No. Registrasi :
Telp :
Perempuan, umur 43 tahun, datang ke puskesmas dengan keluhan nyeri kepala, berdenyut,
dirasakan sampai tengkuk, sejak 3 hari. Pasien juga sering merasa nyeri ulu hati serta sulit
untuk memulai tidur. Selain itu kedua kaki terasa kebas, kesemutan (-). Pasien juga merasa
sering haus dan banyak minum, juga sering terasa lapar, dan buang air kecil. Riwayat
diabetes mellitus.
Keadaan umum : komposmentis, GCS E4V5M6
Berat badan : 58; Tinggi Badan : 145 cm. BMI : 27. Status Gizi : Overweight
Vital Sign, Tekanan darah : 170/110 mmHg
Nadi
: 89x/mnt
Rr : 20 x/mnt.
T : Afebris
Kepala : konjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/-, pupil isokor, lensa jernih
Thorak : inspeksi : bentuk dada simetris
Palpasi : pergerakan dinding dada simetris, fokal fremitus dextra=sinistra
Perkusi : Sonor +/+,
Portofolio Diabetes Melitus
dr. Lely Fauziah
Page 1
: timpani (+)
Palpasi
: (-)
: (+)
Riwayat hipertensi
4. Riwayat Keluarga :
: (+)
Konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetes mellitus tipe 2 diindonesia. Perkeni 2011
Rudianto, Ahmad,. dkk. 2011. Konsensus Pengendalian dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe2
di Indonesia 2011. Jakarta
Sanity, Andri,.dkk. 2008. Buku Ajar Penyakit Dalam. Internal publishing: Jakarta
Page 2
Tonje, A Aksnes,.dkk. Treatment of Hypertension in Diabetes. Expert Rev Cardiovas Ther. 2012;
10(6):727-734.
Hasil Pembelajaran :
1. Mengetahui cara mendiagnosa penyakit diabetes mellitus
2. Mengetahui penatalaksanaan penyakit diabetes mellitus
3. Mengetahui komplikasi dan penanganannya pada pasien diabetes mellitus
TINJAUAN PUSTAKA
I. Definisi
Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun2010, Diabetes melitus
merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang
terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya.
II. Klasifikasi
Klasifikasi DM berdasarkan etiologi dapat dilihat pada tabel 1.
Portofolio Diabetes Melitus
dr. Lely Fauziah
Page 3
Tipe 1
Tipe 2
Tipe lain
III.
tidak dapat ditegakkan atas dasar adanya glukosuria. Guna penentuan diagnosis DM,
pemeriksaan
glukosa
darah
yang dianjurkan
adalah
pemeriksaan
glukosa
secara
enzimatik dengan bahan darah plasma vena. Penggunaan bahan darah utuh (whole
blood), vena, ataupun kapiler tetap dapat dipergunakan dengan memperhatikan angka
angka kriteria diagnostik yang berbeda sesuai pembakuan oleh WHO. Sedangkan untuk
tujuan pemantauan hasil pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan
glukosa darah kapilerdengan glukometer.
III.1.1. Diagnosis diabetes melitus
Berbagai keluhan dapat ditemukan pada penyandang diabetes. Kecurigaan adanya
DM perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan klasik DM seperti di bawah ini:
Portofolio Diabetes Melitus
dr. Lely Fauziah
Page 4
Keluhan
lain
dapat
berupa:
lemah
badan,
kesemutan,
gatal, mata
kabur,dan disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulvae pada wanita
Diagnosis DM dapat ditegakkan melalui tiga cara:
1. Jika keluhan klasik ditemukan, maka pemeriksaan glukosa plasma sewaktu >200
mg/dL sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM
2. Pemeriksaan glukosa plasma puasa 126 mg/dL dengan adanya keluhan klasik.
3. Tes toleransi glukosa oral (TTGO). Meskipun TTGO dengan beban 75 g glukosa lebih
sensitif dan spesifik dibanding dengan pemeriksaan
glukosa
plasma
puasa,
namun
pemeriksaan ini memiliki keterbatasan tersendiri. TTGO sulit untuk dilakukan berulangulang dan dalam praktek sangat jarang dilakukan karena membutuhkan persiapan khusus.
Langkah-langkah diagnostik DM dan gangguan toleransi glukosa dapat dilihat pada
bagan 1. Apabila hasil
pemeriksaan
tidak
memenuhi
kriteria
normal
atau
dalam
DM,
kelompok
toleransi glukosa terganggu (TGT) atau glukosa darah puasa terganggu (GDPT).
1.
2.
GDPT: Diagnosis
Page 5
Belum pasti
DM
200
Kadar glukosa
Plasma vena
<100
DM
100-199
darah sewaktu
Darah kapiler
<90
90-199
200
(mg/dl)
Kadar glukosa
Plasma vena
<100
100-125
126
darah puasa
Darah kapiler
<90
90-99
100
Page 6
(mg/dl)
Catatan :
Untuk kelompok risiko tinggi yang tidak menunjukkan kelainan hasil, dilakukan
ulangan tiap tahun. Bagi mereka yang berusia >45 tahun
Penatalaksanaan
Tujuan
penatalaksanaan
secara
umum
penyandang diabetes.
Portofolio Diabetes Melitus
dr. Lely Fauziah
Page 7
adalah
Jangka
pendek:
menghilangkan keluhan
dan
tanda
DM,
Jangka
panjang: mencegah
dan
menghambat
progresivitas penyulit
Riwayat Penyakit
Pengobatan
yang
sedang
dijalani,
termasuk
obat
yang digunakan,
Page 8
Faktor
risiko:
merokok,
hipertensi,
riwayat
penyakit jantung
koroner,
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan funduskopi
Pemeriksaan jantung
Pemeriksaan kulit (acantosis nigrican dan bekas tempat penyuntikan insulin) dan
pemeriksaan neurologis
A1C
Profil lipid pada keadaan puasa (kolesterol total, HDL, LDL, dan trigliserida)
Kreatinin serum
Albuminuria
Elektrokardiogram
Page 9
Page 10
aktif pasien, keluarga dan masyarakat. Tim kesehatan mendampingi pasien dalam
menuju perubahan perilaku sehat. Untuk mencapai keberhasilan perubahan perilaku,
dibutuhkan edukasi yang komprehensif dan upaya peningkatan motivasi.
Pengetahuan
tentang
pemantauan glukosa
darah mandiri,
Setiap
penyandang
diabetes
sebaiknya
mendapat
TNM
sesuai dengan
a. Kebutuhan kalori
Ada beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan penyandang
diabetes. Di antaranya adalah dengan memperhitungkan kebutuhan kalori basal yang
besarkan 25-30 kalori/kgBB ideal, ditambah atau dikurangi bergantung pada beberapa faktor
seperti jenis kelamin, aktivitas, berat badan, dll.
Perhitungan berat badan Ideal (BBI) dengan rumus Brocca yang dimodifikasi adalah
sbb:
-
Bagi pria dengan tinggi badan di bawah 160 cm dan wanita di bawah 150 cm, rumus
dimodifikasi menjadi :
-
Page 11
BB Normal : BB ideal 10 %
Kurus
BB Kurang
<18,5
BB Normal
18,5-22,9
BB Lebih
23,0
Dengan risiko
23,0-24,9
Obes I
25,0-29,9
Obes II
> 30
*WHO WPR/IASO/IOTF dalam The Asia-Pacific Perspective: Redefining Obesity and its Treatment.
Latihan jasmani
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu
selama kurang lebih 30 menit), merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan DM tipe 2.
Kegiatan sehari-hari seperti berjalan kaki ke pasar, menggunakan tangga, berkebun harus
tetap dilakukan.
Latihan
menurunkan
berat
memperbaiki
kendali
jasmani
badan
dan
selain
untuk
menjaga kebugaran
memperbaiki sensitivitas
insulin,
juga
sehingga
dapat
akan
jasmani yang bersifat aerobik seperti jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang.
Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani.
Untuk mereka yang relatif sehat, intensitas latihan jasmani bisa ditingkatkan, sementara
yang sudah mendapat komplikasi DM dapat dikurangi. Hindarkan kebiasaan hidup yang
kurang gerak atau bermalas-malasan.
Terapi farmakologis
Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan makan dan latihan
jasmani (gaya hidup sehat). Terapi farmakologis terdiri dari obat oral dan bentuk suntikan.
1. Obat hipoglikemik oral
Portofolio Diabetes Melitus
dr. Lely Fauziah
Page 12
(pioglitazon)
berikatan
Activated Receptor Gamma (PPAR-g), suatu reseptor inti di sel otot dan sel lemak.
Golongan
ini
meningkatkan
mempunyai
jumlah
protein
efek
menurunkan
pengangkut glukosa,
resistensi insulin
sehingga
dengan
meningkatkan
Page 13
faal
hati. Pada
pasien
yang
menggunakan
tiazolidindion
perlu dilakukan
di
samping
dipakai pada
penyandang
diabetes
glukosa
gemuk.
perifer.
Metformin
dengan
kecenderungan
hipoksemia
darah
sesudah
makan.
meningkatkan
GLP-1
bentuk
aktif merupakan
hal
rasional
dalam
Page 14
obat
yang
masuk
golongan
DPP-4
inhibitor, mampu
menghambat kerja DPP-4 sehingga GLP-1 tetap dalam konsentrasi yang tinggi
dalam
bentuk
aktif
dan mampu
merangsang
penglepasan
insulin
serta
terhadap
penurunan A1C dapat dilihat pada tabel 4, sedangkan nama obat, berat bahan aktif (mg)
per tablet, dosis harian, lama kerja, dan waktu pemberian dapat dilihat pada lampiran 1.
Cara Pemberian OHO, terdiri dari:
-
OHO dimulai dengan dosis kecil dan ditingkatkan secara bertahap sesuai
respons kadar glukosa darah, dapat diberikan sampai dosis optimal
DPP-IV inhibitor dapat diberikan bersama makan dan atau sebelum makan.
Page 15
Suntikan
1. Insulin
2. Agonis GLP-1/incretinmimetic
1. Insulin diperlukan pada keadaan:
Page 16
Ketoasidosis diabetik
Sekresi insulin fisiologis terdiri dari sekresi basal dan sekresi prandial.
Terapi insulin diupayakan mampu meniru pola sekresi insulin yang fisiologis.
Defisiensi insulin mungkin berupa defisiensi insulin basal, insulin prandial atau
keduanya. Defisiensi insulin basal menyebabkan timbulnya hiperglikemia
pada
keadaan
puasa,
sedangkan defisiensi
insulin
prandial
akan
Page 17
Penyesuaian dosis insulin basal untuk pasien rawat jalan dapat dilakukan
dengan menambah 2-4 unit setiap 3-4 hari bila sasaran terapi belum
tercapai.
Apabila sasaran glukosa darah basal (puasa) telah tercapai, sedangkan A1C
belum
mencapai
target,
maka
dilakukan pengendalian
glukosa
darah
2. Agonis GLP-1/incretinmimetic
Pengobatan dengan dasar peningkatan GLP-1 merupakan pendekatan baru
untuk
pengobatan
DM. Agonis
GLP-1 dapat
bekerja
sebagai
perangsang
Page 18
darah. Bersamaan dengan pengaturan diet dan kegiatan jasmani, bila diperlukan
dapat dilakukan pemberian OHO tunggal atau kombinasi OHO sejak dini. Terapi
dengan OHO kombinasi (secara terpisah ataupun fixed-combination dalam bentuk
tablet tunggal), harus dipilih dua macam obat dari kelompok yang mempunyai
mekanisme kerja berbeda. Bila sasaran kadar glukosa darah belum tercapai,
dapat pula diberikan kombinasi tiga OHO dari kelompok yang berbeda atau
kombinasi OHO dengan insulin. Pada pasien yang disertai dengan alasan klinis
di mana insulin tidak memungkinkan untuk dipakai, terapi dengan kombinasi
tiga OHO dapat menjadi pilihan. (lihat bagan 2 tentang algoritma pengelolaan
DM tipe 2).
Untuk kombinasi OHO dan insulin, yang banyak dipergunakan adalah
kombinasi OHO dan insulin basal (insulin kerja menengah atau insulin kerja
panjang) yang diberikan pada malam hari menjelang tidur. Dengan pendekatan
terapi tersebut pada umumnya dapat diperoleh kendali glukosa darah yang baik
dengan dosis insulin yang cukup kecil. Dosis awal insulin kerja menengah
adalah 6-10 unit yang diberikan sekitar jam 22.00, kemudian dilakukan evaluasi
dosis tersebut dengan menilai kadar glukosa darah puasa keesokan harinya. Bila
dengan cara seperti di atas kadar glukosa darah sepanjang hari masih tidak
terkendali, maka OHO dihentikan dan diberikan terapi kombinasi insulin.
Page 19
Page 20
Pemeriksaan A1C
Tes hemoglobin terglikosilasi, yang disebut juga sebagai glikohemoglobin,
atau hemoglobin glikosilasi (disingkat sebagai A1C), merupakan cara yang
Portofolio Diabetes Melitus
dr. Lely Fauziah
Page 21
digunakan untuk menilai efek perubahan terapi 8-12 minggu sebelumnya. Tes ini
tidak dapat digunakan untuk menilai hasil pengobatan jangka pendek. Pemeriksaan
A1C dianjurkan dilakukan setiap 3 bulan, minimal 2 kali dalam setahun.
5. Kriteria pengendalian DM
Untuk
dapat
mencegah
terjadinya
komplikasi
kronik, diperlukan
pasien
usia lanjut
Page 22