Proses pengolahan pakan dilakukan dengan cara memamah biak (ruminasi). Pakan berserat (hijauan) akan
disimpan sementara di dalam rumen. Pada saat hewan beristirahat, pakan akan ditarik kembali ke mulut
(proses regurgitasi),untuk dikunyah (proses remastikasi). Selanjutnya pakan akan ditelan (proses
redeglutasi)., untuk dicerna oleh enzim-enzim mikroba rumen.
Di dalam perut, pakan akan diolah di 4 kompartemen perut, yaitu : 1. Retikulum (perut jala). 2. Rumen
(perut beludru). 3. Omasum (perut buku,tersusun dari +/- 100 lipatan ). 4. Abomasum (perut/lambung
sejati,karena baik anatomis maupun fisiologisnya sama dengan lambung non-ruminansia).
Setelah masuk kedalam mulut sapi, pakan akan diolah secara mekanis (dihancurkan) oleh gigi.
Kemudian pakan akan bercampur dengan saliva (air liur), yang disekresikan oleh 3 pasang glandula
saliva, yaitu glandula parotid yang terletak di depan telinga, glandula submandibularis (sumbaxillaris)
yang terletak pada rahang bawah, dan glandula sublingualis yang terletak dibawah lidah.
Makanan dari kerongkongan akan masuk rumen yang berfungsi sebagai gudang sementara bagi
makanan yang tertelan. Di rumen terjadi pencernaan protein, polisakarida, dan fermentasi selulosa
oleh enzim selulase yang dihasilkan oleh bakteri dan jenis protozoa tertentu. Dari rumen, makanan
akan diteruskan ke retikulum dan di tempat ini makanan akan dibentuk menjadi gumpalan-gumpalan
yang masih kasar (disebut bolus). Bolus akan dimuntahkan kembali ke mulut untuk dimamah kedua
kali. Dari mulut makanan akan ditelan kembali untuk diteruskan ke ornasum. Pada omasum terdapat
kelenjar yang memproduksi enzim yang akan bercampur dengan bolus. Akhirnya bolus akan
diteruskan ke abomasum, yaitu perut yang sebenarnya dan di tempat ini masih terjadi proses
pencernaan bolus secara kimiawi oleh enzim.
pada sapi proses pencernaan terjadi dua kali, yakni pada lambung dan sekum yang kedua-duanya
dilakukan oleh bakteri dan protozoa tertentu. Enzim selulase yang dihasilkan oleh bakteri ini tidak
hanya berfungsi untuk mencerna selulosa menjadi asam lemak, tetapi juga dapat menghasilkan bio
gas yang berupa CH4 yang dapat digunakan sebagai sumber energi alternatif.
Pada retikulum dan rumen terjadi pencernaan secara fermentatif, karena pada bagian tersebut terdapat
mikroba dengan jumlah bermilyar-milyar. 3. Omasum Omasum sering juga disebut dengan perut
buku, karena permukaannya berbuku-buku. Derajat Keasaman (pH) omasum berkisar antara 5,2
sampai 6,5. Antara omasum dan abomasum terdapat lubang yang disebut omaso abomasal orifice.
Fungsi omaso abomasal orifice adalah untuk mencegah digesta yang ada di abomasum kembali ke
omasum. 4. Abomasum Abomasum sering juga disebut dengan perut sejati. Derajat keasaman (pH)
pada abomasum asam yaitu berkisar antara 2 sampai 4,1. Permukaan abomasums dilapisi oleh
mukosa yang berfungsi untuk melindungi dinding sel agar tidak tercerna oleh enzim yang dihasilkan
oleh abomasum (Priyono, 2009).
AVES
A. Hewan non ruminansia (unggas) memiliki pencernaan monogastrik (perut tunggal) yang
berkapasitas kecil.
B. Makanan ditampung di dalam crop (tembolok) kemudian di empedal/gizzard terjadi penggilingan
sempurna hingga halus.
C. Sistem pencernaannya disebut simple monogastric system.
D. Unggas tidak memerlukan peranan mikroorganisme secara maksimal, karena makanan berupa
serat sedikit dikonsumsi.
E. Perbedaan itu terletak didaerah mulut dan perut, unggas tidak memiliki gigi untuk mengunyah,
namun memiliki lidah yang kaku untuk menelan makanannya.
F. Perut unggas memiliki keistimewaan yaitu terjadi pencernaan mekanik dengan batu-batu kecil
yang dimakan oleh unggas di gizzard.
RUMINANSIA
A. terdapat geraham belakang (molar) yang besar, berfungsi untuk mengunyah rerumputan yang
sulit dicerna.
B. terdapat modifikasi lambung yang dibedakan menjadi 4 bagian, yaitu: rumen (perut besar),
retikulum (perut jala), omasum (perut kitab), dan abomasum (perut masam).
C.