B. RUMUSAN MASALAH
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
3.
4.
5.
6.
7.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Sex, Seksualitas, Kebutuhan Seksual, dan Kesehatan Seksual
1. Sex
Seks adalah alat kelamin, mengacu pada sifat-sifat biologis yang secara kasat
mata berbentuk fisik yang mendefinisikan manusia sebagai perempuan atau laki-laki.
Istilah seks seringkali diartikan sebagai kegiatan seksual tetapi dalam konteks
perbincangan tentang seksualitas seks diartikan sebagai jenis kelamin. Penggolongan
jenis kelamin:
a. Laki-laki.
b. Perempuan.
c. Interseks (seseorang memiliki karakteristik jenis kelamin laki-laki dan perempuan).
Seks, dari bahasa Inggris sex, dalam bahasa Indonesia memiliki paling tidak dua
makna:
1. Jenis kelamin, kelas-kelas dalam dimorfisme seksual (sexual dimorphism) akibat
adanya sistem penentuan kelamin pada organisme.
2. Kegiatan yang berkaitan dengan manipulasi organ kelamin, khususnyahubungan
seksual; namun dapat juga sesuatu yang mengarah pada hal tersebut
(seperti masturbasi dan petting).
2. Seksualitas
Pengertian seksualitas tidak bisa begitu saja diwakili oleh sebuah kalimat yang bisa
langsung menjelaskan tentang makna dari seksualitas tersebut. Berikut ini bisa
membantu kita memaknai seksualitas:
a. Salah satu aspek dalam kehidupan manusia sepanjang hidupnya yang
berkaitan dengan alat kelaminnya. Seksualitas dialami dan diungkapkan dalam pikiran,
khayalan, gairah, kepercayaan, sikap, nilai, perilaku, perbuatan, peran dan hubungan.
b. Seksualitas lebih dari sekedar perbuatan seksual atau siapa melakukan
apa dengan siapa.
c. Seksualitas merupakan salah satu bagian dari kehidupan seseorang, bukan
keseluruhannya.
3. Kebutuhan Seksual
B.
Kebutuhan adalah suatu keadaan yang ditandai oleh perasaan kekurangan dan
ingin diperoleh sesuatu yang akan diwujudkan melalui suatu usaha atau tindakan
(Murray dalam Bherm, 1996)
Kebutuhan Seks (Sex Needs), yaitu kebutuhan pelampiasan dorongan seksual,
bagi mereka yang sudah matang fungsi biologisnya. Kebutuhan akan seks bagi
manusia sudah ada sejak lahir. Seks tergolong dalam kebutuhan primer yang sama
dengan kebutuhan: makan, minum, mandi, berpakaian, tidur, bangun, bekerja, buang
air besar, atau buang air kecil. Aktiviats-aktivitas rutin ini dilakukan setiap manusia
sepanjang hidup. Orang bisa berpuasa tetapi dalam batas waktu tertentu. Dan itulah
yang disebut dengan kebutuhan seks.
Kebutuhan seksual adalah kebutuhan dasar manusia berupa ekspresi perasaan dua
orang individu secara pribadi yang saling menghargai memperhatikan, dan menyayangi
sehingga terjadi hubungan timbal balik antara kedua individu tersebut ( Alimut , 2006)
Tinjauan Seksual pada beberapa aspek
a.Aspekbiologis
Aspek ini memandang dari segi biologi seperti pandangan anatomi dan fisiologi dari
sitem reproduksi (seksual), kemampuan organ seks dan adanya hormonal dari sistem
syaraf yang berfungsi atau berhubungan dengan kebutuhan seksual b.AspekPsikologis
Aspek ini merupakan pandangan terhadap identitas jenis kelamin, sebuah perasaan
dari diri sendiri terhadap kesadaran identitasnya, serta memandang gambaran seksual
atau bentuk konsep diri yang lain.
iii.AspekSosialBudaya
Aspek ini merupakan pandangan budaya atau keyakinan yang berlaku di masyarakat
terhadap kebutuhan seksual serta perlakuanya di masyarakat.
1. Pertimbangan Perkembangan
Proses perkembangan manusia mempengaruhi aspek psikososial, emosional
dan biologik kehidupan yang selanjutnya akan mempengaruhi seksualitas individu
Hanya aspek seksualitas yang telah dibedakan sejak fase konsepsi
2. Kebiasaan Hidup Sehat dan Kondisi Kesehatan
Tubuh, jiwa dan emosi yang sehat merupakan persyaratan utama untuk dapat
mencapai kepuasan seksual
Trauma atau stress dapat mempengaruhi kemampuan individu untuk melakukan
kegiatan atau fungsi kehidupan sehari-hari yang tentunya juga mempengaruhi ekspresi
seksualitasnya, termasuk penyakit
Kebiasaan tidur, istirahat, gizi yang adekuat dan pandangan hidup yang positif
mengkontribusi pada kehidupan seksual yang membahagiakan
3. Peran dan Hubungan
Kualitas hubungan seseorang dengan pasangan hidupnya sangat
mempengaruhi kualitas hubungan seksualnya
Cinta dan rasa percaya merupakan kunci utama yang memfasilitasi rasa nyaman
seseorang terhadap seksualitas dan hubungan seksualnya dengan seseorang yang
dicintai dan dipercayainya
dirinya sendiri, dan belajar untuk tidak mempercayai orang lain, serta memandang
dunia sebagai tempat yang mengancam. Efek penolakan pada fase oral akan
membentuk anak menjadi pribadi yang penakut, tidak aman, haus akan perhatian, iri,
agresif, benci, dan kesepian.
2) Tahap anal(1-3 tahun)
Interaksi melalui fungsi pembuangan isi perut(anal) dan memperoleh
kesenangan melalui aktivitas-aktivitas pembuangan. Pada fase anal anak banyak
berhadapan dengan tuntutan-tuntutan orangtua, terutama yang berhubungan dengan
toilet training, dimana anak memperoleh pengalaman pertama dalam hal
kedisiplinan. Fiksasi pada tahapan ini menyebabkan anak mengembangkan
kepribadian anal, yakni menjadi orang yang sangat menekankan kepatuhan,
konformitas, keteraturan, menjadi kikir, dan suka melawan atau memberontak. Tugas
perkembangan pada fase ini adalah anak harus belajar mandiri, dan belajar mengakui
dan menangani perasaan-perasaan negatif. Banyak sikap terhadap fungsi tubuh sendiri
yang dipelajari anak dari orangtuanya. Selama fase anal anak akan mengalami
perasaan-perasaan negatif seperti benci, hasrat merusak, marah, dan sebagainya,
namun mereka harus belajar bahwa perasaan-perasaan tersebut bisa diterima. Hal
penting lain yang harus dipelajari anak adalah bahwa mereka memiliki kekuatan,
kemandirian, dan otonomi.
3) Tahap palis(3-5 tahun)
Pada fase ini anak laki-laki dan perempuan senang menyentuh
(mengeksploitasi) organ kelaminnya untuk memperoleh kesenangan sambil melakukan
fantasi-fantasi seksual. Anak laki-laki mengembangkan fantasi seksual dengan ibunya
disebut oedipus complex dan anak perempuan mengembangkan fantasi seksual
dengan ayahnya disebut electra complex. Jika konflik oedipal ini tak terpecahkan, anak
laki-laki aka berkembang menjadi homoseksual atau heteroseksual sedangka anak
perempuan akan menjadi wanita genit penggoda pria atau lesbian.. Fase Phalic juga
merupakan periode perkembangan hati nurani, dimana anak belajar mengenai standarstandar moral. Selama fase ini anak perlu belajar menerima perasaan seksualnya
sebagai hal yang alamiah dan belajar memandang tubuhnya sendiri secara sehat.
Mereka membutuhkan contoh yang memadai bagi identifikasi peran seksual, untuk
mengetahui apa yang benar dan salah, serta apa yang maskulin dan feminin, sehingga
mereka memperoleh perspektif yang benar tentang peran mereka sebagai anak laki-laki
atau anak perempuan.
4) Tahap laten(6-12 tahun)
Pada tahap ini anak laki-laki dan anak perempuan menekankan semua isu-isu
oedipal dan kehilangan minat seksualnya. Sebaliknya, mereka mulai melibatkan dirinya
ke dalam kelompok bermain yang terdiri atas anak-anak lain dari jenis kelamin yang
sama, baik kelompok yang kelompok yang bersifat full male atau full female.Namun
berkurangnya perhatian pada masalah seksual itu bersifat laten dan masih akan terus
memberikan pengaruh pada tahap perkembangan kepribadian berikutnya.
5) Tahap genital(12 tahun keatas)
Fase genital dimulai pada usia 12 tahun, yaitu pada masa remaja awal dan
berlanjut terus sepanjang hidup. Pada fase ini energi seksual anak mulai terarah
kepada lawan jenis bukan lagi pada kepuasan diri melalui masturbasi, dan anak mulai
mengenal cinta kepada lawan jenis.
Ketika memasuki masa pubertas anak-anak mulai tertarik satu sama lain dengan lawan
jenisnya dan menjadi manusia yang lebih matang. Mereka saling mengembangkan
afeksi (hubungan) dan minat-minat seksual, cinta, dan bentuk-bentuk keterikatan yang
lain.
D. Perilaku seksual
Seks merupakan suatu kebutuhan yang juga menuntut adanya pemenuhan yang
dalam hal penyalurannya manusia mengekspresikan dorongan seksual ke dalam
bentuk perilaku seksual yang sangat bervariasi.
Perilaku seksual menurut Sarwono (2010:174) adalah segala tingkah laku yang
didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Bentukbentuk tingkah laku ini dapat beraneka ragam, mulai dari perasaan tertarik hingga
tingkah laku berkencan, bercumbu dan senggama. Objek seksualnya bisa berupa orang
lain, orang dalam khayalan atau diri sendiri. Nevid, dkk., 1995 (dalam Amalia, 2007:28)
mendefinisikan perilaku seks sebagai semua jenis aktifitas fisik yang menggunakan
tubuh untuk mengekspresikan perasaan erotis atau perasaan afeksi. Sedangkan
perilaku seks pra nikah sendiri adalah aktifitas seksual dengan pasangan sebelum
menikah pada usia remaja (Cavendish, 2009:663) Beberapa tahapan-tahapan dari
perilaku seksual yang biasanya dilakukan, dimana tahapan selanjutnya adalah lebih
berat sifatnya dan semakin mengarah pada perilaku seksual. Tahapan-tahapan tersebut
adalah (London; 1978 dalam Amalia,2007:29):
1.
3.
Oral Seks : merupakan aktivitas seksual dengan cara memaukan alat kelamin ke
dalam mulut lawan jenis.
Petting : merupakan seluruh aktivitas non intercourse (hingga menempelkan alat
kelamin).
Intercourse : merupakan aktivitas seksual dengan memasukan alat kelamin laki-laki ke
dalam alat kelamin wanita.
E. Kegiatan atau aktivitas seksual
Keseksualan jantina berbeza
Keseksualan jantina berbeza melibatkan dua orang daripada jantina yang berbeza. Orangorang yang hanya melakukan seks jantina berbeza tidak semestinya akan mengenal diri
sebagai heteroseksual, walaupun (berbeza
dengan homoseksual yang melakukan seks sama jantina) kebanyakan takrif
"heteroseksual" merangkuminya antara tahap-tahap kegiatan, kekerapan, dan minat yang
berbeza-beza.
Sebaliknya,
mereka
mungkin
akan
mengenal
diri
sebagai
heteroseksual,dwiseksual, atau aseksual. Serupa juga, seseorang yang mengamalkan
kedua-dua tabiat seks sama jantina dan seks jantina berbeza mungkin akan mengenal diri
sebagai homoseksual, lesbian, dwiseksual, heteroseksual, atau aseksual.
Walaupun seringnya dikaitkan dengan homoseksual lelaki, seks dubur merupakan suatu
amalan seks jantina berbeza yang kekadang dilakukan kerana dubur adalah "lebih ketat"
berbanding dengan faraj dan oleh itu, lebih disukai oleh sebilangan heteroseksual semasa
penembusan; selain itu, banyak orang juga suka melanggar pantang larang seks
kebudayaan. Seks dubur tidak disarankan sebagai suatu kaedah kawalan kelahirankerana
masih terdapat setakat kemungkinan (walaupun amat kecil) untuk air manimemasuki faraj.
Seks dubur jantina berbeza juga sering diamalkan oleh wanita yang menembuskan lelaki
dengan dildo ikat, suatu amalan yang dikenali sebagai "pegging atau "memasak" di barat.
Amalan seks jantina berbeza dibatasi oleh undang-undang di Amerika Syarikat serta di
banyak negara yang lain. Undang-undang perkahwinan Amerika Syarikat bertindak untuk
menggalakkan orang-orang melakukan persetubuhan hanya dalam perkahwinan. Undangundang liwat diperlihatkan sebagai menggalakkan persetubuhan antara jantina yang
berbeza. Undang-undang juga mengharamkan orang-orang dewasa daripada
melakukan penganiayaan seks, melakukan kegiatan seks dengan orang-orang yang masih
belum cukup umur, melakukan kegiatan seks di tempat awam, serta melakukan kegiatan
seks sebagai suatu perdagangan (pelacuran). Walaupun kesemua undang-undang ini juga
merangkumi kegiatan seks sama jantina, undang-undang itu berbeza dari segi hukuman,
dan hanya atau lebih kerapnya dikuatkuasakan pada kegiatan seks sama jantina. Undangundang juga mengawal penerbitan dan penontonan fonografi, termasuk fonografi seks
jantina berbeza.
Pemikatan, atau dating, ialah proses yang sesetengah orang menggunakan untuk mencari
pasangan seks atau jodoh yang berpotensi. Di kalangan remaja heteroseksAmerika
Syarikat (biasanya daripada kelas menengah) pada pertengahan abad ke-20, "dating" ialah
sesuatu yang dibuat oleh seseorang dengan sebilangan orang yang lain sebelum memilih
salah satu daripada mereka, baik untuk bersetubuh, berkahwin, atau kedua-dua.
Amalan seks jantina berbeza boleh mengambil bentuk monogami, monogami bersiri,
atau poliamori, dan bergantung kepada takrif amalan seks, boleh merangkumi
jugapenghindaran bersetubuh serta autoerotisisme (termasuk pelancapan).
Berbagai-bagai gerakan moral dan politik telah berjuang untuk perubahan-perubahan
dalam amalan seks jantina berbeza, termasuk pemikatan dan perkahwinan, sungguhpun
Fase 1: Perangsangan
Secara umum karakteristiknya adalah tahap ini bisa berlangsung dari hanya beberapa
menit sampai bahkan beberapa jam, termasuk di dalamnya:
Meningkatnya tekanan otot-otot
Denyut jantung yang semakin cepat dan nafas yang memburu
Kulit yang menjadi memerah (terkadang timbul semburat merah di sekitar dada
dan punggung)
Puting yang mengeras
Aliran darah menuju organ genital yang meningkat, yang berakibat klitoris
dan labia minora (bibir vagina dalam) pada wanita menjadi basah serta penis pria
menegang.
Organ intim (vagina) wanita secara umum menjadi basah.
Payudara menjadi tegang dan seakan-akan penuh serta organ intim wanita
merekah.
Testis pria akan mengembang dan scrotum akan penuh cairan yang siap
dikeluarkan.
Fase 2: Dataran tinggi (plateau)
Karakteristiknya adalah kelanjutan dan titik sebelum terjadinya orgasme yang ditandai
dengan:
Organ intim wanita yang semakin mengembang karena meningkatnya aliran
darah serta perubahan kulit sekitar organ intim menjadi ke-ungu-an dan menjadi lebih
gelap.
Klitoris yang menjadi semakin sensitif (bahkan terkadang nyeri bila disentuh) dan
terkadang kembali masuk tertutup klitoris untuk menghindari perangsangan oleh penis.
Napas, denyut jantung dan tekanan darah yang terus meningkat
Otot mengejang di kaki, muka dan tangan
Tekanan otot meningkat
Fase 3: Orgasme
Orgasme adalah puncak dari siklus rangsangan seksual. Fase ini adalah fase
terpendek dan umumnya hanya berlangsung selama beberapa detik saja. Tandatandanya antara lain:
Kontraksi otot yang tak beraturan dan tidak terkontrol
Teakan darah, denyut jantung dan nafas berada dalam kondisi puncak dengan
kebutuhan oksigen yang masimal.
Otot sekitar kaki yang mengejang penuh.
Pada wanita organ intim akan berkontraksi, rahim akan terus berkontraksi.
Pada pria, kontraksi ritmis otot pada pangkal penis akan mengakibatkan
ejakulasi dan pengeluaran semen.
Gerakan tubuh tak beraturan akan berlanjut dan keringat akan cenderung keluar
dari pori-pori tubuh.
Fase 4: Resolusi
Selama fase ini, tubuh akan kembali pada kondisi normal. Bagian-bagian tubuh yang
mengembang dan pmeregang lambat laun akan kembali normal pada ukuran dan
warna semula. Tahap ini juga ditandai dengan perasaan puas oleh pasutri, keintiman
dan bahkan kelelahan.
Beberapa wanita mampu melanjutkan fase orgasme tersebut dengan sedikit
rangsangan dan inilah yang disebut sebagai multiple orgasm. Sebaliknya pri
memerlukan waktu setelah orgasme yang disebut dengan periode refraksi, dimana
pada waktu ini pria tidak akan mampu orgasme lagi. Periode refraksi ini berlangsung
berbeda-beda pada pria, biasanya semakin tua umur maka periode refraksi ini akan
berlangsung makin lama.
G. SEKS PADA IBU HAMIL
Hal pertama yang dibahas, apakah seks aman dilakukan pada waktu hamil?
Yang dimaksud aman disini tentunya adalah keamanan buat si jabang bayi karena seks
yang dilakukan pada waktu hamil tidak hanya melibatkan kedua pasangan namun juga
pihak ketiga yaitu si jabang bayi. Untuk itu, hal pertama yang harus kita tahu adalah sudah
sampai memasuki stadium mana kehamilan tersebut.
Kehamilan yang tidak beresiko jika dilakukan hubungan seks adalah kehamilan yang
mempunyai resiko kecil untuk terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti keguguran
ataupun kelahiran prematur.
Aktivitas seks pada masa kehamilan tidaklah menjadi sebuah keharusan, namun terkadang
ibu membutuhkan suatu fluktuasi hormonal pada waktu ia mengandung. Akan tetapi,
banyak wanita hamil yang merasa tidak nyaman dalam berhubungan seksual karena
tubuhnya yang membesar. Kebanyakan wanita kehilangan sensasi berhubungan seksual
pada saat tingkat kehamilan akhir karena sudah memasuki masa untuk melahirkan dan
persiapan menjadi orang tua baru.
Perlu pembicaraan yang intensif mengenai cara berhubungan seks seperti berciuman,
pelukan yang tidak mengganggu, ataupun posisi yang nyaman diantara pasangan tersebut.
Hubungan seks yang tidak aman dan pantang dilakukan
Ada hal yang pantang dilakukan dalam hubungan seks di masa kehamilan:
Meniup udara ke dalam vagina pada saat melakukan oral seks. Udara yang
ditiupkan dapat menyebabkan terjadinya emboli udara yang berbahaya buat ibu dan si
jabang bayi.
Riwayat premature (lahir sebelum usia kehamilan 37 minggu) atau gejala yang
menunjukkan terjadinya kelahiran premature seperti kontraksi uterus
Pendarahan dalam vagina yang tidak bisa dicari penyebabnya
Cairan amnion (cairan yang melindungi bayi dari trauma) yang kurang
Plasenta previa (kondisi dimana plasenta menutup serviks/jalan lahir)
Serviks yang lemah dan dilatasi premature
Kehamilan kembar
Jika tidak terdapat hal-hal diatas, pasangan yang membutuhkan hubungan seksual dapat
tetap melakukannya karena pada dasarnya seks pada waktu hamil tidak akan mengganggu
janin. Janin dilindungi oleh banyak barrier seperti kantong amnion (kantong yang
menampung cairan amnion dan janin), dinding yang tebal, lapisan mukus tebal yang
mampu melawan infeksi.
Pada saat berhubungan seksual, penis akan kontak dengan janin. Orgasme tidak akan
mengganggu kehamilan karena kontraksi yang terjadi pada waktu orgasme berbeda
dengan kontraksi pada saat kelahiran. Semen mempunyai zat kimia yang mampu
menstimulasi kontraksi sehingga bisa berakibat terjadinya kehamilan premature. Jadi, jika
tidak ada pemenuhan kebutuhan seks yang mendesak sebaiknya seks tidak dilakukan
pada waktu kehamilan.
Pada wanita yang mempunyai riwayat Penyakit PPI, hindari hubungan sexual/
orgasme/manipulasi
putting
susu,atau
gunakan
kondom
Pertanyaannya adalah Bagaimana Posisi yang baik selama kehamilan ?
Beberapa posisi yang baik dianjurkan untuk kehamilan adalah :
Women on top (she goes up)
Side ways (down side)
Spooning (man behind women, rear entry)
Rear entry (dog style)
Edge of the bed
Beberapa variasi yang bisa dicoba :
Sitting Position
Hands and knees position
Side lying, knee pull up position
Women on Top.
Keuntungan :
Kendali pada wanita
Rangsang klitoris lebih baik
Daya penetrasi bisa diatur
Kerugian :
Kurang nyaman bagi pria penetrasi tidak maksimal
Kurang mesra kontak tubuh kurang
SPOONING (tempel sendok).
Keuntungan :
Kontak fisik banyak
Penetrasi baik dan perlahan
Nyaman bagi yang bermasalah dengan sendi panggul
Kerugian :
Daya ungkit kurang
Kurang bebas bergerak
Side by side.
Keuntungan :
Kontak fisik lebih banyak
Nyaman atasi masalah panggul
Penetrasi kurang
Kerugian :
Daya dorong kurang
Kurang bebas
Rear Entry (Dog Style ).
Keuntungan :
Paling banyak disukai
Rangsang G-Spot paling baik
Daya penetrasi tinggi
Kerugian :
Nyeri lutut
Kurang mesra tidak berhadapan
Edge of the bed .
Keuntungan :
Wanita lebih relaks, nyaman
Hindari rasa lelah
Kerugian :
Pria lebih aktif kontrol kurang
Terbentur sisi tempat tidur perlu bantal penyangga
Beberapa petunjuk aman untuk berhubungan seksual :
Penetrasi penis yang dalam tidak boleh membuat ibu tidak nyaman.
Tidak diperbolehkan untuk vaginal douching
Pengertian dan empati
Hindari bila ada Pecah ketuban,perdarahan,atau kontraksi rahim.
Pada HIV gunakankondom
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kebutuhan Seks (Sex Needs), yaitu kebutuhan pelampiasan dorongan seksual, bagi
mereka yang sudah matang fungsi biologisnya. Kebutuhan akan seks bagi manusia
sudah ada sejak lahir. Seks tergolong dalam kebutuhan primer yang sama dengan
kebutuhan: makan, minum, mandi, berpakaian, tidur, bangun, bekerja, buang air besar,
atau buang air kecil. Kegiatan pemenuhan kebutuhan seksualitas ini dapat dilakukan
dengan berbagai perilaku dan kegiatan seksualitas dan apabila tidah terpenuhi maka
akan timbul penyimpangan seksual. .
B. Saran
Untuk mahasiswa
Semoga makalah ini dapat menjadi referensi bagi mahasiswa yang ingin membuat
makalah tentang sex serta dapat menambah wawasan bagi mahasiswa
Untuk dosen pengajar
Bagi dosen pengajar saya hanya ingin menyampaikan satu hal bahwa dalam
memberikan sebuah tugas tolong diberikan arahan kepada mahasiswa agar terjadi
kesalahan dalam pembuatan makalah
Untuk pemerintah
Dengan dibuatnya makalah ini pemerintah sadar akan pentingnya pengetahuan
seksualitas bagi pendidikan generasi muda dan bisa membuat sebuah program
pembelajaran mengenai sex
DAFTAR PUSTAKA
http://metroaktual.com/read/bagaimana-cara-memuaskan-diri-ketika-suami-tak-bisamemenuhi-kebutuhan-sex.html
http://id.shvoong.com/exact-sciences/biology/2137653-pengertian-sex-di-matadunia/#ixzz1qHeMSOH4
Crain, W. 1992Theorist of Development Concept and Applications. 3th ed. New York:
Engle Wood Cliffs
Wahyudi,K.2000.Kesehatan Reproduksi Remaja. Lab Ilmu Kedokteran Jiwa FK UGM
Jogjakarta.
Purnawan, I. 2004. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Pada Anak
Jalanan di Stasiun Kereta Api Lempuyangan Jogjakarta. Program Studi Ilmu
Keperawatan, Fakultas Kedokteran UGM
http://sexarts.blogspot.com/2008/03/pengertian-sex-secara-sehat.html
http://yoedhasflyingdutchman.blogspot.com/2010/04/asuhan-keperawatan-pasiendengan_1094.html
Darminto Eko, 2007, Teori-Teori Konseling, Unesa University Press, Surabaya.
Alwisol, 2009, Psikologi Kepribadian, UMM Press, Malang
http://www.zonependidikan.co.cc/2010/05/konseling-psikoanalisa.html
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/07/14/terapi-realitas
http://www.drjaka.com/2010/02/banyak-pertanyaan-dari-pasangan-suami.html
http://pondokibu.com/6234/posisi-seks-aman-untuk-ibu-hamil/
Diposkan oleh Aswan Si Arseven di 23.26
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest