PENDAHULUAN
Semakin intensifnya penelitian yang terfokus pada interaksi secara
kimia antara tanaman sebagai inang (host) dengan serangga pemakan
tumbuhan (fitofag) telah mengungkap potensi pemanfaatan metabolit
sekunder atau allelochemical yang dihasilkan tanaman sebagai agens
pengendali hama yang ramah lingkungan.
(botanical
bekerja
sebagai
penolak
makan
(antifeedant)
bagi
serangga
3-desasetil
salanin,
salanol,
azadiron,
azadiradion,
epoksiazadiradion, gedunin, dan alkaloid. Pada bagian kulit batang dan kulit
akarnya mengandung nimbin, nimbosterol, nimbosterin, sugiol, nimbiol dan
margosin, sedangkan pada bunganya ditemukan kuersetin dan kaemferol,
dan bagian kayunya ditemukan nimaton dan 15% zat samak terkondensasi
alkaloid (azaridin) (Singhal dan Monika 1998).
Metabolit sekunder utama yang berfungsi sebagai insektisida pada
tanaman mimba adalah azadirachtin yang terbentuk secara alami berupa
substansi yang termasuk dalam kelas molekul organik tetranortriterpenoids
(Grace-Sierra Crop Protection Co., 1990). Azadirachtin telah diketahui dapat
bekerja sebagai penolak makan (antifeedancy), menghambat pertumbuhan,
menghambat proses ganti kulit (moulting inhibition), mengakibatkan
abnormalitas anatomi dan dapat mematikan serangga.
Walter (1999),
struktur komplek formasi ring furan (Rembold, 1989, Ley et al. 1993).
Sedangkan
menurut
Schmutterer
(1995),
azadirachtin
merupakan
63
Asam mevalonat
Dimetilalil pirofosfat
Geranil pirofosfat
Farnesil pirofosfat
Squalen
Steroid
Triterpenoid
Azadirachtin
yang
terlibat
dalam
lintasan
biosintesis,
sehingga
dapat
mengetahui
biosintesa
triterpenoid
melalui
lintasan
asetat
vitro adalah skualen, yang merupakan senyawa triterpenoid linear tak jenuh
dan merupakan prekursor untuk semua triterpenoid (Charlwood dan
Charlwood 1991). Penelitian mengenai kandungan azadirahtin dalam kultur
Efek
sekunder
dari
azadirachtin
terhadap
serangga
berupa
terhadap
mengganggu
sistem
pengaturan
pertumbuhan
neuroendocrine-nya
inilah
serangga
yang
paling
dengan
banyak
mendapat perhatian (Mordue (Luntz) dan Nisbet 2000). Hormon utama pada
tubuh serangga yang mengatur proses pertumbuhan adalah hormon
melepas
memperlihatkan
Azadirachtin
KESIMPULAN
Azadirachtin merupakan metabolit sekunder golongan triterpenoid
yang terdapat pada tanaman mimba Azadirachta indica diketahui efektif
mengendalikan lebih dari 300 spesies serangga hama. Meskipun secara
detail biosintesa azadirachtin belum diketahui, tetapi dengan menelusuri
biosintesa triterpenoid melalui lintasan asetat mevalonat dapat diketahui
prekursor
umumnya
berupa
skualen.
Penambahan
skualen
sebagai
in vitro.
Azadirachtin bekerja sebagai penolak makan
(antifeedancy), menghambat pertumbuhan, menghambat proses ganti kulit
(moulting inhibition), mengakibatkan abnormalitas anatomi dan dapat
secara
mematikan serangga.
DAFTAR PUSTAKA
AgriDyne Technologies, Inc. March. 1994. Greenhouse Grower. Floritech
report: Tough on pests, easy on crops--and the environment.
AgriDyne Technologies, Inc., Salt Lake City, UT.
Babu, V.S., S. Narasimhan dan G.M. Nair. 2006. Bioproduction of
azadirachtin-A, nimbin and salannin in callus and cell suspension
68
Veeresham, C., Kumar, M.R., Sowjanya, D., Kokate, C.K., & Apte, S.S.
1998. Production of Azadirachtin from Callus Cultures of
Azadirachta indica, Fitoterapia, 69: 423-424.
Vickery, M.L. dan B. Vickery. 1981. Secondary Plant Metabolism, The
Macmillan Press. Ltd. London.
Walter, J. F. 1999. Commercial Experience with Neem Products, p. 155-170.
In Franklin R. Hall and Julius J. Menn. Biopesticides Use and
Delivery. Humana Press. Totowa, New Jersey.
Whitten, M.J. 1992. Pest management in 2000: what we might learn from
the twentieth century, p. 9-44. In A.A.S.A. Kadir (ed.), Pest
management and the environment in 2000. C.A.B.I., Wallingford.
Wigglesworth, V.B. 1972. The principles of insect physiology. 7th ed.,
John Wiley, New York, 827 p.
Zakiah Z., E. Marwani dan A. H. Siregar, 2003. Peningkatan Produksi
Azadirahtin dalam Kultur Suspensi Sel Azadirachta indica A.Juss
melalui Penambahan Skualen. Jurnal Matematika dan Sains Vol. 8
No. 4, 141 146 hal.
70