Anda di halaman 1dari 27

PENG.

LIMBAH KIMIAWI HP

BAB V. PENGOLAHAN AIR LIMBAH SECARA KIMIAWI


(Roekmijati W. Soemantojo)
Jenis pengolahan air limbah secara kimia :
1) Netralisasi
2) Koagulasi & Flokulasi
3) Pengendapan Logam Berat
4) Oksidasi-Reduksi
5) Desinfeksi
Faktor2 dlm pemilihan droses :
tujuan pengolahan,
jenis dan kondisi limbah,
keluaran yang dikehendaki,
sumber daya manusia yang ada,
dana yang tersedia.
5.1 Netralisasi
Netralisasi : pengendalian pH mencapai / mendekati netral
Limbah basa
: gunakan asam ( H2SO4, gas buang, gas CO2)
Limbah asam : gunakan basa (NaOH, Na2CO3, kapur, dolomit)
Jenis-jenis bahan penetral dapat dilihat pada Tabel 5.1
Cara-cara :
1) Mencampur beberapa jenis limbah (basa + asam netral)
2) Melewatkan limbah asam melalui unggun kapur.
3) Mencampur limbah asam dengan bubur kapur / dolomit.
4) Menambahkan NaOH pekat atau Na2CO3 pekat ke limbah asam.
5) Meniupkan gas buang ketel uap melalui limbah alkalis.
6) Meniupkan gas CO2 bertekanan ke limbah alkalis.
TGP Pencegahan Pencemaran/Pengelolaan Limbah : Roekmijati W. Soemantojo

7) Menambahkan H2SO4 ke limbah alkalis.


Pemilihan berdasar :
biaya total
volume limbah asam / alkalis
banyaknya limbah asam / alkalis
Hal yang perlu diperhatikan :
a) Makin dekat titik isoelektris, perubahan pH makin peka
terhadap penambahan asam asam/basa (Lihat Grafik Gb.5.1).
b) Penambahan asam / basa diusahakan tepat mencapai pH yang
dituju (netral)
c) Hindari menambah basa / asam berkali-kali, agar tidak
menaikkan salinitas atau Daya Hantar Listrik (DHL).
Upaya : 1) gunakan dua jenis larutan penetral (pekat + encer)
.
2) gunakan dua pompa dengan kapasitas berlainan.

TGP Pencegahan Pencemaran/Pengelolaan Limbah : Roekmijati W. Soemantojo

Gambar 5.1 Pengaruh banyaknya penambahan reaktan terhadap pH. Makin


mendekati netral, pengaruh penambahan makin besar.

Tabel 5.1. Sifat-sifat berbagai jenis senyawa penetral ( Eckenfelder 2000 Table 3.3 p.83/)

TGP Pencegahan Pencemaran/Pengelolaan Limbah : Roekmijati W. Soemantojo

5.2. Koagulasi & flokulasi.


Membantu pengendapan / presipitasi secara kimiawi.
Presipitasi kimiawi : menyangkut penambahan bahan kimia untuk
mengubah kondisi fisik dari padatan terlarut, koloid
dan
tersuspensi agar mempermudah pemisahan secara sedimentasi.
Umumnya perubahan tak banyak, pengendapan terjadi akibat
terjebaknya suatu senyawa oleh senyawa yang volumenya besar
hasil proses koagulan flokulan.
Umumnya berlangsung secara kombinasi dgn proses fisis atau
hayati; misalnya penghilangan P dan N.
Hasil pemisahan merupakan lumpur (sludge) dgn volume cukup
besar perlu perhatian dlm pemilihan koagulan & flokulan,
maupun dalam penanganan lumpurnya.
Perkiraan pembentukan lumpur serta contoh soal dan
latihannya (Metcalf 1991 Bab.7.1.)

TGP Pencegahan Pencemaran/Pengelolaan Limbah : Roekmijati W. Soemantojo

Koagulasi & flokulasi terdiri atas beberapa tahap :


1. Koagulasi
: destabilisasi partikel suspensi/koloid melalui
penetralan muatan
2. Flokulasi
: pengumpulan partikel koloid yang sudah kurang
stabil menggumpal partikel teraglomerasi (flok).
3. Sedimentasi : pemisahan flok dari cairan dengan cara gravitasi.
Ketiga peristiwa dapat dilakukan terpisah atau dalam satu alat :
clarifier.
Mekanisme destabilisasi :
Partikel suspensi / koloid bermuatan ( umumnya negatif )
bertolakan.
a) Penambahan kation anorganik : Al+++, Fe++, Fe+++
menempel di permukaan partikel penetralan.
Penetralan 1) ionik sederhana
2) pembentukan kompleks (hidrasi)
kation terserap di permukaan
endapan hidroksida mengurung partikel lain.
b) Penambahan polimer organik larut air, terionisasi muatan
positif.
Proses flokulasi :
a) biasa
b) dipercepat, + flokulant / coagulant aid.
Koagulan : 1) primer
2) sekunder (coagulant aid)
1) Koagulan primer : a) anorganik.
b) organik
a) Koagulan anorganik :
Aluminium sulfat, Al2(SO4)3 ~ 17 % Al2O3
Natrium Aluminat, Na2Al2O4 ~ 11 % Al2O3
TGP Pencegahan Pencemaran/Pengelolaan Limbah : Roekmijati W. Soemantojo

Amonium Alum, Al2(SO4)3.(NH4)2SO4.24H2O ~ 11% AL2O3


Copperas, FeSO4.7H2O
~ 55 % FeSO
Ferric sulfate, (Fe(SO4)3
~ 90 % Fe(SO4)3
b) Koagulan organik (poly-electrolyte)
Koagulan organik primer
: kationik, BM < 500 000
poly-amin
Koagulan organik sekunder : anionik, kationik, nonionik BM >
Efisiensi koagulan organik (primer) tergantung pada :
sifat partikel penyebab kekeruhan
tingkat kekeruhan
pengadukan waktu koagulasi
Pengaruh tingkat kekeruhan :
Kekeruhan rendah (<10 JTU)
- sulit dijernihkan :
alum + bentonit (untuk kekeruhan buatan)
koagulan organik primer + anorganik
+ koagulan sekunder
Kekeruhan tinggi (10 60 JTU)
- dijernihkan dengan
: - alum
- polimer kationik
Keuntungan koagulan organik :
volume lumpur < (berkurang 50 90 %)
kadar air dalam lumpur < mudah kering
lumpur tidak terlalu asam dibanding penggunaan alum.
pH air lebih stabil penggunaan basa pengatur pH <
Padatan terlarut <
2) Koagulan sekunder

TGP Pencegahan Pencemaran/Pengelolaan Limbah : Roekmijati W. Soemantojo

Fungsi : - membantu pembentukan flok pengendapan cepat


- menghindari pembentukan flok ringan
carry over di clarifier <
waktu tinggal di clarifier <
Koagulan sekunder :
- polimer organik (poly electrolyte) :
- BM besar, 20 x 106
- kationik, anionik, nonionik
- umum : polyacryl amida (non-ionik)
- activated silica (polimer rantai pendek)
dosis normal : 5 10 mg/l
Penggunaan umum koagulan : Tabel 5.2. Eckenfelder 1989 h.92,
Eckenfelder 2000 h.132
Tahap penggunaan bahan kimia (trgt sifat partikel yg dihilangkan):
Umumnya :
1) Klorin : membantu kontaminan organik
penggunaan koagulan <
2) Bentonit , bila kekeruhan rendah
3) koagulan (anorganik / organik primer)
4) koagulan sekunder, u/ mempercepat pengendapan
5) pengaturan pH.
Tahap 1, 2, dan 3 : pengadukan cepat
Tahap 4, 5 : pengadukan lambat.

TGP Pencegahan Pencemaran/Pengelolaan Limbah : Roekmijati W. Soemantojo

Tabel 5.2. Berbagai jenis koagulan yang digunakan


(Eckenfelder 1989 Table 4.1 p.92, Eckenfelder 2000 Table 4.1. p.132)

Alat clarifier :
1. Sistem konvensional
rapid-mixing tank (koagulasi) )
slow mixing tank (flokulasi) ) dalam unit terpisah
settling tank
)
TGP Pencegahan Pencemaran/Pengelolaan Limbah : Roekmijati W. Soemantojo

2. Sludge blanket unit : ketiga unit jadi satu (Gambar 5.2)

Gambar 5.2 Sludge Blanket Unit


(Eckenfelder 1989 Fig.4.7 p.96; Eckenfelder 2000 Tbl 4.7. p.134)

5. 3. Pengendapan Logam Berat.


Logam berat dalam air limbah perlu dihilangkan atau
dipisahkan karena merupakan B3 yang dapat mencemari
lingkungan. Apabila nilai atau harga logam yang akan dihilangkan
cukup tinggi, apalagi kalau kadarnya tinggi, perlu diupayakan
perolehan kembali (recovery). Penghilangan atau pemisahan logam
berat dilakukan secara khusus sebelum limbah diolah lebih lanjut
bersama aliran limbah lainnya (inplant treatment) agar :
tidak mengganggu proses hayati karena jazat renik mempunyai
ambang batas toleransi terhadap adanya logam berat (Cari di
tabel pada bab pengolahan hayati).
endapan logam berat tidak tercampur dengan lumpur dari proses
pengolahan limbah lainnya.

TGP Pencegahan Pencemaran/Pengelolaan Limbah : Roekmijati W. Soemantojo

Ada berbagai cara pemisahan logam berat dari air limbah,


antara lain :
Pengendapan logam berat secara kimia.
Pemisahan logam berat secara kimia-fisika melalui membran
Adsorpsi
Ekstraksi
Electrowinning
Pada pemisahan logam berat secara kimia umumnya
dihilangkan dengan presipitasi (pengendapan) sebagai hidroksida,
carbonat, sulfida atau sulfat, serta copresipitasi. Presipitasi
dilakukan dengan mengupayakan terjadinya suatu senyawa yang
membentuk endapan di mana mencapai kelarutan minimum.
Dalam presipitasi logam seringkali perlu dilakukan pengolahan
awal, yaitu apabila terdapat senyawa penghambat pengendapan
(CN-, amonia, Cr+6). Dalam praktek sering ditambahkan
flocculating agent :
- alum, lime
- garam Fe, misalnya FeCl3, Fe(SO4)2
- poli elektrolit (misalnya poli akril amida)
Gambar 5.3 (Eckenfelder 1989 Fig. 4.8 h.99), Gambar 5.4
dan Gb. 5.5 (Eckenfelder 2000 Fig.4.8 p.140 dan Fig. 4.9 p.141)
menunjukkan kelarutan berbagai logam sebagai fungsi pH. Hasil
penghilangan mercuri dengan berbagai cara presipitasi dapat
dilihat pada Tabel 5.3 (Eckenfelder 2000 Tabel 4.14 hal.152),
sedangkan hasil penghilangan berbagai logam berat yang dapat
dicapai dapat dilihat pada Tabel 5.4 (Eckenfelder 2000 Tabel 4.16
hal.156). Berbagai hasil presipitasi dapat dilihat pada berbagai
buku dan publikasi, antara lain Eckenfelder 2000 :
Tabel 4.9 hal.143
: Presipitasi hidroksida untuk
Cadmium
Tabel 4.10 hal.148
: Hasil pengendapan logam Kromium
trivalen

TGP Pencegahan Pencemaran/Pengelolaan Limbah : Roekmijati W. Soemantojo

10

Tabel 4.12 hal.149


: Hasil pengendapan Cu dari berbagai
limbah.
Tabel
4.13 hal.150
: Hasil pengendapan fluorida
menggunakan line.
Tabel 4.14 hal.152
: Hasil pengendapan mercuri
Tabel 4.16 hal.154 : Hasil pengendapan hidroksida dari air
limbah yang mengandung Zn.
Presipitasi sebagai hidroksida, dilakukan dengan menambah
lime atau kaustik sampai pH tertentu yaitu pada kondisi
kelarutannya minimum. Rentang pH untuk mendapatkan berbagai
hidroksida logam dengan kelarutan minimum relatif sempit,
sehingga apabila terdapat berbagai jenis logam akan mengalami
kesulitan.
Presipitasi sebagai carbonat dengan menambahkan NaCO 3,
mempunyai rentang kelarutan minimum yang sempit pula.
Presipitasi sebagai sulfida, dengan menambahkan Na2S.
Keuntungannya adalah sulfida dari berbagai jenis logam yang
terbentuk mempunyai rentang kelarutan minimum yang cukup
lebar, sehingga mempermudah pengendapan campuran logam;
akan tetapi sludge yang terbentuk lebih sulit penanganannya,
sedangkan
sulfida
yang
terbentuk
beracun
sehingga
membahayakan kesehatan. Oleh karena itu pengendapan sulfida
seringkali dilakukan untuk penyempurnaan setelah pengendapan
dengan hidroksida.
Copresipitasi dilakukan dengan menambahkan alum atau
ferichlorida sehingga terbentuk flok yang dapat mengadsorpsi
logam tertentu, misalnya Arsen.
Dalam upaya recovery logam, dapat dilakukan pertukaran
ion, adsorpsi karbon aktif, elektrodialisa, osmose balik, atau
evaporasi. Pertukaran ion, mempunyai selektifitas yang cukup baik
untuk berbagai logam berat, sehingga memungkinkan untuk
recovery. Demikian pula pemisahan secara kimia fisika lainnya
seperti osmose balik; akan tetapi biayanya relatif mahal.

TGP Pencegahan Pencemaran/Pengelolaan Limbah : Roekmijati W. Soemantojo

11

Gambar 5.3. Kelarutan berbagai logam berat pada berbagai pH.


(Eckenfelder 1989 Fig. 4.8 p.99),

TGP Pencegahan Pencemaran/Pengelolaan Limbah : Roekmijati W. Soemantojo

12

Gambar 5.4. Presipitasi logam berat sebagai hidroksida dan sulfida


(Eckenfelder 2000 Fig.4.8 p.140)

TGP Pencegahan Pencemaran/Pengelolaan Limbah : Roekmijati W. Soemantojo

13

Gambar 5.5 Hasil presipitasi logam menggunakan Na2CO3.


(Eckenfelder 2000 Fig. 4.9 p.141)
Tabel 5.3 Kadar keluaran penghilangan merkuri pada berbagai pengendapan
(Eckenfelder. 2000. Table 4.14 p.152 atau Eckenfelder 1989 Table
4.6 p.107)

TGP Pencegahan Pencemaran/Pengelolaan Limbah : Roekmijati W. Soemantojo

14

Tabel 5.4. Kadar berbagai logam berat dalam keluaran yang dapat dicapai.
(Eckenfelder. 2000. Table 4.19 p.156 atau Eckenfelder 1989 Table
4.7 p.108)

Pemisahan berbagai logam berat secara kimiawi


Agar pengendapan berlangsung baik, sering perlu pre-treatment untuk mengatasi
gangguan menghilangkan senyawa penghambat pengendapan

Cyamide

membentuk kompleks dengan banyak logam menghambat pengendapan


dihilangkan dengan : a. klorinasi alkalis
b. oksidasi katalis pada karbon
c. lain-lain

TGP Pencegahan Pencemaran/Pengelolaan Limbah : Roekmijati W. Soemantojo

15

limbah cyamide yang mengandung Ni atau Ag sulit dikerjakan dengan klorinasi


alkalis karena reaksi lambat oksidasi

Ferrocyamide [Fe(CN)64-]

Ammonia

ferricyamide [Fe(CN)63-]

membentuk kompleks dengan banyak logam menghambat pengendapan


dihilangkan dengan : a. stripping
b. break point chlorination
c. lain-lain
Cr+6
Lihat uraian berikut.

Chrome.

dipresipitasi dengan Lime


perlu direduksi : Cr+6 Cr+3, baru diendapkan dengan lime
pereduksi

: a. FeSO4
Padat/larutan
b. Na meta bisulfit
c. SO2
Suasana asam(pH<3) + asam!
Cr+6 + Fe+2 + H+
Cr+3 + Fe+3
+6
Cr
+ SO2 atau Na2S2O5 Cr+3 + SO4-2
Cr+3 + 3OH Cr(OH)3 (mengendap)
FeSO4 : menimbulkan banyak sludge Fe (OH)3 karena penambahan alkali.
Agar reaksi sempurna, penerapannya perlu dosis 2.5 x perhitungan teoritis.
Na2S2O5 / SO2 : terjadi reaksi karena H2SO3 yang terbentuk
(H+) . (HSO3-) =1,72.10-2
(H2SO3)
pH > 4,0 hanya 1% sulfate dalam bentuk H2SO3, reaksi sangat lambat.
Terbentuk NaOH perlu (+) asam
Sangat tergantung pada pH; pH harus rendah.
Pada pH < 2.0, reaksi sangat cepat dan penggunaannya mendekati teoritis.
Pada pH <3 terbentuk chromesulfat basa, penggunaan lime berkurang. Pada pH
8.0-9.9 Cr(OH)3 tidak larut.
Karena air limbah umumnya mengandung oksigen perlu SO2 berlebihan agar:
H2SO3 + O2 H2SO4
( 35 ppm lebih)
Sistem: - batch
: kapasitas < 30.000 gal/hari (114 m3/hari)
- kontinyu
: kapasitas 30.000 40.000 gal/hari

TGP Pencegahan Pencemaran/Pengelolaan Limbah : Roekmijati W. Soemantojo

16

retention time : tergantung pH


4x teoritis untuk reaksi sempurna.
Biasanya flokulasi 20 menit
Final settling : overflow rate 20 m3/(hari)(m2)
Perlu: - tangki acidifikasi dan reduksi
- mixing tangki untuk (+) Lime
- settling tank
Bila ada fluktuasi Cr ekualisasi
Arsen
Sumber : industri metalurgi, pecah belah dan keramik, penyamakan kulit, zat warna,
pestisida, pengolahan minyak bumi, unsur tanah jarang (rare earth), serta beberapa
industri organik dan anorganik.
Pengolahan :
Presipitasi sebagai sulfida menggunakan Na2S atau H2S pada pH 6-7 dapat mencapai
keluaran 0.05 mg/l.
Kadar sulfida 0.02 mg/l, presipitasi dengan sulfida : konsentrasi keluaran 0.06 mg/l.
Kopresipitasi dengan flok feri hidroksida : hampir sempurna, < 0.005 mg/l.
Barium
Sumber : industri cat dan pigmen, metalurgi, gelas, keramik, zat warna, vulkanisasi karet,
bahan peledak.
Pengolahan :
Presipitasi dengan sulfat barium sulfat yang kelarutannya sangat rendah (kelarutan
maksimum teotitis pada 25oC pada konsentrasi stoikiometri dari Ba++ dan SO4
sebesar1.4 mg/l, sbg Ba); koagulasi garam barium sebagai sulfat dapat mencapai
keluaran sebesar 0.5 mg/l
Pertukaran ion dan elektrodialisa (mahal)
Cadmium
Sumber : industri logam paduan, keramik, elektroplating, fotografi, pengerjaan pigment,
printing tekstil, berbagai industri kimia, pertambangan timah (Pb).
Pengolahan :
Presipitasi sebagai hiroksida, yang tidak larut dan sangat stabil pada pH alkalis.
Konsentrasi Cd pada l
Konsentrasi dalam larutan pada pH = 8 sekitar 1 mg/l, sedang pada pH=10-11 sekitar
0.05 mg/l. Kopresipitasi dengan feri hidroksida pada pH 6.5 dapat mengurangi Cd
sampai 0.008 mg/l, dan pada pH 8.5 sampai 0.05 mg/l (?).
Adanya senyawa pengompleks seperti sianida menghambat pengendapan Cd
oksidasi sianida. Oksidasi dengan H2O2 dapat dilakukan simultan dengan
pembentukan Cd oksida, yang memungkinkan recovery.

TGP Pencegahan Pencemaran/Pengelolaan Limbah : Roekmijati W. Soemantojo

17

Pertukaran ion, dapat untuk tujuan recovery.


Apabila konsentrasinya cukup tinggi, dapat dilakukan elektrolisis atau evaporasi,
untuk tujuan recovery.

Tembaga (Cu)
Sumber : terutama industri logam (proses pengasaman dan pelapisan), berbagai industri
kimia yang menggunakan garam Cu dan katalis Cu.
Pengolahan :
- pengendapan
- bila akan di recover dilakukan pertukaran ion, evaporasi, elektrodialisa.

Presipitasi, pada pH alkalis menjadi Cu-hidroksida yang relatif tidak larut. Bila
digunakan Ca(OH)2, dengan adanya ion sulfat konsentrasi tinggi, terbentuk adanya
Calsium-sulfat yang menurunkan nilai recovery dari sludge Cu sebaiknya
menggunakan NaOH , tetapi lebih mahal. Kelarutan minimum CuO pada pH 9.0-10.3
sebesar 0.01 mg/l. Dalam praktek derajat pengolahan yang layak mencapai keluaran
sebesar 0.02 0.07 mg Cu/l (sebagai Cu terlarut).
Presipitasi dengan sulfida pada pH 8.5 menghasilkan konsentrasi keluaran 0.01 0.02
mg/l. Pada konsentrasi rendah adanya senyawa pengompleks seperti sianida dan
amonia mengganggu pengendapan perlu dihilangkan sebelumnya, misalnya
dengan karbon aktif.
Pertukaran ion, evaporasi, eletrodialisis, dengan tujuan recovery.
Untuk consentrasi Cu < 200 mg/l : pertukaran ion, adsorpsi carbon aktif.

Fluorida
Sumber : industri gelas, electroplating, baja, aluminium, pestisida, serta pupuk.
Pengolahan :
Presipitasi dengan lime sebagai kalsium-fluorida, menghasilkan konsentrasi keluaran
1020 mg/l. Adanya magnesium mendorong presepitasi dengan terbentuknya flok
magnesium hidroksida, .menghasilkan keluaran < 1.0 mg/l.
Pertukaran ion, untuk konsentrasi fluorida yang rendah, misalnya dengan activated
alumina. Sering untuk menyempurnakan penghilangan F setelah pengendapan dengan
lime (30 mg/l dari keluaran pengendapan 2 mg/l).
Besi

TGP Pencegahan Pencemaran/Pengelolaan Limbah : Roekmijati W. Soemantojo

18

Sumber : pertambangan, pengolahan logam, berbagai industri kimia, zat warna, tekstil,
pengolahan minyak bumi.
Terdapat dalam bentuk ferri atau ferro tergantung pada pH dan konsentrasi oksigen
terlarut. Dalam kondisi netral dengan adanya oksigen, ion ferro terlarut teroksidir
menjadi ferri, membentuk endapan ferri hidroksida. Pada pH tinggi ion ferri melarut
karena terbentuknya kompleks Fe(OH)4-. Adanya sianida mengganggu pengendapan ferri
dan ferro karena terbentuknya kompleks.

Pengolahan :
Presipitasi menjadi ferri hidroksida pada pH mendekati 7, terjadi kelarutan minimum,
dengan lebih dahulu mengubah ferro menjadi ferri. Konversi ferro menjadi ferri terjadi
cepat dengan aerasi pada pH 7.5. Adanya zat organik terlarut menurunkan laju oksidasi.
Timbal (Pb)
Sumber : industri batere.
Pengolahan :
Presipitasi sebagai karbonat (PbCO3)dengan penambahan natrium karbonat pada pH
9.0 9.5, mendapatkan konsentrasi keluaran 0.01 0.03 mg/l.
Presipitasi dengan Ca(OH)2 pada pH 11.5 menghasilkan endapan Pb(OH)2 dengan
konsentrasi keluaran 0.019 0.2 mg/l
Presipitasi sebagai sulfida menggunakan Na2S pada pH 7.5 8.5.
Mangan
Sumber : industri baja paduan, batere kering, gelas dan keramik, cat dan vernis, tinta, zat
warna / pewarnaan. Dari berbagai bentuk senyawa mangan, yang kelarutannya cukup
besar hanya bentuk mangano dan permanganat. Karena permanganat merupakan
oksidator yang cukup kuat, maka mudah tereduksi menjadi mangan-dioksida yang dalam
kondisi normal tidak dapat larut.
Pengolahan :
Presipitasi dengan jalan mengoksidasi ion mangan yang terlarut menjadi endapan,
dipisahkan dalam bentuk endapan oksida dan hidroksida. Reaksi dengan oksigen
kurang kuat, sehingga sering digunakan oksidator kimia lain, misalnya klorin,
permanganat, diiringi dengan koagulasi dan filtrasi. Adanya ion Cu mendorong
oksidasi dengan udara. Ozon sering digunakan bersama dengan penggunaan lime.
Pertukaran ion tidak digunakan karena biaya operasi yang mahal akibat sifat tidak
selektif terhadap ion lain.

TGP Pencegahan Pencemaran/Pengelolaan Limbah : Roekmijati W. Soemantojo

19

Mercury
Sumber : industri chlor-alkali, listrik, elektronik, bahan peledak, fotografi, pestisida dan
pengawet., sebagai katalis dalam industri kimia dan petrokimia, laboratorium,
pembangkit tenaga yang besar yang menggunakan banyak bahan bakar fosil.
Pengolahan : (Tabel 4.6 Eckenfelder)
Presipitasi, dengan mengoksidasi mercuro menjadi mercuri. Adanya ion lain seperti
Cu, Zn, Al, mereduksi ion mercuri.
Kopresipitasi dengan alum atau besi.
Pertukaran ion.
Adsorpsi carbon.
Destilasi.
Nickel
Sumber : industri pengolahan logam, peleburan baja, kendaraan bermotor, kapal terbang,
percetakan, dan beberapa industri kimia.
Pengolahan :
Presipitasi dengan lime pada pH 10 11 membentuk endapan hidroksida dengan
kelarutan minimum 0.12 mg/l.. Adanya senyawa pengompleks seperti sianida
mengganggu pengendapan dihilangkan lebih dahulu. Terbentuknya kompleks nikel
cianida mengganggu penghilangan nikel maupun sianida.
Presipitasi dengan karbonat atau sulfat apabila akan direcover.
Penambahan lime sampai pH 11.5 dapat menghasilkan keluaran dengan konsentrasi
0.15 mg/l setelah sedimentasi dan filtrasi.
Apabila konsentrasi Ni tinggi, dapat di recover dengan pertukaran ion atau evaporasi.
Selenium
Sumber : beberapa jenis kertas, abu terbang, bijih sulfida. Dalam air limbah umumnya
berbentuk ion selenious, kecuali limbah zat warna dan pigmen, yang mengandung
selenide (yellow cadmium seledide).
Pengolahan :
Presipitasi sebagai sulfida pada pH 6.6. Konsentrasi keluaran 0.05 mg/l.
Perak
Sumber : industri porselen, fotografi, elektroplating, tinta; umumnya dalam bentuk
AgNO3.
Pengolahan : ditujukan untuk recovery.
Presipitasi sebagai AgCl, yang sangat tidak larut , dengan kelarutan maksimum pada
25oC sebesar 1.4 mg/l. Kelebihan ion klorida mengurangi kelarutan, tetapi kelebihan
banyak meningkatkan kelarutan Ag melalui pembentukan kompleks perak klorida.
Perak dapat dipisahkan secara selektif dari limbah yang mengandung campuran
logam tanpa adanya segregasi atau concurrent precipitation. Bila kondisinya alkalis

TGP Pencegahan Pencemaran/Pengelolaan Limbah : Roekmijati W. Soemantojo

20

logam-logam lainnya akan mengendap sebagai hidroksida bersama AgCl, yang dapat
dicuci dengan asam menghilangkan endapan hidroksida logam lainnya, meninggalkan
endapan AgCl. Limbah pelapisan logam sering mengandung Ag sebagai AgCN, yang
mengganggu pengendapan AgCl, sehingga perlu dihilangkan lebih dahulu.
Presipitasi sebagai perak sulfida yang kelarutannya sangat rendah, dilakukan untuk
limbah fotografi.
Pertukaran ion.
Adsorpsi karbon aktif untuk limbah dengan konsentrasi perak rendah.

Zink
Sumber : industri pengerjaan baja, pembuatan benang dan serat rayon, pulp, air pendingin
yang diresirkulasi dengan cathodic treatment, pengerjaan dan pelapisan logam.
Pengolahan :
Presipitasi sebagai hidroksida dengan lime; dapat terbentuk endapan calsium sulfat
apabila kadar sulfat tinggi.

Presipitasi dengan kaustik. Konsentrasi keluaran pada pH 11 mencapai 0.1 mg/l.

5.4. Oksidasi-reduksi
Fungsi oksidasi :
1. Detoksifikasi (utama)
Misal : cyanida menjadi cyanat.
2. Penyempurnaan pengendapan (presipitasi)
Misal : Fe+2 Fe+3
Zat pengoksidasi :
ozon
1.
H2O2
2.
Khlorin / hipokhlorit
3.
KMnO4
4.
5.4.1. Oksidasi Ozon
Pada kondisi suhu dan tekanan normal ozon berwujud gas; kelarutan dalam air
tergantung pada suhu, dan tekanan partialnya tergantung pada pH. Ozon tidak stabil, laju
peruraian meningkat dengan meningkatnya suhu dan pH.
Peruraian oleh ozon dikatalisa oleh :
OHhasil dekomposisi radikal dari O3
hasil dekomposisi solute organik
senyawa lain (logam transisi, oksida logam, karbon)

TGP Pencegahan Pencemaran/Pengelolaan Limbah : Roekmijati W. Soemantojo

21

Dalam praktek senyawa yang tidak reaktif seperti hidrokarbon jenuh dan alifatis
terhalogenasi, tidak dapat didegradasi sempurna oleh ozon, harus ditambahkan energi
dari sumber lain, misalnya ultra violet.
Mekanisme oksidasi senyawa organik oleh ozon :
1. Oksidasi alkohol aldehid senyawa oragnik
2. Substitusi atom oksigen ke dalam cincin aromatis
3. Pemutusan ikatan carbon yang rangkap.
Kebanyakan priority pollutant peruraiannya berlangsung cepat, merupakan
reduksi COD order satu, diikuti laju reaksi lambat atau bahkan nol, menunjukkan adanya
hasil samping yang tidak reaktif. Ozonasi dapat digunakan untuk penghilangan warna dan
sisa senyawa organik refraktori dalam air limbah.
Dalam hal tertentu penurunan TOC pada keluaran diikuti dengan peningkatan
BOD 10 40 mg/l karena terjadinya konversi senyawa organik refraktori
rantai panjang menjadi senyawa yang dapat terdegradasi secara hayati
Oksidasi senyawa alifatis dan aromatis tidak jenuh menyebabkan reaksi
dengan air dan oksigen membentuk asam, keton dan alkohol.
Pada pH > 9.0 adanya garam redoks (Fe, Mn, dan Cu) aromatis dapat
membentuk senyawa hidroksiaromatik (fenol) yang beracun.
Umumnya hasil samping ozonasi berupa senyawa yang biodegradable.
Radiasi ultra violet meningkatkan penghilangan bahan organik, karena
mengaktifkan ozon maupun bahan organiknya. Ozon-UV efektif untuk
destruksi pestisida sampai menjadi CO2 dan H2O.
Oksidasi fenol dengan ozon dapat membentuk 22 hasil antara dari phenol
sampai CO2 dan H2O. Reaksi order satu terhadap fenol, optimal pada pH 8
11. Konsumsi fenol 4 6 mol O3 per mol fenol yang dioksidasi. Ini
memerlukan generasi ozon sekitar 25 mol O3 / mol fenol.
Ozon digunakan untuk oksidasi sianida menjadi sianat :
CN- + O3 CNO+ + O2
Dalam praktek ozon dibangkitkan in-situ dari udara kering atau oksigen dengan
listrik tegangan tinggi, tidak disimpan dalam bentuk ozon.
Kelebihan dan kekurangan penggunaan ozon adalah :
Kelebihan :
sesuai untuk pelaksanaan kontrol otomatik
O3 dibangkitkan on-site menggunakan ozone generator, sehingga tidak ada
masalah bahaya penyimpanan
Kekurangan :
mahal (25 kWh/kg ozon)
kemungkinan terjadi interferensi kimiawi pada limbah campuran
5.4.2. Oksidasi H2O2

TGP Pencegahan Pencemaran/Pengelolaan Limbah : Roekmijati W. Soemantojo

22

Hidrogen peroksida (H2O2) dengan adanya katalis, misalnya Fe, membentuk


radikal hidroksil (OH.) yang mereduksi senyawa organik dengan cara yang sama seperti
ozon. H2O2 dapat digunakan untuk mengolah air limbah, bertujuan untuk mengurangi
toksisitas maupun kadar organiknya. Kombinasi H2O2 dengan sinar UV digunakan untuk
mengoksidasi berbagai senyawa organik termasuk asetat, asam, dan bahan peledak.
Proses yang peka terhadap pH ini (dikerjakan pada pH 3-4) termasuk mahal.
H2O2 digunakan untuk mengoksidasi :
sulfida :
Pada pH asam atau netral, pH 6.0 7.5 :
H2O2 + H2S 2 H2O + S
Pada pH 6.0 7.5, katalis Fe, berlangsung cepat (detik)
Pada pH basa :
4 H2O2 + S2-
sianida, pada pH 9.5 10.5 :
CN- + H2O2 CNO- + H2O,
CNO- + OH- + H2O CO32- + NH3+
TOC menunjukkan besarnya konversi keseluruhan dan COD menunjukkan derajat
oksidasinya. Kondisi oksidasi rata-rata (OX) dari karbon organik dari limbah dinyatakan
dengan :
OX = 4 (TOC COD) / TOC
Rasio COD/TOC dapat digunakan sebagi parameter primer untuk menentukan
sejauh mana reaksi keseluruhan berlangsung (extent of overall reaction).
Tabel 5.5 Oksidasi limbah pekat dengan H2O2 dan katalis
(Eckenfelder 1989 table10.3 p.304)

TGP Pencegahan Pencemaran/Pengelolaan Limbah : Roekmijati W. Soemantojo

23

Tabel 5.6. Oksidasi hidrokarbon terkhlorinasi dengan H2O2 dan katalis


(Eckenfelder 1989 table10.4 p.306)

5.4.3. Oksidasi khlorin


Reaksi khlorin dengan senyawa anorganik biasanya menghasilkan hasil akhir
terminal, sedangkan oksidasi senyawa organik biasanya menghasilkan hidrokarbon
terkhlorinasi.
TGP Pencegahan Pencemaran/Pengelolaan Limbah : Roekmijati W. Soemantojo

24

Proses khlorinasi alkalis menggunakan khlorin mengoksidasi sianida yang sangat


toksik menjadi sianat yang relatif tidak toksik melalui pembentukan sianogen khlorida
(toksik), yang selanjutnya dapat teroksidasi lebih lanjut menjadi karbondioksida dan
nitrogen.
NaCN + Cl2 CNCl + NaCl
Reaksi berlangsung sangat cepat pada berbagai pH.
CNCl + 2 NaOH NaCNO + H2O NaCl
Laju reaksi tergantung pada pH, berlangsung lambat pada pH di bawah 8. Di atas
8.5 reaksi berlangsung sempurna dalam 30 menit. Reaksi dipengaruhi oleh suhu, dan
dipercepat dengan kelebihan khlorin. Adanya beberapa senyawa organik serta logam
yang dapat dioksidasi dan kompleknya dapat mengganggu reaksi. Ferro dan Ferri sianida
dioksidasi lambat.
2NaCNO + 4NaOH + 3Cl2 2CO2 + 6NaCl + N2 + 2 H2O
Pengolahan sianida dapat dikerjakan secara batch atau kontinyu. Sering terbentuk
sedikit lumpur logam berat yang perlu dibuang sewaktu-waktu. Agar terhindar dari
pembentukan HCN yang sangat toksik, limbah sianida harus dipisahkan dari limbah yang
bersifat asam.
Kelebihan dan kekurangan :
Kelebihan :
- murah
pelaksanaan pada suhu kamar
sesuai dengan pelaksanaan kontrol otomatik
Kekurangan :
pengaturan pH harus cermat
mungkin terjadi interferensi kimiawi pada limbah campuran
bahaya pada penyimpanan
adanya senyawa phenol dapat menimbulkan senyawa khlorophenol yang
toksik, apabila khlorinasi kurang sempurna
pembentukan / penambahan padatan terlarut
5.4.4. Oksidasi Permanganat
-

Biasanya digunakan KMnO4.


Untuk menguraikan residu organik dalam air limbah dan air minum
Mengoksidasi aldehid, merkaptan, senyawa phenolat, dan asam tidak jenuh.
Menghasilkan endapan MnO2 yang perlu dipisahkan a.l. dengan filtrasi.
Waktu tinggal untuk phenol 1 3 jam.

5.4.5. Oksidasi Udara Basah (Wet Air Oxidation, WAO)


TGP Pencegahan Pencemaran/Pengelolaan Limbah : Roekmijati W. Soemantojo

25

Untuk limbah pekat limbah toksik dan/atau biological refractory. sering


dilakukan oksidasi udara basah Proses ini merupakan reaksi fasa cair antara
bahan organik dalam air limbah dengan suatu oksidator, umumnya oksigen yang
disuplai dengan udara tekan, mengoksidasi sebagian senyawa organik membentuk
asam organik BM rendah yang biodegradable. .
Reaksi berlangsung tanpa nyala dalam bejana tertutup dan bertekanan
pada suhu tinggi (150-320oC, 150-3000 psi). Gambar 5.6 menunjukkan proses
oksidasi udara basah (Eckenfelder 2000, Fig. 10.9, p481). Pembakaran berlangsung
secara autotermis yang diawali dengan strat-up boiler.

Gambar 5.6 Proses oksidasi udara basah (Eckenfelder 2000, Fig. 10.9, p.481)

Daftar Pustaka
1. Eckenfelder. W Wesley Jr., Industrial Water Pollution Control, 3rd edition, McGraw
Hill International Editions, New York, 2000.
2. Eckenfelder. W Wesley Jr., Industrial Water Pollution Control, 2nd edition, McGraw
Hill International Editions, New York,1989.

TGP Pencegahan Pencemaran/Pengelolaan Limbah : Roekmijati W. Soemantojo

26

3. Metcalf & Edy Inc., Revised by George T & Frankin L B, Wastewater Engineering, 3rd
edition, McGraw Hill International Editions, New York, 1991

TGP Pencegahan Pencemaran/Pengelolaan Limbah : Roekmijati W. Soemantojo

27

Anda mungkin juga menyukai