Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN KASUS

I.

IDENTITAS
Nama

: An. MA

Umur
Jenis Kelamin
Agama

: 10 tahun
: Laki-laki
: Islam

Alamat
Pekerjaan
No.RM
Tanggal Pemeriksaan

: Kepohkencono RT 02/RW 05, Pucakwangi,Pati


: Pelajar
: 129830
: 13 September 2016

II.

ANAMNESIS
Autoanamnesis dan alloanamnesis pada tanggal 13 September 2016 di Poli Mata

RSUD Soewondo Pati.


Keluhan Utama
Keluhan Tambahan
III.

: Mata merah di kedua mata sejak 3 tahun lalu.


: Perih dan gatal

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Pasien datang ke poli mata RSUD Soewondo pati dengan keluhan kedua mata merah

sejak 3 tahun lalu. Menurut ayah pasien keluhan mata merah di rasakan pasien perus
menerus sepanjang hari. Keluhan kadang di sertai dengan rasa perih dan gatal yang sering
hilang timbul. Keluhan perih dan gatal timbul ketika pasien bermain di bawah terik matahari
atau ketika terkena angina sewaktu pasien pergi bersama ayahnya menggunakan sepeda
motor sehingga pasien sering mengucek kedua matannya. Keluhan perih dan gatal berkurang
ketika pasien berada di dalam rumah atau dalam keadaan yang tidak terkena sinar matahari
dan angin kencang. Menurut ayahnya pasien belum pernah berobat ke rumah sakit atau
puskesmas sebelumya.
Penglihatan kabur disangkal. Adanya penglihatan ganda disangkal, keluhan sakit
kepala disertai rasa sakit pada daerah mata juga disangkal, terasa ada yang mengganjal (-),
kotoran mata yang kental (-), bengkak (-), mata berair terus menerus (-), sulit membuka mata
(-), demam (-).
IV.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Pasien pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya

Riwayat sering terpapar dengan matahari pada kedua mata (+)

V.

VI.

Riwayat sering terpapar angina pada kedua mata (+)

Riwayat alergi makanan (+)

Riwayat operasi disangkal

Riwayat trauma (-)

Riwayat Asma (-)

RIWAYAT KELUARGA
Tidak ada anggota keluarga yang pernah mengalami sakit yang sama.
Riwayat keluarga dengan alergi (+)
Riwayat keluarga dengan asma (-)
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum

: Tampak sakit ringan

Tanda Vital

: - Nadi

: 76 x/mnt

- Respirasi

: 18 x/mnt

- Suhu

: 36,6C

Kesadaran

: Kompos Mentis

Kepala

: Normocephal

Mata

: Status Oftalmologi

THT

: Tidak ada keluhan

Mulut

: Tidak ada keluhan

Leher

: Tidak ada keluhan

Thoraks

: Tidak ada keluhan

Abdomen

: Tidak ada keluhan

Endokrin

: Tidak ada keluhan

Ekstremitas

: Tidak ada keluhan

Status Oftalmologikus
OD

OS

Visus
Kedudukan Bola Mata
Gerakan Bola Mata

Segmen Anterior
Silia
Palpebra Superior
Palpebra Inferior
Konjungtiva tarsus superior
Konjungtiva tarsus inferior
Konjungtiva bulbi
Sklera
Kornea
Bilik Mata Depan
Iris
Pupil
Lensa

Oculi Dextra
6/6
Orthoforia

Oculi Sinistra
6/6

Trichiasis (-)
Trichiasis (-)
Hiperemis (-)
Hiperemis (-)
Edema (-)
Edema (-)
Hiperemis (-)
Hiperemis (-)
Edema (-)
Edema (-)
Hiperemis (+)
Hiperemis (+)
Papil (+)
Papil (+)
Folikel (-)
Folikel (-)
Hiperemis (+)
Hiperemis (+)
Papil (-)
Papil (-)
Folikel (-)
Folikel (-)
Sekret (-)
Sekret (-)
Injeksi konjungtiva (+)
Injeksi konjungtiva (+)
Injeksi silier (-)
Injeksi silier (-)
Putih
Putih
Edema (-)
Edema (-)
Infiltrat (-)
Infiltrat (-)
Ulkus (-)
Ulkus (-)
Kedalaman cukup
Kedalaman cukup
Coklat, bulat, regular
Coklat, bulat, regular
Bulat, sentral
Bulat, sentral
Refleks cahaya langsung dan Refleks cahaya langsung dan
tidak langsung (+)
tidak langsung (+)
Jernih
Jernih

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Funduskopi

: tidak dilakukan

Pemeriksaan Tekanan Intra Okuler

: tidak dilakukan

FOTO KLINIS

VII.

RESUME

Nama
Umur
Jenis Kelamin
Autoanamnesis dan

: An. MA
: 10 tahun
: Laki-laki
alloanamnesis pada tanggal 13 September 2016 di Poli Mata RSUD

Soewondo Pati.
Keluhan Utama
: Mata merah di kedua mata sejak 3 tahun lalu.
Keluhan Tambahan
: Perih dan gatal
Pasien datang ke poli mata RSUD Soewondo pati dengan keluhan kedua mata merah
sejak 3 tahun lalu. Menurut ayah pasien keluhan mata merah di rasakan pasien perus
menerus sepanjang hari. Keluhan kadang di sertai dengan rasa perih dan gatal yang sering
hilang timbul. Keluhan perih dan gatal timbul ketika pasien bermain di bawah terik matahari
atau ketika terkena angina sewaktu pasien pergi bersama ayahnya menggunakan sepeda
motor sehingga pasien sering mengucek kedua matannya. Keluhan perih dan gatal berkurang
ketika pasien berada di dalam rumah atau dalam keadaan yang tidak terkena sinar matahari
dan angin kencang. Menurut ayahnya pasien belum pernah berobat ke rumah sakit atau
puskesmas sebelumya.
Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya

Riwayat sering terpapar dengan matahari pada kedua mata (+)

Riwayat sering terpapar angina pada kedua mata (+)

Riwayat alergi makanan (+)

Riwayat Keluarga

Riwayat keluarga dengan alergi (+)

Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum

: Tampak sakit ringan

Tanda Vital

: - Nadi

Kesadaran

: 76 x/mnt

- Respirasi

: 18 x/mnt

- Suhu

: 36,6C

: Kompos Mentis

Status Oftalmologikus
Konjungtiva

tarsus Hiperemis (+)

superior
Papil (+)
Konjungtiva tarsus inferior Hiperemis (+)
Konjungtiva bulbi
Injeksi konjungtiva (+)
VIII.

DIAGNOSIS
Diagnosis Kerja

: ODS Konjungtivitis Vernal

: Konjungtivitis virus

Diagnosis Banding

Hiperemis (+)
Papil (+)
Hiperemis (+)
Injeksi konjungtiva (+)

Konjungtivitis atopik
Giant Papillary conjungtivitis
IX.

X.

XI.

PENATALAKSANAAN
Dexamethason (ED) 4 ddgtt II ODS
Sodium chromolyn 4% 4ddgtt II ODS
Anti histamin sistemik: Cetirizin 2 x 1 tab

ANJURAN
Menghindari sinar mata hari dan angin secara langsung.
Menggunakan topi atau kaca mata pelindung bila berada di luar ruangan.
Menghindari mengucek mata
Melakukan pemeriksaan tes alergi.
Melakukan pemeriksaan darah rutin.
PROGNOSIS

Ad Vitam

: Ad Bonam

Ad Sanationam

: Dubia Ad Bonam

Ad Functionam

: Ad Bonam

TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi dan Fisiologi Konjungtiva
Konjungtiva merupakan membran yang menutupi sklera dan kelopak bagian
belakang. Bermacam-macam obat mata dapat diserap melalui konjungtiva ini. Konjungtiva
mengandung kelenjar musin yang dihasilkan oleh sel Goblet. Musin bersifat membasahi bola
mata terutama kornea. 1
Konjungtiva terdiri dari tiga bagian, yaitu:
Konjungtiva palpebra, hubungannya dengan tarsus sangat erat. Gambaran dari
glandula Meibom yang ada di dalamnya tampak membayang sebagai garis sejajar
berwarna putih. Permukaan licin, dicelah konjungtiva terdapat kelenjar Henle.
Histologis: terdiri dari sel epitel silindris. Di bawahnya stroma dengan bentuk adenoid
dengan banyak pembuluh darah.
Konjungtiva forniks, strukturnya sama dengan konjungtiva palpebra. Tetapi hubungan
dengan jaringan di bawahnya lebih lemah dan membentuk lekukan-lekukan. Juga
mengandung banyak pembuluh darah. Oleh karena itu, pembengkakan pada tempat

ini mudah terjadi, bila terdapat peradangan mata. Dengan berkelok-keloknya


konjungtiva ini pergerakan mata menjadi lebih mudah. Di bawah konjungtiva forniks
superior terdapat glandula lakrimal dari Kraus. Melalui konjungtiva forniks superior
juga terdapat muara saluran air mata.
Konjungtiva bulbi, tipis dan tenbus pandang meliputi bagian anterior bulbus okuli. Di
bawah konjungtiva bulbi terdapat kapsula tenon. Strukturnya sama dengan
konjungtiva palpebra, tetapi tak mempunyai kelenjar. Dari limbus, epitel konjungtiva
meneruskan diri sebagai epitel kornea. Di dekat kantus internus, konjungtiva bulbi
membentuk plika semilunaris yang mengelilingi suatu pulau kecil terdiri dari kulit
yang mengandung rambut dan kelenjar yang disebut caruncle.1

Gambar 1.
Anatomi
konjungtiva
Perdarahan dan
Persarafan Konjungtiva
Arteri-arteri konjungtiva berasal dari arteria siliaris anterior dan arteria palpebralis.
Kedua arteri ini beranastomosis dengan bebas dan bersama dengan banyak vena konjungtiva
membentuk jaringan vaskular konjungtiva yang sangat banyak. Konjungtiva juga menerima
persarafan dari percabangan pertama nervus V dengan serabut nyeri yang relatif sedikit .2
KONJUNGTIVITIS VERNALIS
DEFINISI
Konjungtivitis vernalis adalah konjungtivitis akibat reaksi hipersensitivitas tipe I yang
mengenai kedua mata dan bersifat rekuren. 3
KLASIFIKASI

Terdapat dua bentuk utama konjungtivitis vernalis (yang dapat berjalan bersamaan),
yaitu:
1. Bentuk

palpebra

terutama

mengenai

konjungtiva tarsal superior. Terdapat

pertumbuhan papil yang besar (Cobble Stone) yang diliputi sekret yang mukoid.
Konjungtiva tarsal bawah hiperemi dan edem, dengan kelainan kornea lebih berat dari
tipe limbal. Secara klinik, papil besar ini tampak sebagai tonjolan besegi banyak
dengan permukaan yang rata dan dengan kapiler di tengahnya.1

Gambar 2. Konjungtivitis Vernal Palpebra dengan Tanda cobble stone


2. Bentuk Limbal hipertrofi papil pada limbus superior yang dapat membentuk jaringan
hiperplastik gelatin, dengan Trantas dot yang merupakan degenarasi epitel kornea atau
eosinofil di bagian epitel limbus kornea, terbentuknya pannus, dengan sedikit
eosinofil.1

Gambar 3. Konjungtivitis Vernal Limbal dengan Tanda Trantas Dot

ETIOLOGI

Konjungtivitis vernal terjadi akibat alergi dan cenderung kambuh pada musim panas.
Konjungtivitis vernal sering terjadi pada anak-anak, biasanya dimulai sebelum masa pubertas
dan berhenti sebelum usia 20. 4

PATOFISIOLOGI
Perubahan struktur konjungtiva erat kaitannya dengan timbulnya radang interstitial
yang banyak didominasi oleh reaksi hipersensitivitas tipe I. Pada konjungtiva akan dijumpai
hiperemi dan vasodilatasi difus, yang dengan cepat akan diikuti dengan hiperplasi akibat
proliferasi jaringan yang menghasilkan pembentukan jaringan ikat yang tidak terkendali.1
Kondisi ini akan diikuti oleh hyalinisasi dan menimbulkan deposit pada konjungtiva
sehingga terbentuklah gambaran cobblestone. Jaringan ikat yang berlebihan ini akan
memberikan warna putih susu kebiruan sehingga konjungtiva tampak buram dan tidak
berkilau. Proliferasi yang spesifik pada konjungtiva tarsal, oleh von Graefe disebut pavement
like granulations. Hipertrofi papil pada konjungtiva tarsal tidak jarang mengakibatkan ptosis
mekanik.1
Limbus konjungtiva juga memperlihatkan perubahan akibat vasodilatasi dan hipertofi
yang menghasilkan lesi fokal. Pada tingkat yang berat, kekeruhan pada limbus sering
menimbulkan gambaran distrofi dan menimbulkan gangguan dalam kualitas maupun
kuantitas stem cells.1
Tahap awal konjungtivitis vernalis ini ditandai oleh fase prehipertrofi. Dalam kaitan
ini, akan tampak pembentukan neovaskularisasi dan pembentukan papil yang ditutup oleh
satu lapis sel epitel dengan degenerasi mukoid dalam kripta di antara papil serta
pseudomembran milky white. Pembentukan papil ini berhubungan dengan infiltrasi stroma
oleh sel- sel PMN, eosinofil, basofil dan sel mast.1
Tahap berikutnya akan dijumpai sel- sel mononuclear serta limfosit makrofag. Sel
mast dan eosinofil yang dijumpai dalam jumlah besar dan terletak superficial. Dalam hal ini
hampir 80% sel mast dalam kondisi terdegranulasi. Temuan ini sangat bermakna dalam
membuktikan peran sentral sel mast terhadap konjungtivitis vernalis. Keberadaan eosinofil
dan basofil, khususnya dalam konjungtiva sudah cukup menandai adanya abnormalitas
jaringan.1
Fase vascular dan selular dini akan segera diikuti dengan deposisi kolagen,
hialuronidase, peningkatan vaskularisasi yang lebih mencolok, serta reduksi sel radang secara
keseluruhan. Deposisi kolagen dan substansi dasar maupun seluler mengakibatkan
terbentuknya deposit stone yang terlihat secara nyata pada pemeriksaan klinis. Hiperplasi

jaringan ikat meluas ke atas membentuk giant papil bertangkai dengan dasar perlekatan yang
luas. Horner- Trantas dots yang terdapat di daerah ini sebagian besar terdiri dari eosinofil,
debris selular yang terdeskuamasi, namun masih ada sel PMN dan limfosit.1

GEJALA
Pasien umumnya mengeluh gatal yang berlebihan dan bertahi mata berserat,

terutama

bila berada dilapangan terbuka yang panas terik. Biasanya terdapat riwayat keluarga alergi.
Konjungtiva tampak putih seperti susu, dan terdapat banyak papilla halus di konjungtiva
tarsalis inferior. Konjungtiva palpebra superior sering terdapat papilla raksasa mirip batu kali.
Setiap papil raksasa berbentuk poligonal, dengan atap rata, dan mengandung berkas kapiler.
Mungkin terdapat tahi mata berserabut dan pseudomembran fibrinosa (tanda MaxwellLyons). Pada beberapa kasus, terutama pada orang negro turunan Afrika, lesi paling mencolok
terdapat di limbus, yaitu pembengkakan gelatinosa (papillae). Sebuah pseudogerontoxon
(arcus) sering terlihat pada kornea dekat papilla limbus. Trantas dot adalah bintik-bintik putih
yang terlihat di limbus pada beberapa pasien dengan konjungtivitis vernalis selama fase aktif
dari penyakit ini. Sering tampak mikropannus pada konjungtivitis vernal palpebra dan
limbus, namun pannus besar jarang dijumpai. Biasanya tidak timbul parut pada konjungtiva
kecuali jika pasien telah menjalani

krioterapi, pengangkatan papilla, iradiasi, atau prosedur

lain yang dapat merusak konjungtiva.1,5


Gambaran klinis konjungtivitis vernal:

Gatal
Pasien pada umumnya mengeluh tentang gatal yang sangat. Keluhan gatal

ini menurun pada musim dingin.


Ptosis
Terjadi ptosis bilateral, kadang-kadang yang satu lebih ringan dibandingkan
yang lain. Ptosis terjadi karena infiltrasi cairan ke dalam sel-sel konjungtiva
palpebra dan infiltrasi sel-sel limfosit plasma, eosinofil, juga adanya degenerasi

hyalin pada stroma konjungtiva.


Kotoran mata
Keluhan gatal umumnya disertai dengan bertahi mata yang berserat-serat.
Konsistensi kotoran mata/tahi mata elastis ( bila ditarik molor).
Kelainan pada palpebra

Terutama mengenai konjungtiva palpebra superior. Konjungtiva tarsalis


pucat, putih keabu-abuan disertai papil-papil yang besar (papil raksasa). Inilah yang
disebut cobble stone appearance. Susunan papil ini rapat dari samping
tampak menonjol. Seringkali

dikacaukan dengan

trakoma.

Di permukaannya

kadang-kadang seperti ada lapisan susu, terdiri dari sekret yang mukoid. Papil
ini permukaannya rata dengan kapiler di tengahnya. Kadang-kadang konjungtiva

palpebra menjadi hiperemi, bila terkena infeksi sekunder.


Horner Trantas dots
Gambaran seperti renda pada limbus, dimana konjungtiva bulbi menebal, be
rwarna putih susu, kemerah-merahan, seperti lilin. Merupakan penumpukan
eosinofil dan merupakan hal yang patognomosis pada konjungtivitis vernal yang

berlangsung selama fase aktif.


Kelainan di kornea
Dapat berupa pungtat epithelial keratopati. Keratitis epithelial difus khas ini
sering dijumpai. Kadang-kadang didapatkan ulkus kornea yang berbentuk bulat
lonjong vertikal pada superfisial sentral atau para sentral, yang dapat
diikuti dengan pembentukan jaringan sikatrik yang ringan. Kadang juga didapatkan
panus, yang tidak menutupi seluruh permukaan kornea, sering berupa mikropannus.
Penyakit ini mungkin juga disertai keratokonus. Kelainan di kornea ini tidak
membutuhkan pengobatan khusus, karena tidak satu pun lesi kornea ini berespon
baik terhadap terapi standar.

DIAGNOSIS
Berdasarkan atas pemeriksaan klinik dan laboratorium.6
Pemeriksaan Klinis:
1. Anamnesa : adanya keluhan gatal, mata merah kecoklatan (kotor).
2. Pemeriksaan Fisik :

Palpebra : didapatkan hipertropi papiler, cobble stone appearance, Giants


papillae.

Konjungtiva bulbi: warna merah kecoklatan dan kotor, terutama di area fisura
interpalpebralis.

Limbus : Horner Trantas dots

3. Pemeriksaan Laboratorium:

Pada pemeriksaan kerokan konjungtiva atau getah mata didapatkan


sel-sel eosinofil dan granula eosinofil granul dari pulasan Giemsa
(eksudatnya)

Pemeriksaan darah : eosinofilia dan peningkatan kadar serum IgE.

PENGOBATAN
Karena konjungtivitis vernalis adalah penyakit yang sembuh sendiri, perlu diingat
bahwa medikasi yang dipakai terhadap gejala hanya memberi hasil jangka pendek, berbahaya
jika dipakai jangka panjang.1,5
Pilihan perawatan konjungtivitis vernalis berdasarkan luasnya gejala yang muncul dan
durasinya, yaitu:
1.Tindakan Umum
Dalam hal ini mencakup tindakan-tindakan konsultatif yang membantu mengurangi
keluhan pasien berdasarkan informasi hasil anamnesis. Beberapa tindakan tersebut antara
lain:
o Menghindari tindakan menggosok-gosok mata dengan tangan atau jari tangan, karena
telah terbukti dapat merangsang pembebasan mekanis dari mediator-mediator sel
mast.
o Menghindari daerah berangin kencang yang biasanya juga membawa serbuk sari
o Menggunakan kaca mata untuk mengurangi kontak dengan alergen di udara terbuka.
Pemakaian lensa kontak justru harus dihindari karena lensa kontak akan membantu
retensi allergen;
o Kompres dingin di daerah mata;
o Pengganti air mata (artifisial). Selain bermanfaat untuk cuci mata juga berfungsi
protektif karena membantu menghalau alergen

2.Terapi medik
Dalam hal ini, terlebih dahulu perlu dijelaskan kepada pasien dan orang tua pasien
tentang sifat kronis serta self limiting dari penyakit ini. Selain itu perlu juga dijelaskan
mengenai keuntungan dan kemungkinan komplikasi yang dapat timbul dari pengobatan yang
ada, terutama dalam pemakaian steroid. Salah satu factor pertimbangan yang penting dalam
mengambil langkah untuk memberikan obat- obatan adalah eksudat yang kental dan lengket
pada konjungtivitis vernalis ini, karena merupakan indicator yang sensitive dari aktivitas
penyakit, yang pada gilirannya akan memainkan peran penting dalam timbulnya gejala.1,7
Untuk menghilangkan sekresi mucus, dapat digunakan irigasi saline steril dan
mukolitik seperti asetil sistein 10% - 20% tetes mata. Dosisnya tergantung pada kuantitas
eksudat serta beratnya gejala. Dalam hal ini, larutan 10% lebih dapat ditoleransi daripada
larutan 10%. Larutan alkaline seperti sodium karbonat monohidrat dapat membantu
melarutkan atau mengencerkan musin, sekalipun tidak efektif sepenuhnya.1,7
Satu- satunya terapi yang dipandang paling efektif untuk pengobatan konjungtivitis
vernalis ini adalah kortikosteroid, baik topical maupun sistemik. Namun untuk pemakaian
dalam dosis besar harus diperhitungkan kemungkinan timbulnya resiko yang tidak
diharapkan. Untuk Konjungtivitis vernal yang berat, bias diberikan steroid topical
prednisolone fosfat 1%, 6- 8 kali sehari selama satu minggu. Kemudian dilanjutkan dengan
reduksi dosis sampai dosis terendah yang dibutuhkan oleh pasien tersebut. Pada kasus yang
lebih parah, bias juga digunakan steroid sistemik seperti prednisolon asetet, prednisolone
fosfat atau deksametason fosfat 2- 3 tablet 4 kali sehari selama 1-2 minggu. Satu hal yang
perlu diingat dalam kaitan dengan pemakaian preparat steroid adalah gnakan dosis serendah
mungkin dan sesingkat mungkin. Antihistamin, baik local maupun sistemik dapat
dipertimbangkan sebagai pilihan lain karena kemampuannya untuk mengurangi rasa gatal
yang dialami pasien. Apabila dikombinasi dengan vasokonstriktor, dapat memberikan control
yang memadai pada kasus yang ringan atau memungkinkan reduksi dosis. Bahkan
menangguhkan pemberian kortikosteroid topical. Satu hal yang tidak disukai dari pemakaian
antihistamin adalah efek samping yang menimbulkan kantuk. Pada anak- anak, hal ini dapat
juga mengganggu aktivitas sehari- hari.1,7
Emedastine adalah antihistamin paling poten yang tersedia di pasaran dengan
kemampuan mencegah sekresi sitokin. Sementara olopatadine merupakan antihistamin yang
berfungsi sebagai inhibitor degranulasi sel mast konjungtiva.1,7
Sodium kromolin 4% terbukti bermanfaat karena kemampuannya sebaga pengganti
steroid bila pasien sudah dapat dikontrol. Ini juga berarti dapat membantu mengurangi

kebutuhan akan pemakaian steroid. Sodium kromolin berperan sebagai stabilisator sel masi,
mencegah terlepasnya beberapa mediator yang dihasilkan pada reaksi alergi tipe I, namun
tidak mampu menghambat pengikatan IgE terhadap sel maupun interaksi sel IgE dengan
antigen spesifik. Titik tangkapnya, diduga sodium kromolin memblok kanal kalsium pada
membrane sel serta menghambat pelepasan histamine dari sel mast dengan cara mengatur
fosforilasi.1
Lodoksamid 0,1% bermanfaat mengurangi infiltrate radang terutama eosinofil dalam
konjungtiva. Levokabastin tetes mata merupakan suatu antihistamin yang spesifik terhadap
konjungtivitis vernalis, dimana symptom konjungtivitis vernalis hilang dalam 14 hari.1
Diagnosis Banding
Diagnosis banding pada umumnya tidak sulit, kecuali yang dihadapi penderita dewasa
muda, karena mungkin suatu konjungtivitis atopik. Kelainan mata pada konjungtivitis atopik
berupa kelopak mata yang tebal, likenisasi, konjungtiva hiperemi dan kemosis disertai papilpapil di konjungtiva tarsalis inferior. Kadang- kadang papil ini bias besar mirip cobble stone
dan dapat dijumpai pada konjungtiva tarsalis superior. Trantas dots juga bias dijumpai pada
konjungtivitis atopik meskipun tidak sesering pada konjungtivitis vernalis.1
Selain konjungtivitis atopik, perlu juga dipikirkan kemungkinan adanya Giant
Papillary conjungtivitis pada pemakaian lensa kontak, baik yang hard maupun yang soft.
Gejalanya mulai dengan gatal disertai banyak mucus serta timbulnya atau ditemukannya
papil raksasa di knjungtiva tarsalis superior. Kelainan ini dapat timbul baik satu minggu
sesudah pemakaian lensa kontak maupun setelah lama pemakaian. Pada kelainan ini tidak ada
pengaruh musim. Pemeriksaan sitologi hanya menunjukkan sedikit eosinofil. Dengan
dilepasnya kontak lens, gejala- gejalanya akan berkurang.1
Prognosis
Prognosis pada kasus konjungtivitis vernal tergantung pada berat ringannya gejala
klinis yang dirasakan pasien, namun umumnya baik dan akan lebih baik dengan pertambahan
usia pasien.1
DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas S., 2012. Penuntun Ilmu Penyakit Mata edisi ke-4. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI,
2. Schwab IR, Dawson CR. 2000. Konjungtiva dalam: Oftalmologi Umum. Edisi 14.
Jakarta: Widya Medika. Hal: 99-101, 115-116.

3. Dorland, W.A Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 29. Jakarta : EGC
4. Medicastore. Available on:
http://www.medicastore.com/penyakit/865/Keratokonjungtivitis_Vernalis.html
(Diakses September 2016)
5. Vaughan & Asbury. Oftalmologi Umum, Edisi 14, Jakarta: Widya Medika, 2000. Hal
268, 274-287.
6. Soewono W, Budiono S, Aminoe. 1994. Konjungtivitis Vernal dalam: Pedoman
Diagnosis dan Terapi Lab/UPF Ilmu Penyakit Mata. Surabaya: RSUD Dokter
Soetomo. Hal: 92-94.
7. Staff Ilmu Penyakit Mata FK UGM, Keratokonjungtivitis Vernalis dalam
http://www.tempo.com.id/medika/042002.html

Anda mungkin juga menyukai