Identif I Kasi
Identif I Kasi
EDITOR
Kade Sidiyasa
PENYUSUN
Rizki Maharani
Puruwito Handayani
Asef K. Hardjana
Kade Sidiyasa
Desain Cover
Alifianuari H.F.
Foto
Agus Kholik
Asef K. Hardjana
Ahmad Rojikin
M. Fajri
Layout
Puruwito Handayani
Buku ini diterbitkan oleh Balai Besar Penelitian Dipterokarpa, Badan
Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Departemen Kehutanan sebagai
bagian dari program kerjasama dengan ITTO Project PD 586/10 Rev.1 (F)
Operational Strategies for the Conservation of Tengkawang Genetic
Diversity and for Sustainable Livelihood of Indigenous People In
Kalimantan
ISBN 978-602-9096-06-4
Dipublikasikan oleh
Balai Besar Penelitian Dipterokarpa,
Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Departemen Kehutanan,
Indonesia.
Jl. A. Wahab Syahranie, No.68 Sempaja Samarinda, Indonesia
Telp. : 62-541-206364
Fax.
: 62-541-742298
e-mail : admin@diptero.or.id
ii
KATA PENGANTAR
Buku panduan ini disusun berdasarkan hasil pelaksanaan kegiatan
Pelatihan Identifikasi Jenis-jenis Pohon Shorea Penghasil Tengkawang
dan beberapa kegiatan lapangan terkait, yang merupakan bagian dari
program kegiatan dalam proyek International Tropical Timber
Organization (ITTO) PD 586/10 Rev.1 (F), bekerja sama dengan Balai Besar
Penelitian Dipterokarpa melalui anggaran DIPA (TA 2012 dan 2013).
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
I.
II.
Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Prosedur
1
2
3
5
5
9
12
15
18
22
26
30
33
36
38
40
42
46
48
50
52
54
56
60
64
65
iv
DAFTAR GAMBAR
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
4
10
11
13
14
16
17
20
21
24
25
28
29
31
32
34
35
37
39
41
43
45
47
49
51
53
55
I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Tengkawang adalah jenis meranti-merantian (Shorea spp) berbuah
besar dari famili Dipterocarpaceae yang merupakan sebagian kecil dari 267
jenis Dipterokarpa yang ada di Kalimantan. Tengkawang memiliki peran
ekologis sebagai penjaga keseimbangan ekosistem dan juga merupakan
salah satu Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) terkenal yang digunakan dan
dikumpulkan oleh masyarakat lokal sekitar hutan sebagai salah satu
sumber penghidupan. Biji tengkawang mengandung lemak sampai 70%,
mirip dengan lemak coklat namun dengan titik leleh yang lebih tinggi dan
di Eropa digunakan untuk pembuatan coklat dan kosmetik. Secara
tradisional lemak biji tengkawang digunakan sebagai minyak sayur dan
obat-obatan.
Tengkawang di Indonesia umumnya berada di Kalimantan, tapi
beberapa juga tersebar di Sumatra. Akibat dari praktik kegiatan kehutanan
yang tidak berkelanjutan dan tingginya tingkat deforestasi, tengkawang
saat ini mulai sulit ditemukan. Redlist IUCN menetapkan status tengkawang
sebagai terancam punah, langka, dan rentan. PP No.7/1999 dan Kemenhut
No.692/Kpts-II/1998 juga telah menetapkan tengkawang sebagai jenis
yang dilindungi dan dilarang untuk ditebang. Beberapa jenis tengkawang
yang rentan dan dilindungi adalah S. macrophylla, S. palembanica, S.
splendida, S. stenoptera, S. seminis, S. beccariana, S. mecistopteryx dan S.
pinanga.
Meskipun telah dilindungi secara legal, kelestarian jenis
tengkawang tetap terancam. Fragmentasi dan penebangan hutan telah
mengakibatkan berkurangnya keragaman genetik tengkawang, baik di
tingkat jenis maupun populasi. Sangat sulit untuk menghindarkan
tengkawang dari penebangan. Salah satu alasannya adalah karena sulitnya
membedakan tengkawang dengan pohon komersil lainnya, contohnya
dengan meranti merah. Kesalahan identifikasi ini juga sering terjadi dalam
kegiatan penebangan hutan di HPH. Selain itu, pemahaman tentang status
legalitas tengkawang masih belum tersebar luas di masyarakat, pihak
pemerintah, bahkan para praktisi kehutanan.
Dalam upaya konservasi jenis tengkawang, perlu adanya suatu
panduan identifikasi jenis tengkawang yang dapat digunakan dan dipahami
dengan mudah oleh semua kalangan, baik praktisi kehutanan, peneliti
1
B. Prosedur
Penyusunan dan penulisan buku panduan ini dilakukan sebagai
jawaban atas kebutuhan praktisi kehutanan akan perlunya sebuah
panduan untuk mempermudah identifikasi jenis tengkawang di lapangan
dalam rangka mendukung konservasi jenis tengkawang.
Data yang telah dikumpulkan berasal dari kegiatan survei dan
eksplorasi lapangan pada kegiatan proyek ITTO PD 586/10 Rev.1 (F) dan
proyek DIPA Balai Besar Penelitian Dipterokarpa.
c. Section Pachycarpae
S. amplexicaulis
(Borneo, kecuali di bagian barat daya)
S. macrophylla
(Borneo)
S. mecistopteryx
(Borneo)
S. pilosa
(Kalimantan Barat hingga Sabah)
S. pinanga
(Borneo)
S. praestans*
(Sarawak bagian tengah), jarang
S. rotundifolia*
(Sarawak bagian tengah), punggung bukit
S. splendida
(Kalimantan Barat, Sarawak, Muara Teweh)
S. stenoptera
(Kalimantan Barat, Sarawak, Muara Teweh)
S. beccariana
(Borneo utara: Kapuas, Sarawak, Sabah, Kalimantan
Timur bagian utara)
d. Section Shorea
S. seminis
(Borneo, Filipina)
S. sumatrana
(Thailand bagian selatan, Semenanjung Malaya,
Sumatra)
*) Belum diketahui keberadaannya di Indonesia
Jenis tengkawang dalam Section Brachypterae, Mutica dan
Pachycarpae tergolong dalam kayu ringan (light hardwood) meranti merah,
sedangkan tengkawang dalam section Shorea tergolong dalam kayu berat
(heavy hardwood) meranti balau. Jenis tengkawang dalam section
Pachycarpae adalah jenis endemik Borneo yang sangat mudah dikenali,
dengan ciri kunci sebagai berikut:
- Kulit batang awalnya licin, lalu pada beberapa jenis berkembang menjadi
bersisik besar-besar
- Buah geluk besar dengan panjang 1,8-6 cm, beberapa jenis buahnya
bernilai ekonomis tinggi sebagai penghasil lemak nabati (tengkawang)
- Kayu ringan meranti merah
Jenis-jenis meranti merah memiliki banyak kemiripan. Berikut ini adalah
ciri-ciri diagnostik yang dapat digunakan sebagai pembeda jenis-jenis
tengkawang yang tergolong dalam meranti merah:
- S. amplexicaulis. Ranting cenderung kecil, hampir bundar, ruas-ruas agak
membengkak; bekas daun penumpu memeluk ranting (amplexicaul).
Daun dan daun penumpu biasanya gundul dan kurang lebih licin saat
segar, saat pertama membuka berwarna merah cerah; jorong (elliptical)
atau bundar telur (ovate) 14-25 cm x 6-11 cm.
6
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Nama Jenis
S. palembanica
S. scaberrima
S. hemsleyana
S. macrantha
S. singkawang
S. amplexicaulis
S. beccariana
S. macrophylla
S. mecistopteryx
S. pilosa
S. pinanga
S. splendida
S. stenoptera
S. seminis
S. sumatrana
Penyebaran Endemik
K
K
SK
S
S
K
K
K
K
K
K
K
K
K
S
Borneo
Borneo
Borneo
Borneo
Borneo
Borneo
Borneo
Borneo
PP
No.7/1999
critically endangered
Redlist IUCN
critically endangered
vulnerable
endangered
endangered
critically endangered
DISTRIBUSI
EKOLOGI
POHON
KULIT
DAUN
DAUN
PENUMPU
BUNGA DAN
BUAH
KAYU
ANAKAN
Kayu gubal kuning pucat, kayu teras kehitaman dan lunak, damar
menetes pelan jika ditoreh.
Berbulu pada batang, ranting, tangkai daun dan permukaan atas
daun pada midrib dan tulang daun sekunder. Daun penumpu
berpasangan berhadapan, oblong, agak melengkung, besar, 2-3 x
0,5-0,8 cm, pertulangan 8-10, dasar sedkit menjantung. Daun 18-19
x 5-8 cm, ujung daun meruncing, tulang daun sekunder 10-12
pasang. Ranting silinder.
10
11
DISTRIBUSI
EKOLOGI
POHON
KULIT
DAUN
DAUN
PENUMPU
BUNGA DAN
BUAH
KAYU
ANAKAN
13
14
3.
DISTRIBUSI
EKOLOGI
POHON
KULIT
DAUN
DAUN
PENUMPU
BUNGA DAN
BUAH
KAYU
ANAKAN
16
17
4.
DISTRIBUSI
EKOLOGI
POHON
KULIT
DAUN
DAUN
PENUMPU
BUNGA DAN
BUAH
KAYU
ANAKAN
19
20
21
5.
DISTRIBUSI
EKOLOGI
POHON
KULIT
DAUN
DAUN
PENUMPU
BUNGA DAN
BUAH
KAYU
ANAKAN
23
24
25
6.
DISTRIBUSI
EKOLOGI
POHON
KULIT
DAUN
DAUN
PENUMPU
BUNGA DAN
BUAH
KAYU
ANAKAN
dengan helai daun. Tulang daun tersier sangat jelas dan tegak lurus.
Tidak ada domatia.
Menyegitiga, meruncing, 20-48 x 7-15 mm, persisten, kaku seperti
kulit, hijau muda, bekas daun penumpu tidak membentuk cincin.
Benang sari 15. Sayap buah 3 panjang 15-31 x 2,9-4 cm dan 2
pendek 7-12 x 0,9-1,5 cm. Biji 38-44 x 25-28 mm.
Kayu gubal kuning pucat, kayu teras coklat pink dan lunak.
Semai:
Ranting seperti bentuk bintang, berbulu kusut halus (tomentosa)
yang lebat, makin ke bawah semakin menipis. Daun penumpu 1,5 x
0,5 cm, tulang daun 6 dengan sedikit tomentosa besar jarang
berbentuk bintang. Tangkai daun ramping, 5-7,6 cm, tomentosa
lebat berbentuk bintang berwarna coklat kelabu muda. Daun bulat
telur hampir membulat, 11,5-17,8 x 7,6-11,5 cm termasuk bagian
pangkal daun yang menyempit lancip sepanjang 1,3-1,9 cm.
Pangkal daun menjantung atau agak menempel, pada midrib dan
tulang tersier permukaan atas daun dan pada seluruh pertulangan
daun permukaan bawah daun ada bulu bintang jarang. Tulang
sekunder 12 pasang, menaik agak rapat tapi melengkung tajam dan
hapir bertemu dengan tepi daun. Tulang tersier jelas, seperti
tangga setengah jala.
Tiang:
Tangkai daun mencapai 16,5 cm, sering membelok tajam dekat
tempat daun melekat dengan sekumpulan bulu bintang yang jelas
terlihat tepat pada belokan itu, pada ujung dan tepat pada tempat
tangkai melekat pada ranting (node). Daun bundar telur sampai
lonjong, sangat besar, mencapai 35 x 20 cm, seperti bentuk tameng,
ujung sangat nampak meruncing. Tulang daun sekunder 15-17
pasang.
27
28
29
7.
DISTRIBUSI
EKOLOGI
POHON
KULIT
DAUN
DAUN
PENUMPU
BUNGA DAN
BUAH
KAYU
ANAKAN
dan pendek.
Kayu gubal kuning, kayu teras merah muda pucat.
Tangkai panjang lebih dari 15cm, berbulu, helai daun jorong, daun
penumpu melekat lama, menyegitiga, merah tua.
31
32
8.
DISTRIBUSI
EKOLOGI
POHON
KULIT
DAUN
DAUN
PENUMPU
BUNGA DAN
BUAH
KAYU
ANAKAN
34
35
9.
DISTRIBUSI
EKOLOGI
POHON
KULIT
DAUN
DAUN
PENUMPU
BUNGA DAN
BUAH
KAYU
ANAKAN
kelihatan jelas, tegak lurus. Jika ada domatia, gundul, rata dan
berada di ketiak pertulangan daun.
Bekas daun penumpu berbentuk cincin. Daun penumpu
menyegitiga hingga bulat telur, persisten, 26-39 x 7-12 mm, agak
runcing.
Benang sari 15. Sayap buah 3 panjang ukuran 10-18 x 1,9-3,8 cm, 2
pendek ukuran 6,5-11 x 0,5-1,1 cm. Biji hingga 32-42 x 22-28 mm.
Kayu gubal berwarna kuning hingga merah muda. Kayu teras coklat
kekuningan pucat. Damar kuning dan keluar perlahan setelah
permukaan batang dipotong.
Daun penumpu dan daun muda berwarna merah cerah.
37
DISTRIBUSI
EKOLOGI
POHON
KULIT
DAUN
DAUN
PENUMPU
BUNGA DAN
BUAH
KAYU
ANAKAN
39
DISTRIBUSI
EKOLOGI
POHON
KULIT
DAUN
DAUN
PENUMPU
BUNGA DAN
BUAH
KAYU
ANAKAN
41
DISTRIBUSI
EKOLOGI
POHON
KULIT
DAUN
DAUN
PENUMPU
BUNGA DAN
BUAH
KAYU
Bunga besar. Mahkota bunga merah. Benang sari 15. Kelopak buah
(calyx) tidak lebih panjang dari buahnya, kelopak buah terbesar
berukuran 25x18 mm dan yang terkecil berukuran 20x18 mm. Biji
berukuran 44-70 x 20-30 mm.
Kayu gubal berwarna kuning pucat, lengket dan memiliki banyak
resin.
Gambar 22. Daun dan buah Shorea hemsleyaa ssp. hemsleyana, skala garis = 2 cm
43
b.
NAMA
DAERAH
DISTRIBUSI
EKOLOGI
POHON
KULIT
DAUN
DAUN
PENUMPU
BUNGA DAN
BUAH
KAYU
Kelopak buah berbentuk cuping yang tidak lebih besar dari bijinya,
sayap tidak sempurna. Biji ukuran 28-70 x 25-30 mm.
Kayu gubal berwarna kuning pucat. damar berwarna keputihan,
lengket dan berbau resin.
Gambar 23. Daun dan buah Shorea hemsleyaa ssp. grandiflora, skala garis = 2 cm
45
DISTRIBUSI
EKOLOGI
POHON
KULIT
DAUN
DAUN
PENUMPU
BUNGA DAN
BUAH
KAYU
47
DISTRIBUSI
EKOLOGI
POHON
KULIT
DAUN
DAUN
PENUMPU
BUNGA DAN
BUAH
KAYU
49
DISTRIBUSI
EKOLOGI
POHON
KULIT
DAUN
DAUN
PENUMPU
BUNGA DAN
BUAH
KAYU
Gambar 26. Daun dan buah Shorea singkawang ssp. singkawang, skala garis = 2 cm
51
DISTRIBUSI
EKOLOGI
POHON
KULIT
DAUN
DAUN
PENUMPU
BUNGA DAN
BUAH
Tidak di ketahui.
KAYU
Catatan:
Kemungkinan jenis ini merupakan varietas dari S. amplexicaulis yang telah
berkembang (menurut P.S. Ashton). Termasuk jenis yang cukup
membingungkan untuk diidentifikasi.
53
DISTRIBUSI
EKOLOGI
POHON
KULIT
DAUN
DAUN
PENUMPU
BUNGA DAN
BUAH
KAYU
Tidak diketahui.
55
13.
14.
15.
16.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
a.
b.
a.
b.
a.
b.
a.
b.
a.
b.
a.
b.
10. a.
b.
11. a.
b.
12. a.
b.
13. a.
b.
14. a.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
b. Batang muda dan bawah daun berbulu sangat pendek atau hampir
gundul, daun penumpu berbeda...15
a. Tulang daun sekunder membentuk sudut 40-450 terhadap tulang
daun utama...S. pauciflora
b. Tulang daun sekunder membentuk sudut 50-600 terhadap tulang
daun utama ....16
a. Panjang daun penumpu lebih dari 1 cm, hampir gundul, tangkai
daun biasanya ungu kemerahan.S. johorensis
b. Panjang daun penumpu kurang dari 1 cm, bulu pendek, tangkai
daun tidak ungu kemerahan..S. palembanica
a. Daun membulat datar (peltate) ..S. peltata
b. Daun tidak membulat datar (peltate) ....18
a. Batang utama dan cabang dengan bulu coklat kemerahan
.......S. gibbosa
b. Batang utama dan cabang dengan bulu berbeda atau gundul ...19
a. Tulang daun tersier menjala....20
(kelompok meranti kuning)
b. Tulang daun tersier bentuk tangga .....21
a. Bawah daun gundul, buah tanpa sayap ...S. patoiensis
b. Bawah daun dengan bulu sangat pendek, buah dengan 2 sayap
pendek dan 3 sayap panjang.....S. mujongensis
a. Bawah daun muda ungu merah, tumbuh di daerah keragas atau
rawa gambut ...S. belangeran
b. Bawah daun muda berbeda, biasanya tumbuh di daerah kering di
perbukitan.......S. laevis
59
Glosari
agak berbentuk tangga
(subscalariform)
alluvial
daerah endapan
agak menjantung
(subcordate)
banir (buttress)
glaucous
gundul (glabrous)
indumentum
jorong (elliptical)
kambium (cambium)
ketiak (axillary)
lancip (acute)
lanset (lanceolate)
lentisel
61
lonjong (oblong)
Malesia
membaji / bentuk pasak
(wedge-shaped)
memeluk batang
(amplexicaul)
menjantung (cordate)
62
menyegitiga (triangular)
midrib
meruncing (acuminate)
monopodial
periderm
persisten
rata (truncate)
tumpul (obtuse)
63
REFERENSI
Ashton, P.S. (1983). Dipterocarpaceae. Flora Malesiana Ser. I, 9, 237-552.
Newman, M.F., P.F. Burgess dan T.C. Whitmore (1999). Pedoman Identifikasi
Pohon-pohon Dipterocarpaceae, Pulau Kalimantan. PROSEA Indonesia,
Bogor.
Newman, M.F., P.F. Burgess dan T.C. Whitmore (1998). Sumatra medium
and heavy hardwoods. Royal Botanic Garden, Edinburgh dan CIFOR.
Newman, M.F., P.F. Burgess dan T.C. Whitmore (1996). Borneo island light
hardwoods. Royal Botanic Garden, Edinburgh dan CIFOR.
Newman, M.F., P.F. Burgess dan T.C. Whitmore (1996). Sumatra light
hardwoods. Royal Botanic Garden, Edinburgh dan CIFOR.
Rudjiman dan Dwi T. Adriyanti (2002). Identification manual of Shorea
species. Faculty of Forestry, Gajah Mada University, Yogyakarta.
64
Lampiran
65
Buah tengkawang (Shorea stenoptera) segar dan biji yang telah dikupas
66