Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN KEPERAWATAN IBU POST PARTUM / NIFAS

A. Konsep Teori
1. Pengertian :
Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6
minggu. (Abdul Bari, 2000 : 122).
Masa Nifas adalah periode selama dan tepat setelah kelahiran sampai 6 minggu
berikutnya saat terjadi involusi kehamilan normal. (Obstetri Williams edisi 2
vol.1,2006).
Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6
minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003 : 003).
Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah kelahiran yang
meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi kembali ke
keadaan tidak hamil yang normal. (F.Gary cunningham, Mac Donald,1995 : 281).
Masa nifas adalah masa setelah seorang ibu melahirkan bayi yang dipergunakan
untuk memulihkan kesehatannya kembali yang umumnya memerlukan waktu 612 minggu. ( Ibrahim C, 1998).
2. Tujuan dari pemberian asuhan pada masa nifas untuk :
a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.
b. Melaksanakan skrinning secara komprehensif, deteksi dini, mengobati atau
merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi.
c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi,
KB, cara dan manfaat menyusui, pemberian imunisasi serta perawatan bayi
sehari-hari.
d. Memberikan pelayanan keluarga berencana.
e. Mendapatkan kesehatan emosi.
3. Adaptasi Fisiologi dan Psikologi
a. Adaptasi Fisiologis masa post partum dibagi tiga tahap :
1) Periode immediate post partum/kala IV ( dalam 1 jam pertama )
2) Periode early post partum ( minggu pertama )
3) Periode late post partum ( minggu kedua sampai keenam )
1

Potensial bahaya kebih sering terjadi pada periode immediate dan early post
partum yaitu resiko terjadinya syok hipovolemia dan hemorrhage. Pada jam-jam
dan hari-hari pertama setelah melahirkan hampir seluruh sistem tubuh mengalami
perubahan secara drastis.Berat badan turun 7-8 kg, yaitu 5-6 kg karena lahirnya
bayi, placenta dan air ketuban , 2 kg. Adaptasi fisiologis terdiri dari :
1) Tanda Vital

Suhu
Dalam 24 jam pertama post partum, suhu badan akan naik sedikit (37,5C
- 38C ) sebagai akibat kerja keras sewaktu melahirkan, kehilangan cairan,
dan kelelahan. Biasanya pada hari ke 3 suhu badan naik lagi karena ada
pembentukan ASI. Payudara menjadi bengkak dan berwarna merah karena
banyaknya ASI. Bila lebih selama dua hari atau sepuluh hari berturutturut, harus dicurigai adanya sepsis puerpuralis, infeksi saluran kemih,
endometriosis, mastitis atau infeksi lainnya.

Nadi
Denyut nadi sehabis melahirkan biasanya akan lebih cepat, denyut nadi
pada orang dewasa 60-80 x/menit.

Tekanan darah
Tekanan darah biasanya tidak berubah. Kemungkinan tekanan darah akan
lebih rendah setelah melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah
tinggi pada saat post partum menandakan terjadinya preeklampsi post
partum.

Pernafasan
Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan suhu dan denyut nadi.
Bila suhu dan nadi tidak normal maka pernafasan akan juga mengikuti.

2) Rasa sakit
Yang disebut after pains atau mules-mules disebabkan karena kontraksi rahim,
biasanya berlangsung 2-4 hari pasca persalinan. Perlu diberikan pengertian
pada ibu mengenai hal ini dan bila terlalu mengganggu dapat diberikan obatobat anti sakit dan anti mules.
3) Berkeringat dan menggigil
Klien dapat menggigil segera setelah melahirkan, hal ini disebabkan karena
instabilitas vasomotor, bila tidak disertai panas hal ini tidak berarti. Untuk
2

mengeluarkan jumlah cairan yang banyak, sisa-sisa pembakaran banyak


dikeluarkan melalui keringat dan sering terjadi pada malam hari.
4) Sistem Cardiovaskuler
Tekanan darah tetap stabil. Terjadi penurunan tekanan sistolik 20 mmHg atau
lebih pada saat klien berubah posisi dari terlentang ke posisi duduk. Hal ini
menggambarkan Hipotensi Ortostatik, dan merupakan gangguan sementara
pada kompensasi kardiovaskuler terhadap penurunan tekanan vaskuler pada
panggul.
5) Sistem Perkemihan
Selama proses melahirkan kandung kemih mendapatkan trauma yang dapat
mengakibatkan edema dan kehilangan sensitivitas terhadap cairan. Perubahan
ini dapat menyebabkan tekanan yang berlebihan dan pengosongan yang tidak
sempurna dari kandung kemih. Biasanya klien mengalami ketidakmampuan
buang air kecil 2 hari pertama setelah melahirkan. Penimbunan cairan dalam
jaringan selama kehamilan dikeluarkan melalui diuresis, biasanya dimulai
dalam 12 jam setelah melahirkan, akibat dari diuresis akan mengalami
penurunan BB 2,5 kg pada periode early post partum. Hematuria pada early
post partum menandakan adanya trauma pada kandung kemih waktu
persalinan, selanjutnya dapat terjadi infeksi pada saluran perkemihan.
6) Sistem Endokrin
Estrogen, progesteron dan kadar prolaktin menurun dengan cepat. Kadar
prolaktin pada yang meneteki akan meningkat karena rangsangan isapan bayi.
Pada ibu yang meneteki menstruasi terjadi pada minggu ke 36 post partum,
sedangkan yang tidak meneteki pada minggu ke 12 post partum.
7) Sistem pencernaan
Pemulihan defekasi secara normal terjadi lambat dalam waktu 1 minggu. Hal
ini disebabkan penurunan motilitas usus dan gangguan kenyamanan pada
perineum.
8) Sistem muskuloskeletal
Otot-otot

abdomen

teregang

secara

bertahap

selama

kehamilan,

mengakibatkan hilangnya kekenyalan otot, terlihat pada masa post partum.


Peregangan otot-otot pada dinding perut adalah pada muskulus rektus
abdominis. Dinding perut sering lembek dan kendor. Akan kembali 6

minggu post partum.Dengan latihan pengembalian otot-otot kekeadaan


semula akan lebih cepat.
9) Organ Reproduksi
Perubahan pada vagina kongesti pada dinding vagina berakibat sampai
beberapa hari, rugae vagina mulai kembali dalam 3 minggu (tidak kembali
seperti semula). Labia mayora dan minora tampak teregang dan tidak licin.
Perubahan pada perineum bila dilakukan episiotomi pemulihan lebih lambat,
tanpa atau dengan episiotomi perineum mengalami edema dan kelihatan agar
memar pada early post partum. Luka luka pada jalan lahir bila tidak disertai
infeksi akan sembuh dalam 6-7 hari.
10) Involusio alat-alat kandungan terdiri atas :
Uterus
Secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusio) sehingga akhirnya
kembali seperti sebelum hamil.
Tinggi fundus uteus dan berat uterus menurut masa involusi
Involusi
Bayi lahir

Tinggi fundus uterus


Setinggi pusat

Berat uterus
1000 gram

Plasenta lahir

2 jari dibawah pusat

750 gram

1 minggu

Pertengahan pusat simfisis

500 gram

2 Minggu

Tidak teraba di atas simfisis

350 garm

6 Minggu

Bertambah kecil

50 gram

8 Minggu

Sebesar normal

30 gram

Dibawah ini dapat dilihat perubahan tinggi fundus uteri pada masa nifas.

b) Bekas implantasi plasenta


Plasenta mengecil karena kontraksi dan menonjol ke kavum uteri dengan
diameter 7,5 cm, sesudah 2 minggu keenam 2,4 cm dan akhirnya pulih.
c) Lochia
Adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina dlam masa
nifas, terbagi menjadi :

Lochia rubra (cruenta) berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel

desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan mekonium, selama 2 hari pasca persalinan.

Lochia sanguinolenta berwarna merah kuning, berisi darah dan lendir,


pada hari ke 3-7 pasca persalinan.

Lochia serosa berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari 714 pasca persalinan.

Lochia alba cairan berwarna putih, setelah 2 minggu.

Lochia purulenta tejadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau


busuk.

Lochiostatis lyaitu lochia tidak lancar keluarnya.

d) Serviks
Setelah persalinan bentuk serviks agak menganga seperti corong berwarna
merah

kehitaman.

Konsistensinya

lunak,

kadang-kadang

terdapat

perlukaan-perlukaan kecil. Setelah bayi lahir tangan masih bisa masuk


rongga lahir, setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-3 jari dan setelah 7 hari
hanya dapat dilalui 1 jari.
5

e) Ligamen-ligamen
Ligamen fasia dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu
persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan
pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh ke belakang dan menjadi
retrofleksi, karena ligamentum rotundum menjadi kendor. Untuk
memulihkan kembali sebaiknya dengan latihan-latihan dan gimnastik
pasca persalinan.

b. Adaptasi psikologis
Masa nifas merupakan masa yang rentan dan terbuka untuk bimbingan dan
pembelajaran. Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi. Tanggung
jawab ibu mulai bertambah.
Hal-hal yang dapat membantu ibu dalam beradaptasi pada masa nifas adalah
sebagai berikut :
1)

Fungsi menjadi orang tua

2)

Respon dan dukungan dari keluarga

3)

Riwayat dan pengalaman kehamilan serta persalinan

4)

Harapan, keinginan dan aspirasi saat hamil dan melahirkan.


Menjadi orang tua adalah merupakan krisis dari melewati masa transisi. Masa
transisi pada post partum yang harus diperhatikan adalah:
1) Phase Honeymoon : Phase anak lahir dimana terjadi intimasi dan kontak
yang lama antara ibu ayah dan anak.
2) Ikatan Kasih (Bonding dan Attachment) : Terjadi pada kala IV, dimana
diadakan kontak antara ibu-ayah-anak, dan tetap dalam ikatan kasih.
3)
a)

Phase pada Masa Nifas.

Phase Taking in : Perhatian ibu terutama terhadap kebutuhan


dirinya. Dalam phase yang diperlukan ibu adalah informasi tetang
bayinya, bukan cara merawat bayi.

b)

Phase Taking Hold : Phase ke dua masa nifas adalah proses taking

Hold berusaha mandiri dan berinisiatif, terhadap kemampuan


mengatasi fungsi tubuhnya misalnya kelancaran buang air besar dan
peran transisi.
4)

Bounding attachment : Bounding merupakan satu langkah awal untuk


mengungkapkan perasaan afeksi (kasih sayang). Attachment merupakan
interaksi antara ibu dan bayi secara spesifik sepanjang waktu.
Bounding attachment adalah kontak awal antara ibu dan bayi setelah
kelahiran, untuk memberikan kasih sayang yang merupakan dasar
interaksi antara keduanya secara terus menerus. Dengan kasih sayang
yang diberikan terhadap bayinya maka akan terbentuk ikatan antara
orangtua dan bayinya.

5) Respon Antara Ibu dan Bayinya Sejak Kontak Awal Hingga Tahap
Perkembangannya, Terdiri dari:

a)

Touch (sentuhan)

b)

Eye to Eye contact (kontak Mata)

c)

Odor (Bau Badan)

d)

Body Warm (Kehangatan Tubuh)

e)

Voice (Suara)

f)

Entrainment (Gaya Bahasa)

g)

Biorhytmicity (Irama Kehidupan)

Post partum blues


Pada masa post partum klien kadang-kadang mengalami kekecewaan yang berkaitan
dengan mudahnya tersinggung dan terluka sehingga nafsu makan dan pola tidur
terganggu. Manifestasi ini disebut POST PARTUM BLUES. Disebabkan

karena

perubahan hormonal dan peran transisi.

KEBUTUHAN DASAR IBU MASA NIFAS


7

1.

Nutrisi dan Cairan


Kebutuihan nutrisi pada masa menyusui meningkat 25 % yaitu produksi ASI dan
mmenuhi kebutuhan cairan yang meningkat 3 kali dari biasanya. Penambahan
kalori pada ibu menyusui sebanyak 500 kkal tiap hari. Makanan yang dikomsumsi
oleh ibu berguna untuk melakukan aktivitas, metabolisme, cadangan dalam tubuh,
proses produksi ASI serta sebagai ASI itu sendiri yang akan dikomsumsi oleh bayi
dalam masa pertumbuhan dan perkembangannya. Makanan yang dikomsumsi
harus seimbang yang mengandung unsure-unsur sebagai berikut :
a.

Sumber Tenaga (Energi)


Untuk pembakaran tubuh, pembentukan jaringan baru, penghematan protein.
Zat gizi sebagai sumber energi terdiri dari beras, sagu, jagung, tepung terigu
dan ubi.. Zat lemak dapat diperoleh dari hewani (lemak, mentega, keju) dan
nabati (kelapa sawit, minyak sayur, minyak kelapa dan margarine).

b.

Sumber Pembangun (Protein)


Protein diperlukan untuk pertumbuhan dan penggantian sel sel yang rusak
atau mati. Sumber protein dapat diperoleh dari protein hewani dan protein
nabati.

c.

Sumber Pengatur Dan Pelindung (Mineral, Vitamin Dan Air)


Unsur unsur tersebut digunakan untuk melindungi tubuh dari serangan
penyakit dan pengatur kelancaran metabolisme dalam tubuh. Ibu menyusui
minum air sedikitnya 3 liter setiap hari.

2. Ambulasi
Yang dimaksud dengan ambulasi dindi adalah beberapa jam setelah
melahirkan, segera bangun dari tempat tidur dan bergerak, agar lebih kuat dan
lebih baik. Klien sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur dalam 24 48
jam postpartum.
Keuntungan early ambulation :

Klien merasa lebih baik, lebih sehat dan lebih kuat

Faal usus dan kandung kemih lebih baik

Dapat lebih memungkinkan dalam mengajari ibu untuk merawat atau


memelihara anaknya, memandikan dan lain lain selama ibu masih dalam
perawatan.

3. Eliminasi
8

a.

Miksi
Miksi disebut normal bila dapat BAK spontan setiap 3-4 jam.
Ibu diusahakan dapat buang air kecil sendiri, bila tidak dilakukan dengan
tindakan : Dirangsang dengan mengalirkan air kran di dekat klien ,
Mengompres air hangat diatas simpisis

b.

Defekasi
Biasanya 2 3 hari postpartum masih sulit buang air besar. Jika klien pada
hari ketiga belum juga buang air besar maka diberikan obat pencahar per
oral atau per rectal dan minum air hangat.

4. Menjaga Kebersihan Diri


Menjaga kebersihan diri secara keseluruhan untuk menghindari infeksi, baik
pada luka jahitan dan kulit.
a.

Anjurkan kebersihan seluruh tubuh.

b.

Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan


sabun dan air. Pastikan bahwa ia mengerti untuk membersihkan daerah di
sekitar vulva terlebih dahulu dari depan ke belakang baru kemudian
membersihkan daerah sekitar anus. Nasehatkan ibu untuk membersihkan
diri setiap kali selesai buang air kecil atau besar.

c.

Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya


dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik,
dan dikeringkan di bawah matahari atau disetrika.

d.

Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan
sesudah membersihkan daerah kelaminnya.

e.

Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada


ibu untuk menghindari menyentuh daerah luka.

5. Istirahat
Ibu mengalami gangguan tidur karena bebab kerja yg bertambah & perasaan
cemas

atas

kemampuan

merawat

bayinya.

Kurang

istirahat

akan

mempengaruhi produksi ASI dan proses involusi. Anjurkan ibu istirahat pada
saat bayi tidur.
6. Sexsual
Jika perdarahan sudah berhenti & luka episiotomi sudah sembuh maka coitus
bisa dilakukan pada 3 4 minggu post partum atau setelah habis masa nifas.
Hasrat seksual pada bulan pertama akan berkurang baik kecepatannya maupun
lamanya, juga orgasme pun akan menurun.
7. Rencana KB
Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun sebelum ibu
hamil kembali. Setiap pasangan harus menentukan sendiri kapan dan
bagaimana mereka ingin merencanakan tentang keluarganya. Namun, petugas
kesehatan dapat mem,Bantu merencanakan keluarganyadengan mengajarkan
kepada mereka cara mencegah kehamilan yang tidak diinginkan.
Biasanya wanita tidak menghasilkan telur (ovulasi) sebelum ia mendapatkan
lagi haidnya selama menyusui. Oleh karena itu, metode amenore laktasi dapat
dipakai sebelum haid pertamakembali untukmencegah terjadinya kehamilan
baru. Resiko cara ini adalah 2 % kehamilan. Meskipun beberapa metode KB
mengandung resiko, menggunakan kontrasepsi tetap lebih aman, terutama
apabila ibu telah haid lagi.
8. Latihan Senam Nifas
Senam nifas hendaknya dilakukan secara perlahan dahulu lalu semakin lama
semakin sering / kuat. Senam yang pertama paling baik paling aman untuk
memperkuat dasar panggul adalah senam Kegel. Segera lakukan senam Kegel
pada hari pertama postpartum bila memang memungkinkan. Senam Kegel
mempunyai beberapa manfaat antara lain membuat jahitan lebih merapat,
mempercepat

penyembuhan,

meredakan

hemoroid,

meningkatkan

pengendalian atas rutin.


9. Perawatan Payudara
10

a.

Menjaga payudara tetap bersih dan kering.

b.

Mengenakan BH yang menyokong payudara.

c.

Apabila putting susus lecet oleskan colostrums atau ASI yang keluar
pada sekitar putting susu setiap kali seleswai menyusui. Menyusu tetap
dilakukan dari putting susu yang tidak lecet.

d.

Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI


dikeluarkan dan diminumkan dengan sendok.

e.

Apabila payudara bengkak akibat bendungan ASI, lakukan:

Pengompresan payudara dengan menggunakan kain

basah dan

hanagat selama 5 menit.

Urut payudara dari arah pangkal menuju putting atau gunakan sisir
untuk mengurut payudara dengan arah Z menuju putting.

Keluarkan ASI sebagian dari nagian depan payudara sehingga putting


susu menjadi lunak.

Susukan bayi setiap 2-3 jam sekali. Apabila tidak dapat

menghisap

seluruh ASI keluakan dengan tangan.

Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui.

Payudara dikeringkan.

11

12

B. ASUHAN KEPERAWATAN NIFAS


1. Pengkajian
a. Aktivitas dan istirahat : Dapat tampak berenergi atau kelelahan / keletihan,
mengantuk.
b. Sirkulasi
1) Nadi biasanya lambat (50-70), karena hipersensitivitas vagal.
2) Tekanan darah bervariasi.
3) Edema biasanya ditemukan pada ekstremitas atas dan wajah.
c. Integritas ego : Reaksi emosional bervariasi dan dapat berubah - ubah.
d. Eliminasi
1) Hemoroid sering ada dan menonjol.
2) Kandung kemih mungkin teraba diatas simfisis pubis atau kateter
urinarius mungkin dipasang.
e. Makanan / cairan : Dapat mengeluh haus lapar atau mual.
f. Neurosensori
1) Sensasi dan gerakan ekstremitas bawah menurun pada adanya anestesi
spinal atau analgesia kaudal / epidural.
2) Hiperefleksia mungkin ada.
g. Nyeri

atau ketidaknyamanan : ketidaknyamanan

misalnya

dari

berbagai sumber,

: nyeri, trauma jaringan / perbaikan episotomi, kandung kemih

penuh, perasaan dingin dan otot tremor dan menggigil.


h. Keamanan
1) Pada awalnya suhu tubuh meningkat sedikit (pengerahan tenaga,
dehidrasi)
2) Perbaikan episitomi utuh, dengan tepi jaringan merapat.
i. Seksualitas
1) Fundus keras terkontraksi, pada garis tengah dan terletak setinggi
umbilikus.
2) Drainase vagina atau lokhia jumlahnya sedang, merah gelap, dengan
hanya beberapa bekuan kecil.
13

3) Perineum bebas dari kemerahan, edema.


4) Striae mungkin ada pada abdomen, paha dan payudara.
5) Payudara lunak dan puting tegang.
j. Penyuluhan atau pembelajaran : Obat-obatan yang diberikan, termasuk
waktu dan jumlah.
k. Pemeriksaan diagnostic : Hb / Ht, jumlah darah lengkap, Urinalis,
pemeriksaan lain sesuai indikasi temuan fisik.
2. Diagnosa Keperawatan
a) Nyeri (akut) b.d trauma mekanik, edema atau pembesaran jaringan atau
distensi.
b) Menyusui in efektif b.d tingkat pengetahuan, pengalaman sebelumnya, usia
gestasi bayi, tingkat dukungan.
c) Resiko tinggi infeksi b.d trauma jaringan dan atau kerusakan kulit, penurunan
Hb, prosedur invasif.
d) Perubahan eliminasi urine b.d efek-efek hormonal, trauma mekanis, edema
jaringan.
e) Kekurangan volume cairan b.d penurunan masukan atau pergantian tidak
adekuat, kehilangan cairan belebihan.
f) Kelebihan volume cairan b.d perpindahan cairan setelah kelahiran plasenta,
ketidaktepatan pergantian cairan.
g) Konstipasi b.d penurunan tonus otot, efek-efek progesterone, dehidrasi,
kelebihan analgesia, kurang masukan, nyeri perineal.
h) Perubahan menjadi orang tua b.d kurang dukungan diantara atau dari orang
terdekat, kurang pengetahuan, adanya stresi.
i) Gangguan pola tidur b.d respon hormonal dan psikologis, nyeri atau
ketidaknyamanan.
j) Kurang pengetahuan b.d kurang pemajanan atau mengingat, kesalahan
interpretasi, tidak mengenal sumber-sumber.
3. Intervensi Keperawatan
a. Nyeri (akut) b.d trauma mekanik, edema atau pembesaran jaringan atau
distensi.
14

Hasil yang diharapkan :

Mengidentifikasi dan menggunakan intervensi untuk mengatasi nyeri atau


ketidak nyamanan dengan tepat.

Mengungkapkan berkurangnya nyeri.

Tampak rileks, rasa nyeri ditoleransi dan dapat beristirahat.


Intervensi :
1) Tentukan adanya, lokasi dan ketidaknyamanan.
Rasional : Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan khusus dan intervensi yang
tepat.
2) Inspeksi perbaikan perineum dan episiotomy.
Rasional : Dapat menunjukkan trauma berlebihan pada jaringan perineal dan
terjadinya komplikasi yang memerlukan evaluasi atau intervensi lanjut.
3) Beri kompres es pada perineum, selama 24 jam pertama setelah melahirkan.
Rasional : Memberi anesthesia lokal dan mengurangi edema.
4) Beri kompres panas lembab selama 20 menit, 3 4 x sehari, setelah 24 jam
pertama.
Rasional : Meningkatkan sirkulasi pada perineum, menurunkan edema dan
meningkatkan penyembuhan.
5) Anjurkan duduk dengan otot gluteal terkontraksi di atas perbaikan episiotomi.
Rasional : Penggunaan pengencangan gluteal saat duduk menurunkan stress.
6) Anjurkan klien berbaring tengkurap dengan bantal di bawah abdomen.
Rasional : Meningkatkan kenyamanan.
b. Menyusui in efektif b.d tingkat pengetahuan, pengalaman sebelumnya,
usia gestasi bayi, tingkat dukungan.
Hasil yang diharapkan :

Mengungkapkan pemahaman tentang proses menyusui.

Mendemontrasikan teknik-teknik efektif dari menyusui.

Menunjukkan kepuasan regimen menyusui satu sama lain, dengan bayi


dipuaskan.
Intervensi :
1) Kaji pengetahuan dan pengalaman klien tentang menyusui sebelumnya.
Rasional : Membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan saat ini.
15

2) Tentukan sistem pendukung yang tersedia pada klien dan sikap pasangan
atau keluarga.
Rasional : Mempunyai dukungan yang cukup meningkatkan kesempatan
untuk pengalaman menyusui dengan berhasil.

3) Berikan informasi, verbal dan tertulis mengenai fisiologis dan keuntungan


menyusui, perawatan putting dan payudara.
Rasional : Membantu menjamin suplai susu adekuat, dan mencegah putih
pecah.
4) Demonstrasikan dan tinjau ulang teknik-teknik menyusui.
Rasional : Posisi yang tepat mencegah luka putting.
5)Kaji putting klien.
Rasional : Identifikasi dan intervensi dini dapat mencegah terjadinya luka.
6) Anjurkan klien mengeringkan putting dengan udara selama 20 30 menit
setelah menyusui.
Rasional : Pemajanan pada udara membantu mengencangkan putting.
7) Identifikasi sumber-sumber yang tersedia di masyarakat sesuai indikasi.
Rasional : Pelayanan ini mendukung pemberian ASI melalui pendidikan
klien.
c. Resiko tinggi infeksi b.d trauma jaringan dan atau kerusakan kulit,
penurunan Hb, prosedur invasif.
Hasil yang diharapkan :

Bebas dari infeksi, tidak demam, urine jernih tidak pucat.

Mendemonstrasikan

teknik-teknik

untuk

menurunkan

resiko

dan

meningkatkan penyembuhan.

Menunjukkan luka bebas dari drainage purulen.

Intervensi :
1) Pantau suhu dan nadi dengan rutin sesuai indikasi.
Rasional : Peningkatan suhu sampai 38C dalam 24 jam pertama sangat
menandakan inspeksi.
2) Catat jumlah dan bau lochea.
16

Rasional : Lochea secara normal mempunyai bau amis.


3) Evaluasi kondisi putting.
Rasional : Terjadi pecah-pecah pada putting menimbulkan potensial resiko
mastitis.
4) Inspeksi sisi perbaikan episiotomi setiap 8 jam.
Rasional : Diagnosis dini dari inspeksi lokal dapat mencegah penyebaran
pada jaringan uterus.
5) Perhatikan frekuensi atau jumlah berkemih.
Rasional : Stasis urinarius meningkat resiko terhadap infeksi.
6) Kaji tanda-tanda infeksi saluran kemih.
Rasional : Gejala ISK dapat tampak pada hari ke 2 - 3 pasca partum
karena naiknya infeksi.
7) Anjurkan perawatan perineal dengan menggunakan air bersih 3 4 x
sehari atau setelah berkemih atau defekasi.
Rasional : Pembersihan sering dari depan ke belakang membantu
mencegah kontaminasi rectal memasuki vagina.
8) Anjurkan dan gunakan teknik mencuci tangan cermat.
Rasional : Membantu mencegah atau menghalangi penyebaran infeksi.
9) Tingkatkan tidur dan istirahat.
Rasional : Menurunkan laju metabolisme dan memungkinkan nutrisi dan
oksigen untuk proses pemulihan.
10) Anjurkan klien menggunakan krim antibiotic pada perineum jika
diperlukan sesuai instruksi dokter.
Rasional : Memberantas organisme infeksius local.
d. Perubahan eliminasi urine b.d efek-efek hormonal, trauma mekanis,
edema jaringan.
Hasil yang diharapkan :
Eliminasi dapat kembali normal.
Intervensi :
1) Kaji masukan cairan dan urine terakhir.
Rasional : Pada periode paska partus awal, kira-kra 4 kg cairan hilang
melalui urine.
2) Palpasi kandung kemih.
17

Rasional : Aliran plasma ginjal, meningkatkan 25 50 % selama periode


prenatal.
3) Tes urine terhadap albumin dan aseton.
Rasional : Proses katalitik dihubungkan dengan involusi uterus.
4) Anjurkan berkemih dalam 6-8 jam pasca partum.
Rasional : Untuk merangsang dan memudahkan berkemih.
5) Instruksikan klien untuk melakukan latihan kegel setiap hari.
Rasional : Meningkatkan sirkulasi perineum.
6) Anjurkan minum 6-8 gelas cairan/hari.
Rasional : Membantu mencegah stasis atau dehidrasi.
e. Kekurangan volume cairan b.d penurunan masukan atau pergantian
tidak adekuat, kehilangan cairan belebihan.
Hasil yang diharapkan :
Tetap normotensif dengan masukan cairan dan haluaran urine seimbang, dan
Hb atau Ht dalam kadar normal.
Intervensi :
1)

Catat kehilangan cairan pada waktu kelahiran.

Rasional : Kehilangan darah berlebihan pada waktu kelahiran yang


berlanjut pada periode pasca partum dapat diakibatkan dari persalinan lama,
stimulasi oksitosin, tertahannya jaringan, uterus over distensi, atau anastesi
umum.
2)

Evaluasi lokasi dan kontraktilitas fundus uterus.

Rasional : Diagnosa yang berbeda mungkin diperlukan untuk menentukan


penyebab kekurangan cairan dan protokol asuhan.
3)

Lakukan massage fundus dengan perlahan-lahan bila uterus menonjol

Rasional : Merangsang kontraksi uterus.


4)

Perhatikan adanya rasa haus.

Rasional : Rasa haus mungkin cara homeostatis dari pergantian cairan


melalui peningkatan rasa haus.
5)

Evaluasi status kandung kemih.

Rasional : Kandung kemih penuh mengganggu kontraktilitas uterus.


6)

Pantau suhu.

Rasional : Peningkatan suhu memperberat dehidrasi.


18

7)

Kaji tekanan darah.

Rasional : Peningkatan tekanan darah mungkin karena efek-efek obat


vasopresor oksitosis.
8)

Evaluasi masukan cairan.

Rasional : Membantu analisa keseimbangan cairan.


9)

Ganti cairan yang hilang dengan infus IV.

Rasional : Membantu menciptakan volume darah sirkulasi.

f. Kelebihan volume cairan b.d perpindahan cairan setelah kelahiran


plasenta, ketidaktepatan pergantian cairan.
Hasil yang diharapkan:
Menunjukkan TD dan nadi dalam batas normal, bebas dari edema.
Intervensi :
1) Pantau tekanan darah dan nadi.
Rasional : Kelebihan beban sirkulasi dimanifestasikan dengan peningkatan
tekanan darah dan nadi.
2) Pantau masukan cairan.
Rasional : Menandakan kebutuhan cairan.
3) Kaji adanya edema.
Rasional : tanda edema menunjukkan adanya bahaya eklampsia atau
kejang.
4) Evaluasi keadaan neurologis.
Rasional : Mengenal adanya tanda klien Intoksikasi serebral.
5) Ukur intake dan out put.
Rasional : Mengetahui tingkat kelebihan dan kekurangan cairan.
g. Konstipasi b.d penurunan tonus otot, efek-efek progesterone, dehidrasi,
kelebihan analgesia, kurang masukan, nyeri perineal.
Hasil yang diharapkan :
Melakukan kembali kebiasaan defekasi yang biasanya atau optimal dalam 4
hari setelah melahirkan.
Intervensi :
1) Auskultasi adanya bising usus.
19

Rasional : Mengevalusi fungsi usus.


2) Kaji adanya hemoroid
Rasional : hemoroid dapat membuat ketidaknyamanan klien dalam
melakukan BAB.
3) Berikan informasi diit yang tepat.
Rasional : Diit yang tepat dapat merangsang eliminasi.
4) Anjurkan peningkatan tingkat aktivitas dan ambulasi.
Rasional : Dapat membantu peningkatan peristaltic.
5) Kaji luka episiotomi.
Rasional : Edema berlebihan atau trauma perineal dengan laserasi dapat
menyebabkan ketidaknyamanan dan mencegah klien dari merelaksasi
perineum selama pengosongan karena takut untuk terjadi cidera
selanjutnya.
6) Berikan laksatif, pelunak feses, enema.
Rasional : Untuk kembali ke kebiasaan defekasi normal dan mencegah
mengejan selama pengosongan.
h. Perubahan menjadi orang tua b.d kurang dukungan diantara atau dari
orang terdekat, kurang pengetahuan.
Hasil yang diharapkan :

Mengungkapkan masalah dan pertanyaan menjadi orang tua.

Mendiskusikan peran menjadi orang tua secara realities.

Cara aktif mulai melakukan tugas perawatan bayi baru lahir dengan tepat.
Intervensi :
1) Kaji kekuatan, kelemahan, usia, status perkawinan
Rasional : Mengidentifikasi faktor-faktor resiko potensial.
2) Perhatikan respon klien atau pasangan terhadap kelahiran serta peran
menjadi orang tua.
Rasional : Kemampuan klien untuk beradaptasi secara positif untuk
menjadi orang tua mungkin dipengaruhi oleh reaksi ayah dengan kuat
3) Mulai asuhan keperawatan primer untuk ibu dan bayi saat di unit.
Rasional : Meningkatkan keperawatan berpusat kepada keluarga.
4) Evaluasi sifat dari menjadi orang tua secara emosional.
20

Rasional : Peran menjadi orang tua dipelajari, dan individu memakai


peran orang tua mereka sendiri menjadi model peran.
5) Kaji keterampilan komunikasi interpersonal pasangan
Rasional : Hubungan yang kuat dicirikan dengan komunikasi.
6) Tinjau ulang catatan intrapartum
Rasional : Persalinan lama dan sulit dapat secara sementara
menurunkan energi fisik dan emosional yang perlu untuk mempelajari
peran menjadi ibu dan dapat secara negatif mempengaruhi menyusui.
7) Berikan kesempatan pendidkan formal
Rasional : Membantu orang belajar dasar-dasar perawatan bayi.
i. Gangguan pola tidur b.d respon hormonal dan psikologis, nyeri atau
ketidaknyamanan.
Hasil yang diharapkan :

Mengidentifikasi penilaian untuk mengakomodasi perubahan yang


diperlukan dengan kebutuhan terhadap anggota baru.

Melaporkan peningkatan rasa sejahtera dan istirahat.

Intervensi :
1) Kaji tingkat kelelahan dan kebutuhan untuk istirahat.
Rasional : Persalinan yang lama dan sulit, khususnya bila terjadi malam,
meningkatkan tingkat kelelahan.
2) Kaji faktor-faktor yang mempengaruhi istirahat.
Rasional

Membantu

meningkatkan

istirahat

dan

menurunkan

rangsangan.
3)

Berikan informasi tentang kebutuhan istirahat.


Rasional : Rencana yang kreatif yang membolehkan untuk tidur dengan
bayi lebih awal serta tidur siang.

4) Beri informasi tentang efek-efek kelelahan dan ansietas pada suplai ASI.
Rasional : Kelelahan dapat mempengaruhi suplai ASI.
5) Kaji lingkungan rumah.
Rasional : Multipara dengan anak di rumah memerlukan tidur lebih
banyak.
6) Berikan obat-obatan.
21

Rasional : Memungkinkan diperlukan untuk meningkatkan relaksasi dan


tidur sesuai kebutuhan.
j. Kurang pengetahuan b.d kurang pemajanan atau mengingat, kesalahan
interpretasi, tidak mengenal sumber-sumber.
Hasil yang diharapkan :

Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan belajar individu.

Melaporkan aktivitas atau prosedur yang perlu dengan benar dan


menjelaskan alasan tersebut.

Intervensi :
1) Kaji kesiapan klien dan motivasi untuk belajar.
Rasional : Periode paska natal merupakan pengalaman positif bila
penyuluhan yang tepat diberikan untuk membantu mengembangkan
pertumbuhan ibu, maturasi dan kompetensi.
2) Mulai merencanakan penyuluhan tertulis dengan menggunakan format
yang distandarisasi atau ceklis.
Rasional : Membantu menstandarisasi informasi yang diterima orang tua
dari anggota staf.
3) Berikan informasi tentang perawatan diri.
Rasional : Membantu mencegah infeksi.
4)

Diskusikan perubahan fisik dan psikologi yang normal.


Rasional : Status emosional klien mungkin kadang-kadang labil pada
saat ini dan sering dipengaruhi oleh kesejahteraan fisik.

22

Anda mungkin juga menyukai