Anda di halaman 1dari 7

PENGECORAN LOGAM TEKNIK PENGECORAN LOGAM BAG.

5
4. Logam-logam dalam pengecoran :
Besi cor
Paduan Besi Cor yang mengandung C >: 1,7 % dan 13 %Si. Unsur lain dapat ditambahkan dengan maksud
untuk meningkatkan sifatsifat seperti kekuatan, kekerasan atau ketahanan korosi. Unsur yang umumnya
ditambahkan yaitu Cr, Cu, Mo dan Ni.
Besi cor memiliki selang temperature cair yang relaitf lebih rendah daripada baja dan relatif lebih encer
ketika cair.
Sifat mekanik besi cor tergantung pada jenis struktur mikronya yaitu bentuk dna distribusi elemen elemen
penyusunnya. Salah satu elemen yang memiliki pengaruh yang berarti adalah grafit. Jumlah ,ukuran dan
bentuk grafit mempengaruhi kekuatan dan keuletan besi cor. Selain grafit, matriks juga ikut mempengaruhi
sifat mekaniknya. Matris besi cor sama dengan yang terdapat pada baja, yaitu feritik, perlitik, feritik+perlitik
dan martensitik.
Matriks yang terjadi tergantung pada :
Komposisi kimia
Laju pendinginan, dan
Proses perlakuan panas
Ada lima jenis besi cor :
Besi cor kelabu (grey cast iron)
Besi cor malleable (malleable cast iron)
Besi cor putih (white cast iron)
Besi cor nodular (nodular/ductile cast iron)
Compacted graphite cast iron (memiliki struktur mikro antara besi cor Kelabu dan besi cor nodular).
Sifat mekanik :
= 45 75 ksi (kekuatan tarik)
= 35 60 ksi (kekuatan luluh)
e = 1 6% (perpanjangan)
Sifat matriks dan karakter grafit diperoleh dari kesetimbangan :
Komposisi kimia
Derajat inokulasi
Laju pembekuan
Pengaturan laju pendinginan
Untuk mendapatkan sifat yang diinginkan, biasanya pada besi cor diterapkan perlakuan panas karena dari
kondisi hasil pengecoran (ascast) tidak diperoleh sifat yang diinginkan. Proses perlakuan panas yang umum
diterapkan :
Annealing
Austenitizing dan Quenching
Tempering
Besi Cor Putih :
Besi cor putih terbentuk ketika unsur karbon (C) tidak mengendap sebagai grafit selama proses pembekuan,
akan tetapi tetap berkaitan dengan unsur besi (Fe), krom (Cr) atau molibden (Mo) membentuk karbida. Besi cor
putih bersifat keras dan getas dan memiliki tampilan patahn seperti kristal berwarna putih.
Besi Cor Kelabu :
Besi cor kelabu merupakan paduan dari unsurunsur besi (Fe), karbon dan silicon (Si) yang mengandung
karbon tak berkaitan dalam bentuk grafit. Nama besi cor kelabu didapat dari tampilan patahan berwarna
kelabu. Besi cor kelabu untuk keperluan otomotif dan konstruksi umum lainnya dibagi menjadi 10 kelas/garde
yang didasarkan pada kekuatan tarik minimumnya.

Kekuatan, kekerasan dan struktur mikro dari besi cor kelabu dipengaruhi oleh beberapa factor seperti
komposisi kimia, desain, cetakan, karakteristik cetakan dan laju pendinginan selama dan setelah pembekuan.
Unsur Cu, Cr, Mo dan Ni seringkali ditambahkan untuk mengatur struktur mikro matriks dan pembentukan
grafit. Selain itu bertujuan untuk meningkatkan ketahanan korosi besi cor kelabu pada beberapa media. Besi
cor kelabu dapat dikeraskan dengan proses quenching dan temperature sekitar 1600F (menjadi getas).
Kombinasi dengan proses temper akan meningkatakan ketangguhan dan menurunkan kekerasannya.
Besi Cor Malleable :
Besi cor ini dihasilkan dari proses perlakuan panas besi cor putih yang memiliki komposisi tertentu. Proses
terbentuknya beis cor putih akibat :
Rendahnya kandungan karbon dan silikon
Adanya unsurunsur pembentuk karbida seperti Cr, Mo dan V
Laju pendinginan dan pembekuan yang tinggi
Pada proses pembuatan besi cor malleable, besi cor putih dipanaskan hingga temperatur diatas temperatur
eutectoid (1700oF) kemudian ditahan hingga beberapa jam dan didinginkan dalam tungku. Proses tersebut
menyebabkan unsure karbon terlarut dalam austenit, mengendap dan membentuk grafit bulat tak beraturan
(irregular nodules of graphite) yang disebut korbon temper. Proses ini akan menghasilkan besi cor malleable
dengan matriks ferit.
Besi Cor Nodular :
Besi cor nodular memiliki komposisi unsure yang sama dengan besi cor kelabu. Unsure tersebut yaitu karbon
dan silikon. Perbedaan besi cor nodular dan kelabu terletak pada bentuk grafit (untuk menghasilkan bentuk
grafit yang berbeda, digunakan proses yang berbeda pula) Pembulatan grafit dicapai karena ditambahkan
unsure Magnesium (Mg) dan Cerium (Ce).
Baja (Baja Cor) :
Salah satu jenis baja adalah baja karbon yaitu paduan besikarbon yang mengandung unsure karbon kurang
dari 1,7 % (beberapa literature menyebutkan kandungan karbon maksimum 2.0 %). Sebagai tambahan selain
karbon, baja cor mengandung :
Silikon (Si) : 0.20 0,70 %
Mangan (Mn) : 0,50 1,00 %
Fosfor (P) : <>
Sulfur (S) : <>

Struktur mikro baja cor yang memiliki kandungan karbon kurang dari 0,8 % (baja hypoeutektoid) terdiri dari
FERIT dan PERLIT. Kadar karbon yang lebih tinggi menambah jumlah perlit. Struktur mikro baja cor yang
memiliki kandungan karbon lebih dari 0,8 % (baja hipereutektoid) terdiri dari SEMENTIT (Fe3C) dan PERLIT.
Kadar karbon yang lebih tinggi menambah jumlah sementit.

Baja cor dengan kadar C=0,20 % diatas diperoleh dari pendinginan didalam tungku dari temperatur 950C
setelah pengecoran. Bagian yang hitam adalah PERLIT dan yang putih adalah FERIT. Sedangkan baja cor
dengan kadar C=0,8 % didinginkan dalam tungku 900 C struktur yang terlihat jelas yaitu PERLIT.
CARBONRISER For FC / FCD and STEEL
SEKILAS TENTANG BAJA DAN BESI COR

Besi tuang atau besi cor sesungguhnya adalah paduan antara baja dan grafit. Baja atau yang dimasyarakat
dikenal dengan nama steel merupakan paduan baja dan karbon dengan kandungan karbon maksimum 2%,
sedangkan pada besi cor kandungan karbonnya antara 2 - 4 %. Grafit yang terbentuk pada besi cor adalah
sebagai akibat penambahan unsur silikon (Si) yaitu sebesar 1 - 3 %. Unsur silikon tersebut akan
mempengaruhi kelarutan karbon dalam cairan besi serta dapat menyebabkan penguraian karbida besi menjadi
besi dan grafit.
Fe3C ----------> 3Fe + C (gr)
Pengaruh unsur silikon sebagai unsur substitusional untuk karbon ini dilukiskan dalam persamaan karbon
equivalen (CE) yaitu sebagai berikut :
CE =-----------> %C + 1/3 (%Si)
Melalui persamaan CE diatas, maka dapat ditentukan pada diagram fasa Fe-C apakah komposisi besi cor
tersebut adalah hypoeutektik atau hipereutektik ( dubawah atau diatas 4.26% CE).
Secara umum besi cor dapat diklasifikasikan menjadi 4 jenis, yaitu :
1. Besi Cor Kelabu
Kandungan % karbon
2. Besi Cor Nodular
Kandungan % karbon
3. Besi Cor Malleable
Kandungan % karbon
4. Besi Cor putih
Kandungan % karbon

2.5 % - 4.0 %
3.0 % - 4.0 %
2.2 % - 2.9 %
1.6 % - 3.6 %

Besi cor kelabu atau besi FC dikenal memiliki keuletan dan kekuatan tarik yang rendah tetapi kekuatan
tekannya tinggi, hal ini disebabkan karena graftnya berbentuk serpih.

Besi cor Nodular atau dikenal dengan FCD mempunyai bentuk grafit bulat, sehingga kekuatannya lebih tinggi
dari besi cor kelabu, besi cor nodular memiliki sifat mekanik yang mirip baja. Sifat besi cor ini adalah kuat dan
cukup ulet.
Besi cor malleable atau besi cor mampu tempa mempunyai grafit berbentuk gumpalan atau mengelompok,
grafit ini tidak tajam dan tidak bulat, dan karenanya besi cor malleable memiliki kekuatan tertentu. Besi cor ini
dihasilkan dari besi cor putih. Sifat dari besi cor malleable adalah cukup kuat dan cukup ulet.
Besi cor putih adalah jenis besi cor yang tidak mempunyai grafit, struktur yang terbentuk adalah karbida besi
dan perlit. Hal ini disebabkan oleh laju pendinginan cepat ataupun karena pengaruh komposisi kimianya. Sifat
dari besi cor ini adalah sangat kuat/keras dan sangat getas.
Dari rangkain tersebut diatas maka dalam proses pembuatan besi baik baja maupun besi cor diperlukan bahan
penambah yang salah satunya adalah karbon.
Pembentukan besi cor ductile sesungguhnya adalah melalui proses pembentukan grafit bulat melalui
penambahan unsur magnesium ( Fe-Si-Mg), pembentukan grafit bulat ini dapat terganggu bilamana adanya
ketersediaan unsur %S yang berlebihan sedemikian hingga Mg akan lebih dulu bereaksi dangan Sulfur
sebelum habis dipakai untuk pembentukan grafit. Karenanya dalam penambahan kadar karbon yang akan kami
bahas kemudian khusus untuk pembuatan besi cor ductile persentasi kandungan sulfur dalam karbon
mendapat perhatian.
GREEN COKE, PETROLEUM COKE, DAN CALCINED PETROLEUM COKE
Carbonriser adalah bahan penambah carbon yang digunakan pada proses peleburan untuk pembuatan besi
atau baja. Scrap yang digunakan sebagai bahan dasar peleburan besi / baja umunya kurang mencapai kadar
karbon yang diinginkan oleh si pembuat (pabrikan) sehingga kekurangan unsur carbon didapat dari
penambahan carbonriser.
Carbon riser berdasarkan kegunaan diproses peleburan besi/baja memiliki tipe yang bermacam macam,
sebagian orang menggolongkan dengan dasar kandungan Fix Carbon ( FC) 80%, 85%, 90%, dan 96%, 99%.
Bisa juga orang menggolongkan dengan kandungan sulfur yaitu low sulfur < 0.1 %, medium sulfur 0.25%
maks dan high sulfur diatas 0. 25 %.
Tipe lain dan untuk kepentingan kualitas sproduk tertentu kita juga mengenal carbon yang low sulfur dan low
nitrogen.
Bahan dasar Carbonriser salah satunya adalah petroleum coke yang berasal darigreen coke hasil proses
destilasi ( penyulingan ) minyak mentah.
Jenis2 Petroleum Coke adalah :
1. Sponge Coke :
dihasilkan dari high resin asphaltene feedstock. Mengandung banyak impurities, low electrical conductivity,
mengandung pori2 yang kecil yang dipisahkan oleh dinding tebal.
2. Shot Coke :
Sihasilkan dari low-resin asphaltene feedstock. Pori2 elpsoidal terdistribusi secara merata. Pori2nya
undirictional dan ketika dipotong melintang minor diameter, struktur coke terlihat jelas.

3. Needle Coke :
Dihasilkan dari highly aromatic thermal tar atau decanted oil feedstocks. Pori2 Undirectional adalah sangat
kecil (very slender), berbentuk elliptical, dan dihubungkan dengan major diameter. Coke dengan sekelilingnya
hampa yang mudah pecah dan setelah pecah membentuk serpihan (splintery) atau sebagian berbentuk jarum.
Carbon riser bisa juga di dapat dari Batubara jenis antrasite. Antrasite merupakan salah satu jenis batubara
yang tidak mempunyai kemampuan untuk membakar jadi satu dan membakar dengan nyala api pendek dan
tidak menimbulkan arang para.
Adapun Jenis2 Batubara selain antrasite adalah sebagai berikut
1. Batubara nyala api
Batu bara nyala api membakar dengan nyala api panjang, yang biasanya banyak mengeluarkan arang para,
batu bara ini cocok digunakan dalam oven nyala api.
2. Batubara tempa
Batubara ini mempunyai daya yang besar jadi cocok digunakan untuk api tempa
3. Batu bara Ketel
Batubara mempunyai cukup kemampuan untuk membakar jadi satu guna mencegah timbulnya batubaraterbang. Oleh karenanya cocok digunakan dalam ketel uap
PETROLEUM COKE
Petroleum coke diperoleh dari 2 reaksi dasar yaitu proses dealkylation dandehidrogenisasi
Dealkylation :
yaitu ketika senyawa dengan berat molekul yang tinggi seperti aspal dan resin berada pada temperature tinggi
dalam cooker unit. Residu Karbon yang dihasilkan memiliki struktur yang tidak beraturan dan berikatan silang
(crosslinked), memiliki kadar karbon yang rendah, hanya terjadi penambahan 8-10 pada bagian umpan
menjadi 20 24 bagian pada petroleum coke. Karakternya tidak baik, bersifat amorf, dan memiliki impurities
tinggi.
Dehydrogenation :
Mekanisasi reaksi yang terjadi bergantung pada dehidrogenisasi heavy oil yang diikuti dengan kondensasi
radikal bebas untuk membentuk senyawa dengan bobot molekul yang lebih tinggi dengan komposisi rasio
karbon dan hydrogen yang tinggi. Bahan dasar petroleum coke dari proses ini memiliki struktur cristalin yang
lebih banyak, memiliki kandungan aspal dan resin yang rendah.
Karenanya bahan dasar untuk membuat carburizer lebih banyak digunakan dari proses dehidrogenisasi
tersebut. Dimana green coke hasil proses ini setelah diproses lebih lanjut dengan proses thermal cracking
akan menghasilkan petroleum coke dilanjutkan dengan proses kalsinasi dan graphitization akan menghasilkan
kualitas carbonriser yang baik.
Carbonriser Petroleum Coke
Artinya carbon yang dihasilkan dari bahan petroleum coke, yaitu padatan hydrocarbon dari oil refinery coker
unit diikuti dengan proses cracking yang lain

Petroleum Coke yang dihasilkan ini memiliki kandungan carbon lebih dari 90 % dan menghasilkan 5-10%
Carbon diaoksida per unit energy lebih tinggi dari batubara bila di bakar.
Petroleum Coke mempunyai kandungan energy yang lebih tinggi dari Coke yang berasal batubara dan bisa
mencapai 80% per satuan berat. Dan perbedaannya ini tergantung juga pada kandungan moisture
(kelembaban) dan Volatile (bahan yang mudah menguap).
Calcined Petroleum Coke
Calcined Petroleum Coke (CPC) adalah product dari proses kalsinasi petroleum coke. Proses kalsinasi ini
hanya bisa terjadi bila petroleum coke berasal dari green coke dengan kandungan metal rendah. Pengertian
kalsinasi berasal dari bahasa latin yaitu calsinare yang artinya membakar kapur. Dalam proses kalsinasi dari
petroleum coke dilakukan untuk proses dekomposisi zat yang mudah menguap ( pelepasan air, Carbon
dioksida, atau gas2 lain yang terikat secara kimiawi) yang terkandung dalam petroleum coke. Proses ini
merupakan reaksi endotermik sehingga membutuhkan suhu tinggi sampai 1600 K. Hasil yang di dapat dari
proses kalsinasi coke ini adalah meningkatnya % karbon hingga 97% . Mengurangi % sulfur hingga 0.45 %
dan mengurangi bahan mudah menguap atau VM( Volatile Mater).
Pada tahap ini carbonriser petroleum coke yang dimiliki oleh PT. Karya Prima Mandiri sudah memiliki kualitas
yang bagus untuk digunakan sebagai bahan penambah kadar karbon dalam peleburan besi, dimana kelarutan
carbon sangat baik dan recoverynya tinggi. Kandungan % sulfur sekitar 0.45 0.5 %, carbonriser jenis ini
hanya cocok untuk produksi FC (Feritic Carbon) dan tidak cocok digunakan untuk produksi FCD
( Feritic Carbon Ductile) dimana ketersediaan sulfur yang tinggi menghambat pembentukan grahite bulat.
Agar CPC ini bisa digunakan untuk produksi FCD maka perlu proses lanjutan kalsinasi yaitu proses
pemerolehan kembali sulfur ( Sulphur Recovery ) atau prosesHydrodesulfurization
Setelah mengurangi sulfur hingga dibawah 0.25% maka Carbon riser CPC yang telah dihasilkan ini dapat
digunakan untuk penambah carbon pada pengecoran besi FCD. Sulfur yang rendah ini memungkinkan proses
pembentukan graphite bulat dapat tercapai.
Karenanya kami PT. Karya Prima Mandiri mempunyai Carbonriser berdasarkan kebutuhan yang spesifik pada
masing2 pabrikan, yaitu Carburiser berbahan dasar antrasite untuk Fix carbon 80% dan 85%, Fix carbon 90%
petroleum coke dan yang mempunyai Fix Carbon 97% yaitu tipe Calcined Petroleum Coke yang dapat
digunakan untuk Steel, pengecoran besi tuang kelabu maupun untuk besi tuang nodular.
Beberapa tipe tersebut antara lain sebagai berikut :
1.Specification CARBORISER PC-9001
(Calcined Petroleum Coke)
Typical Analysis

Grain Size
Packing

:
FC
S
Ash
V.M
Moisture
Densitty
Bulk Density

: 96.8 %
: 0.45 %
: 0.1 %
: 1.4 %
: 1.8 %
: 1.57 g/cc
: 0.58 g/cc

: 1 4 mm 96% Min
: 25 Kgs/bags

2. Specification CARBONRISER PC9002


(Calcined Petroleum Coke)
Typical Analysis

Grain Size
Packing

:
FC
S
Ash
V.M
Moisture
Density
Bulk density

: 96.7 %
: 0.21 %
: 0.6 %
: 1.0 %
: 1.7 %
: 1.76 g/cc
: 0.61 g/cc

: 1 5 mm 90 % Min
: 25 kgs/bags

Anda mungkin juga menyukai