Anda di halaman 1dari 4

BAB IV

UTILITAS DAN PENGOLAHAN LIMBAH

4.1 Unit Utilitas


4.1.1 Penyedian Air
Air yang digunakan untuk kebutuhan proses dan keperluan rumah tangga
diperoleh dari sungai didaerah rasak bungo. Sebelum digunakan untuk proses maupun
keperluan rumah tangga dan kantor air di olah terlebih dahulu, dimana proses
pengolahan air ini meliputi proses sedimentasi, filtrasi dan flokulasi. Air dialirkan
melalui kanal untuk mengalami proses pengendapan partikel besar yang dapat
mengendap dengan sendirinya, kemudian disaring menggunakan saringan mikro
strainer sebelum masuk ke bak penampungan. Saringan mikro strainer digunakan
untuk menyaring kotoran yang tidak terendapkan di kanal.
Untuk air domestik, sebelum digunakan terlebih dahulu dilakukan treatment
dengan cara memompakan air ke dalam mixing chamber. Didalam mixing chamber
ditambahkan aluminium sulfat dan

natrium karbonat yang berperan sebagai

flokulator yaitu menggumpalkan partikel tersuspensi yang akan mengendap secara


gravitasi (proses flokulasi). Kemudian ditambahkan klorin sebagai desinfektan untuk
membunuh bakteri yang terdapat dalam air serta dipompakan kedalam bak
sedimentasi. Setelah pengendapan sempurna, air dipompakan menggunakan saringan
pasir ( sand filter) sehingga air dapat digunakan untuk proses maupun keperluan
rumah tangga.
4.1.2 Penyediaan Tenaga Listrik
Pada PT. Semen Padang ini, hampir seluruh alat produksi dan penerangan
membutuhkan energi listrik kecuali proses pembakaran. Untuk memenuhi kebutuhan
energi listrik yang tinggi, PT. Semen Padang mendapat supply energi listrik dari

63

beberapa pembangkit listrik yang meliputi pembangkit listrik mandiri dan


pembangkit listrik dari PLN (Perusahaan Listrik Negara).
1. Pembangkit tenaga listrik mandiri
a. PLTA
PLTA Kuranji, merupakan PLTA yang dibangun pada tahun 1929 dan
diperbaharui pada tahun 1994 terletak 5,2 km dari pabrik. PLTA ini memiliki tiga unit
generator dan tiga unit turbin. Media air yang digunakan sebagai pembangkit air
bendungan di sungai Padang Jernih.
PLTA Rasak Bungo, merupakan PLTA yang dibangun pada tahun 1970 untuk
memenuhi listrik Indarung I terletak 1.7 km dari pabrik. PLTA ini memiliki dua unit
turbin dan satu unit generator. PLTA ini menggunakan air yang dibendung dari
sungai Lubuk Peraku dan sungai Air Baling. Listrik yang dihasilkan dipakai untuk
memenuhi kebutuhan listrik penambangan Bukit Ngalau yang ditransmisikan
melalui kabel bawah tanah.
b. PLTD
PLTD I (1929 1974), memiliki dua unit pembangkit, dengan daya yang
dihasilkan sejumlah 2 x 3000 kVA. PLTD II (19878 sekarang), terletak di pabrik
Indarung II yang memiliki tiga unit pembangkit daya. Listrik keluaran PLTD II
digunakan untuk keperluan listrik Indarung I, III, IV, serta untuk perumahan. Daya
yang dihasilkan adalah 3 x 6250 kVA.
c. WHRPG ( Waste Heat Recovery Power Generation )
WHRPG merupakan pembangkit listrik yang menggunakan panas buangan
sisa dari kiln, cooler serta gas panas dari suspension preheater yang diubah menjadi
energi listrik dengan teknologi pembangkit listrik. Pembangunan WHRPG dilakukan
pada tahun 2011, dimana berasal dari perusahaan Nedo (Jepang). Pembangunan
WHRPG dilakukan atas kerja sama pemerintah Indonesia dan pihak dari jepang.
Daya yang dihasilkan oleh unit ini akan mensuplai kebutuhan listrik untuk peralatan
yang memerlukan energi yang cukup rendah, seperti suplay kantor produksi dan
beberapa lampu.
2. Pembangkit listrik dari PLN

64

Tenaga listrik PLN diperlukan untuk kebutuhan pabrik Indarung II, II, IV, dan
V. Tenaga listrik PLN dihasilkan dari PLTA danau Maninjau, yang ditransmisikan
menuju Indarung.
4.1.3 Penyiapan Bahan Bakar
a. Bahan bakar batu bara
Untuk memudahkan dalam penggunaannya, batu bara digiling mencapai
kehalusan sekitar 15 25% residu di atas ayakan 90 dan dikeringkan sampai kadar
airnya sekitar 3 5%. Batu bara didatangkan dari ombilin, Bukit Asam, dan
kalimantan.
b. Bahan Bakar Solar
Bahan bakar solar dipakai untuk pembakaran pendahuluan pada kiln, dan
selanjutnya diganti dengan batu bara. Bahan bakar solar juga dipakai sebagai bahan
bakar PLTD di Semen Padang. Bahan bakar solar diperoleh dari Pertamina.
4.2 Pengolahan Limbah
Limbah debu yang dihasilkan di PT. Semen Padang berupa limbah padat
(debu) dan limbah gas (CO2, N2, O2, SO2 dan Uap air), sebelum dibuang ke alam
bebas limbah gas di lewatkan kedalam Electro Static Presipitator (ESP) terlebih
dahulu, sehingga terpisah antara gas dan debu. Debu dikembalikan ke dalam raw mill
sedangkan udara yang sudah bersih dibuang ke atmosfer dengan cerobong asap
(chimney). Gas buang yang diperoleh mengandung debu maksimal 80 mg/m3 sesuai
dengan keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 13 MENHL/1955. Alat
penangkap debu selain ESP yaitu jet pulse filter. Untuk limbah padat pada proses
pembuatan semen, dapat diolah dengan menjadikan limbah tersebut bahan baku dan
sebagian dimasukan kedalam sistem.
PT. Semen Padang menerima sertifikat ISO 9002:2000 atas keberhasilan
dalam implementasi Sistem Manajemen Mutu dan ISO 1400 atas keberhasilannya
dalam implementasi sistem Manajemen Lingkungan.

65

Anda mungkin juga menyukai