Anda di halaman 1dari 4

Beberapa hewan bergantung kepada sumber

makanan yang mudah untuk didapatkan,


seperti makanan yang memberikan suplai
energi yang rendah seperti rumput dan
dedaunan. Hewan semacam ini umumnya
membutuhkan bantuan mikroba untuk
memecah sumber makanan tersebut menjadi
senyawa-senyawa organik yang dapat
memberikan asupan energi.
Untuk hewan-hewan monogastrik (sebagai
contoh kuda, badak, koala, kelinci, dan
gajah) fermentasi mikrobial bertempat di
dalam sekum setelah pencernaan katalitik di
kolon. Sistem pencernaan ini beda dengan hewan-hewan ruminansia (sebagai contoh kuda nil,
sapi, domba, kambing, rusa, kanguru, paus, dan sapi laut) yang mana fermentasi mikrobialnya
terjadi di dalam rumen dan sebelum terjadinya pencernaan katalitik di kolon.
Untuk analisis ini, diasumsikan bahwa reaksi pencernaan tersebut merupakan reaksi homogen
dan dikontrol secara kinetik oleh enzim di mana komponen makanan A terikat secara reversibel
kepada enzim E dan terdisosiasi secara irreversibel ke dalam bentuk produk P dan enzim bebas:
A + E EA P+ E
Lebih lanjut, diasumsikan bahwa seluruh reaksi pencernaan dapat dikelompokkan ke dalam dua
kategori. Reaksi pencernaan yang dikatalisasi oleh enzim hewan itu sendiri diasumsikan
mengikuti kinetika Michaelis-Menton dan memiliki laju reaksi
v C
r A= max A
K M+ CA
Di mana
C A adalah konsentrasi A
v max =k 2 C E
K M =

k +1+ k +2
k1

Sedangkan, reaksi pencernaan yang bergantung kepada fermentasi mikrobial merupakan reaksi
autokatalitik. Mikroba M diproduksi saat dimulainya pemecahan komponen makanan A:
A + M MA P+ M + M
Reaksi tersebut memiliki ketergantungan tambahan dengan konsentrasi mikroba, C M :
r A=

v max C A C M
K M +C A

Reaktor yang akan digunakan untuk mengonstruksikan model matematis dari sistem pencernaan
pada kasus ini: batch reactor, plug flow reactor (PFR), dan continuously stirred tank reactor
(CSTR). Waktu dalam batch reactor atau ruang waktu

( = Vv )

dalam continuous flow reactor

yang dibutuhkan untuk pencernaan mencapai derajat konversi tertentu,

X , didapatkan dengan

persamaan-persamaan
Batch
X Final

t =N A 0

dX
r A

PFR
Xout

V
dX
= =C A 0
v
r
A
X

CSTR
V C A 0 ( X out X )
= =
v
( r A )out
Di mana
r A adalah laju reaksi
N A0

adalah mol reaktan A sebelum reaksi

C A 0 adalah konsentrasi feed A


V

adalah volume reaktor

adalah laju alir volumetrik dari feed

Gambar di samping (atas) menampilkan grafik untuk


menentukan ruang waktu dari organ pencernaan sebuah hewan
yang melakukan pencernaan katalitik setelah kinetika MichaelisMenton. Untuk meminimalisir ruang waktu, pencernaan katalitik
Michaelis-Menton dioptimasi dengan menggunakan desain PFR.
Sedangkan, plot di samping (bawah) menampilkan laju reaksi
versus konversi untuk proses fermentasi mikrobial secara
autokatalitik.
Reaksi
autokatalitik
dioptimasi
dengan
menggunakan CSTR yang beroperasi pada laju reaksi maksimal,
diikuti oleh PFR.
Sebagian besar dari hewan-hewan yang ada membutuhkan serangkaian reaktor untuk mencerna
makanannya. Tergantung terhadap jenis hewannya, model desain reaktornya akan membutuhkan
modifikasi untuk memperhitungkan beberapa faktor seperti variabel laju alir, variabel volume

organ pencernaan, pencampuran non-ideal, daur ulang komponen


makanan melalui proses koprofagi (pencernaan kembali terhadap
feses), dan caecotrophy (pencernaan kembali terhadap feses yang
telah disaring, seperti pada sistem pencernaan kelinci) dan
distribusi waktu komponen dalam tiap reaktor. Modifikasi
terhadap kinetika reaksi yang terjadi dilakukan untuk
memperhitungkan bentuk kinetika enzim yang berbeda,
keterbatasan dalam perpindahan massa, proses katalisis yang
heterogen, dan kondisi non-isotermal.
Model daripada sistem pencernaan kuda nil merupakan rangkaian dari reaktor CSTR-PFR.
Sedangkan, untuk hewan yang memiliki sistem pencernaan monogastrik, model daripada sistem
pencernaannya dikelompokkan ke dalam dua kategori: CSTR-PFR-Separator-CSTR-PFR
(contohnya, sistem pencernaan koala) dan CSTR-PFR-CSTR-PFR (contohnya, sistem
pencernaan sapi laut).
Makanan koala hanya terdiri dari lima dari seratus spesies daun eukaliptus yang dikenal. Oleh
karena itu, sistem pencernaan koala telah berevolusi ke dalam bentuk yang dapat memisahkan
partikulat yang dapat terlarut (fine particles) agar dialirkan ke dalam sekum dan partikulat
lainnya (coarse particles) agar dialirkan ke luar tubuhnya. Model daripada sistem pencernaan
koala dapat dilihat dalam gambar di bawah

Seperti kuda dan gajah, sapi laut menggunakan sekum dan kolomnya sebagai situs fermentasi
utama, sedangkan lambung dan usus kecilnya digunakan untuk pencernaan katalitik. Karena
kedua kolon dan usus kecil memiliki bentuk yang panjang dan sempit, kedua-keduanya
dimodelkan dalam bentuk reaktor PFR. Sedangkan, jalur masuk, jalur keluar, dan bentuk
daripada lambung dan sekum membuatnya lebih cocok untuk dimodelkan berdasarkan reaktor
CSTR. Alasan lain mengapa model ini digunakan adalah karena tidak mungkin sistem
pencernaan ini merupakan rangkaian PFR-CSTR dikarenakan: derajat konversi dalam sistem

pencernaan sapi laut umumnya tinggi, dan derajat konversi yang tinggi yang beroperasi pada laju
alir autokalatitik yang maksimal tidak efisien untuk dilaksanakan di dalam CSTR dan bentuk
kolon yang panjang dan berliku-liku ditambah dengan hasil pencernaan sapi laut yang viscous
membuat pencampuran ideal tidak mungkin.

Anda mungkin juga menyukai