Oleh :
Indah Ratnasari
NIM. R0007049
25
PENGESAHAN
dengan peneliti :
Indah Ratnasari
NIM. R0007049
Pembimbing I
Pembimbing II
dengan peneliti :
Indah Ratnasari
NIM. R0007049
Oleh :
Pembimbing Lapangan
(Ir. M. Natsir)
Corporate HSE Manager
ABSTRAK
Kata kunci
Pustaka
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah, rahmat,
karunia, kesehatan, kekuatan dan kemudahan dalam pelaksanaan Praktek Kerja
Lapangan (PKL) serta penyusunan laporan khusus dengan judul Implementasi
Safety and Hazard Observation Card (SHOC) sebagai Langkah Awal
Pelaksanaan Identikasi Bahaya di PT Gunanusa Utama Fabricators
Banten.
Laporan ini disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan studi di Program
Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret Surakarta. Di samping itu kerja praktek ini dilaksanakan untuk
menambah wawasan guna mengenal, mengetahui dan memahami mekanisme
sehingga mampu mengaplikasikan teori yang diperoleh.
Dalam pelaksanaan magang dan penyusunan laporan ini penulis telah
dibantu dan dibimbing oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. A.A Subiyanto, dr.,MS selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bapak Putu Suriyasa, dr., MS, PKK, Sp.OK selaku Ketua Program Diploma
III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Bapak Sumardiyono, SKM, M. Kes. selaku pembimbing I dan Ibu Live
Setyaningsih, SKM selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan
dan saran selama melakukan penelitian dan dalam penyusunan laporan.
4. Bapak M. Natsir selaku Corporate HSE Manager yang telah memberikan ijin
untuk melaksanakan kerja praktek dan memberikan pengarahan kepada
penulis selama melakukan kegiatan kerja praktek dan penelitian di PT.
Gunanusa Utama Fabricators.
5. Bapak Adi Tristiyanto, Bapak Sabrawi dan Bapak Haris yang telah
memberikan bimbingan serta bersedia menemani observasi ke lapangan.
6. Semua karyawan HSE Departemen PT. Gunanusa Utama Fabricators yang
telah memberikan bimbingan bantuan kepada penulis.
7. Bapak, Ibu, Kakak dan Adik-adikku yang tidak henti-hentinya memberikan
doa dan kasih sayang kepada penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan
kewajiban dengan baik.
8. Teman-teman Hiperkes dan Keselamatan Kerja Angkatan 2007 serta semua
pihak yang telah memberikan bantuan dalam menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun laporan ini masih banyak
kekurangan, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan
kesempurnaan laporan ini.
Indah Ratnasari
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.....................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................
ii
iii
ABSTRAK ....................................................................................................
iv
DAFTAR ISI.................................................................................................
vii
DAFTAR TABEL.........................................................................................
ix
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................
xi
A. ......................................................................................... Tinjaua
n Pustaka ..................................................................................
B. ......................................................................................... Kerang
ka Pemikiran.............................................................................
20
21
A. ......................................................................................... Metod
ologi Penelitian ........................................................................
21
B. ......................................................................................... Lokasi
Penelitian..................................................................................
21
C. ......................................................................................... Objek
dan Ruang Lingkup Penelitian .................................................
21
D. ......................................................................................... Sumbe
r Data........................................................................................
22
E. ......................................................................................... Teknik
Pengumpulan Data ...................................................................
22
F. ......................................................................................... Pelaksa
naan ..........................................................................................
23
G. ......................................................................................... Analisa
Data ..........................................................................................
24
25
A. ......................................................................................... Hasil
Penelitian..................................................................................
25
B. ......................................................................................... Pemba
hasan.........................................................................................
43
50
A. Kesimpulan ..............................................................................
50
B. Implikasi...................................................................................
51
C. Saran.........................................................................................
52
54
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.
20
Gambar 2.
31
Gambar 3.
35
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Lampiran 2.
Lampiran 3.
Lampiran 4.
Lampiran 5.
Lampiran 6.
BAB I
PENDAHULUAN
memprihatinkan kita pada saat era industrialisasi dan dalam rangka menyongsong
Era Globalisasi antara lain : robohnya jembatan layang di Tomang, jembatan
layang di Ancol, konstruksi baja di Cilacap, jatuhnya tenaga kerja dari ketinggian
di Taman Anggrek dan sebagainya yang mengakibatkan korban jiwa tenaga kerja,
rusaknya peralatan dan terlambatnya proses pembangunan yang kesemuanya itu
menimbulkan kerugian yang sangat besar. Salah satu kendala dalam era
globalisasi yang akan datang adalah masalah K3, karena K3 merupakan salah satu
unsur persyaratan dalam produk jasa maupun barang-barang produksi. Oleh sebab
itu Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan salah satu usaha perlindungan
tenaga kerja yang penting dalam pengembangan sumber daya manusia untuk
mendukung peningkatan kualitas maupun produktivitas. Masalah-masalah yang
sering ditemui di bidang jasa konstruksi umumnya adalah tentang :
1. Kualitas sumber daya manusia yang rendah, hal ini disebabkan karena kurang
lebih 68% tenaga kerja mempunyai latar belakang pendidikan SD dan jarang
mengikuti pelatihan-pelatihan yang berhubungan dengan K3.
2. Peralatan kerja seperti pesawat angkat angkut, mesin penggali dan peralatan
bantu lainnya kurang ergonomis dengan pekerja, mesin dan alat-alat bantu lain
belum disertifikasi.
3. Tenaga kerja khusus crane operator, mobile crane, forklift, scaffolder, welder
dan sebagainya belum mengikuti pelatihan sebagaimana ketentuan dalam
peraturan perundang-undangan atau belum disertifikasi keahliannya.
4. Kecepatan perkembangan IPTEK tidak dapat diimbangi pendidikan formal
dan pelatihan dan pelatihan yang ada.
5. Tingkat kesadaran dan disiplin kerja tenaga kerja masih rendah terutama
terhadap penggunaan alat pelindung diri yang diwajibkan dan pada
pengoperasian mesin dan pesawat tidak mengikuti prosedur yang sudah
ditetapkan.
kurangnya
peraturan
perundang-undangan
sebagai
peraturan
perkembangan
IPTEK
yang
semakin
cepat
berkembang
bahaya
perlu
dikendalikan
untuk
mengurangi
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat dirumuskan
permasalahan, Bagaimana implementasi Safety and Hazard Observation Card
(SHOC) sebagai langkah awal identifikasi bahaya di PT. Gunanusa Utama
Fabricators Banten?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan
memahami sistem implementasi SHOC sebagai alat identifikasi bahaya yang
dilakukan oleh pekerja di PT. Gunanusa Utama Fabricators Banten.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Tempat Kerja
Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1970, tempat kerja ialah tiap
ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga
kerja bekerja, atau sering dimasuki kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana
terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya. Termasuk tempat kerja ialah semua
ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian
atau yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut.
pembangunan,
perbaikan,
perawatan,
pembersihan
atau
ke
tempat
yang
berbeda-beda.
Misalnya,
harus
memasuki
datang
dengan
tiba-tiba
dan
tak
terduga,
yang
biasanya
b)
kecelakaan tersebut, semua kejadian tadi dapat kita ungkap dengan teori yang
diperkenalkan oleh International Loss Control Institute (ILCI), teori ini mampu
c. Penyebab Langsung
Dengan adanya penyebab dasar akan membuka peluang munculnya
penyebab langsung dari kecelakaan. Heinrich menyebutkan bahwa 88 %
kecelakaan disebabkan tindakan tidak aman, 10 % disebabkan kondisi tidak aman,
dan 2 % karena kondisi yang tidak dapat disebutkan.
1) Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action)
Tindakan tidak aman yaitu cara kerja yang tidak sesuai dengan prosedur kerja
yang aman meliputi :
a) Menjalankan sesuatu peralatan tanpa ijin.
b) Gagal mengingat/mengamankan
c) Menjalankan sesuatu perlatan dengan kecepatan yang tidak sesuai
d) Tidak menggunakan alat-alat Keselamatan Kerja
e) Menggunakan alat-alat yang rusak.
f) Menggunakan peralatan dengan cara yang tidak benar
g) Tidak menggunakan alat pelindung diri (APD)
h) Cara memuat/ membongkar yang tidak benar
i) Cara mengangkat yang tidak benar
j) Posisi yang tidak betul
k) Merawat peralatan yang sedang bergerak
l) Ugal-ugalan
m)Mabuk atau dalam pengaruh narkotika (Syukri Sahab, 1997).
2) Kondisi Tidak Aman (Unsafe Condition)
5) Terpeleset,
6) Beban berlebih,
7) Terkena akan : aliran listrik, panas, dingin, radiasi, bahan kimia, kebisingan,
bahan beracun (Syukri Sahab, 1997).
e. Kerugian
Pada akhir rangkaian-rangkaian tersebut akan menyebabkan kerugian,
baik pada manusia, peralatan, material dan lingkungan. yang dapat mempengaruhi
kualitas produksi serta keselamatan dan kesehatan kerja. Sedangkan kerugian
yang diakibatkan oleh kecelakaan yang terjadi bagi perusahaan antara lain :
fisik. Kecelakaan ini bukan LTA dan bukan RAC namun memerlukan perawatan
professional dari dokter. Perawatan dari dokter tidak menyebabkan NDL jika
dokter hanya memberikan perawatan P3K atau melakukan prosedur diagnose
(seperti : Pemeriksaan laboratorium, X-rays, dan sebagainya) atau mengopname
korban untuk keperluan observasi.
d. Reportable Injury
Semua kecelakaa fatal, LTA, RAC, dan NDL harus diadakan prosedur
pelaporan yang benar.
formal adalah lebih dari 2 trilliun rupiah, dimana sebagian besar merupakan
kerugian dunia usaha. Dengan kata lain, inilah hilangnya produktivitas dunia
usaha karena faktor keselamatan dan kesehatan kerja. Begitu pula survei ILO
menyatakan bahwa karena faktor keselamatan dan kesehatan kerja Indonesia
adalah negara kedua dari bawah dari lebih dari 100 negara yang disurvei (Apac
Inti Corpora, 2009).
4. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin,
pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan
lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan.
Kesehatan kerja adalah spesialisasi dari ilmu kesehatan atau kedokteran
beserta prakteknya yang bertujuan agar pekerja ataupun masyarakat memperoleh
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun sosial,
denagn usaha-usaha preventif dan kuratif terhadap faktor-faktor pekerjaan,
lingkungan kerja dan terhadap penyakit umum (Sumamur, 2009).
Kesehatan kerja adalah peningkatan dan memelihara derajat kesehatan
tenaga kerja setinggi-tingginya, baik fisik, mental maupun sosial, mencegah dan
melindungi tenaga kerja terhadap gangguan kesehatan akibat lingkungan kerja dan
faktor-faktor lain yang berbahaya, menempatkan tenaga kerja dalam suatu
lingkungan yang sesuai dengan faal dan jiwa serta pendidikannya, meningkatkan
efisiensi kerja dan produktivitas, serta mengusahakan agar masyarakat lingkungan
sekitar perusahaan terhindar dari bahaya pencemaran akibat proses produksi,
bahan bangunan, dan sisa produksi (Widodo Siswowardojo, 2003).
5. Identifikasi Bahaya
Identifikasi bahaya adalah proses determinasi terhadap apa yang dapat
terjadi, mengapa dan bagaimana (Rudi Suardi, 2005). Pada umumnya kegiatan ini
melakukan identifikasi terhadap sumber bahaya dan area yang terkena imbasnya.
Sebelum memulai suatu pekerjaan,harus dilakukan Identifikasi Bahaya guna
mengetahui potensi bahaya dalam setiap pekerjaan. Identifikasi Bahaya dilakukan
bersama pengawas pekerjaan dan Safety Departement. Identifikasi Bahaya
menggunakan teknik yang sudah baku seperti Check List, What If, Hazops, dsb.
Semua hasil identifikasi Bahaya harus didokumentasikan dengan baik dan
dijadikan sebagai pedoman dalam melakukan setiap kegiatan. Identifikasi Bahaya
harus dilakukan pada setiap tahapan proyek yang meliputi :
a. Design Phase
b. Procurement
c. Konstruksi
d. Commisioning dan Start-up
e. Penyerahan kepada pemilik
Setiap perusahaan pasti tidak ingin menderita kerugian yang disebabkan
oleh karena terjadinya kecelakaan atau penyakit akibat kerja, begitu juga dengan
PT. Gunanusa Utama Fabricators. Oleh karena itu, dilakukan usaha-usaha
pencegahan sumber-sumber bahaya yang ada di tempat kerja. Pengendalian
terhadap sumber-sumber bahaya bertujuan untuk mengurangi kerugian yang
disebabkan oleh kecelakaan dan penyakit akibat kerja (Syukri Sahab,1997).
B. Kerangka Pemikiran
Tempat Kerja
Sumber Bahaya
Potensi Bahaya:
- Unsafe Condition
- Unsafe Human act
Identifikasi
Bahaya
Ada SHOC
Analisa
Tepat
Tidak Ada
Identifikasi Bahaya
Analisa
Salah
Risiko Kecelakaan
Biaya Meningkat
Kecelakaan
dapat
dicegah
Kecelakaan
tak dapat
dicegah
Biaya
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah penelitian deskriptif,
yaitu penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran
atau deskripsi suatu keadaan secara objektif (Soekidjo Notoatmodjo, 2002).
B. Lokasi Penelitian
Lokasi pengambilan data dan penelitian dilakukan di yard dan office PT.
Gunanusa Utama Fabricators, Banten yang merupakan perusahaan yang bergerak
dalam bidang heavy steel construction.
D. Sumber Data
Data yang diperoleh dan dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu data
primer dan sekunder.
1. Data Primer
Data primer diperoleh dengan cara observasi lapangan, wawancara serta
diskusi dengan karyawan dan pihak-pihak yang berkaitan dengan penelitian ini.
2. Data Sekunder
Untuk melengkapi data yang dipergunakan dalam penelitian, maka
penulis menggunakan data sekunder yang diperoleh dengan membaca beberapa
reverensi yang berkaitan dengan laporan ini yang berasal dari dokumentasi
perusahaan serta literatur-literatur lain yang berhubungan dengan identifikasi
bahaya.
1. Observasi yaitu dengan cara pengamatan langsung dan ikut serta dalam
kegiatan yang berhubungan dengan Safety and Hazard Observation Card.
2. Wawancara yaitu dengan cara mengadakan tanya jawab dengan pekerja di
perusahaan
dan
dengan
petugas
yang
bertanggung
jawab
terhadap
F. Pelaksanaan
1. Tahap Persiapan
Dalam tahap ini, kegiatan penulis sebagai persiapan untuk melaksanakan
penelitian ini adalah:
a. Permohonan ijin kerja praktek di PT. Gunanusa Utama Fabricators dengan
mengirimkan proposal kegiatan kepada HRD & GA Departeman PT. Gunanusa
Utama Fabricators pada bulan November 2009
b. Membaca dan mempelajari kepustakaan yang berkaitan dengan Higine
Perusahaan dan Keselamatan Kerja.
2. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan penelitian ini meliputi kegiatan, yaitu :
a. Penjelasan secara umum mengenai aspek keselamatan dan kesehatan kerja
dalam perusahaan tempat diadakan praktek kerja lapangan
b. Observasi secara umum mengenai profil PT. Gunanusa Utama Fabricators.
G. Analisa Data
Analisa data yang digunakan termasuk analisa deskriptif atau
menggambarkan yang sejelas-jelasnya mengenai penerapan identifikasi bahaya
sebagai langkah awal pelaksanaan identifikasi bahaya di PT. Gunanusa Utama
Fabricators oleh pekerja dalam upaya pencegahan kecelakaan kerja. Data yang
diperoleh selanjutnya dianalisa dengan peraturan perundang-undangan, antara
lain:
1. Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
2. Permenaker No. 05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
B. Hasil Penelitian
Dari penelitian yang dilakukan di PT. Gunanusa Utama Fabricators
mengenai penerapan Safety and Hazard Observation Card (SHOC) didapat hasil
sebagai berikut :
1. Uraian Singkat Perusahaan
Spesialisasi PT. Gunanusa Utama Fabricators adalah dalam bidang
heavy steel construction yang memiliki fasilitas yard-fabrikasi yang cukup besar
dengan kapasitas bongkar/muat sampai dengan 2x5000 ton metrik dan masih
Dalam menjalankan proses produksi dan sesuai dengan Visi dan Misi
Perusahaan, PT. Gunanusa Utama Fabricators ingin menjadi perusahaan berkelas
dunia dengan selalu berkomitmen dan mengutamakan masalah tentang kesehatan
dan keselamatan kerja yang tertuang dalam Kebijakan PT. Gunanusa Utama
Fabricators tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Pengelolaan
Lingkungan Hidup (K3LH) guna mencegah terjadinya kecelakaan kerja, penyakit
akibat kerja dan kerusakan lingkungan. Visi dan misi dari PT. Gunanusa Utama
Fabricators adalah sebagai berikut :
a. Visi
Visi dari PT. Gunanusa Utama Fabricators ialah menjadi Perusahaan rancang
bangun kelas dunia dan terdepan di bidang minyak dan gas.
b. Misi
Misi dari PT. Gunanusa Utama Fabricators yaitu :
1) Menjadi perusahaan publik rancang bangun terkemuka
2) Menghasilkan produk kompetitif tanpa cacat dan pengiriman tepat waktu
3) Memenuhi standar internasional dengan memperhatikan keselamatan,
kesehatan dan lingkungan kerja.
Karyawan yang ada di PT. Gunanusa Utama Fabricators terdiri atas
banyak tingkatan pendidikan sesuai dengan kapasitas pekerjaan yang akan
dilakukan, dari tingkatan pelaksanaan, pengawasan, managerial dan direksi.
Tingkat pendidikannya pun berlainan dari tingkatan SMU sampai Sarjana, jumlah
keseluruhan karyawan yang ada saat ini yaitu 2608 orang. Adapun komposisi
pembagiannya adalah sebagai berikut :
mengenai
Keselamatan,
Kesehatan
Kerja
dan
Pengelolaan
Lingkungan.
Dengan adanya SHOC ini diharapkan dapat meningkatkan kepedulian para
pekerja terhadap K3, sehingga keselamatan kerja bukan lagi menjadi tanggung
jawab dan tugas petugas safety semata, tetapi menjadi tanggung jawab seluruh
personil yang berada di lokasi kerja. Oleh karena itu, SHOC dapat digunakan
sebagai indikator besarnya kepedulian pekerja terhadap K3, mengingat banyak
dan kompleksnya potensi bahaya yang ada di PT. Gunanusa Utama Fabricators.
Untuk meningkatkan kepedulian karyawan dalam melaksanakan program safety,
maka setiap karyawan diwajibkan untuk membuat SHOC minimal 2 kartu setiap
bulan. Kewajiban ini termuat dalam Key Performance Indicators (KPI) PT.
Gunanusa Utama Fabricators.
3. Formulir SHOC dan Bagian-bagiannya
PT. Gunanusa Utama Fabricators selalu melakukan perubahan secara
terus menerus untuk meningkatkan kinerja dalam bidang Kesehatan, Keselamatan
Kerja dan Lingkungan, termasuk dalam hal format kolom SHOC. Kolom SHOC
untuk Ujung Pangkah Development Offshore Phase II Project terdiri dari 2 bagian
dan disajikan dalam 2 bahasa, yaitu bahasa indonesia di halaman pertama dan
bahasa inggris di halaman kedua.
Form SHOC terdiri dari 2 bagian. Bagian A diisi oleh pelapor yang berisi
nama pengamat, tanggal kejadian, jam kejadian, jabatan, keterangan mengenai
bahaya/aspek yang memerlukan perbaikan dan akibat resiko/pengaruh, lokasi
proyek, lokasi tempat observasi. Kemudian, Bagian B diisi oleh Supervisor dari
pengamat. Setelah Supervisor mengisi kartu SHOC, serahkan SHOC ke HSE
Departement untuk registrasi dan perhitungannya. Pada kolom terbawah SHOC
terdapat kolom hazard type, safety department to Assign dengan system check list
yang menginformasikan klasifikasi dari bahaya yang diidentifikasi. Format SHOC
seperti pada gambar di bawah ini:
4. Sosialisasi SHOC
Sosialisasi pertama kalinya mengenai SHOC kepada pekerja disampaikan
melalui safety induction. Sosialisasi SHOC pada safety induction bersifat
pengenalan dan himbauan. Hal-hal mengenai SHOC yang disampaikan di safety
induction antara lain tentang :
a. Tujuan dan fungsi adanya SHOC
b. Cara memperoleh dan mengumpulkan SHOC
c. Cara pengisian SHOC
d. Ketentuan pemenang dan hadiah SHOC
Sosialisasi SHOC lebih lanjut disampaikan dalam safety toolbox meeting
yang dilakukan setiap pagi sebelum bekerja. Sosialisasi pada safety toolbox
meeting bersifat himbauan dan mengingatkan kepada pekerja agar selalu
menuliskan setiap keadaan/tindakan yang berpotensi menimbulkan kerugian di
tempat kerja. Himbauan ini diharapkan dapat memacu semangat para pekerja
untuk saling berlomba-lomba menulis dan mengumpulkan SHOC, sehingga antar
pekerja dapat saling mengoreksi tindakan masing-masing jika terdapat tindakan
atau keadaan yang tidak aman.
5. Distribusi dan Alur SHOC
Semua hal yang berkaitan dengan SHOC di PT. Gunanusa Utama
Fabricators, termasuk distribusinya dilakukan oleh seorang petugas SHOC
Analysis. Distribusi SHOC dari SHOC Analysis yang menangani SHOC kepada
para pekerja dilakukan dengan 3 cara, yaitu :
a. Kotak SHOC
Pada setiap lokasi kerja di PT. Gunanusa Utama Fabricators telah
disediakan sebuah kotak berisi SHOC kosong yang disebut kotak SHOC. Petugas
SHOC Analysis setiap hari harus selalu memantau ketersediaan SHOC. Apabila
persediaan SHOC kosong pada kotak telah habis, maka petugas SHOC Analysis
harus mengisinya lagi dengan SHOC kosong. Apabila pekerja menemukan sebuah
tindakan ataupun keadaan yang membahayakan kapanpun, pekerja dapat
mengambil SHOC kosong di kotak tersebut. Akan tetapi, pada kenyataannya
kotak SHOC yang berada dilapangan ada yang tidak terawat, tidak tersedia SHOC
dan terdapatt beberapa kotak SHOC yang berisi sampah.
b. Melalui Supervisor atau orang yang ditunjuk
Distribusi SHOC dari Depertemen HSE kepada pekerja dilakukan
melalui perantara Supervisor atau orang yang ditunjuk pada masing-masing
departemen dengan catatan bahwa orang ditunjuk tersebut selalu berada di tempat
kerjanya, misalnya sekretaris departemen. Distribusi melalui Supervisor dilakukan
pada pekerja yang berlokasi di yard, sedangkan distribusi melalui orang yang
ditunjuk pada masing-masing departemen dilakukan pada pekerja yang berada di
office. Apabila pekerja menemukan tindakan atau keadaan yang membahayakan
di tempat kerja dan mempunyai kesadaran untuk menuliskannya pada SHOC,
mereka dapat meminta SHOC pada supervisor atau orang yang ditunjuk pada
masing-masing departemen.
isi SHOC yang ditulis pengamat. Sedangkan untuk nomor referensi, tindakan
korektif, pelaksana tindakan korektif, target tanggal closing, status dan klasifikasi
ditentukan oleh SHOC Analysis. Berikut contoh kolom SHOC Register Status di
PT. Gunanusa Utama Fabricators :
Location
Ref.
No
Date
Report.
By
Cellar
deck
302691 01Jahudi
2010
Cellar
deck
302692 01Jahudi
2010
Tower
Crane
302693 01Jahudi
2010
Description Of
Finding
Potential
Hazard
Di temukan
sebuah koneksi
kabel yang
sudah dalam
High
keadaan
terkelupas
isolasinya.
Masih di
temukan
pekerja yang
melakukan
Low
aktifitas
pekerjaan
sambil
merokok.
Seorang
pekerja di
temukan buang Low
air kecil di
lokasi kerja.
Corrective Action
Taken
Di informasikan
segera ke elektrik
team untuk
memperbaiki
kondisi koneksi
kabel.
Action
By
Target
Date
Close
Date
Status
Class.
Yard
Facility
30-012010
30-012010
Closed
Electrical
Discharge
30-012010
30-012010
Closed
Fire
Fabricati 30-01on
2010
30-012010
Closed
House
keeping
Di sarankan kepada
pekerja untuk
merokok di tempat HSE
yang sudah di
sediakan.
Di ingatkan kepada
pekerja untuk
buang air kecil di
toilet terdekat.
39
40
Nomor referensi adalah nomor kartu sebagai tanda bahwa SHOC telah
dimasukkan dalam SHOC Register Status. Besarnya potensi bahaya dihitung
berdasarkan Risk Assessment dengan Risk Matrix. Pelaksana tindakan korektif
adalah departemen yang bertanggungjawab untuk menindaklanjuti adanya bahaya
di tempat kerja. Misalnya, pada SHOC mengidentifikasi adanya seorang pekerja
yang melakukan aktifitas pekerjaan di atas lantai scaffolding yang masih berlabel
merah dan belum diinspeksi. Tindakan korektif yang dapat dilakukan adalah
segera menghentikan pekerjaan dan mengingatkan agar tidak menaiki scaffolding
yang masih berlabel merah. Pihak pelaksana yang wajib melaksanakan tindakan
korektif ini adalah HSE Departemen.
Sebagian besar SHOC pada waktu dikumpulkan telah berstatus close
atau telah dilakukan tindakan korektif karena temuan-temuannya memungkinkan
untuk dilakukan closing pada saat penemuan. Namun ada beberapa SHOC yang
tidak memungkinkan untuk dilakukan tindakan korektif pada saat ditemukan.
Pada waktu pendataan SHOC yang demikian, SHOC Analysis harus melakukan
penilaian resiko, menentukan tindakan korektif
Akibat
Ledakan, kebakaran
Tertabrak, tabrakan,
terjepit, kerusakan
angkutan, kegiatan terhenti
xl
Fire
10
Slips, Trips
and Falls
11
Restrictive
Access
12
Confined
Space
13 Working at
Height
Sumber : Hasil Observasi, 2010
Kebakaran, ledakan
Gangguan kesehatan,
kemandulan, kerusakan
jaringan
Kejatuhan benda, terjatuh,
terjepit, terkena benda lain
pada anggota tubuh
Terjatuh dari ketinggian,
kejatuhan benda
Tersandung, terjatuh,
terpeleset
Tersandung, terjatuh,
terpeleset
Sesak napas, keracunan
Terjatuh dari ketinggian
8. Follow Up SHOC
Tidak semua tindakan korektif yang diberikan SHOC Analysis dapat
dilakukan oleh tim di departement HSE. Oleh karena itu, SHOC Analysis perlu
bekerjasama dengan departemen lain untuk menindaklanjuti temuan di SHOC.
C. Pembahasan
1. Pengertian dan Tujuan SHOC
Pelaksanaan identifikasi bahaya di PT. Gunanusa Utama Fabricators
dilaksanakan oleh seluruh pekerja yang bersangkutan di tempat kerja. Sarana yang
disediakan oleh perusahaan untuk melaksanakan identifikasi bahaya seluruh
pekerja adalah dengan SHOC. Pekerja adalah orang yang paling mengetahui
keadaaan lokasi kerjanya, karena mereka yang selalu berada di tempat kerja setiap
saat ketika proses produksi berlangsung.
Identifikasi bahaya merupakan langkah awal pelaksanaan penilaian
resiko dan pembuatan Job Safety Analysis (JSA). Perlunya diadakan identifikasi
bahaya dalam analisa keselamatan pekerjaan dan penilaian resiko adalah :
a. Setiap peristiwa kecelakaan atau musibah selalu ada penyebabnya
b. Setiap tahapan proses kerja akan dapat dikenali potensi bahayanya
c. Suatu potensi bahaya yang beresiko sebagai penyebab terjadinya kecelakaan
atau kerugian pada setiap tahapan proses kerja akan dapat dicegah dan
dikendalikan.
Tujuan utama dari penerapan SHOC adalah untuk memberikan
pembinaan dan pelatihan kepada para pekerja untuk mengidentifikasi bahaya yang
ada disekitar tempat kerja. Berdasarkan Undang-Undang No 1 Tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja, pada Pasal 9 Ayat 3 yaitu pengurus diwajibkan
menyelenggarakan pembinaan bagi semua tenaga kerja yang berada dibawah
pimpinannya, dalam pencegahan kecelakaan dan pemberantasan kebakaran serta
SHOC dalam bahasa indonesia, tidak semua kolom diterjemahkan dalam bahasa
indonesia. Pada kolom klasifikasi bahaya SHOC masih dalam bahasa inggris,
sehingga banyak pengamat yang tidak mengisi kolom ini. Selain itu, letak kolom
klasifikasi terletak pada posisi paling bawah formulir, sehingga sebagian besar
pengamat mengabaikannya. Kolom klasifikasi merupakan salah satu kolom yang
penting untuk diisikan oleh pengamat sebagai salah satu pokok pembelajaran
identifikasi bahaya bagi pekerja. Agar penulisan SHOC lebih lengkap dan sesuai
dengan tujuan, sebaiknya kolom klasifikasi bahaya diterjemahkan dalam bahasa
indonesia dan diletakkan pada posisi tidak paling bawah.
3. Sosialisasi SHOC
Pekerja di PT. Gunanusa Utama Fabricators pertama kali mengenal
SHOC adalah dalam safety induction. Materi mengenai SHOC yang disampaikan
dalam safety induction kurang dapat dimengerti oleh pekerja baru karena hanya
disampaikan penjelasan sekilas mengenai hal-hal yang berkaitan SHOC secara
tertulis. Pekerja baru yang tidak paham pada SHOC, cenderung acuh dan tidak
melakukan identifikasi bahaya dan tidak menuliskan temuan-temuannya pada
SHOC. Agar pembelajaran mengenai identifikasi bahaya dengan SHOC dapat
terlaksana secara maksimal, sebaiknya pada safety induction pekerja baru
diberikan praktek pengisian SHOC dan contoh nyata dari SHOC yang telah terisi
dengan lengkap. Himbauan untuk melakukan identifikasi bahaya melalui SHOC
disampaikan dalam safety toolbox meeting dan mass meeting.
maksimal. Terdapat
dalam SHOC tersebut. Untuk mengantisipasi hal tersebut serta guna pemerataan
pemenang, maka setiap pekerja mendapatkan kesempatan menjadi pemenang
hanya satu kali. Kesadaran pekerja PT. Gunanusa Utama Fabricators terhadap
identifikasi bahaya di tempat kerja perlu diperbaiki. HSE Departemen perlu
melakukan usaha-usaha untuk meningkatkan motivasi dan kesadaran pekerja
dalam melakukan identifikasi
kartu. Jumlah SHOC yang terkumpul lebih dari 2 kali lipat jumlah karyawan, akan
tetapi tidak dapat dipastikan bahwa KPI telah terpenuhi. Hal ini karena terdapat
pekerja yang mengumpulkan lebih dari satu bahkan puluhan kartu dan terdapat
pula pekerja yang tidak mengumpulkan kartu sama sekali setiap bulannya. Sampai
saat ini, PT. Gunanusa Utama Fabrucators belum mampu melakukan pemantauan
terhadap ketercapaian SHOC sesuai KPI. PT. Gunanusa Utama Fabricators perlu
melakukan usaha untuk meningkatkan motivasi pekerja untuk melakukan
pengamatan dan menuliskan temuan dalam SHOC. Salah satu usaha yang bisa
dilakukan antara lain dengan memberikan hadiah yang lebih menarik.
Berkaitan dengan motivasi pekerja menuliskan temuannya pada SHOC
dan kebenaran dari temuan dalam SHOC, PT. Gunanusa Utama Fabricators
khususnya HSE Departemen belum melakukan verifikasi terhadap kebenarannya.
Hal ini dapat menyebabkan kerancuan dalam melakukan follow up terhadap
temuan yang ada. Hambatan dalam melakukan follow up SHOC juga berasal dari
kurang lengkapnya data yang diisikan pengamat pada SHOC. Sebagian besar
pengamat hanya mengisi pada kolom temuan bahaya, nama dan tanggal saja.
Pengisian data yang lengkap akan mempermudah pendataan petugas SHOC
Analysis dan memaksimalkan tujuan SHOC sebagai pembelajaran identifikasi
bahaya bagi pekerja.
PT. Gunanusa Utama Fabricators telah melakukan training Hazard
Identification and Risk Assessment setiap bulan dengan peserta training dari
pekerja. Akan tetapi, materi yang disampaikan dalam training tidak mampu
mencakup seluruh pekerja PT. Gunanusa Utama Fabricators. Sehingga, banyak
pekerja yang tidak memahami identifikasi bahaya. Permasalahan ini dapat diatasi
dengan memberikan pelatihan penulisan SHOC pada waktu pelaksanaan Safety
Induction.
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan penulis di PT Gunanusa
Utama Fabricators serta dari pembahasan maka dapat disimpulkan antara lain :
1. Alur Safety and Hazard Observation Card (SHOC) di PT. Gunanusa Utama
Fabricators, yaitu :
a. Pekerja mengisi kolom SHOC dengan lengkap dan menyerahkan kepada
Supervisor.
b. Supervisor
menganalisa
penyebab
dan
mengambil
tindakan
bila
memungkinkan.
c. Dari supervisor diserahkan kepada SHOC Analysis untuk diregister dan
penentuan tindakan terhadap open SHOC.
d. Follow up dari departemen terkait.
e. Sosialisasi kepada pekerja.
2. Penerapan SHOC sesuai dengan Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 Pasal 9
Ayat 3 mengenai pembinaan terhadap tenaga kerja untuk meningkatkan
keselamatan dan kesehatan kerja.
3. Sosialisasi SHOC dalam safety induction meliputi tujuan dan fungsi, cara
memperoleh, mengumpulkan, mengisi dan ketentuan pemenang dan hadiah
SHOC.
B. Implikasi
Penerapan Safety Hazard Observation Card (SHOC) yang melibatkan
seluruh pekerja di tempat kerja merupakan salah satu cara untuk melatih pekerja
mengindentifikasi bahaya yang ada disekitar tempat kerja. Hal ini merupakan
langkah paling awal dalam pelaksanaan identifikasi bahaya oleh pekerja sebagai
orang yang paling mengetahui kondisi tempat kerja, serta sebagai pelatihan
sekaligus praktek paling efektif untuk mengenali dan mengidentifikasi bahaya di
tempat kerja. Apabila orang yang paling mengenali tempat kerja melakukan
identifikasi bahaya dengan baik, kemudian dianalisis secara benar serta didukung
oleh komitmen manajemen dan sistem manajemen yang baik, maka akan dapat
dipastikan adanya tindakan yang tepat yang diambil untuk mencegah terjadinya
kecelakaan serta mengurangi akibatnya.
Dengan demikian identifikasi bahaya oleh semua pihak merupakan faktor
penting dalam menciptakan kondisi aman di suatu tempat kerja. Oleh karena itu,
perlu dilaksanakan pelatihan identifikasi bahaya kepada semua pihak yang terlibat
dalam suatu produksi, terutama pekerja yang paling mengenal dan selalu berada di
C. Saran
1. Perlu diadakan sosialisasi dan pemantapan langkah mengenai alur SHOC yang
lebih jelas, terencana dan terarah agar lebih mempermudah pekerja dalam
menuliskan SHOC.
2. Perlu adanya himbauan dari tim HSE Departemen kepada para pekerja agar
mengisi seluruh kolom dalam SHOC dengan lengkap untuk mempermudah
pendataan petugas SHOC Analysis dan memaksimalkan tujuan SHOC sebagai
pembelajaran identifikasi bahaya bagi pekerja.
3. Perlu dilakukan pemantauan dan pemeliharaan terhadap ketersediaan SHOC
dan fungsi dari kotak SHOC.
4. Materi mengenai SHOC dalam safety induction bagi karyawan baru PT.
Gunanusa Utama Fabricators perlu ditambah dengan pemberian contoh SHOC
yang telah diisi dengan benar dan praktek pengisian SHOC.
5. Dibutuhkan pemantauan terhadap ketercapaian SHOC sesuai key performance
indicators dan verifikasi terhadap temuan-temuan dalam SHOC.
DAFTAR PUSTAKA