TINJAUAN PUSTAKA
A. Dasar Teori
1. Defenisi Air Baku
Sumber air baku memegang peranan yang sangat penting dalam industri air
minum. Air baku atau raw water merupakan awal dari suatu proses dalam
penyediaan dan pengolahan air bersih. Berdasar SNI 6773:2008 tentang
Spesifikasi unit paket Instalasi Pengolahan Air dan SNI 6774:2008 tentang Tata
Cara Perencanaan Unit Paket Instalasi Pengolahan Air pada bagian Istilah dan
Definisi yang disebut dengan Air Baku adalah :
Air yang berasal dari sumber air pemukaan, cekungan air tanah dan atau
air hujan yang memenuhi ketentuan baku mutu tertentu sebagai air baku
untuk air minum dan belum mengalami proses pengolahan.
Instalasi Pengolahan Air (IPA) adalah suatu kesatuan bangunan yang berfungsi
mengolah air baku menjadi air bersih atau air minum.
Saluran transmisi adalah jalur pipa atau saluran pembawa air baku dari titik
awal transmisi air baku ke titik akhir transmisi air baku.
a.
Air Hujan
II-1
Air hujan yang dimanfaatkan oleh masyarakat umumnya berasal dari atap
rumah atau tempat-tempat tertentu yang dialirkan pada tempat penampungan
air hujan untuk digunakan sebagai sumber air bersih. Ditinjau dari segi
kualitasnya, air hujan yang belum tercemar merupakan air murni (H2O).
b.
Air Permukaan
Yang termasuk dalam golongan air permukaan antara lain: air laut, air danau
atau waduk, air rawa, air sungai dan sebagainya. Dari beberapa golongan air
permukaan tersebut yang sering digunakan sebagai sumber air baku untuk
penyediaan air bersih adalah:
Air Sungai
Ditinjau dari segi kualitas air sungai pada umumnya mengandung zatzat organik maupun anorganik dimana jenis dan kadar zat-zat tersebut
tergantung dari tingkat pencemeran dan jenis tanah yang dilalui oleh
sungai tersebut. Ditinjau dari segi kuantitasnya, air sungai sangat
dipengaruhi oleh perubahan musim. Pada musim hujan debit air sungai
relatif lebih besar dan pada saat musim kemarau debit lebih kecil.
Air Danau/waduk
Ditinjau dari segi kualitasnya, air danau/waduk tergantung asal air
tersebut dan juga tingkat pencemaran yang terjadi pada air
danau/waduk. Sedangkan dari segi kuantitasnya, air danau/waduk
tergantung pada debit sumber air, luas area, penguapan dan infiltrasi
air ke dalam tanah.
c.
Air Tanah
II-2
Pada umumnya air tanah yang dijadikan sebagai sumber air baku dapat
dibagi atas dua macam, yaitu:
Air Tanah Dangkal
Air tanah dangkal diperoleh melalui pembuatan sumur dangkal atau
galian air tanah dangkal. Berasal dari proses air hujan atau air
permukaan ke dalam tanah pada bagian atas lapisan yang kedap air.
Air Tanah Dalam
Ditinjau dari segi kualitasnya air tanah tergantung pada lapisan tanah
yang dilaluinya, tetapi secara umum air tanah cukup jernih dan tidak
mengandung zat-zat padat atau zat-zat organik lainnya. Karena air
tanah telah mengalami proses penyaringan ketika melalui butir-butir
tanah.
Jadi sumber air baku bisa berasal dari sungai, danau, sumur air dalam,
mata air dan bisa juga dibuat dengan cara membendung air buangan atau
air laut. Evaluasi dan pemilihan sumber air yang layak harus berdasar dari
ketentuan berikut :
1. Kualitas dan kuantitas air yang diperlukan
2. Kondisi iklim
3. Tingkat kesulitan pada pembangunan intake
4. Tingkat keselamatan operator
5. Ketersediaan biaya minimum operasional dan pemeliharaan untuk IPA
6. Kemungkinan terkontaminasinya sumber air di masa yang akan datang
7. Kemungkinan untuk memperbesar intake pada masa yang akan datang
II-3
Disebutkan diatas bahwa tidak semua air baku bisa diolah, oleh karena
itu dibuatlah ketentuan sebagai standar kualitas air baku yang bisa diolah.
Dalam SNI 6773:2008 bagian Persyaratan Teknis kualitas air baku yang
bisa diolah oleh Instalasi Pengolahan Air Minum (IPA) adalah :
1. Kekeruhan, maximum 600 NTU (nephelometric turbidity unit) atau 400
mg/l SiO2.
2. Kandungan warna asli (appearent colour) tidak melebihi dari 100 Pt Co
dan warna sementara mengikuti kekeruhan air baku.
3. Unsur-unsur lainnya memenuhi syarat sesuai standar baku mutu kualitas
air.
4. Dalam hal air sungai daerah tertentu mempunyai kandungan warna, besi
dan atau bahan organik melebihi syarat tersebut diatas tetapi kekeruhan
rendah (<50 NTU) maka digunakan IPA sistem DAF (Dissolved Air
Flotation) atau sistem lainnya yang dapat dipertanggungjawabkan.
II-4
Dalam menetukan kualitas air harus berpedoman pada baku mutu air.
Menurut Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 disebutkan bahwa baku
mutu air adalah kadar zat atau bahan pencemar yang terdapat dalam air untuk
tetap berfungsi sesuai dengan golongan peruntukan air tersebut. Berdasarkan
peruntukan tersebut, air dibagi menjadi empat golongan yaitu:
Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air bakti air
minum, dan atau
dapat
digunakan
untuk
untuk
dapat
digunakan
untuk
II-5
diperuntukkan bagi air baku untuk air minum yang memerlukan pengolahan
dengan filtrasi dan desinfeksi untuk memenuhi baku mutu air minum.
Beberapa ketentuan persyaratan Air Minum atau standar Air Bersih yang
perlu dipenuhi antara lain :
1. Syarat fisik, antara lain:
a. Air harus bersih dan tidak keruh
b. Tidak berwarna, berasa dan berbau apapun
c. Suhu antara 10-25 C (sejuk)
d. Tidak meninggalkan endapan
2. Syarat kimiawi, antara lain:
a. Tidak mengandung bahan kimiawi yang mengandung racun
b. Tidak mengandung zat-zat kimiawi yang berlebihan
c. Cukup yodium
d. pH air antara 6,5 9,2
3. Syarat mikrobiologi, antara lain:
a.
b.
II-6
d.
e.
f.
tertentu yang menyebabkan air menjadi kurang atau sudah tidak berfungsi lagi
sesuai dengan peruntukannya.
2. Sumber Pencemaran Air
Banyak penyebab sumber pencemaran air, tetapi secara umum dapat
dikategorikan menjadi dua (Suriawiria, 2005) :
a. Sumber domestik (rumah tangga), perkampungan, kota, pasar, jalan,
dan sebagainya.
b. Sumber non domestik (pabrik, industri, pertanian, peternakan,
perikanan, serta sumber-sumber lainya).
Dari sekian jenis sumber pencemaran dalam air, berdasarkan cara/pola
masuknya ke sungai dapat dibagi menjadi dua yaitu point source (beban titik)
dan non-point source (beban memanjang).
Point source (PS) atau beban titik, artinya kontaminan/polutan masuk ke
sungai/badan air penerima dialirkan melalui satu pipa. Sistem ini sangat
mudah untuk diidentifikasi karena polutan keluar dari satu titik sumber. Yang
termasuk ke dalam point source adalah limbah domestik di perkotaan (yang
diolah terlebih dahulu di Waste Water Treatment Plant dan industri.
Non point source (NPS) atau beban memanjang,
artinya
II-8
Salah satu penanganan pola pencemaran ini adalah dengan menata kembali
land use/penggunaan lahan (Davis & Cornwell, 1991).
3. Komponen Pencemar Air
Menurut Wardhana (2001), komponen pencemar air dikelompokkan sebagai
berikut :
1. Bahan buangan padat yaitu bahan buangan yang berbentuk butiran kasar
maupun butiran halus. Butiran kasar tidak larut dalam air maka bahan
buangan tersebut akan mengendap di dasar badan air sehingga menyebabkan
pendangkalan. Bahan buangan berbentuk butiran halus terlarut dalam air
membentuk koloidal. Koloidal ini melayang di dalam air sehingga air
menjadi keruh. Kekeruhan ini akan menghalangi penetrasi sinar matahari ke
dalam air. Akibatnya, fotosintesis tanaman di dalam air tidak dapat
berlangsung optimal.
2. Bahan buangan organik, umumnya berupa limbah yang dapat membusuk dan
terdegradasi
oleh
mikroorganisme.
Proses
degradasi
tersebut
akan
II-9
air,
oleh
karena
didalam
air
dapat
terdapat
II-10
II-11
2. Pemeriksaan kimia
3. Pemeriksaan mikrobiologi
Pemeriksaan-pemeriksaan tersebut diuraikan sebagai berikut :
1. Pemeriksaan Fisika
a. Suhu
Suhu merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam proses
metabolisme organisme di perairan. Perubahan suhu yang mendadak atau
kejadian suhu yang ekstrim akan mengganggu kehidupan organisme
bahkan dapat menyebabkan kematian. Suhu perairan dapat mengalami
perubahan sesuai dengan musim, letak lintang suatu wilayah, ketinggian
dari permukaan laut, letak tempat terhadap garis edar matahari, waktu
pengukuran dan kedalaman air. Kenaikan suhu menyebabkan terjadinya
peningkatan konsumsi oksigen, namun di lain pihak juga mengakibatkan
turunnya kelarutan oksigen dalam air. Oleh karena itu, maka pada kondisi
tersebut organisme akuatik seringkali tidak mampu memenuhi kadar
oksigen terlarut untuk keperluan proses metabolisme dan respirasi
(Effendi, 2003).
b. Kekeruhan
Kekeruhan air disebabkan oleh bahan tersuspensi berupa koloid dan
partikel-partikel halus. Sedangkan kekeruhan pada saat banjir lebih banyak
disebabkan oleh bahan-bahan tersuspensi yang berukuran lebih besar, yang
II-12
berupa lapisan permukaan tanah yang terbawa oleh aliran air pada saat
hujan. Kekeruhan mempengaruhi penetrasi cahaya matahari yang masuk
ke badan perairan, sehingga dapat menghalangi proses fotosintesis dan
produksi primer perairan (Metcalf & Eddy, 1991). Kekeruhan memiliki
korelasi positif dengan padatan tersuspensi, yaitu semakin tinggi nilai
kekeruhan maka semakin tinggi pula nilai padatan tersuspensi.
c. Jumlah Zat Padat Tersuspensi (TSS)
Total Suspended Solid atau total padatan tersuspensi (TSS) adalah residu
dari padatan total yang tertahan oleh saringan dengan ukuran partikel
maksimal 2m atau lebih besar dari ukuran partikel koloid. TSS terdiri
dari komponen terendapkan, bahan melayang dan komponen tersuspensi
koloid. Padatan tersuspensi mengandung bahan anorganik dan bahan
organik. Bahan anorganik antara lain berupa liat dan butiran pasir,
sedangkan bahan organik berupa sisa-sisa tumbuhan dan padatan biologi
lainnya seperti sel alga, bakteri dan sebagainya (Dyah A, 2012).
II-13
II-14
Biasanya lima hari dengan cara diinkubasi pada suhu 20 o C. Nilai BOD
diperoleh dari selisih oksigen terlarut awal dengan oksigen terlarut akhir.
Semakin rendah nilai BOD maka kualitas air tersebut semakin baik.
c. COD (Chemical Oxygen Demand)
COD menyatakan jumlah total oksigen yang dibutuhkan untuk
mengoksidasi secara kimiawi semua bahan organik yang terdapat di
perairan menjadi CO2 dan H2O (Effendi, 2003). COD memberikan
gambaran jumlah total bahan organik yang mudah terurai dan yang sulit
terurai, oleh karena itu nilai COD lebih besar daripada nilai BOD (Metcalf
& Eddy 1991).
d. DO (Dissolved Oxygen)
Oksigen terlarut (DO) merupakan parameter kualitas air yang penting
karena nilai oksigen terlarut dapat menunjukkan tingkat pencemaran.
Kelarutan oksigen (DO) dalam air dipengaruhi beberapa faktor seperti
temperature, tekanan atmosfer, padatan terlarut, salinitas, laju fotosintesis
dan degradasi bahan organik (Wardhana, 2001). Oksigen yang terlarut
dalam perairan akan menurun seiring dengan dengan menurunnya tekanan
serta berbanding terbalik dengan meningkatnya suhu dan ketinggian,
(Effendi,2003).
Oksigen
terlarut
diperlukan
untuk
respirasi
II-15
e. Nitrat (NO3)
Nitrat (NO3) adalah bentuk utama nitrogen di perairan alami dan
merupakan nutrient utama bagi pertumbuhan tanaman dan Algae. Nitrat
nitrogen sangat mudah larut dalam air dan bersifat stabil. Senyawa ini
dihasilkan dari proses oksidasi sempurna senyawa nitrogen di perairan.
II-16
f. Amoniak (NH3)
Amoniak (NH3) adalah senyawa kimia yang berupa gas dengan bau tajam
yang khas. Walaupun amoniak memiliki sumbangan penting bagi
keberadaan nutrisi di bumi, amoniak sendiri adalah senyawa kaustik
(merusak kulit dan iritasi) yang berdampak buruk bagi kesehatan.
Amoniak dalam air dapat amat beracun bagi ikan, udang, dan binatang air
lainnya. Akan tetapi dapat menimbulkan kesuburan tanaman air (eutropia).
g. Besi (Fe)
Air yang mengandung banyak besi akan berwarna kuning dan
menyebabkan rasa logam besi dalam air, serta menimbulkan korosi pada
bahan yang terbuat dari metal. Besi merupakan salah satu unsur yang
merupakan hasil pelapukan batuan induk yang banyak ditemukan di
II-17
perairan umum. Batas maksimal yang terkandung di dalam air adalah 1,0
mg/l.
3. Pemeriksaan Mikrobiologi
Parameter
mikrobiologi
menggunakan
bakteri
Coliform
sebagai
a.
Fecal Coliform
Bakteri fecal coliform adalah bakteri yang dapat digunakan sebagai
indikator adanya polusi feses atau polusi kotoran manusia atau hewan, karena
organisme tersebut merupakan organisme komensalisme yang terdapat dalam
saluran pencernaan manusia maupun hewan. Air yang tercemar oleh kotoran
manusia maupun hewan tidak dapat digunakan untuk keperluan minum,
mencuci makanan, atau memasak karena dianggap mengandung organisme
II-18
pemerintah
bertindak
melalui
penyuluhan
kesehatan,
Total Coliform
Total Coliform termasuk bakteri yang dapat ditemukan di lingkungan
tanah dan air yang telah terpengaruh oleh air permukaan serta limbah
pembuangan domestik. Total Coliform kemungkinan bersumber dari
lingkungan dan tidak mungkin berasal dari pencemaran tinja. Bakteri coliform
lainnya berasal dari hewan dan tanaman mati dan disebut dengan coliform
nonfecal (Fardiaz, 1992).
II-19
Tabel 2.1 Standar Baku Mutu Air Minum Berdasarkan Permenkes No. 492 Tahun
2010
Jenis Parameter
Parameter yang
berhubungan langsung
dengan kesehatan
a.Parameter Mikrobiologi
1.) E.coli
2.) Total Bakteri Koliform
b.Kimia an-Organik
1.) Arsen
2.) Fluorida
3.) Total Kromium
4.) Kadmium
5.) Nitrit, (sebagai NO)
6.) Nitrat, (sebagai NO)
7.) Sianida
8.) Selenium
Parameter yang tidak
berhubungan langsung
dengan kesehatan
a.Parameter Fisik
1.) Bau
2.) Warna
3.) Total Zat Padat Terlarut
(TDS)
4.) Kekeruhan
Satuan
Kadar Maksimum
Yang
Diperbolehkan
0
0
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
0.01
1.5
0.05
0.003
3
50
0.07
0.01
TCU
Tidak Berbau
15
mg/l
NTU
500
5
II-20
5.) Rasa
6.) Suhu
b.Parameter Kimiawi
1.) Aluminium
2.) Besi
3.) Kesadahan
4.) Khlorida
5.) Mangan
6.) pH
7.) Seng
8.) sulfat
9.) Tembaga
10.) Anomia
Tidak Berasa
Suhu Udara 3
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
0.2
0.3
500
250
0.4
66.5-8.5
3
250
2
1.5
Sumber: Lampiran Standar Baku Mutu Air Minum Berdasarkan Permenkes No. 492 Tahun 2010
II-21
II-22
Makin pendek selang waktu antara pengambilan contoh dan analisa, hasil
akan semakin baik. Sebenarnya sukar untuk menentukan selang waktu tersebut
karena tergantung dari sifat contoh air, parameter yang akan diperiksa, serta cara
penyimpanan. Perubahan yang diakibatkan oleh kegiatan organisme dapat dicegah
dengan menyimpan di tempat gelap dan temperatur rendah (lemari es) sampai
pemeriksaan dilakukan. Berikut ini adalah batasan waktu maksimum untuk
pemeriksaan kualitas air, yaitu Air bersih (72 jam), Air Sedikit Tercemar (48 jam),
dan Air Limbah (12 jam).
E. Teknik Pengolahan Air
Air bersih adalah kebutuhan penting dalam kehidupan
manusia. Dalam
keseharian, air bersih digunakan untuk berbagai keperluan, dari minum, mandi,
cuci, masak dan lainnya. Hasil dari aktivitas masyarakat tersebut adalah air
buangan/air limbah. Selain dari rumah tangga, air buangan juga dapat berasal dari
industri maupun kotapraja. Lalu bagaimana air buangan tersebut diolah menjadi
air bersih.
Secara umum, pengolahan air bersih terdiri dari 3 aspek, yakni pengolahan
secara fisika, kimia dan biologi. Pada pengolahan secara fisika, biasanya
dilakukan secara mekanis, tanpa adanya penambahan bahan kimia. Contohnya
adalah pengendapan, filtrasi, adsorpsi, dan lain-lain. Pada pengolahan secara
kimiawi, terdapat penambahan bahan kimia, seperti klor, tawas, dan lain-lain,
biasanya bahan ini digunakan untuk menyisihkan logam-logam berat yang
terkandung dalam air. Sedangkan pada pengolahan secara biologis, biasanya
memanfaatkan mikroorganisme sebagai media pengolahnya.
II-23
II-24
Disinilah proses kimiawi terjadi, pada proses koagulasi ini dilakukan proses
destabilisasi partikel koloid, karena pada dasarnya air sungai atau air kotor
biasanya berbentuk koloid dengan berbagai partikel koloid yang terkandung
didalamnya. Tujuan proses ini adalah untuk memisahkan air dengan pengotor
yang terlarut didalamnya, analoginya seperti memisahkan air pada susu kedelai.
Pada unit ini terjadi rapid mixing (pengadukan cepat) agar koagulan dapat terlarut
merata dalam waktu singkat. Bentuk alat pengaduknya dapat bervariasi, selain
rapid mixing, dapat menggunakan hidrolis (hydrolic jump atau terjunan) atau
mekanis (menggunakan batang pengaduk).
b. Flokulasi
Selanjutnya air masuk ke unit flokulasi. Tujuannya adalah untuk membentuk dan
memperbesar flok (pengotor yang terendapkan). Di sini dibutuhkan lokasi yang
alirannya tenang namun tetap ada pengadukan lambat (slow mixing) supaya flok
menumpuk. Untuk meningkatkan efisiensi, biasanya ditambah dengan senyawa
kimia yang mampu mengikat flok-flok tersebut.
c. Sedimentasi
Bangunan ini digunakan untuk mengendapkan partikel-partikel koloid yang sudah
didestabilisasi oleh unit sebelumnya. Unit ini menggunakan prinsip berat jenis.
Berat jenis partikel kolid (biasanya berupa lumpur) akan lebih besar daripada
berat jenis air. Pada masa kini, unit koagulasi, flokulasi dan sedimentasi telah ada
yang dibuat tergabung yang disebut unit aselator.
d. Filtrasi
II-25
Sesuai dengan namanya, filtrasi adalah untuk menyaring dengan media butiran.
Media butiran ini biasanya terdiri dari antrasit, pasir silica dan kerikil silica
dengan ketebalan berbeda. Cara ini dilakukan dengan metode gravitasi.
e. Desinfeksi
Setelah bersih dari pengotor, masih ada kemungkinan ada kuman dan bakteri yang
hidup, sehingga ditambahkanlah senyawa kimia yang dapat mematikan kuman ini,
biasanya berupa penambahan chlor, ozonisasi, UV, pemabasan, dan lain-lain
sebelum masuk ke bangunan selanjutnya, yakni reservoir.
4. Reservoir
Reservoir berfungsi sebagai tempat penampungan sementara air bersih sebelum
didistribusikan melalui pipa-pipa secara gravitasi. Karena kebanyakan distribusi
di Indonesia menggunakan konsep gravitasi, maka reservoir biasanya diletakkan
di tempat dengan posisi lebih tinggi daripada tempat-tempat yang menjadi sasaran
distribusi, bisa diatas bukit atau gunung.
Gabungan dari unit-unit pengolahan air ini disebut IPA Instalasi Pengolahan
Air. Untuk menghemat biaya pembangunan, unit intake, WTP dan reservoir dapat
dibangun dalam satu kawasan dengan ketinggian yang cukup tinggi, sehingga
tidak diperlukan pumping station dengan kapasitas pompa dorong yang besar
untuk menyalurkan air dari WTP ke resevoir. Pada akhirnya, dari reservoir, air
bersih siap untuk didistribusikan melalui pipa-pipa dengan berbagai ukuran ke
tiap daerah distribusi.
F. Kekeruhan Air
II-26
1. Pengertian Kekeruhan
Kekeruhan air atau sering disebut turbidity adalah salah satu parameter uji
fisik dalam analisis air. Tingkat kekeruhan air umumnya akan diketahui dengan
besaran NTU (nephelometr turbidity unit) setelah dilakukan uji aplikasi
menggunakan alat turbidimeter. Besaran kekeruhan air minum yang memenuhi
syarat kesehatan berdasarkan acuan yang berlaku adalah tidak lebih dari 5 NTU,
Standar kekeruhan air ditetapkan antara 5-25 NTU (Nephelometric Turbidity
Unit) dan bila melebihi batas yang telah ditetapkan maka akan mengganggu
estetika dan mengurangi efektifitas desinfeksi air. Secara visual kekeruhan air ini
tidak akan terlihat oleh mata. Atas dasar pengalaman bahwa setelah melebihi dari
10 NTU kekeruhan air akan nampak secara visual.
Tingkat kekeruhan air antara sumber yang satu dengan lainnya dapat
dipastikan berbeda, ini akibat pengaruh tingkat pencemaran yang berbeda-beda.
Sumber air alami seperti mata air dan air terjun merupakan sumber air dengan
tingkat kekeruhan yang rendah dibanding dengan sumber air lainnya seperti air
sungai yang mempunyai tingkat kekuruhan yang tinggi. Apa yang harus kita
lakukan seandainya sumber air yang kita miliki mempunyai tingkat kekeruhan
yang tinggi. Jawabnya harus dilakukan proses pengendapan (koagulasi) terlebih
dahulu dengan penambahan bahan aditif berupa koagulan seperti tawas
(Al2(SO4)3) setelah itu lakukan penyaring (filtrasi). Ada beberapa metode
pengukuran kekeruhan yaitu :
II-27
Tanah liat
Endapan (lulpur)
Zat organic dan bukan organik yang terbagi dalam butir-butir halus
II-28
terbuka
dapat
disebabkan oleh
pertumbuhan
II-29
dan berwarna, pH beraneka menjadi air yang jernih, bebas dari keruh, berbau dan
berwarna serta pH yang netral. Mengatasi kekeruhan dapat dilakukan dengan
berbagai cara:
Pengendapansecara alami (proses sedimentasi) dengan cara membiarkan
maka air yang mengandung lumpur kasar maupun halus akan perlahanlahan mengendap.
Melalui proses koagulasi, Air yang mengandung koloidal akan diendapkan
memakai bahan koagulant.
Proses sedimentasi aktif.
G. Almunium Sulfat
1. Pengertian Aluminium Sulfat
Tawas atau Aluminium Sulfat (Al 2(SO4)3.16 H2O) yang diperoleh dari hasil
reaksi Al(OH)3 dengan H2SO4. tawas merupakn senyawa dari Aluminium yang
banyak digunakan untuk menjernihkan air pada pengolahan air minum. Pada
proses pemurnian/penjernihan air, tawas berfungsi sebagai koagulan yang dapat
mengikat bahan pencemar yang dikandungnya, kemudian terpisah menjadi
endapan. Kekeruhan dalam air dapat dihilangkan melalui penambahan sejenis
bahan kimia yang disebut flokulan. Pada umumnya Al2(SO4)3 dapat digunakan
sebagai flokulan. Asam sulfat (Alum) atau yang sering disebut sebagai tawas
mempunyai rumus molekul berbentuk kristal putih. Alum mempunyai sifat larut
dalam air dan tidak larut dalam alkohol (Faith dan keyes,1957, p.78).
Sifat kimia :
II-30
a.
b.
c.
Sifat fisika :
a.
Rumus kimia
: Al2(SO4)3
b.
Berat molekul
: 342,14
c.
Berat jenis
: 1,61 gr/ml
d.
Titik didih
: 260C
II-31
Terdapat tiga tahap penting pada proses pengolahan air dengan penambahan
zat kimia seperti tawas yaitu: tahap pembentukan inti endapan, tahap flokulasi,
tahap pemisahan flok dengan cairan. Biasanya pengolahan air dengan
menggunakan tawas ini, dilakukan pada awal proses pengolahan air kotor. Tawas
ditambahkan ke dalam air sehingga menyebabkan partikel-partikel tersuspensi
akan mengendap dan kemudian air dapat diolah lebih lanjut. Salah satunya dengan
proses filtrasi. Kemudian didesinfeksi lalu dapat dikonsumsi.
Tawas merupakan alumunium sulfat yang dapat digunakan sebagai penjernih
air seperti sedimentasi (water treatment) karena tawas yang dilarutkan dalam air
mampu mengikat kotoran-kotoran dan mengendapkan kotoran dalam air sehingga
menjadikan air menjadi jernih. Tawas dikenal sebagai koagulan didalam
pengolahan air limbah. Sebagai koagulan tawas sangat efektif untuk
mengendapkan partikel yang melayang baik dalam bentuk koloid maupun
suspensi. Selain digunakan sebagai penjernih air, tawas juga dapat digunakan
sebagai zat aditif untuk antiperspirant (deodorant).
II-33
II-34
II-35
BAl
LI
Larutan Induk
Larutan ini adalah konsentrasi larutan Alumunium Sulfat dalam air.
Biasanya konsentrasi yang dipergunakan
II-36
Setelah ketiga komponen dalam rumus tersebut itu diketahui, maka kita dapat
menghitung berapa jumlah Aluminium Sulfat yang dibutuhkan. Perlu diingat,
dalam memproses rumus diatas, banyak yang terjebak dengan satuan yang
dipergunakan.
II-37