Anda di halaman 1dari 2

II.

Inspection and Test Plan (ITP)


Dalam sebuah project, pemastian quality of product tidak hanya dilakukan saat penyerahan final
produk kepada pelanggan di akhir project, tetapi juga perlu diverifikasi apakah produk tersebut
dibuat sesuai dengan persyaratan saat proses-proses pembuatan produk tersebut berlangsung.
Hal ini bertujuan untuk meminimalkan resiko pada akhir produk yaitu saat penyerahan. Jika ada
hal-hal yang menyimpang, maka diharapkan dapat dideteksi secara dini. Ini lah yang disebut
dengan aktivitas inspeksi, uji dan ukur. Dalam ISO 9001 hal ini dipersyaratkan di dalam caluse
8.2.4.

Biasanya dalam sebuah project, aktivitas inspeksi, uji dan ukur ini direncanakan dan ditetapkan
di dalam sebuah dokumen yang disebut ITP.

ITP adalah sebuah rencana terdokumentasi dan sebagai panduan sistematis untuk memenuhi
persyaratan pelanggan fokus kepada produk yang akan diserahkan (delivery) kepada
pelanggan saat waktunya tiba. ITP mengandung informasi yang essential yaitu paling tidak :
1. Tahap-tahap atau aktivitas-aktivitas yang penting dalam proses pembuatan produk;
2. Inspeksi, uji dan pengukuran (serta kombinasinya) yang harus dilakukan pada tahap-tahap
tertentu dalam proses pembuatan produk tersebut;
3. Tipe inspeksi, uji dan ukur yang biasanya dikategorikan kepada H (Hold), W (Witness), S
(Survey) atau ada yg memakai I (Inspect);
4. Referensi untuk criteria keberterimaan sebuah produk dalam inspeksi, uji dan ukur
Karena sifatnya yang khas ini, maka ITP menjadi dokumen yang penting dalam
penyelenggaraan program Quality Control (QC) sebagai bahagian dari keseluruhan program
Quality Assurance (QA).
Pada umumnya aktivitas dalam ITP dimulai dari aktivitas untuk memverifikasi semua Technical
Submittal (Deliverables) apakah telah komplit atau belum yaitu specification, detail drawings &
shop drawings, method statements dan procedur-prosedur yang menjadi panduan bekerja.
Termasuk jika misalnya untuk pekerjaan pengelasan adalah verifikasi terhadap ketersediaan
WPS/PQR, bukti uji kompetensi juru las (welder certificate) atau hal sejenisnya untuk pekerjaan
bukan welding. Jika belum siap tentunya aktivitas verifikasi berikutnya belum dapat dilakukan.
Kemudian diikuti dengan aktivitas untuk memverifikasi material yang akan digunakan, yaitu
apakah material sudah sesuai dengan apa yang ditetapkan oleh specification, ini biasa disebut
dengan aktivitas material receiving inspection. Termasuk misalnya sample material, mock-up
atau model produk jika dipersyaratkan oleh specification.

Barulah kemudian aktivitas untuk memverifikasi hasil produk pada tahap-tahap tertentu yang
dianggap penting untuk diinspeksi, uji dan ukur.
Aktivitas verifikasi biasanya diakhiri dengan final inspection atau uji akhir. Termasuk dalam hal
ini misalnya untuk pekerjaan piping atau PV adalah hydrotest, pada pekerjaan cabling yaitu
HiPot test, pada pekerjaan rotating equipment adalah coupling alignment. Biasanya aktivitas
akhir ini adalah area inter-phase antara construction dengan commissioning, terkadang banyak
item-item yang dilakukan bersama antara ke 2 grups ini.
ITP adalah dokumen yang memberikan informasi tahapan-tahapan inspeksi, uji dan ukur pada
sebuah produk, dan pihak-pihak yang terlibat dalam aktivitas tersebut sesuai dengan definisi
kategorinya, misalnya pelaksana/kontraktor harus menunggu kehadiran dan kesaksian pihak
ketiga (3rd party) dan/atau perwakilan Customer untuk kategori inspeksi Hold (Hold inspection).
Bagaimanapun, ITP tidak menerangkan secara detail bagaimana inspeksi, uji dan ukur tersebut
dilakukan. Maka informasi tambahan akan dituangkan di dalam prosedur-prosedur ataupun
instruksi kerja atau dokumen setingkatny agar detail dari inspeksi, uji dan ukur dapat
direncanakan termasuk persiapan, teknis inspeksi/uji, alat yang dipakai, besaran-besaran
pengukuran, bahkan standard kompetensi teknisi/operator yang bertanggung jawab dalam hal
tersebut. Kalau perlu prosedur akan dilengkapi dengan schematic/diagram, skets dan formulir
isian yang memudahkan pencatatan hasil uji dan ukur.
Kriteria keberterimaan akan merujuk kepada specification yang spesifik untuk produk tersebut,
makanya ITP hanya memuat referensi dokumen yang akan dijadikan acuan dalam hal
keberterimaan sebuah produk seperti specification yang di dalamnya memuat informasi
standard yang diacu, contohnya standard dari asosiasi seperti ASME, API, NACE atau dari
institusi standard seperti ISO, SNI, AISC, dll.
Bagaimanakah cara untuk merencanakan dan mengidentifikasi ITP-ITP apa saja yang perlu
untuk dipersiapkan dan dibuat agar semua aktivitas inspeksi, uji dan ukur di sebuah project
dapat memberikan jaminan kepada pemenuhan persyaratan Customer, terutama persyaratan
produk yang dibuat dan akan diserahkan kepada Customer tersebut ? Bagaimana hubungan
ITP dan Specification dalam menentukan keefektifan quality in project ? Insya Allah kita
lanjutkan pada diskusi sambungan berikutnya, mudah-mudahan belum keburu lebaran
Yang mau menambahkan, mengurangi, membantah, melengkapi, bertanya dan berkomentar,
bahkan mendelete dipersilahkan.
Saat ini di Doha pukul 7.43 pm, temperature luar sekitar 36 degC, saatnya bersiap-siap shalat
Isya dan Tarawih di mesjid dekat rumah (lebaran berapa hari lagi nih Bro ? )

Anda mungkin juga menyukai