Anda di halaman 1dari 20

PPHTI

Penanganan Penangkapan Hasil


Tangkap Ikan

NAMA : FERNANDO C.G


KELAS : X NKPI 1
NO ABSEN : 32

ALAMAT : PASURUAN
SEKOLAH : SMK PERIKANAN DAN KELAUTAN PUGER JEMBER

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Ikan merupakan salah satu bahan makanan yang mudah membusuk. Hal ini dapat
dilihat pada ikan-ikan yang baru ditangkap dalam beberapa jam saja kalau tidak
diberi perlakuan atau penanganan yang tepat maka ikan tersebut mutunya
menurun. Oleh karena itu Ikan harus beri suatu perlakuan atau penangan yang baik
agar supaya mutu kualitasnya tdk menurun, bagaimana caranya?? dengan
menerapkan suatu prinsip penanganan, yaitu:
1. Cepat,
2. Cermat,
3. Bersih dan Sehat,
. Tahap penanganan ini menentukan nilai jual dan proses pemanfaatan
selanjutnya serta mutu produk olahan ikan yang dihasilkan (Pusat Pengembangan
Dan Pemberdayaan Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Pertanian. 2010)
Kecepatan pembusukan ikan setelah penangkapan dan pemanenan sangat
dipengaruhi oleh teknik penangkapan dan pemanenan, kondisi biologis ikan,
serta teknik penanganan dan penyimpanan di atas kapal.
Oleh karena itu, segera setelah ikan ditangkap atau dipanen harus secepatnya
diawetkan dengan pendinginan atau pembekuan. (Pusat Pengembangan Dan
Pemberdayaan Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Pertanian. 2010).
Penanganan ikan segar bertujuan untuk mengusahakan agar kesegaran ikan dapat
dipertahankan selama mungkin, atau setidak-tidaknya masih cukup segar waktu

ikan sampai ke tangan konsumen. Jadi begitu ikan tertangkap dan diangkut ke atas
kapal, harus secepat mungkin ditangani dengan baik, benar dan hati-hati.
Demikian selanjutnya sampai ikan disimpan beku (di dalam cold storage) atau
diolah (misalnya dengan pengalengan) atau langsung dimasak untuk dimakan.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan umum


Meningkatkan kopetensi siswa dalam wawasan pengetahuan, sikap dan
keterampilan kejurusan dan kelautan sesuai tuntutan masyarakat dan DU/DI
sehingga menjadi lulusan yang siap pakai dalam dan luar negeri

1.2.2 Tujuan khusus

1. Mengetahui cara penanganan di atas kapal


2. Mengetahui teknik penyusunan di atas kapal
3. Mengetahui kendala yang dihadapi untuk penanganan di atas kapal

1.3 Batasan masalah

1. Penanganan ikan di atas kapal


2. Proses penyusunan ikan di palkah

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Metode Penangkapan


Purse seine adalah suatu alat tangkap yang digunakan untuk menangkap
gerombolan ikan-ikan pelagis.Purse seine dapat dioperasikan di perairan dangkal
(pantai) hingga perairan dalam (samudra).Purse seine merupakan alat
penangkapan ikan yang lebih efektif dibandingkan dengan alat penangkapan ikan
lainya.
Purse seine digunakan untuk menangkap ikan-ikan yang hidup bergerombol
(schooling) di permukaan laut.Oleh karena itu, jenis-jenis ikan yang di tangkap
adalah jenis-jenis ikan pelagis yang hidupnya bergerombol seperti ikan layang,
lemuru, banyar, bentong, dan tongkol (Darwisyah, (2007/2008)).
Ikan-ikan dapat tertangkap dengan purse seine, karena gerombolan ikan tersebut
didukung oleh dua jaring dari dua arah, baik gerakan kesamping (horizontal)
maupun gerakan ke arah dalam.
Puse seine disebut juga jaring kantong, karena seaktu dioperasikan jaring tersebut
menyerupai kantong. Ada pula orang menyebut purse seine denga sebutan jaring
kolor,karena dibawah jaring (tali ris bawah) dilengkapi tali kolor yang gunanya untuk
menyatukan bagian bawah jaring sehingga maemabentuk kantong dengan cara
menarik kolor tersebut. Lebih jelasnya lihatlah penjelasan dibawah ini (Rahayu,
2007/2008).

2.2

Penanganan ikan di atas kapal

Penanganan ikan di atas kapal harus baik dan benar agar di peroleh hasil yang
semaksimal mungkin. Keberhasilan penanganan ikan di atas kapal dapat di

pengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya alat penanganan, media pendingin,


teknik penanganan, dan keterampilan pekerja.
Pemakaian alat-alat penanganan yang lengkap dan baik dalam arti dapat
memperkecil kerusakan fisik, kimia, mikrobiologi dan biokimia akan memberikan
hasil yang maksimal. Media pendingin yang memberikan hasil yang baik adalah
media pendingin yang dapat memperlambat proses biokimia dan pertumbuhan
mikroba dalam daging ikan.
Sarana yang digunakan
Palka
Palka adalah suatu ruangan yang terdapat dalam kapal untuk menyimpan ikan hasil
tangkapan selama beroperasi. Ukuran palka disesuaikan dengan kemampuan kapal
beroperasi dan menangkap ikan.
Palka yang paling sering digunakan pada kapal alat tangkap purse seine adalah
palka yang diisolasi. Pemakaian palka yang diisolasi ini dimaksudkan untuk
menekan sekecil mungkin penggunaan es. Dengan menghemat penggunaaan es
maka di peroleh beberapa keuntungan antara lain :
1. Pengurangan beban pengangkutan kapal ke tempat penangkapan.
2. Pemanfatan banyak ruang untuk keperluan lain.
3. Pengurangan biaya pendinginan.

2.3 Proses penanganan ikan di atas kapal


Menurut Okonta dan Ekelemu (2005) dalam Deureus et al, (2009) proses dan
preversi ikan segar merupakan bagian penting karena ikan mempunyai kepekaan
yang sangat tinggi terhadap pembusukan setelah panen dan nuntuk mencegah
kehilangan-kehilangan ekonomi. Jika ikan tidak dijual dalam keadaan segar maka
cara pengawetan harus dilakukan. Ini meliputi pembekuan, pengasapan dan
percawanan pemanasan (Sterilisasi, Pasteurisasi, dsb). Persiapan efisiensi ikan mutu
unggul hasil investasi maksimum dan keuntungan yang bisa dicapai.
Teknik penanganan ikan yang paling umum digunakan untuk menjaga
kesegaran ikan adalah penggunaan suhu rendah. Selanjutnya, pada kondisi suhu
rendah pertumbuhan bakteri pembusukan dan proses-proses biokimia yang
berlangsung dapat tumbuh ikan yang mengarah pada kemunduran mutu menjadi
lebih lamban (Gelman et al, 2011 dalam Munandar et al, 2009)
1. Saat pengangkutan ikan dari jaring

Hal terpenting yang perlu di perhatikan dalam pengangkutan ikan dari jaring adalah
harus dilakukan secara hati-hati. Ikan yang ditangkap dengan jaring harus cepatcepat diangkat ke atas dek kapal agar mendapatkan perlakuan atau penanganan
selanjutnya. Keterlambatan pengangkatan ke atas dek akan mempercepat proses
pembusukan. Proses biokimia yang terjadi dalam daging ikan berkolerasi positif
dengan suhu pada batas-batas tertentu. Artinya, semakin tinggi suhu tubuh ikan
maka proses atau reaksi biokimia semakin cepat berlangsung dan dengan demikian
ikan akan lebih cepat busuk. Pada penanganan ikan segar yang harus diingat
adalah tingkat kesegaran ikan tidak dapat ditingkatkan, tetapi hanya dapat
dipertahankan saja.

a. Pendinginan
Pada prinsipnya pendinginan adalah mendinginkan ikan secepat mungkin ke suhu
serendah mungkin, tetapi tidak sampai menjadi beku. Pada umumnya, pendinginan
tidak dapat mencegah pembusukan secara total, tetapi semakin dingin suhu ikan,
semakin besar penurunan aktivitas bakteri dan enzim. Dengan demikian melalui
pendinginan proses bakteriologi dan biokimia pada ikan hanya tertunda, tidak
dihentikan. Cara yang paling mudah dalam pengawetkan ikan dengan pendinginan
adalah menggunakan es sebagai bahan pengawet, baik untuk pengawetan di atas
kapal maupun setelah di daratkan, yaitu ketika di tempat pelelangan, selama
distribusi dan ketika dipasarkan. Yang pertama perlu diperhatikan di dalam
penyimpanan dingin ikan dengan menggunakan es adalah berapa jumlah es yang
tepat digunakan. Es diperlukan untuk menurunkan suhu ikan, wadah dan udara
sampai mendekati atau sama dengan suhu ikan dan kemudian mempertahankan
pada suhu serendah mungkin, biasanya 0 derajat Celcius. Perbandingan es dan ikan
yang ideal untuk penyimpanan dingin dengan es adalah 1 : 1.

Proses penyimpanan hasil tangkap dilakukan setelah tahap penanganan ikan di atas
kapal. Hal yang perlu dicermati di dalam pengawetan ikan dengan es adalah wadah
yang digunakan untuk penyimpanan harus mampu mempertahankan es selama
mungkin agar tidak mencair. Wadah peng-es-an yang ideal harus mampu
mempertahankan suhu tetap dingin, kuat, tahan lama, kedap air, dan mudah
dibersihkan.

Dasar-dasar penyimpanan yang baik :


a. Segera dinginkan dan diberi es yang cukup.

b. Ikan harus berkontak dengan es, bukan dengan lainnya.


c. Air lelehan es mendinginkan dan menyegarkan ikan, sambil menghayutkan lendir,
darah dan kotoran.
d. Pengusahaan suhu yang cukup rendah sekitar tumpukan ikan es.
e. Pemerliharaan kebersihan Segala peralatan, papan-papan, dan rak dalam palka
harus bersih sebelum ikan disusun. Sisa-sisa es dari perjalanan sebelumnya harus
dibuang habis.
f. Perlakuan dalam palka Perlakuan yang utama adalah bahwa setibanya ikan dalam
palka, harus cepat-cepat didinginkan dan suhu dipelihara pada 0C.

2.4

Teknik Penyusunan Ikan di dalam Palka

Palkah untuk menyimpan ikan segar harus dibersihkan sebelum dimasuki ikan.
Pekerjaan mengangkut ikan ke dalam palka harus dilakukan dengan hati-hati agar
tidak melukai ikan; melemparkan atau menuangkan ikan kedalam palkah atau
menginjak ikan adalah praktek yang tidak baik.
Penyusunan ikan di palka dapat dilakukan dengan 4 cara, yaitu dengan menimbun
(bulking), dengan bersusun lapis menggunakan rak / sekat datar (shelfving), dengan
menggunakan peti-peti (boxing), dan dengan merendam ikan di dalam air dingin.

a. Menimbun Ikan di Palka (Bulking)


Yang dimaksud dengan menimbun ialah menumpuk ikan di lantai palka tanpa
menggunakan penyekat datar atau peti. Cara ini pada umumnya dilakukan dikapal
ikan yang kecil dan palkanya rendah. Dasar palka terlebih dahulu dilapisi es setebal
+15 cm (atau lebih tebal jika dinding palka tidak diisolasi). Ikan ditumpuk di atas
lapisan es itu setebal 10-12 cm; di atasnya diberi lapisan es lagi, kemudian lapisan
ikan; demikian seterusnya sampai tingginya cukup; lapisan paling atas adalah
lapisan es.
Tinggi timbunan ikan sebaiknya tidak melebihi 60 cm. Penimbuanan yang lebih
tinggi lagi dapat merusak ikan pada lapisan yang di bawah, karena menerima
tekanan yang cukup besar. Biasanya setiap 1 ton ikan yang disimpan di palka
dengan cara penimbunan memerlukan ruang palka yang bervolume 2- 2,5 m3

Penyimpanan Ikan Dalam Palka Dengan Cara Menimbun

b. Menyimpan Bersusun Lapis (Shelfing)


Cara penyimpanan ini umumnya di lakukan di kapal ikan yang palkanya cukup
besar dengan tinggi palka >140 cm. Palka disiapkan dengan konstruksi khusus: di
lengkapi dengan rak-rak vertikal dan horisontal yang hidup (dapat di lepas). Sekatsekat vertikal berjarak 1 meter atau kurang, sedangkan sekat-sekat horisontal
berjarak 20-35 cm. Biasanya rak-rak itu disusun membujur, di sisi kiri dan kanan,
sedang ditengah-tengahnya dipakai sebagai lorong. Ikan disusun di atas rak-rak
horisontal dengan diselimuti es. Ikan yang besar di susun membujur.

Pemakaian rak-rak di palka ini dapat menghasilkan ikan yang lebih baik karena ikan
tidak terlalu banyak menerima tekanan, tetapi diperlukan penanganan yang lebih
banyak dan di perlukan ruangan yang lebih besar. Tiap 1 ton ikan memerlukan
ruang palkah 3-4,5 m3 tergantung dari ukuran ikan.

c. Menyimpan Ikan Di Palka Dengan Peti (Boxing)


Peti untuk menyimpan ikan di kapal umumnya dibuat dari kayu atau plastik yang
dirancang dengan ukuran yang disesuaikan dengan kemampuan manusia setempat,
yaitu 20-30 kg. Ukuran yang labih besar dirancang untuk diangkut oleh 2 orang. Peti
dari plastik lebih mudah dibersihkan. Peti kayu hendaknya dibuat dari papan yang
diserut halus dan dengan sudut-sudut yang mudah di bersihkan.

Cool Box Yang Ditempatkan di Kapal


Ikan di susun di dalam peti dengan di campur dan di selimuti es. Karena peti-peti itu
akan di tumpuk di palka, maka pengisian ikan /es tidak boleh melebihi permukaan
peti agar ikan tidak tertekan peti diatasnya. Dengan cara penyimpanan ini, tiap 1
ton ikan memerlukan ruang palka 2,5 - 3 m3.

d. Merendam Ikan Dalam Air Dingin

Palka ikan dibangun berupa tangki-tangki khusus untuk menampung air laut yang di
dinginkan. Ikan direndam di dalam tangki-tangki tersebut sampai saat dibongkar di
pelabuhan. Jika dilakukan dengan baik, cara ini menghasilkan ikan dengan mutu
yang lebih baik; pendinginan berlangsung lebih cepat, ikan tidak menerima
tekanan. Ikan-ikan besar seperti tuna dan ikan-ikan kecil seperti lemuru dan
kembung dapat diperlakukan dengan cara ini.

Air laut didinginkan dengan mesin pendingin yang sudah mulai dijalankan sejak
kapal meninggalkan pelabuhan menuju daerah penangkapan, dengan maksud agar
air sudah cukup dingin pada waktu hasil tangkapan pertama dinaikkan. Sering kali
tangki-tangki diisi dengan sejumlah es sebelum kapal meninggalkan pelabuhan.

2.4

Kendala-kendala Untuk Penanganan Di Atas Kapal

Menurut Nurjannah et al, (2004) fase-fase kemunduran mutu ikan adalah:

Tahap prerigor terjadi selama 2 jam setelah ikan dimatikan. Tahap ini ditandai
dengan jaringan daging ikan yang masih lembut dan lentur serta adanya lapisan
bening di keliling tubuh ikan yang terbentuk oleh peristiwa pelepasan lendir dan
kelenjar bawah kulit.

Tahap Rigormortis terjadi selama10 jam setelah ikan dimatikan dengan


daging yang kaku.

Nilai 5 merupakan ambang batas kesegaran ikan. Ciri-ciri ikan yang memiliki
nilai 5 adalah sebagai berikut: bola mata agak cekung, pupil keabu-abuan karena
agak keruh. Insang menampakkan diskolorasi merah muda dan berlendir.Sayatan
daging mulai pudar banyak kemerahan.Pada tulang belakang bau seperti bau asam,
konsistensi agak lunak, mudah menyobek daging dari tulang belakang.
Proses perubahan ikan setelah mati terjadi karena aktivitas enzim, mikroorgnisme
dan kimiawi. Ketiga hal tersebut menyebabkan tingkat kesegaran ikan
menurun.Penurunan tingkat kesegaran ikan ini terlihat dengan adanya perubahan
fisik, kimia dan organ oleptik pada ikan. Setelah ikan mati, berbagai proses
perubahan ini akhirnya ,mengarah pada pembusukan. Urutan proses perubahan
yang terjadi pada ikan adalah perubahan prerigor, rigor, aktivitas enzim, aktivitas
mikroba dan oksidasi.

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Keadaan umum lokasi praktek


Praktek di laksanakan di kapal pada hari minggu tepatnya tanggal 29 maret 2015
dengan ikut kapal purse seine di kapal KM SUMBER REJEKI BARU selama 3 bulan 10
hari ( 1 trip) dengan Nahkoda Bapak jowage, dengan jumlah ABK 35 orang termasuk
22 anak praktek dari SMK Negeri 2 Rembang, 6 anak dari abk dari pekalongan dan 7
orang dari kepengurusan kapal. Dengan membawa ES 2 lobang dan jumlah palkah
10, garam 2 palkah atau 8 ton.

Nahkoda bertanggung jawab sepenuhnya atas keselamatan dalam pelayaran,


Mualim bertanggung jawab atas kelancaran pengoperasian alat tangkap, di bagian
mesin yang bertanggung jawab adalah KKM atau kepala kamar mesin, kkm dibantu
oleh motoris 1, motoris 2 dan mekanik. Abk bertugas mengoperasikan alat
tangkap.Juru arus bertanggung jawab atas rumpon dan lampu bangkrak, sedangkan
koki bertanggung jawab terhadap perbekalan makanan dan masakan untuk semua
awak kapal.

3.2 deskripsi kapal


3.2.1 Bagan Struktur Jabatan di Kapal
1. Nama perusahaan : Atinda Jaya
2. Nama kapal

: KM. Sumber Rejeki Baru

3. Identitas kapal

: a. tgl pembuatan

: 24 juni 2004

b. berat bersih kpl : 41 GT


4. Mesin kapal

: 6 cilinder, tenaga 6922 (mitsubishi)

5. Panjang Kapal : 13 m
6. Lebar Kapal : 7 m
7. Tinggi Kapal : 10 m
8. Jumlah palka : 13 palka

3.2.1 Struktur Organisasi Kapal


Nahkoda :Sujono

Mualim 1 :Sukarno
Mualim 2 :Suyoto
KKM :Muhamad ilyas tajudin
Mekanik :Opick
Motoris :Karto
Juru masak :Jusuf Afandi & Imam syarifudin
ABK :6 Orang pekalongan & 22 taruna SMKN 2 Rembang

3.2.2 Alat Tangkap


Jenis : Purse seine
Panjang / Mesh Length ( ML ) : 150 m
Lebar / Mesd Deep ( MD ) : 55 m
Ukuran Mata Jaring / Mesh Size : 0,5 inci
Jumlah Pelampung : 450 pemberat
Jumlah Pemberat : 900 pelampung
Jumlah ring (cincin) : 60 cincin (jarak tiap ring 2,5 m)

3.2.3 Perbekalan
Jenis BBM : SOLAR
Jumlah BBM Solar : 73 drem solar,
Beras : 855 kuwintal
Mie Rebus : 15 dus
Air Tawar : 1500 liter
Es : 5 ton
Garam : 10 ton
Perbekalan lain : Minyak goreng, bumbu dapur, sayuran, rokok, alat
dan makanan ringan.

kebersihan,

3.2.4 Peralatan Pendukung


Genset : 1 unit
Pompa Air ( Alcon ) : 2 unit
Gardan : 2 unit
Seser : 2 buah ( diameter 1,5 m )
Basket : 8 buah
Sekop : 2 buah
Sepatu boat : 2 pasang
Kaos tangan : Sejumlah ABK
Lampu galaxy : 10 unit

3.3 Sarana praktek


3.3.1 Sarana yang harus di bawa oleh para peserta praktek adalah:
1. wear pack
2. kaos tangan kerja
3. pakaian ganti
4. kaos kaki
5. peralatan mandi
6. Peralatan tulis
7. Kartu identitas
8. Buku panduan pkl
3.3.2 Sarana yang di gunakan di ats kapal :
1. GPS ( global position system)

2. Radio telekominikasi

3. cadangan jaring.

4. fish finder

5. peta laut

3.3.3 Sarana penyelamatan dan alat pemadam kebakaran :


1. 3 buah ban
2. 1 buah alkon sebagai pengganti pemadam
3.4. Operasi Penangkapan
Lokasi FG1 : Masalembu Barat 05,35, 000 LS
114,31, 000 BT
Waktu Operasi Penangkapan di FG1 :1 bulan
Kegiatan yang dilakukan : operasi alat tangkap, penarikan alat tangkap, dan
pengerjaan hasil
tangkapan.

Lokasi FG2 : Masalembu Timur 06, 00, 000 LS


115, 19, 000 BT
Waktu Operasi Penangkapan di FG2 : 1 bulan
Kegiatan yang dilakukan :operasi alat tangkap, penarikan alat tangkap, dan
pengerjaan hasil tangkapan.

Lokasi FG3 :kangean & sekitarnya 06, 37, 000 LS


111, 10, 700 BT
Waktu Operasi Penangkapan di FG3 :1 bulan

Kegiatan yang dilakukan : operasi alat tangkap, penarikan alat tangkap, dan
pengerjaan hasil tangkapan

3.5 Hasil Tangkap

Fg1 :campuran dorang, tongkol, banyar, sero, lonco, cumi dll,

375 basket.

Fg2 :campuran tongkol, sero, lonco, banyar, cumi, mandel, trunul/ barakuda dll,
592 basket.
Fg3 :campuran tongkol, sero, lonco, banyar, mandel, cumi dll, 1450basket

3.6 PEMBAHASAN
KM SUBER REJEKI BARU adalah kapal yang saya ikuti untuk melaksanakan praktek
kerja industri dari sekolah SMK N 2 REMBANG proses penangkapan ikan di kapal
saya menggunakan alat tangkap purse seine atau pukat cincin yang menjadi fokus
kusus adalah ikan-ikan pelagis atau ikan yang ada di permukaan laut akan tetapi
karena karakter jaring yang sampai ke dasar ikan- ikan yang ada di dasar pun ikut
terperangkap dalam jaring yang menjadikan hasil tangkapan menjadi tidak dapat di
prediksi
Nahkoda bertanggung jawab sepenuhnya atas keselamatan dalam pelayaran,
Mualim bertanggung jawab atas kelancaran pengoperasian alat tangkap, di bagian
mesin yang bertanggung jawab adalah KKM atau kepala kamar mesin, kkm dibantu
oleh motoris 1, motoris 2 dan mekanik. Abk bertugas mengoperasikan alat
tangkap.Juru arus bertanggung jawab atas rumpon dan lampu bangkrak, sedangkan
koki bertanggung jawab terhadap perbekalan makanan dan masakan untuk semua
awak kapal.

Proses penangkapan sendiri di lakukan dengan banyak cara atau tahap-tahapan


yang berupa :
1. Persiapan
l Persiapan sebelum setting
l Persiapan alat dan bahan yang dibutuhkan.
l Nikkan rumpon yang telah dipasang pada haluan kapal dimana rumpon tersebut
telah di turunkan sekitar 20 jam yang lalu.

l Matikan semua lampu galaxy yang berada di atas kapal.


l Hidupkan lampu lambung kiri dan kanan.
l Hidupkan mesin penggerak kapal.
l Turunkan lampu bangkrak yang telah di hidupkan yang telah dipandu 3 orang ABK
hingga menuju ke buritan kapal dan satukan lampu tersebut dengan rumpon yang
berada di bagian buritan kapal, hingga berjarak 70 M antara lampu bengkrak
dengan kapal.
l Tarik jangkar dengan menggunakan gardan hingga masuk ke ulup kapal.
l Cikar kanan dengan kecepatan 5-6 knot mengitari lampu bangkrak.
l Bila kapal telah menemukan posisi melawan gelombang, maka 5 ABK bersiap-siap
menebarkan jaring. (3 ABK berada pada tumpukan tali purse line, 2 ABK pada
bagian badan jaring, dan 1 ABK pada tumpukan tali pelampung).

2. Setting penurunan alat tangkap


l Turunkan lampu tanda yang berada di ujung jaring dari buritan kapal di mana
lampu tanda tersebut di pandu oleh seorang ABK yang ikut terjun ke laut.
l Kapal bergerak mengelilingi lampu bangkrak dan rumpon sambil menebarkan
jaring.
l Setelah kapal menemukan lampu tanda/ujung jaring, kemudian lampu tanda
dinaikan ke atas kapal.
l Tarik tali yang menghubungkan antara lampu tanda dengan tali kolor dengan
menggunakan gardan.
l Setelah penarikan di lakukan, maka akan di temukan 3 tali yaitu tali ris atas, tali
kolor dan tali ris bawah.
l Naikan ketiga tali tersebut, kemudian ditarik dengan menggunakan gardan yang
lain hingga jaring mengkerut dan membentuk kerucut (kantong).
l Keluarkan lampu bangkrak dan rumpon dari lingkaran jaring.
l Lepaskan rumpon yang terikat pada lampu bangkrak, dan ikatkan rumpon pada
tali pelampung, sementara lampu bangkrak di tarik dengan gardan menuju ke atas
kapal.

3. Hauling
Setelah semua bagian jaring di turunkan maka langkah selanjutnya yaitu lakukan
hauling adapun langkah kerjanya sebagai berikut:
l Selanjutnya badan jaring tersebut ditarik oleh ABK secara bersama-sama hingga
bentangan jaring tersebut mengecil, maka hasil tangkapan mengumpul menjadi
satu.
l Setelah kantong jaring mengecil dan ikan berkumpul pada bagian badan jaring
maka ikatlah tali pelampung pada tali yang membentang dari haluan sampai
buritan kapal yang telah disangga oleh tiga tiang penyangga.
l Kapal penampung yang akan mengambil/membeli ikan yang sudah di tangkap
merapat ke kapal penangkap ikan dengan dua utas tali sebagai pengikat antara
kapal penampung dan kapal penangkap ikan ,satu tali di ikat dibagian anjungan
kapal dan satu tali di ikat dibagian buritan kapal hingga kapal penampung berada di
kiri kapal penangkap ikan yang di pisahkan oleh ban bekas untuh mengurangi
geskan antar kapal.

4 Penanganan Hasil Tangkap kapal KM SUMBER REJEKI BARU dibagi menjadi 3


yaitu :

A. Langsung di jual di kapal penampung`


1. Ikan diambil dari kantong jaring, dengan mengunakan serok besar yang ditarik
oleh gardan dan di turunkan di lambung kiri kapal.Kemudian ikan di sortir menurut
jenis ikan dan di masukan ke dalam basket.
2.Setelah itu ikan di siram/ bersihkan dengan air secukupnya
3. Ikan yang sudah ada di dalam basket kemudian di angkat dan di pindahkan ke
kapal penampung yang ada di kiri kapal penangkap ikan
4.Ikan yang sudah naik di atas kapal penampung kemudian di masukan kedalam
lobang yang sudah terisi oleh es yang disusun di bagian paling bawah
5.Setiap 10 basket ikan yang masuk di beri es lagi 2 balok dan seterusnya sampai
lobang penuh dan lobang diberi terpal sebelum ditutup dengan tujuan agar es tidak
cepat mencair
6.Setelah lobang satu penuh kemudian ikan yang tersisa di isikan kedalam lobang
yang lain hingga semua lobang te
risi penuh (semakin banyak es yang maka pengesan ikan akan semakin bagus).

B. Di simpan sendiri
1.Ikan diambil dari kantong jaring, dengan mengunakan serok besar yang ditarik
oleh gardan dan di turunkan di lambung kiri kapal.
2.Kemudian ikan di sortir menurut jenis ikan dan di masukan ke dalam basket
3.Setelah itu ikan di siram/ bersihkan dengan air secukupnya
4.Ikan yang sudah ada di dalam basket kemudian di angkat dan dimasukan kedalam
lobang yang sudah di bersihkan dan di beri es dan garam di bagian bawahnya
5.Setiap 10 basket ikan yang masuk ke lobang di beri garam 1 basket hingga lobang
penuh dan di beri es lagi untuk bagian paling atasnya
6.Setelah lobang satu penuh kemudian ikan yang tersisa di isikan kedalam lobang
yang lain hingga semua lobang terisi penuh (es batu digunakan sebagai sarana atau
untuk mempercepat penggaraman ikan)

C. Proses Penyusunan Ikan di Palkah


Proses penyusunan ikan dilakukan setelah ikan naik ke atas kapal kemudian di
siram(dibersihkan) dengan air dan telah di pisahkan sesuai jenisnya
Kemudian Ikan di masukan ke dalam basket
Palkah di bersihkan dan bagian bawah palkah di beri es hingga bagian bawah
palkah terisi rata dengan es
Ikan yang ada di dalam basket dimasukan menurut jenis ikan dengan harga yang
tinggi/ mahal
Setiap 5 basket Ikan di beri garam 1 basket dan setelah 20 basket di beri es 2
balok kemudian di beri ikan dan garam lagi
Dan setelah 1 tangga palkah atau 2 ton ikan dan garam, juru palkah masuk
kedalam palkah dan mengcampurkan/ meratakan ikan, garam dan es yang ada di
dalam palkah hingga isi yang ada di dalam palkah menjadi rata
Saat juru palkah sudah naik/ keluar dari palkah kemudian ikan di masukan lagi
beserta garam dan juga es batu sesuai ketentuan tadi

Jika ikan yang berdaya jual sudah habis kemudian di masukan ke dalam palkah
ikan yang berdaya jual di lebih rendah dengan ketentuan yang sama hingga palkah
penuh dan di tutup kembali
Jika ikan di atas deck masih banyak kemudian dimasukan kedalam palkah yang
masih kosong hingga semua ikan di atas deck habis.

BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
a. proses penanganan ikan di atas kapal Harus segera dilakukan agar kesegaran
ikan (mutu ikan tetap bagus ) dan memiliki harga jual yang tinggi
b. Proses proses penyusunan ikan dilakukan untuk menjaga agar ikan tetap segar
dan dapat dikonsumsi walau dengan ketentuan kusus tapi tujuanya sama, yaitu
menjaga gizi pada ikan dengan mementingkan/ mengutamakan ikan yang memiliki
nilai jual yang tinggi di simpan di bagian palig bawah palkah

4.2. Saran
a. Proses penanganan ikan haruslah dilakukan secepat mungkin dan dengan
mengutamakan kebersihan ikan tidak hanya melakukanya dengan sembarangan /
tanpa aturan-aturan tertentu
b. Semoga prakrin yang akan datang waktu pelaksanaanya dapat lebih di
perpanjang agar lebih banyak pengalaman yang di peroleh oleh semua tarunataruni yang mengikutinya

Anda mungkin juga menyukai