Marganofipbbab4 PDF
Marganofipbbab4 PDF
63
Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
Nopember
Desember
Rata-rata
Mak.
30,58
30,24
32,35
31,20
31,87
32,93
31,84
32,29
30,08
30,03
30,63
31,19
31,27
Min.
22,57
22,48
23,24
22,45
23,31
23,56
22,35
22,46
22,15
22,17
22,05
23,15
22,66
Rata-rata
26,575
26,360
27,795
26,825
27,590
28,245
27,095
27,375
26,115
26,100
26,340
27,170
26,960
Kelembaban
nisbi
(%)
95,20
95,26
95,95
95,31
96,05
96,45
96,57
96,11
95,97
93,48
93,08
93,07
95,20
Kec.
Angin
(km/hr)
28,0
25,5
23,1
22,6
17,7
21,9
19,3
22,4
24,7
30,7
21,0
24,9
23,5
Curah
hujan
(mm)
246,8
179,8
283,4
294,3
267,7
171,3
289,1
267,6
323,4
335,4
497,8
343,4
299,0
Sumber: Data diolah dari pencatatan stasiun penakar hujan PLTA Maninjau, (1995-2005)
64
Koppen, kawasan Danau Maninjau beriklim hujan tropik dengan suhu bulanan
terdingin > 18 0C. Hal ini dicirikan kondisi daerah tangkapan air selalu basah,
hujan rata-rata tiap bulan > 60 mm, dengan suhu udara berkisar antara 1830 0C
(Handoko, 1995). Tabel 17 memperlihatkan jumlah bulan basah, kering dan
lembab di kawasan Danau Maninjau.
Tabel 17. Jumlah bulan basah, kering dan lembab di kawasan Danau Maninjau
Tahun
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
Bulan basah
11
11
7
11
12
10
11
11
10
11
Jumlah
Bulan kering
0
0
3
0
0
2
0
1
2
1
Bulan lembab
1
1
2
1
0
0
1
0
0
0
Sumber: Data diolah dari pencatatan stasiun penakar hujan PLTA Maninjau, (1995-2005)
Keterangan: Bulan basah = bulan dengan hujan > 100 mm
Bulan kering = bulan dengan hujan < 60 mm
Bulan lembab = bulan dengan hujan 60-100 mm
65
Nama sungai
Batang Limau Sundai
Batang Maransi
Bandar Ligin
Jembatan Ampang
Batang Kalarian
Tembok Asam
Lebar (m)
7
6
6
8
7
8
Debit ( m3/detik)
0,075
0,074
0,090
0,160
0,160
0,090
66
67
Nagari
1
Maninjau
2
Bayur
3
III Koto
4
Koto Kaciak
5
II Koto
6
Tanjung Sani
7
Sungai Batang
Jumlah
Persentase (%)
Sawah
205
526
421
460
390
126
390
2.518
16,70
Lain-lain
9
8
15
14
12
27
11
96
0,64
Sumber: Tanjung Raya dalam Angka, (2005) dan RLKT-Sub DAS Antokan, (2005)
68
Nagari
1
Maninjau
2
Bayur
3
III Koto
4
Koto Kaciak
5
II Koto
6
Tanjung Sani
7
Sungai Batang
Jumlah
Jenis Kelamin
Laki-laki
Wanita
1.633
1.708
2.011
2.244
2.294
2.373
1.718
1.952
2.249
2.532
2.864
2.935
1.863
2.156
14.866
15.666
Jumlah
3.341
4.255
4.667
3.670
4.781
5.799
4.019
30.532
Rasio jenis
kelamin
0,96
0,90
0,97
0,89
0,89
0,98
0,86
0,95
69
Nagari
1
Maninjau
2
Bayur
3
III Koto
4
Koto Kaciak
5
II Koto
6
Tanjung Sani
7
Sungai Batang
Jumlah
Luas
(km2)
15,83
18,99
11,56
12,10
28,55
46,35
17,38
150,76
Jumlah penduduk
(jiwa)
3.341
4.255
4.667
3.670
4.781
5.799
4.019
30.532
Kepadatan
penduduk per km2
211
224
403
303
167
125
231
203
70
Pengurangan (orang)
Pertumbuhan
Nagari
Jumlah
Penduduk
Lahir
Datang
Jumlah
Meninggal
Pergi
Jumlah
Jiwa
Maninjau
3341
69
74
16
24
50
1,49
Bayur
III Koto
Koto
Kaciak
II Koto
Tanjung
Sani
Sungai
Batang
4255
4667
74
80
8
9
82
89
19
27
11
9
30
36
52
53
1,22
1,07
3670
4781
67
80
74
91
27
26
10
9
37
35
37
56
1,01
1,17
5799
93
101
26
16
42
59
1,02
4019
72
80
28
37
43
1,07
11
Jumlah
30.532
535
56
591
169
72
241
350
1,15
Sumber: Diolah dari data BPS Kabupaten Agam (2005) dan Puskesmas Kecamatan Tanjung Raya,
(2006)
orang (4,23%).
Sebagian penduduk yang bertempat tinggal di sempadan danau juga
memelihara ternak sebagai pekerjaan sampingan. Tidak diperoleh data yang tepat
mengenai rumah tangga yang memiliki ternak. Namun dari hasil survey di
lapangan memperlihatkan bahwa jumlah populasi ternak di sekitar kawasan danau
adalah sebagai berikut: sapi potong 955 ekor, kerbau 356 ekor, kambing 99 ekor,
ayam (buras, petelur dan kampung) 6.181 ekor serta itik 1.177 ekor.
4.9. Pendidikan Masyarakat di Kawasan Danau Maninjau
Prasarana pendidikan di lokasi penelitian masih terbatas sampai pada
jenjang Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA). Sarana pendidikan terdiri atas 24
unit TK, 40 unit SD dan MI, 5 unit SLTP dan MTsN, 3 unit SMU dan SMK.
Tingkat pendidikan masyarakat di sekitar perairan danau memberikan pengaruh
71
Belum
sekolah
271
345
378
298
387
470
325
2.474
8,11
Tidak tamat
SD
462
588
644
507
660
801
555
4.217
13,82
SD
SLTP
SLTA
D3
S1
691
881
966
760
990
1200
832
6.320
20,71
1049
1337
1466
1153
1502
1822
1262
9.591
31,43
850
1083
1187
934
1217
1477
1023
7.771
25,47
11
14
13
12
15
18
12
95
0,31
5
6
7
5
7
8
6
44
0,14
Sumber: Diolah dari BPS Kabupaten Agam, (2005) dan Kec. Tanjung Raya dalam Angka (2005)
72
157 kali lipat atau sebanyak 1886 unit. Tahun berikutnya jumlah keramba
mengalami peningkatan lagi yakni mencapai 3.500 unit keramba. Pada tahun 1997
terjadi musibah kematian masal ikan akibat penurunan kualitas air, sehingga
jumlahnya KJA mengalami penurunan menjadi 2.856 unit. Semenjak tahun 2000
jumlah KJA di perairan Danau Maninjau terus mengalami peningkatan, yakni dari
3.856 unit menjadi 8.251 unit pada tahun 2005 dengan jumlah petani ikan
sebanyak 677 kepala keluarga. Pada bulan Maret 2006 jumlah keramba di
perairan Danau Maninjau sudah mencapai 8.955 unit dengan jumlah petani ikan
sebanyak 1.264 kepala keluarga.
Kegiatan budidaya perikanan dalam KJA ini berkembang hampir pada
seluruh kawasan perairan danau. Pada umumnya keramba yang diusahakan
menggunakan model rakit dari kayu (bambu) dengan ukuran 7x7x4 meter . Ikanikan dalam KJA ini diberi makan dengan pakan buatan (pellet). Peningkatan
jumlah KJA di perairan danau juga telah meningkatkan limbah KJA, yang pada
akhirnya memberikan dampak negatif terhadap lingkungan perairan. Terjadinya
eutrofikasi yang lebih cepat dengan frekuensi yang sering, sehingga menyebabkan
mutu perairan menjadi menurun. Hal ini merupakan salah satu contoh dampak
dari peningkatan jumlah limbah KJA. Demikian juga halnya dengan limbah sisa
pakan dan kotoran ikan yang menumpuk di dasar perairan danau, untuk
selanjutnya mengalami dekomposisi atau penguraian.
Peningkatan buangan bahan organik ke dasar perairan danau akan
merangsang
aktivitas
bakteri,
jamur
dan
makro-invertebrata,
sehingga
73
perairan danau. Unsur hara yang berlebihan dapat menyebabkan eutrofikasi, yang
salah satu indikatornya adalah meningkatnya kekeruhan air (Henderson et al.,
1987). Kekeruhan ini dapat disebabkan oleh tingginya konsentrasi fosfat, terutama
yang berasal dari sisa pakan ikan. Hasil penelitian Syandri (2001) melaporkan
bahwa limbah yang masuk ke perairan danau dari aktivitas 2.410 unit KJA setiap
bulannya adalah 77,49 ton protein limbah, 12,3984 ton nitrogen limbah dan 26,95
ton urea.
Tingginya konsentrasi fosfat, selain dari sisa pakan diduga juga berasal
dari limbah manusia dan limbah domestik lainnya yaitu berupa tinja dan deterjen.
Setiap tahunnya beban limbah fosfor (P) dari deterjen yang masuk ke perairan
danau