Skripsi A1
Skripsi A1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Target Millennium Development Goals (MDGs) adalah menurunkan
angka kematian pada anak, termasuk menurunkan angka kematian yang
diakibatkan oleh penyakit diare. World Health Organisation (WHO, 2009)
menyatakan bahwa perlu upaya yang harus diperhatikan adalah pencapaian
target MDGs. Salah satu target MDGs adalah menurunkan angka kematian
pada anak, termasuk menurunkan angka kematian yang diakibatkan oleh
penyakit diare. Di Negara berkembang tiap anak dibawah usia 5 tahun akan
mengalami episode penyakit diare rata-rata 3 kali pertahun. Pengetahuan akan
faktor-faktor yang mempengaruhi penderita penyakit diare di setiap wilayah,
diharapkan
Tahun
Jumlah
Kasus
Kabupaten Sarolangun
Puskesmas Pematang Kabau
1
2012
1790
206
2
2013
2074
243
3
2014
2296
278
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Sarolangun, Lb1
Data pada tabel 1.1 diatas memperlihatkan bahwa selama 3 (tiga) tahun
terakhir terjadi peningkatan kasus penyakit diare di Kabupaten Sarolangun
maupun di wilayah kerja Puskesmas Pematang Kabau, yaitu dari 1790 kasus
tahun 2012 meningkat menjadi 2074 kasus pada tahun 2013, kemudian
meningkat lagi menjadi 2296 kasus pada tahun 2014.
Bedasarkan data 10 penyakit terbesar di Puskesmas Pematang Kabau,
penyakit diare menempati urutan ke-2 setelah penyakit
Infeksi Saluran
Pernapasan Atas (ISPA). Sebagian besar kasus penyakit diare terjadi pada
kelompok umur 1 4 tahun. Pada tahun 2012 kejadian penyakit diare
sebanyak 206 kasus, tahun 2013 kejadian penyakit diare menjadi 243 kasus
dan tahun 2014 meningkat menjadi 278 kasus (Data Lb/angka kesakitan
Puskesmas Pematang Kabau).
Penyakit diare merupakan penyakit yang berbasis lingkungan, beberapa
faktor yang berkaitan dengan kejadian penyakit diare yaitu tidak memadainya
penyediaan air bersih, air tercemar oleh tinja, kekurangan sarana kebersihan
(pembuangan tinja yang tidak higienis) kebersihan perorangan dan
lingkungan yang jelek, penyiapan makanan kurang matang dan penyimpanan
makanan masak pada suhu kamar yang tidak semestinya (Sander, 2005 dalam
Azmiati 2011).
Terdapat faktor yang secara langsung maupun tidak langsung menjadi
pendorong terjadinya penyakit diare yaitu faktor agen, penjamu, lingkungan
dan perilaku. Faktor lingkungan merupakan faktor yang paling dominan yaitu
sarana penyediaan air bersih dan pembuangan tinja, kedua faktor berinteraksi
bersama dengan perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat
karena tercemar kuman penyakit diare serta terakumulasi dengan perilaku
manusia yang tidak sehat, maka penularan penyakit diare dengan mudah
dapat terjadi (Zubir et al dalam Azmiati 2011 ).
Konsekuensi kondisi sanitasi yang buruk berdampak pada penurunan
kualitas lingkungan hidup serta meningkatkan kejadian penyakit diare. Di
Kabupaten Sarolangun kejadian penyakit diare disebabkan karena komitmen
terhadap sanitasi masyarakat masih rendah, sarana air bersih yang tidak
memenuhi syarat, sarana jamban yang tidak memenuhi kriteria, tidak adanya
sarana pembuangan air limbah, pembuanagan sampah yang tidak terkontrol.
Masalah ini diketahui berdasarkan monitoring inspeksi sanitasi yang
dilakukan oleh petugas sanitasi Puskesmas. Upaya mendorong perubahan
perilaku sanitasi masyarakat dan pencapaian sanitasi di Kabupaten
Sarolangun telah dilakukan dalam beberapa bentuk pendekatan kepada
masyarakat yaitu melalui penyuluhan, inspeksi serta promosi bahaya
buruknya sanitasi lingkungan. Tabel 1.2 di bawah ini memperlihatkan
cakupan sarana sanitasi lingkungan di Puskesmas Pematang Kabau
Kecamatan Air Hitam Kabupaten Sarolangun selama tiga tahun terakhir.
Tabel 1.2
Data Sarana Sanitasi di Wilayah Kerja Puskesmas Pematang Kabau
Kecamatan Air Hitam Kabupaten Sarolangun
Tahun 2012, 2013 dan 2014
No
Sarana
Tahun
Capaian
Target
(%)
2012
2013
2014
2014
2014
1
Air Bersih
1704
1751
1805
71,1 %
90%
2
Peng sampah
211
227
246
10 %
70%
3
Peng Air limbah 547
556
574
22,6%
80%
4
Jamban
1675
1694
1708
67,3%
90%
Sumber: Profil Puskesmas Pematang Kabau, Kabupaten Sarolangun
dengan
kejadian penyakit diare pada balita usia 1-4 tahun di wilayah kerja
Puskesmas Pematang Kabau Kabupaten Sarolangun.
3. Manfaat Penelitian
1. Dinas Kesehatan Sarolangun
Diharapkan dapat menjadi bahan masukan dalam membuat
perencanaan program penanggulangan penyakit diare melalui penyediaan
sarana sanitasi lingkungan secara tepat sehingga terciptanya sarana
sanitasi lingkungan yang memenuhi syarat kesehatan.
2. Bagi Puskesmas Pematang Kabau
Sebagai bahan masukan dan informasi dalam membuat kebijakan
operasional penanggulangan penyakit diare di wilayah Kerja Puskesmas.
3. Bagi masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Pematang Kabau
Menambah pengetahuan dan wawasan tentang sanitasi lingkungan
serta hubunganya dengan kejadian penyakit diare sehingga masyarakat
dapat meningkatkan sanitasi lingkungannya serta waspada dengan
penyakit diare..
4.
penyakit berbasis
lingkungan.
5. Bagi peneliti
Menambah pengetahuan dan memberi pengalaman langsung dalam
mengaplikasikan
ilmu
pengetahuan
yang
dimiliki
dan
belajar
Tempat
Waktu
Populasi/
Sampel
Umiati
Kabupaten Boyolali
Puskesmas Nogosari
Tahun 2010
Sanitasi
lingkungan,
Sarana air bersih.
Azmiati
Kota Jambi
Puskesmas Putri Ayu
Semua Balita
berkunjung ke
Puskesmas
Sulaiman Yusuf
Tempat
Waktu
Tempat
Waktu
Peneliti
Kabupaten Sarolangun
Puskesmas Pematang Kabau
Tahun 2015
Jamban, SPAL, Air Limbah,
Air Bersih
Peneliti
Kabupaten Sarolangun
Puskesmas Pematang Kabau
Tahun 2015
Balita usia 1-4 tahun yang
menderita diare.
Peneliti
Medan
RS dr. Pringadi
Tahun 2011
Kabupaten Sarolangun
Puskesmas Pematang Kabau
Tahun 2015
Kabupaten Sragen
Kelurahan Belimbing
Tahun 2009
Kabupaten Sarolangun
Puskesmas Pematang Kabau
Tahun 2015
Variabel
Tempat
Waktu
Variabel
:
:
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Penyakit diare
a. Pengertian penyakit diare
Menurut Haroen N,S.Suraatmaja (2008), Penyakit diare adalah
defekasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah dan
lendir dalam tinja, sedangkan menurut (C.L Betz 2009) penyakit diare
merupakan suatu keadaan terjadinya inflamasi mukosa lambung dan
penyebaran
kuman
dan
meningkatkan
risiko
b.
dangan gangguan
metabolisme.
4) Penyakit diare dengan masalah lain yaitu anak yang menderita
penyakit diare (penyakit diare akut dan penyakit diare persisten),
mungkin juga disertai dengan penyakit lain, seperti demam,
gangguan gizi atau penyakit lainnya.
d. Patofisiologi penyakit diare
Menurut Haroen N.S, Suraatmaja dan P.O Asnil (1998), ditinjau
dari sudut patofisiologi, penyebab penyakit diare akut dapat dibagi
dalam dua golongan, diantaranya yaitu penyakit diare sekresi
(secretory diarrhoe), disebabkan oleh
frekuensi buang air besar dari biasanya 3 kali atau lebih dalam sehari.
e. Gejala penyakit diare pada anak balita
meninggi.
Tinja bayi encer, berlendir, atau berdarah.
Warna tinja kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu.
Anusnya lecet.
Gangguan gizi akibat asupan makanan yang kurang.
Muntah sebelum atau sesudah penyakit diare.
Hipoglikemia (penurunan kadar gula darah).
Dehidrasi.
secara
penuh
4/6
bulan
padapertama
kehidupan,
risiko
tinggi
terjangkitnya
penyakit
diare.
surveilance
epidemiologi
yang
kegunaanya
untuk
atau
kontrol
pada
faktor
lingkungan
manusia,
Problem air
2)
Problem barang atau benda sisa atau bekas seperti air limbah kotoran
3)
4)
5)
6)
7)
lingkungan
perumahan
fisik
dan
oleh
kegiatan
industri
yang
pertambangan,
mengakibatkan
untuk
keperluan
sehari-hari,
maka
masyarakat
Syarat Fisik
Syarat Bakteriologis
Air untuk keperluan minum yang sehat harus bebas dari segala
bakteri, terutama bakteri patogen. Cara untuk mengetahui
apakah air minum terkontaminasi oleh bakteri patogen adalah
dengan memeriksa sampel air tersebut. Bila dari pemeriksaan
100 cc air terdapat kurang dari empat bakteri E. coli, maka air
tersebut sudah memenuhi syarat kesehatan.
c)
Syarat Kimia
cukup
dengan
memperoleh
60 liter/hari/orang,
b.
Secara garis besar penyakit yang sehubungan air dilihat dari cara
penularannya dapat digolongkan atas 4 macam :
1) Water Borne Disease
Jenis penyakit yang ditularkan atau disebabkan akibat
kontaminasi oleh kotoran manusia air seni, yang kemudian airnya
dikonsumsi oleh manusia yang tidak memiliki kekebalan terhadap
penyakit tersebut antara lain : cholera, typhoid, Basillari Disentry,
Weings Disease.
2) Water Washed Disease
Jenis penyakit yag ditrasmisikan dengan masukan air yang
tercemar kotoran ke dalam tubuh secara langsung (Fecal Oral)
1)
2)
3)
2. pengelolahan sampah
3. pengelolahan air limbah dan
4. pemanfaatan jamban.
Sanitasi lingkungan merupakan keadaan lingkungan fisik, biologis,
sosial dan ekonomi yang mempengaruhi kesehatan manusia. Kondisi
lingkungan yang berguna ditingkatkan dan diperbanyak sedangkan yang
merugikan diperbaiki atau dihilangkan. Hasil yang diharapkan dari sanitasi
lingkungan yang baik yaitu tergantung dari peningkatan kualitas lingkungan
dengan memperbaiki sanitasi lingkungan air bersih, penyediaan jamban
keluarga, pengelolaan air limbah dan pengelolaan sampah. Terciptanya
sanitasi lingkungan yang baik akan menurunkan atau mengurangi kejadian
penyakit diare pada masyarakat.
C. Kerangka Konsep Penelitian :
Bagan 2.1
Kerangka Konsep
Variabel Bebas
Variabel Terikat
Pengelolaan Sampah
Pemanfaatan Jamban
D. Hipotesis
1.
2.
Kabupaten Sarolangun
Ada hubungan antara pengelolaan sampah dengan kejadian penyakit
diare di wilayah kerja Puskesmas Pematang Kabau
3.
4.
Kecamatan Air
Kecamatan Air
BAB III
METODE PENELITIAN
1.
2.
3.
Subyek Penelitian
1. Populasi dalam penelitian ini adalah semua penderita penyakit diare usia
1-4 tahun di wilayah kerja Puskesmas Pematang Kabau kunjungan dan
memeriksakan dirinya di Puskesmas Pematang Kabau sampai bulan
tahun 2014 yaitu sebanyak 278 orang.
2. Sampel dalam penelitian ini diambil secara purposive sampling yaitu
pengambilan sampel yang dilakukan untuk tujuan tertentu yaitu balita
usia 1-4 tahun di wilayah kerja Puskesmas Pematang Kabau dengan
Kriteria Inklusi
Adalah merupakan karakteristik umum dari subjek penelitian
pada suatu populasi target dan populasi terjangkau yang diteliti. Pada
penelitian ini kriteria inklusi adalah :
a.Pasien Penyakit diare usia 1-4 tahun yang tercatat di Puskesmas
Pematang kabau tahun 2014.
b. Responden adalah Ibu Balita usia 1-4 tahun yang dapat membaca
dan menulis.
4.
sanitasi dasar yang dikeluarkan oleh Depkes RI, yang terdiri dari check list
untuk variabel independen penyediaan air bersih, pengelolaan sampah,
pengelolaan limbah dan pemanfaatan jamban tingkat rumah tangga.
Pembobotan hasil check list juga berdasarkan ketentuan standar.
Untuk penilaian variabel dependen yaitu kejadian penyakit diare,
menggunakan catatan kunjungan (medical record) yang ada di Puskesmas
Pematang Kabau yang terdiri dari catatan kunjungan rawat jalan maupun
rawat inap.
5. Deskripsi Intervesi
Pada penelitian ini, penelitian melakukan pengumpulan data melalui
beberapa metode yaitu:
1.
Data sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh
dengan cara Inspeksi sanitasi (IS) langsung kepada rumah tangga
penderita dengan menggunakan lembar check list dan lembar pertanyaan
survey inspeksi sanitasi.
2.
Data primer
survey inspeksi sanitasi yang dilakukan secara lansung di tingkat
rumah tangga dibantu oleh bidan desa sebagai enumerator yang
sebelumnya sudah dilatih oleh peneliti.
6. Pengolahan Data
1.
Editing
Koding
Dilakukan untuk memudahkan dalam pengolahan data, semua
jawaban atau data perlu disederhanakan yaitu memberikan simbol-simbol
tertentu untuk setiap jawaban (pengkodean) berdasarkan skor hasil
penghitungan pada lembar check list.
3.
Tabulasi data
Dilakukan untuk memudahkan dalam pengolahan data kedalam
suatu tabel menurut sifat-sifat yang dimiliki sesuai dengan tujuan
penelitian, tampilan dalam bentuk tabel akan memudahkan untuk
menganalisa data.
6.
Analisa Data
Setelah data terkumpul kemudian ditabulasi dalam tabel sesuai dengan
variabel yang hendak diukur. Analisa data dilakukan setelah melalui tahap
editing, koding, tabulasi. Selanjutnya dilakukan uji statistik univariat dan
Bivariat dengan menggunakan sistem komputerisasi (Program SPSS versi
11,5).
Analisis univariat dilakukan dengan distribusi frekuensi dan
persentase dari tiap variable, sedangkan analisa bivariat dilakukan terhadap
dua variabel untuk menguji hubungan antara variabel independen dan
variabel dependen. Uji statistik yang digunakan adalah uji Chi-Square dengan
rumus:
fofh
2
x =
Keterangan :
x2 = Chi-Square
fo = Frekuensi yang diobservasi
fh = Frekuensi yang diharapkan
Interpretasinya :
a. Hipotesis diterima, bila x hitung > x tabel atau
b. Hipotesis diterima, bila nilai p < (0,05)
7.
No
Variabel
Definisi
operasional
Cara Ukur
Alat
ukur
Hasil Ukur
Skala
ukur
Sarana Air
Bersih
Sumber air
bersih yang di
gunakan
rumah tangga
untuk
kebutuhan
sehari-hari
SGL+,PP.
Mengisi
Lembar 1. Bersiko
lembar check
check
apabila
list pada
listt
skor 5-10.
2.
Tidak
lembar sesuai
beresiko
dengan hasil IS
apabila
(inspeksi
skor < 5
sanitasi)
ordinal
Pengelolaan
sampah
Pegelolaan
sampah
dengan jenis
terbuka atau
tertutup
Mengisi
Lembar 1. Beresiko
lembar check
check
apabila
list sesuai
list
skor 6-8
2.
Tidak
dengan hasil IS
beresiko
(inspeksi
apabila
sanitasi)
skor < 6
ordinal
Sarana
Airlimbah
Pengelolaan
dengan jenis
terbuka tanpa
peresapan,
terbuka degan
resapan
tertentu
Mengisi
Lembar 1. Beresiko
lembar check
check
apabila
list sesuai
list
skor 6-8
2. Tidak
dengan hasil IS
beresiko
(inspeksi
apabila
sanitasi)
skor < 6
ordinal
Sarana
Jamban
Sarana jamban
yang di pakai
oleh
masyarakat
sesuai jenis
dan bentuk
Mengisi
Lembar 1. Beresiko
lembar check
check
apabila
list sesuai
list
skor 6-8
2. Tidak
dengan hasil IS
beresiko
(inspeksi
apabila
sanitasi)
skor < 6
ordinal
Kejadian
penyakit
diare
Melihat dan
mencatat
catatan rekam
medis di
Puskesmas
Pematang
Kabau.
ordinal
8.
Rekam
medis
pasien
rawat
jalan
dan
rawat
inap.
1. Diare
ringan, bila
hanya
rawat jalan
tanpa
dehidrasi.
2. Diare berat,
bila rawat
jalan
dengan
dehidrasi
ringan dan
perlu rawat
inap.
Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian, peneliti memandang perlu adanya
rekomendasi dari pihak institusi atas pihak lain dengan mengajukan
permohonan izin kepada instansi tempat penelitian dalam hal ini adalah
Puskesmas Pematang Kabau Kecamatan Air hitam.Kab.Sarolangun.
Setelah mendapat persetujuan barulah melakukan penelitian dengan
membuat :
1. Informed concern (Lembar persetujuan)
Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden sesuai dengan
kriteria inklusi sampel penelitian. Bila responden menolak maka sampel
tidak diikutkan dalam penelitian.
2. Anonimity (tanpa nama)
Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan penelitian ini antara lain :
1. Penelitian ini hanya meneliti hubungan sanitasi lingkungan dengan
penyakit diare pada kelompok umur 1-4 tahun pada Puskesmas Pematang
Kabau Kecamatan Air Hitam Kabupaten Sarolangun
2. Penelitian melibatkan subyek penelitian dalam wilayah dan jumlah
terbatas. Sehingga hasilnya belum dapat digeneralisasi pada kelompok
subyek dengan jumlah yang besar.
Rancangan Kerja
Pengumpulan data
Survey awal
Pengajuan judul
Konsul Skripsi
Seminar Skripsi
Perbaikan skripsi
Penelitian
Seminar Hasil Penelitian
Perbaikan
Pengesahan dan Laporan
Akhir
Des
2014
Jan
2015
Feb
Mar
Apr
Mei
DAFTAR PUSTAKA
Arahman. (2012), Hubungan Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian Penyakit
diare di Wilayah Kerja Puskesmas Batu. Makassar.
Amiruddin, (2007). Epidemiologi Dasar. Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Hasanuddin. Makassar.
Atikah Proverawati,Eni Ramawati (2011)
Medical book.Jogjakarta
http://www.cermin.
Kuesioner Penelitian
Nama Balita
:
Umur (Tahun)
:
Alamat
:
Nama responden
:
Nomor Responden :
Nomor Rumah Tgg :
Desa
RT/RW/Dusun:
ya
T idak