antara lain: alkohol, insulin, fenformin, sulfonamida, salisilat dosis besar, fenilbutazon,
oksifenbutazon, probenezida, dikumarol, kloramfenikol, penghambat MAO (Mono Amin
Oksigenase), guanetidin, steroida anabolik, fenfluramin, dan klofibrat.
Obat sulfonylurea dibagi dalam beberapa generasi, dibedakan berdasarkan era
penemuan dan potensinya. Generasi paling baru biasanya mempunyai potensi lebih tinggi dan
durasi aksinya relative lama.
a. Generasi pertama, contohnya tolbutamid, klorpropamid, tolazamid, asetoheksamid;
b. Generasi kedua, contohnya glibenklamid, gliburid, glipizid;
c. Generasi ketiga, contohnya glimepiride.
Golongan Meglitinid
Obat ini mempunyai aksi mirip dengan sulfonylurea dengan memblok ATPsensitive K+ channels pada sel Langerhans untuk merangsang sekresi insulin. Obat kurang
poten dibandingkan obat sulfonylurea, namun aksinya cepat. Contoh obat golongan ini adalah
repaglinid, netaglinid.
Golongan Biguanid
Obat ini mempunyai aksi ekstra pankreatik. Obat ini mempunyai efek penurunan
kadar glukosa darah melalui penurunan produksi glukosa di hati (gluconeogenesis),
meningkatkan penggunaan glukosa di jaringan adipose dan otot, menurunkan absorpsi
glukosa di usus dan meningkatkan sintesis glikogen. Di samping itu, biguanid dapat
menurunkan kadar kolesterol jahat yaitu LDL dan VLDL dalam serum. Penggunaan obat ini
bisa menyebabkan gangguan pencernaan misalnya anoreksia, diare, mual, muntah.
Penggunaan jangka panjang juga akan mempengaruhi absorpsi vitamin B12. Karena aksinya
tidak pada pancreas maka obat ini tidak menyebabkan hipoglikemik, dan sering
dikombinasikan dengan obat yang beraksi pankreatik yaitu sulfonylurea, atau insulin. Contoh
obat ini adalah metformin, fenformin, buformin.
Golongan Inhibitor glukosidase
Obat hipoglikemik yang beraksi dengan menghambat enzim glukosidase, suatu
enzim pencernaan untuk membantuk absorpsi glukosa atau karbohidrat, sehingga
menurunkan kadar glukosa darah. Efek sampingnya adalah flatulensi, diare, nyeri abdominal,
kembung. Contoh obatnya adalah akarbose dan miglitol.
Golongan Thiazolidindion
Obat ini beraksi mengkativasi Peroksidase Proliferasi Activated Receptor Gamma
(PPAR), suatu reseptor intraseluler yang terdapat pada jaringan adipose, otot, dan hati.
Fungsi PPAR adalah memperantarai diferensiasi adipocyte (sel lemak), meningkatkan
proses lipogenesis, dan meningkatkan pengambilan asam lemak dan glukosa. Aktivasi
reseptor tersebut menyebabkan peningkatan penggunaan dan transport glukosa, dan
menurunkan resistensi insulin pada jaringan. Contoh obat golongan ini adalah ciglitazon,
troglitazon, rosiglitazon, dan pioglitazone. Dua obat pertama mempunyai efek samping
hepatotoksik. Efek samping troglitazon disebabkan karena metabolit kuinolon pada rantai
samping -tokoferol. Pada penggunaan klinik, obat ini dikombinasikan dengan obat
hipoglikemik oral lainnya.
Golongan Vildagliptin
Obat ini beraksi dengan menghambat aktivitas enzim dipeptidil peptidase d (DPP-4). Enzim
DPP-4 berfungsi menghidrolisis hormone inkretin, GLP-1 dan GIP yang berfungsi
meningkatkan respon sel Langerhans pancreas dalam mensekresi insulin.
Golongan Amylin
Peptide asam amino yang juga diproduksi oleh sel Langerhans pancreas, dan disimpan
bersama dengan insulin. Aksi amylin dengan cara menghambat sekresi glucagon, menunda
pengosongan lambung dan menekan nafsu makan.
(Nugroho 2012)
(ADA 2016)
Nama
Generik
Glipizid
(sebelum
makan)
Gliburid
5 mg/hari
(sebelum
makan)
Glimepirid
1-2
mg/hari
(sebelum
makan)
Nateglinid
120 mg
(saat/sese
gera
setelah
makan)
0.5-1 mg
(saat/sese
gera
setelah
makan)
Repaglinid
Metformin
500 mg,
2x sehari
(saat/sese
gera
setelah
makan)
Pioglitazon
15 mg
(saat/sese
gera
5mg/hari
pankreas, sehingga
(sebelum
hanya efektif pada
makan)
penderita diabetes
yang sel-sel
1,25-2,5
pakreasnya masih
mg/hari
berfungsi dengan
(sebelum
baik.
makan)
0,5-1
mg/hari
(sebelum
makan)
Meglitinida
120 mg
Merangsang sekresi
(saat/seseg
insulin di kelenjar
era setelah
pankreas
makan)
meningkatkan
kecepatan sintesis
insulin oleh
0,5-1 mg
pancreas.
(saat/seseg
era setelah
makan)
Mual
Muntah
Diare
Sakit
kepala
- DM tipe 1
- Hamil
- Menyusui
- Gangguan
saluran
cerna
- Infeksi
saluran
pernafas
an atas
(ISPA)
- Hipersensi
tivitas
- DM tipe 1
- Hamil
- Menyusui
Biguanid
Tergantun 1. Meningkatkan
g fungsi
sensitivitas
ginjal
reseptor terhadap insulin pada sel
2. Menghambat
proses
glikogenolisis
yang memecah
glikogen menjadi
glukosa di hepatik
3. Meningkatkan
proses
glikogenesis yang
mengubah
glukosa menjadi
glikogen di otot
4. Merangsang usus
untuk
menggunakan
glukosa untuk
metabolisme
tanpa penggunaan
oksigen
Tiazolidindion
15 mg
Meningkatkan (saat/seseg
kepekaan reseptor
era setelah
terhadap insulin di
Mual
Muntah
Diare
- Chronic
heart
failure
- Penyakit
ginjal
- Hipersensi
tivitas
- Menyusui
hipoglike - Hipersensi
mia
tivitas
Rosiglitazon
Akarbosa
setelah
makan)
2-4 mg
(saat/sese
gera
setelah
makan)
DM
ketosidos
is
Kerusakan
hati
CHF
25 mg, 1Hipersensi
3 x sehari
tivitas
(saat/sese
Diabetes
gera
asidosis
setelah
makan)
Miglitol
25 mg, 13 x sehari
(saat/sese
gera
setelah
makan)
Dipeptidyl peptidase-IV (DPP-IV) inhibitors)
Sitagliptin
100
25-100 mg
Mencegah
- Nasofarin - hipersensit
mg/hari
/hari.
penghambatan
gitis
ivitas
(saat/sese Berdasark hormon incretin oleh - Diare
gera
an fungsi
DPP4 sehingga - Sakit
setelah
ginjal
insulin dapat
kepala
makan)
(saat/seseg diproduksi oleh beta - Konstipasi
era setelah
pankreas. Incretin - Mual
makan)
berperan berperan
utama terhadap
produksi insulin di
pankreas.
Terapi Kombinasi
Gliburid/metf
2,5-5/500
1,25/250
ormin
mg
mg
1-2x
1-2
sehari
xsehari
Glipizid/metfo 2,5-5/500
2,5/250
rmin
mg
mg
2 x sehari
2x sehari
periksa
fungsi
ginjal
Rosiglitazon/
1-2/500
1/500 mg
metformin
mg
2x sehari
2x sehari
Pioglitazone/
15/50015/500 mg
metformin
15/850 mg 2x sehari.
1-2x
Periksa
sehari
fungsi
Pioglitazone/g
limepiride
Sitagliptin/Me
tformin
ginjal
30/2 mg
30/2 mg
atau
1xsehari
30/4 mg
untuk
1xsehari
menghind
ari
hipoglike
mia
50/500 mg 50/500 mg
2x sehari
2x sehari
(bersama
(bersama
makan)
makan)
dapat
dapat
ditingkatk ditingkatk
an sampai an sampai
50/1.000.
50/1.000.
periksa
fungsi
ginjal.
(Dipiro 2008, Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik 2005).