Anda di halaman 1dari 3

Masyarakat awam umumnya berpendapat bahwa membran atau fabric (kain, PVC,

atau fiberglass) adalah material untuk jenis struktur yang sederhana. Umumnya
material tersebut digunakan dalam bangunan-bangunan yang tidak permanen
hingga semi permanen seperti tenda pramuka, tenda pernikahan, shelter, atap
carport, penutup lapak, ataupun tenda penaung pada pasar tradisional. Padahal di
lain pihak, dunia arsitektur telah mengembangkan penggunaan tenda dan
mengaplikasikannya pada bangunan dengan inovatif. Bangunan-bangunan yang
menggunakan material tersebut juga bukanlah bangunan-bangunan kecil,
melainkan bangunan-bangunan publik berskala besar seperti airport, stasiun,
stadion, convention center, hall, dan lain sebagainya. Kekuatan dan ketahanan
bangunan berstruktur membran tersebut juga terbukti sangat baik. Beberapa
produsen material tenda menyatakan bahwa produknya dapat bertahan hingga 15
tahun (PT. Kattya Tenso Membrane: 2011).
Saat ini, terdapat pemahaman yang bias antara tenda sebagai material dan tenda
sebagai sistem struktur (tensile structure). Ketika seseorang membicarakan struktur
tenda, ada prinsip kerja tertentu yang membedakannya dengan sistem struktur lain.
Akan tetapi ketika tenda digunakan sebagai material, ia dapat dipadukan dengan
berbagai sistem struktur lain, misalnya penopang rangka kaku. Kedua sistem ini
memiliki cara kerja yang berbeda. Perbedaan inilah yang perlu dipahami lebih jauh.
Hal yang pertama dilakukan sebelum konstruksi adalah proses pembuatan
membran. Membran dibuat dalam pabrik membran yang terstandarisasi. Pertamatama, pada lembaran membran dicetak pola-pola yang diinginkan menggunakan
CNC (Computer Numerical Controller) Plotter. CNC Plotter ini adalah plotter yang
dapat terhubung dengan CAD Program sehingga cetakan dapat disesuaikan dengan
desain. (Wikipedia, 2011) Setelah pola dicetak, membran dipotong menggunakan
pemotong laser dan dilengkapi dengan lubang-lubang tertentu sesuai desain
membran tersebut. Di samping itu, dibuat pula joint atau sambungan khusus untuk
membran tersebut dengan menggunakan proses produksi pabrik yang
terstandarisasi. Setelah setiap komponen diproduksi, membran dan
kelengkapannya dikemas dan dikirim menuju lokasi konstruksi.
Ada dua jenis struktur pneumatik:
yang didukung oleh udara dan pompa. Struktur yang didukung oleh udara
menggunakan tekanan positif rendah (3-6 psf) untuk mendukung membran dengan
luas tertentu. Udara harus dipasok secara terus menerus karena adanya kebocoran,
terutama pada pintu-pintu masuk bangunan. Struktur yang dipompa dengan udara
membentuk bagan-bagan struktur konvensional (dinding, balok, kolom, busur, dsb).
Kekakuan bagan-bagan dihasilkan melalui tekanan udara yang terdapat di dalam
bentukan membran (30-40 psf), bandingkan dengan tekanan dan ban mobil kira-

kira 4.300 psf). Saat ini ada dua jenis struktur yang dipompa: sistem dinding ganda
(dua wall system) dan sistem bertulang yang dipompa (inflated rib system).

Penerapan struktur pneumatik di Indonesia, khususnya untuk bangunan arsitektural


hingga saat ini belum banyak dilakukan. Kendala yang dihadapi adalah jenis
struktur ini masih kurang populer yang diikuti dengan kurangnya nara sumber serta
belum adanya peraturan-peraturan yang khusus mengatur pembangunan
menggunakan struktur pneumatik.
Padahal dari banyak sisi, Indonesia sebenarnya merupakan lahan yang subur bagi
pengembangan struktur pneumatik. Rehm tropis di Indonesia rnemungkinkan
bangunan terbebas dari beban salju yang merupakan musuh utama struktur
pneumatik. Selain itu di Indonesia banyak event yang pengadaannya berkesesuaian
dengan karakter struktur pneumatik. Pengadaan material utama bangunan berupa
kain 1)cl-lapis PVC juga sudah bukan merupakan barang baru di industri

pertekstilan Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai