan mati dan bakteri phatogen akan tumbuh subur
dan salah satu faktor yang dapat memicu hal tersebut adalah penggunaan
sabun pembersih organ intim yang terlalu sering.38Penggunaan cairan atau
sabun khusus untuk membersihkan vulva tidak dianjurkan dalam
kesehatan karena vagina telah memiliki mekanismenya sendiri untuk
mempertahankan derajat keasamannya.17
Hasil penelitian setelah dilakukan permainan kartu pintar
menunjukan adanya peningkatan nilai rata-rata menjadi 30,24 dengan nilai
tertinggi 32 dan nilai terendah 29 dengan persentase 82,40% responden
memiliki sikap vulva hygiene saat menstruasi baik, namun 17,59%
responden masih memiliki sikap kurang, dari jawaban responden diketahui
ternyata masih ada siswi yang menganggap bahwa pemakaian sabun
khusus vagina saat menstruasi dapat mencegah terjadinya iritasi dan gatalgatal pada kulit vulva.
Hal ini disebabkan oleh faktor individu menyerap dan memahami
informasi yang berbeda-beda kecepatan daya tangkapnya dan juga minat
yang kurang pada informasi yang disampaikan sehingga belum dapat
mengubah sikap remaja mengenai vulva hygiene saat menstruasi, yang
diperkuat oleh penelitian yang dilakukan pada remaja putri di SMPN 01
Mayong Jepara pada tahun 2014 yang hasilnya terdapat 37 orang (57,8%)
memiliki sikap vulva hygiene baik dan 27 orang (42,2%) memiliki sikap
vulva hygiene yang kurang disebabkan output sikap pada seseorang yang

86

berbeda, jika suka maka seseoraang akan mendekat, mencari tahu, dan
bergabung, sebaliknya jika tidak suka, maka seseorang akan menghindar
dan menjauh.7
Berdasarkan hasil jawaban reponden pada kuesioner mengalami
peningkatan setelah dilakukan permainan kartu pintar. Sebanyak 82 orang
(75,92%) telah menjawab dengan tepat bahwa penggunaan sabun mandi
atau sabun khusus vagina tidak dianjurkan untuk vulva hygiene dari yang
sebelumnya 25 orang (23,14%). Responden yang menganggap melakukan
vulva hygiene cukup dengan menggunakan air bersih yang mengalir tanpa
sabun mandi atau sabun khusus vagina juga meningkat dari 35 orang
(32,40%) menjadi 86 orang (79,62%).
Peningkatan ini terjadi karena responden telah mendapatkan
informasi mengenai cara membersihkan dan merawat daerah kewanitaan
dengan baik dan benar yang meliputi arah membasuh vulva yang benar,
pemilihan pembalut yang tepat, durasi dan cara mengganti pembalut yang
benar, pemilihan bahan dan pemakaian celana dalam yang benar, serta
penggunaan cairan atau sabun khusus organ kewanitaan yang ternyata
tidak baik untuk kesehatan melalui permainan kartu pintar. 17,20,34
Pendidikan kesehatan dengan metode permainan kartu pintar
merupakan inovasi baru untuk mencapai tujuan pendidikan kesehatan
dengan sasaran kelompok remaja agar mereka antusias dan tertarik
sehingga dapat berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran yang
dilakukan sehingga informasi mengenai vulva hygiene saat menstruasi

87

dapat dipahami dengan baik dan diharapkan dapat mendukung perubahan


yang positif pada sikap vulva hygiene remaja saat menstruasi 24
Hal ini di dukung oleh penelitian sebelumnya di SMPN 3 Pabelan
dengan nilai thitung (1,679) mengenai efektifitas penggunaan alat permainan
inovatif kreatif media kartu pintar dalam menyampaikan informasi pada
siswa, hasilnya siswa kelas eksperimen mencapai ketuntasan 93,94%
sedangkan kelas kontrol 78,13%.11
Hasil penelitian menunjukan sebanyak 104 responden mengalami
peningkatan nilai sedangkan 4 responden memiliki nilai yang sama
sebelum dan setelah dilakukan permainan kartu pintar. Hasil uji Wilcoxon
Signed Rank Test pada kelompok prestest dan posttest item pengetahuan
diperoleh, nilai p (0,000)< 0,1 dan nilai Z sikap (-8,887),berada diluar
rentang -/+1,95, artinya bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara
kelompok pretest dan posttestdengan kata lain permainan kartu pintar
sebagai media edukasi vulva hygiene berpengaruh terhadap sikap vulva
hygiene siswi saat menstruasi.
C. Pengaruh permainan kartu pintar sebagai media edukasi vulva
hygiene terhadap praktik vulva hygiene siswi saat menstruasi di
SMPN 1 Mijen
Hasil penelitian menunjukkan sebelum dilakukan permainan kartu
pintar (pretest), rata-rata nilai yang diperoleh responden adalah 31,38
dengan nilai tertinggi 35 dan nilai terendah 25, sebanyak 53 responden
(49,07%) memiliki praktik vulva hygiene saat menstruasi baik sementara

88

55 responden (50,92%) memiliki praktik yang kurang. Berdasarkan hasil


jawaban responden pada kuesioner sebelum dilakukan permainan kartu
pintar sebanyak 63 orang (58,333%) mengaku memiliki keluhan saat
memakai pembalut yang biasa digunakan seperti kulit vulva terasa gatal,
perih, dan berwarna kemerahan.
Praktik adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk
tindakan nyata atau terbuka sehingga dapat diamati atau dilihat oleh orang
lain. Faktor yang mempengaruhi praktik antara lain faktor predisposisi
berupa pengetahuan dan sikap individu tentang vulva hygiene saat
menstruasi, faktor pemungkin berupa ketersediaan sarana dan prasarana
untuk melakukan vulva hygiene, serta faktor penguat berupa sikap dan
praktik vulva hygiene orang lain di sekitar lingkungan remaja. 20,21
Kurangnya praktik vulva hygiene saat menstruasi pada responden yang
ditunjukan dengan adanya keluhan berupa kulit vulva terasa gatal saat
memakai pembalut sebelum dilakukan permainan kartu pintar disebabkan
oleh pengetahuan dan sikap siswi tentang vulva hygiene saat menstruasi
yang kurang. Tidak optimalnya sumber informasi yang diperoleh remaja
terkait vulva hygiene serta anggapan yang salah dalam melakukuan
perawatan vulva hygiene saat menstruasi menjadi penyebabnya.
Hal ini di dukung oleh penelitian yang dilakukan pada siswi di
SMK 8 Medan pada tahun 2012 dengan p-value (0,021) hasilnya
menyatakan bahwa terdapat pengaruh antara pengetahuan dan sikap
remaja putri dengan praktik personal hygiene saat menstruasi. 30

89

Hasil penelitian setelah dilakukan permainan kartu pintar


menunjukan peningkatan nilai rata-rata menjadi 37,66 dengan nilai
tertinggi 40 dan nilai terendah 36. Sebanyak 67 responden (62,04%)
memiliki praktik vulva hygiene saat menstruasi baik, sementara 41
responden (37,96%) masih memiliki praktik vulva hygiene saat menstruasi
kurang, dari hasil jawaban responden diketahui ternyata terdapat
responden yang mengaku tidak mengeringkan dengan tissue atau kain
khusus seusai membersihkan daerah kewanitaan, dan adanya siswi yang
mengaku

tidak

menggunakan

air

bersih

yang

mengalir

untuk

membersihkan alat kelamin.Hal ini dapat disebabkan beberapa faktor


diantaranya faktor pemungkin berupa sarana dan prasana yang tidak
memadai untuk remaja melakukan vulva hygiene. Sarana dan prasarana
untuk melakukan vulva hygiene saat menstruasi diantaranya ketersediaan
air bersih yang mengalir, tissue atau handuk pengering di kamar mandi
rumah, kemampuan ekonomi untuk membeli pembalut wanita yang
berkualitas baik dan celana dalam dengan bahan yang tepat.
Hal ini di dukung oleh penelitian yang dilakukan pada siswi SMP
Negeri 45 Surabaya pada tahun 2013 dengan p-value (0,025), hasilnya
menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara ketersediaan
sarana dan prasarana terhadap praktik vulva hygiene siswi. Sumber daya
kesehatan merupakan semua perangkat keras dan perangkat lunak yang
diperlukan sebagai pendukung penyelenggaraan upaya

kesehatan,

90

ketersediaan sarana dan prasarana termasuk dalam sumber daya


kesehatan.47
Berdasarkan hasil jawaban responden pada kuesioner dimana
terjadi peningkatan responden yang tidak menggunakan sabun khusus
kewanitaan untuk vulva hygiene yang semula 40 orang (37,03%) menjadi
108 orang (100%). Responden yang mencuci tanganya terlebih dahulu
sebelum melakukan vulva hygiene meningkat dari 105 orang (97,22%)
menjadi 108 orang (100%). Responden yang mengaku menggunakan air
bersih dan air yang mengalir untuk membersihkan organ kewanitaan
meningkat dari 85 orang (78,70%) menjadi 105 orang (97,22%).
Sedangkan yang melakukan vulva hygiene dengan cara membasuh dari
arah atas (vagina) ke bawah (perinium) meningkat dari 85 orang (78,70%)
menjadi 108 (100%).
Peningkatan ini terjadi karena responden telah mendapatkan
informasi mengenai cara membersihkan dan merawat daerah kewanitaan
dengan baik dan benar yang meliputi arah membasuh vulva yang benar,
pemilihan pembalut yang tepat, durasi dan cara mengganti pembalut yang
benar, pemilihan bahan dan pemakaian celana dalam yang benar, serta
penggunaan cairan atau sabun khusus organ kewanitaan yang ternyata
tidak baik untuk kesehatan melalui permainan kartu pintar.
Permainan kartu pintar sebagai media edukasi vulva hygiene
merupakan sebuah metode pendidikan kesehatan dengan media berupa
kartu edukasi yang menjelaskan mengenai vulva hygiene saat menstruasi

91

yang tidak hanya dibaca sendiri oleh individu melainkan dilakukan secara
berkelompok untuk saling bertukar informasi dan memahami informasi
yang didapat secara bergantian dalam satu tim permainan. 10 Cara ini
dinilai cukup relevan digunakan pada kelompok remaja dibandingkan
metode ceramah satu arah karena dengan permainan kartu pintar selain
menambah daya tarik remaja juga memberikan kesempatan remaja untuk
mengeksplorasi pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. 24
Hal ini di dukung oleh penelitian yang dilakukan pada remaja putri
di panti asuhan yatim putri Aisyiyah tahun 2013 dengan p-value (0,001),
hasilnya terdapat pengaruh yang signifikan antara pendidikan kesehatan
individual tentang vulva hygieneterhadap perilaku vulva hygiene pada
remaja.46Seseorang yang telah mengetahui stimulus atau objek kesehatan
kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang
diketahui, kemudian proses selanjutnya ia akan melaksanakan apa yang
diketahui.20
Hasil penelitian menunjukan semua responden mengalami
peningkatan nilai sebelum dan setelah dilakukan permainan kartu
pintar.Hasil uji Wilcoxon Signed Rank Test pada kelompok prestest dan
posttest item pengetahuan diperoleh, nilai p (0,000)< 0,1 dan nilai Z
praktik (-9,052) berada diluar rentang -/+1,95, artinya bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara kelompok pretest dan posttestdengan
kata lain permainan kartu pintar sebagai media edukasi vulva hygiene

92

berpengaruh terhadap pengetahuan, sikap, dan praktik vulva hygiene siswi


saat menstruasi.

93

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Ada pengaruh permainan kartu pintar sebagai media edukasi vulva
hygiene terhadap pengetahuan vulva hygiene siswi saat menstruasi,
ditunjukan dengan hasil uji Wilcoxon Signed Rank Test pada kelompok
prestest dan posttest item pengetahuan diperoleh, nilai p (0,000)< 0,1
2. Ada pengaruh permainan kartu pintar sebagai media edukasi vulva
hygiene terhadap sikap vulva hygiene siswi saat menstruasi,ditunjukan
dengan hasil uji Wilcoxon Signed Rank Test pada kelompok prestest
dan posttest item sikap diperoleh, nilai p (0,000)< 0,1
3. Ada pengaruh permainan kartu pintar sebagai media edukasi vulva
hygiene

terhadap

praktik

vulva

hygiene

siswi

saat

menstruasi,ditunjukan dengan hasil uji Wilcoxon Signed Rank Test


pada kelompok prestest dan posttest item praktik diperoleh, nilai p
(0,000)< 0,1
B. Saran
1. Penelitian selanjutnya
Penelitian

selanjutnya

sangat

dibutuhkan

untuk

lebih

menyempurnakan penelitian ini menggunakan jenis penelitian quasi


eksperimental, pengadaan kelompok kontrol sebagai pembanding serta

93

94

dapat

mengaplikasikan

metode

permainan

kartu

ini

untuk

permasalahan kesehatan yang lain seperti bahaya narkotika, HIV/AIDS


maupun masalah-masalah lain yang berkaitan dengan dunia remaja.
2. Sekolah
Pendidikan kesehatan dengan metode permainan kartu pintar yang
dilakukan di SMPN 1 Mijen terbukti berpengaruh dalam meningkatkan
pengetahuan,

sikap,

menstruasi.Oleh

dan

karena

praktik

itu,

pihak

vulva

hygiene

sekolah

siswi

diharapkan

saat
dapat

memfasilitasi tetap berjalannya pendidikan kesehata terkait kesehatan


reproduksi. Selain itu ketersediaan fasilitas berupa air bersih, sabun
cuci tangan, dan sarana lain yang mendukung kebersihan diri di
sekolahpenting untuk terbentuknya perilaku hidup bersih dan sehat
para peserta didik.
3. Keperawatan
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan khususnya bagi
perawat komunitas untuk melakukan pendidikan kesehatan di
masyarakat dengan sasaran kalangan remaja untuk menerapkan metode
permainan kartu pintar agar daya tarik remaja meningkat dan mau
berpartisipasi aktif selama pendidikan kesehatan berlangsung sehingga
tujuan pendidikan kesehatan untuk merubah perilaku kesehatan
menjadi lebih optimal dapat tercapai.
4. Remaja putri

95

Setelah mendapatkan informasi mengenai vulva hygiene saat


menstruasi melalui permainan kartu pintar, diharapkan remaja putri
dapat melakukan praktik vulva hygiene dengan benar seperti
penggunaan sapu tangan khusus untuk mengeringkan alat kelamin.

DAFTAR PUSTAKA

1.
2.
3.
4.
5.
6.

7.

8.

9.
10.

11.

12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.

20.

Harnilawati.Pengantar Ilmu Keperawatan Komunitas. Sulawesi Selatan:


Pustaka As Salam:2013.
Ali, M. & Asrori, M.Psikologi Remaja,Perkembangan Peserta Didik Jakarta :
Bumi Aksara: .2006
Santrock, W.J. Adolescence Perkembangan Remaja. Jakarta : Erlangga : 2003
Bobak. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Alih bahasa : Monica Ester dkk.
Jakarta : EGC: 2005
Suryati,B.Praktik Kebersihan Remaja Saat Menstruasi. Jurnal Health
Quality.Vol.3 (1): 2012
Rahman, Nita.. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Praktik Pesonal
Hygiene Saat Menstruasi di SMP Muhammadiyah 5 Yogyakarta. Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Yogyakarta : 2014
Wiwit, R, Hidayah,N, Azizah.Pengaruh Sikap, Pengetahuan, Dan Praktik
Vulva Hygiene Dengan Kejadian Keputihan Pada Remaja Putri Di SMPN 01
Mayong Jepara. Jurnal Keperawatan Maternitas. Vol.2 No.2 (117-126): 2014
Hani Handayani. Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Praktik Remaja Putri
tentang Kebersihan Organ Genitalia Eksterna Di Madrasah Tsanawiyah
Pembangunan. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negri Syarif Hidayatullah Jakarta : 2011
Mubarak,Iqbal M dkk.. Ilmu Keperawatan Komunitas 2 (teori dan aplikasi
Praktik). Jakarta : Sagung Seto: 2006
Rosiana,Ismi, Haryono, Nurrussaadah. Implementasi APIK (Alat Permainan
Inovatif Kreatif) Dalam Bentuk Media Kartu Pintar Terhadap Peningkatan
Hasil Belajar Siswa (Studi Eksperimen Pada Siswa SMPN 1 BAE Kelas VII
Semester 2 Mata Pelajaran TIK). Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Semarang, ISSN 2252-6447 : 2013
Noviyanti, Linda, Santoso,Kukuh dkk.. Keefektifan Penggunaan Kartu
Bergambar Bentuk Pop Up Card Pada Pembelaharan Siswa SMP. Journal
FMIPA UNNES: 2013
Kusmiran E.. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta: Salemba
medika : 2013
Widyastuti, yani dkk. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Fitramaya : 2009
Winkjosastro H.Ilmu kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka: 2005
Prairoharjo S.Ilmu kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka : 2005
Fauziyah Y.Infertilitas dan Gangguan Alat Reproduksi Wanita. Yogyakarta
:Nuha Medika : 2012.
Kasdu, D.Solusi Problem Wanita Dewasa. Jakarta : Puspa Swara: 2008
Widyastuti, Y.Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Fitramaya: 2009
Ayuningtyas. Hubungan antara pengetahuan dan Praktik menjaga kebersihan
genitalia eksterna dengan kejadian keputihan pada siswi SMA Negeri 4
Semarang. Skripsi : FK UNDIP 2011
Notoatmojo. Promosi Kesehatan & ilmu Praktik. Jakarta : Rineka Cipta. 2007

96

21. Sifudin Azwar. Sikap Manusia: teori dan pengukuranya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar:
2003
22. Sunaryo.Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC: 2004
23. Efendi,F. dan Makhfudli. keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori dan Praktik dalam
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.: 2009.
24. Arief, Sadiman, dkk.Media Pendidikan Pengertian Pengembangan dan Pemanfaatanya.
Jakarta: PT. Raja Grafindo: 2003
25. Hidayat, A.Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba
Mediaka: 2009
26. Fajar, I.Statistika untuk Praktisi Kesehatan. Yogyakarta : Graha Ilmu: 2009
27. Wasis. Pendoman Riset Praktis untuk Profesi Perawat. Jakarta : EGC ;2008
28. Fajar, I dkk. Statistika untuk Praktisi Kesehatan Edisi 1. Yogyakarta : Graha Ilmu; 2009
29. Yuni, E. Efektifitas Pendidikan Kesehatan dengan Metode Peer Education Terhadap
Praktik Vulva hygiene santri putri di pondok pesantren Assalafy Al Fithrah Meteseh
Semarang. Skripsi : FK UNDIP 2014
30. Rahmatika, Dwi. Pengaruh Pengetahuan dan Sikap Tentang Personal Hygiene
Menstruasi Terhadap Tindakan Personal Hygiene Remaja Puteri Pada Saat Menstruasi di
SMK Negeri 8 Medan. Skripsi : FKM USU 2011
31. Basta, Ridhalia. Pengetahuan dan PraktikPersonal Hygiene saat Menstruasi pada Remaja
Putri di Kota dan Desa (SMAN 11 AMBON dan SMA LKMD LAHA). Skripsi : FKM
Universitas Hasanudin Makasar;2014
32. Green, W, Lawrence.et.al. Helath Education Planing A Diagnostik Approach, The Johns
Hapkins University: Mayfield Publishing Company, 2005
33. Maria,E, Hatagaol, E, Wowiling,F.Hubungan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi
dengan Kejadian Iritasi Vagina saat Menstruasi pada Remaja di SMPN 8 Manado. EJournal Keperawatan. Vol 1. No 1 : 2013
34. Kemala,A.P, Yuliaji, Kristiningrum,W. Perbedaan Pengetahuan tentang Perawatan
Organ Genital Sebelum dan Sesudah diberikan Pendidikan Kesehatan pada Siswa di
MTS Al-Asror Gunung pati Semarang. STIKES Ngudi Waluyo Semarang : 2012.
35. Rizki,F. Hubungan frekuensi Penggunaan Celana Ketat dengan Kejadian Keputihan
(Flour Albus) pada Mahasiswi Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.
SKRIPSI : UMM 2011.
36. Ariyani,I. Hubungan Perilaku Vulva Hygiene dengan Kejadian Keputihan pada Remaja
Putri di SMA Negeri 2 Wonosari Gunung Kidul. SKRIPSI. STIKES Aisyiyah
Yogyakarta :2013.
37. Anik,S. Hubungan Penggunaan Pembersih Genetalia Eksterna dengan Kejadian
Keputihan di SMAN 1 Mayong, Jepara. AKBID Islam Al-Hikmah Jepara :2013.
38. Septian,C. Cara Merawat Organ Intim dengan Baik dan Benar. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya ;2009
39. Sari, Kartika. Pemberian Penyuluhan terhadap Perilaku Merawat Organ Genital pada
Remaja Putri di Dusun Nanggulan Gadingsari Bantul. Skripsi.STIKES Aisyiyah
Yogyakarta.2014
40. Lestari, Prasetya. Hubungan Pengetahuan Menstruasi dan Komunikasi Teman Sebaya
dengan Personal Hygiene selama Menstruasi pada Siswi SMA.Tesis. Universitas Sebelas
Maret Surakarta.2014
41. Sari, Ervina, Ekojemi, Sayono.Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang Hygiene saat
Menstruasi terhadap Penegtahaun dan Keterampilan Remaja Putri dalam Merawat
Perineum saat Menstruasi. Journal Keperawatan. 2011

97

42. Rachman, Nita. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Personal Hygiene
pada saat Menstruasi di SMP Muhammadiyah 5 Yogyakarta. Skripsi.STIKES Aisyiyah
Yogyakarta. 2014
43. Wardani, Rachma. Pengaruh Penyuluhan terhadap Tingkat Pengetahuan Kesehatan
Reproduksi Remaja Perempuan di SMP Muhammadiyah 1 Surakarta. Skripsi.
Universitas Sebelas Maret Surakarta.2010
44. Soraya, Salistia. Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Reproduksi Remaja terhadap
Pengetahuan Memelihara Organ Genitalia pada Siswi Muhammadiyah Imogiri Bantul.
Skripsi. STIKES Aisyiyah Yogyakarta.2014
45. Palinglin, Anggresti. Pengaruh Penyuluhan terhadap Perilaku Menjaga Kebersihan
Organ Genitalia pada Siswi Kelas XI Madrasah Aliyah Negeri 2 Yogyakarta. Skripsi.
STIKES Aisyiyah Yogyakarta.2015
46. Yulian,A.R.Pengaruh Pendidikan Kesehatan Individual tentang Vulva Hygiene terhadap
Perilaku Vulva Hygiene pada Remaja di Panti Asuhan Yatim Putri Aisyiyah Yogyakarta.
Skripsi. STIKES Aisyiyah Yogyakarta.2013
47. Umairoh, Cholisoh, Analisis Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Perineal Hygiene pada
Remaja Putri Berbasis Preced Proced Model di SMPN 45 Surabaya. Fakultas
Keperawatan UNAIR Surabaya.2013
48. Dokumen Arsip Sekolah Data Siswa SMPN 1 Mijen Demak Tahun 2015/2016

98

Anda mungkin juga menyukai