Ada sebuah pelajaran luar biasa dari Ki Hajar Dewantoro dengan konsep 3 N yaitu
Niteni artinya mengamati orang lain atau mempelajari orang lain. Kedua, Neroake,
artinya menirukan orang lain dan ketiga Nambahi artinya memberi nilai tambah atau
value added dari apa yang kita tiru.
Hal ini sering juga dilakukan oleh bangsa Jepang, negara ini sering melakukan
peniruan-peniruan dalam segala hal termasuk pembuatan produk yang akhirnya punya
nilai kompetitif dalam persaingan dunia.
Mie Sedaap meniru habis-habisan produk indofood dan mensponsori berbagai event
di TV secara besar-besaran.. Akhirnya indofood membuat produk barunya yaitu supermi
sedaaap dengan penambahan huruf a lebih panjang. Diharapkan bisa menunjukkan
bahwa dirinya lebih sedap.
Tentunya ada banyak lagi peniruan-peniruan produk lainnya, misalnya ada oreo
maka muncul rodeo, ada Akari maka muncul Akira, ada Ada Sony, maka muncul Suny.
Ada Aqua, maka muncul Aquaria dan tentunya banyak produk-produk peniruan lainnya.
Peniruan, tentunya tidak hanya pada nama-nama saja yang mirip, tetapi ada juga
pada bentuk kemasan yang betul-betul mirip dengan produk yang ditirunya.
Jadi bagi siapapun yang ingin mencoba meniru keberhasilan orang lain dalam
bentuk apapun, baik produk maupun kualitas diri, maka dapat belajar mengikuti konsep
Ki Hajar Dewantoro.
Pertama, Niteni artinya kita harus punya kemampuan untuk mengamati dan
mempelajari orang lain secara teliti dan tepat. Setelah mengamati dengan teliti, maka
yang kedua adalah belajar Neroake yaitu menirukan apa yang sudah dilakukan orang
lain. Apabila sudah sukses menirukan, dan agar tidak menjadi orang nomor dua terus,
maka harus segera dilakukan langkah ketiga yaitu Nambahi artinya kita harus mampu
memberi nilai tambah dari apa yang selama ini kita amati dan kita tiru. Tanpa itu, kita
akan kesulitan untuk melakukan persaingan dalam kehidupan.
Contoh kasus sederhana dan unik adalah sabun diterjen So Klin, keluaran
Wings yang melakukan pengamatan dan mempelajari Rinso, keluaran Unilever
yang sudah dulu sukses. Ketika So Klin melakukan langkah awal yaitu mengamati, maka
Edward Saleh
melakukan langkah kedua yaitu meniru, dan ketika sampai pada keyakinan bahwa dirinya
mampu, maka So Klin melakukan Nambahi yaitu memberi nilai tambah dibanding
yang ditiru. Salah satu bentuk nilai tambahnya adalah So Klin ditangan tidak panas.
Sumber : Masrukhul Amri (Director The Life University; Reengineering Mindsets Unlocking Potential Power, TIM Pesantren Daarut Tauhiid Bandung)
Dari publikasi di internet tersebut, tentunya akan banyak memberikan Ilham kepada
kita dalam mempelajari kuliah Rancangan Teknik ini selanjutnya. Kita dalam merancang
produk baru dapat belajar dan memanfaatkan ajaran Ki Hajar Dewantoro tersebut.
modern seperti tidak merusak lingkungan, hemat energi dan lain- lain.
Perancangan dan pembuatan produk merupakan bagian yang sangat besar dari
semua kegiatan teknik yang ada. Kegiatan perancangan dimulai dengan didapatkannya
persepsi tentang :
-
Edward Saleh
Perancangan adalah kegiatan awal dan suatu rangkaia n kegiatan dalam proses
pembuatan produk. Dalam tahap perancangan, dibuat keputusan-keputusan penting yang
mempengaruhi kegiatan-kegiatan lain yang menyusulnya. Di antara keputusan penting
tersebut termasuk keputusan yang membawa akibat apakah industri dalam negeri dapat
berpartisipasi atau tidak dalam suatu pembangunan proyek. Hal tersebut menambah
betapa pentingnya keahlian merancang harus dikuasai oleh orang-orang Indonesia.
Dalam melaksanakan tugas merancangnya, perancang memakai dan memanfaatkan
ilmu pengetahuan, ilmu dasar teknik, pengetahuan empirik, hasil- hasil penelitian,
informasi dan teknologi, yang semuanya dalam versi perkembangan dan kemajuan
mutakhir.
perancangan dan sebuah produk barulah dapat dibuat setelah dibuat gambar- gambar
rancangannya. Gambar adalah alat penghubung atau alat komunikasi antara perancang
dan pembuat produk.
Artinya,
rancangan hasil kerja perancang tidak ada gunanya jika rancangan tersebut tidak dibuat;
Edward Saleh
sebaliknya pembuat tidak dapat merealisasikan benda teknik tanpa terlebih dahulu dibuat
gambar rancangannya.
gambar adalah tugas perancang, sedangkan realisasi fisik benda teknik tersebut adalah
tanggung jawab pembuat atau manufacturing engineers. Dalam istilah modern kedua
kegiatan tersebut dinamakan design and production.
Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa gambar rancangan produk
adalah hasil akhir perancang, dan merupakan dasar/titik awal pembuatan produk oleh
pembuat produk.
rancangan produk oleh perancang dicapai melalui fase-fase dalam proses perancangan
yang panjang, yang merupakan bahasan selanjutnya.
Tentang gambar rancangan produk ini perlu dijelaskan beberapa hal berikut. Dalam
bentuk tradisionalnya atau bentuk klasiknya, gambar rancangan produk berupa gambar
teknik yang dibuat pada kertas 2-dimensi yang distandardkan. Dalam bentuknya yang
modern, gambar rancangan produk berupa informasi digital yang disimpan dalam memori
komputer. Gambar digital tersebut dapat dikeluarkan dalam bentuk gambar pada kertas
hardcopy menjadi gambar tradisional atau ditampilkan pada layar monitor sebuah
komputer. Gambar digital tersebut dapat pula dibaca oleh sebuah software dan hasil
batcaan-nya diteruskan ke alat pembuat produk, yaitu alat pembuat produk yang
dikendalikan oleh komputer dan yang akan membuat produk tersebut.
Edward Saleh
tahap pemusnahan produk, ketika produk sudah tidak dapat menjalankan fungsinya lagi.
Secara diagram, siklus produk digambarkan pada Gambar 1.
Ditemukan kebutuhan
produk
Perancangan dan
Pengembangan
Pembuatan dan
distribusi
Pemanfaatan
(Pengoperasian dan
perawatan)
Pemusnahan
Edward Saleh
(2)
Hasil rancangannya pun kemungkinan besar merupakan produk yang tidak sama,
meskipun kedua produk yang berbeda tersebut masing- masing dapat memenuhi
kebutuhan yang sama.
Menghasilkan beberapa
alternatif produk yang
memenuhi kebutuhan
Kebutuhan
perancangan
Jalur Proses Produksi
Fisika
Mekanika
Imu material
Teknik produksi
Kinematika
Dinamika
dll
Mobil Listrik
Thermodinamika
Ekonomi Teknik
Pompa
Las
perancangan dapat tidak hanya sebuah saja, melainkan dapat berupa beberapa solusi,
yang semuanya benar dalam arti dapat memenuhi kebutuhan yang sama.
Edward Saleh
Kebutuhan tersebut
dapat pula berupa pesanan yang diterima dari instansi atau perusahaan lain untuk
dibuatkan suatu produk, atau dapat pula ditemukan ketika sedang melakukan survei pasar
yang menghasilkan kesimpulan perlunya dibuat suatu produk yang dapat dijual di pasar.
Kebutuhan akan suatu produk tersebut kemudian diberikan pada tim perancang
untuk membuat rancangan produknya. Inilah awal proses perancangan.
Proses perancangan itu sendiri kemudian berlangsung melalui kegiatan-kegiatan
yang berurutan, yaitu : (1) fase analisis masalah, penyusunan spesifikasi dan perencanaan
proyek, (2) fase perancangan konsep produk, (3) fase perancangan produk, (4) fase
evaluasi produk hasil rancangan dan (5) fase penyesuaian dokumen untuk pembuatan
produk.
Fase-fase proses perancangan produk tersebut di atas dapat digambarkan pada suatu
diagram alir. Perlu dicatat disini bahwa fase- fase proses perancangan tersebut adalah
iteratif, yaitu misalnya setelah fase kedua, yaitu ketika fase perancangan konsep produk
telah selesai (fase ini menghasilkan beberapa konsep produk), maka hasil fase ini
dijadikan umpan balik pada fase yang mendahuluinya, yaitu fase pertama : analisis
masalah, penyusunan spesifikasi dan perencanaan proyek. Umpan balik tersebut setelah
diolah pada fase pertama dapat merubah atau memperbaiki hasil- hasil fase pertama, dan
seterusnya.
Fase-fase proses perancangan terdiri dari beberapa kegiatan, yang dinamakan
langkah-langkah fase proses perancangan.
Edward Saleh
lain dapat membuat deskripsi proses perancangan yang berbeda, sesuai dengan fase-fase
dalam proses perancangan yang ditempuhnya atau dialaminya selama merancang.
Beberapa macam urutan fase proses perancangan, yang berbeda satu sama lain,
dapat hanya merupakan suatu deskripsi saja, yaitu yang menjelaskan urutan kegiatan
dalam proses perancangan, tetapi dapat pula merupakan suatu preskripsi. Dalam hal
sebuah urutan fase proses perancangan yang dibuat oleh seorang perancang, merupakan
suatu preskripsi, maka urutan fase proses perancangan tersebut dimaksudkan oleh
perancang sebagai suatu metode merancang atau cara merancang yang diusulkan untuk
digunakan oleh perancang-perancang lain dalam kegiatan merancangnya.
Pada saat ini terdapat banyak metode merancang yang diusulkan oleh banyak
perancang yang berpengalaman. Jika dikaji lebih mendalam, maka metode merancang
yang banyak tersebut tidak jauh berbeda satu dengan lainnya, yaitu lebih banyak
persamaannya daripada perbedaannya. Kini perancang muda tinggal memilih saja salah
satu dari metode merancang yang banyak tersebut untuk dijadikan metode yang
digunakan untuk merancang produknya. Perancang muda tersebut dapat menggunakan
metode merancang yang dipilihnya secara sepenuhnya, atau dia dapat me modifikasinya
sedikit sesua i dengan keperluan yang dihadapinya dalam merancang.
Khusus tentang dua hal yang disebut terakhir, yaitu tentang pemilihan
komponen-jadi yang harus dibeli dari pihak lain dan pemilihan teknologi yang tersedia
adalah hal yang sangat krusial (crucial) untuk kasus perancangan di Indonesia. Jangan
Edward Saleh
sampai perancangan produk dikuasai oleh perancang asing, sebab mereka dapat
mengambil keputusan dalam dua hal tersebut sedemikian rupa sehingga Indonesia tidak
dapat ikut berpatisipasi dalam realisasi pembuatan produk, karena tidak dapat membuat
komponen-jadi yang diperlukan produk dan karena tidak mempunyai teknologi yang
diperlukan.
75%
Over head
Tenaga kerja
50%
Material
Perancangan
25%
Edward Saleh
Setelah dipelajari ternyata bahwa biaya pembuatan mesin fotokopi buatan jepang,
misalnya, adalah 50% lebih rendah daripada mesin fotokopi buatan Xerox. Rincian 50%
tersebut adalah sebagai berikut : (1) harga material di jepang lebih murah 10%, (2)
Jepang merancang komponen-komponen mesin fotokopinya sedemikian rupa sehingga
memerlukan investasi mesin perkakas yang 15% lebih murah dan (3) 25% biaya yang
lebih rendah lainnya dapat ditelusuri berasal dari hasil perancangan yang lebih baik.
3
6
39
39
47
2
1
3
4
5
perancangan yang berbeda mengakibatkan perbedaan dalam hasil perancangan, dalam hal
ini perbedaan pada waktu penyelesaian perancangan.
Edward Saleh
10
lebih baik.
Perusahaan A
Perusahaan B
Awal perancangan
Waktu
Gambar 4. Perubahan
Perusahaan pembuat mobil A melakukan banyak iterasi pada awal proses
perancangan, sedemikian rupa sehingga pada saat mobil mulai diproduksi, perancangan
telah selesai. Iterasi yang intensif tersebut memang memerlukan tenaga perancang yang
lebih banyak dan usaha perancangan yang lebih besar. Sebaliknya, perusahaan pembuat
mobil B melakukan iterasi yang kurang intensif pada awal proses perancangan, bahkan
masih melakukan perubahan/perbaikan pada produk setelah mobil mulai diproduksi. Hal
tersebut berarti bahwa proses perancangan belum selesai ketika mobil sudah mulai
diproduksi.
Edward Saleh
11
diproduksi dapat berakibat bertambahnya biaya, karena harus dirubahnya atau digantinya
perkakas pembuat komponen yang dirubah. Biaya tersebut akan bertambah besar lagi
jika harus dilakukan recall pada mobil yang sudah dijual untuk retrofit.
Proses
Edward Saleh
12
fungsi produk terlebih dahulu dan kemudian berdasarkan sistem fungsi yang telah
tersusun disusun sistem struktur produk (form follows function)
Merancang diajarkan
Pada waktu yang lalu, sebelum dirumuskan cara-cara merancang sebagaimana
tercantum dalam banyak buku tentang perancanga n teknik atau engineering design,
produk-produk yang dirancang adalah produk-produk yang relatif sederhana, sehingga
perancangannya dapat dilakukan oleh seorang perancang saja atau oleh sebuah team
perancang kecil. Pada waktu itu perancang menggunakan metode merancangnya sendiri,
yaitu cara merancang yang dikembangkannya sendiri berdasarkan pengalamanpengalaman yang diperolehnya dan dikumpulkannya selama menjadi perancang. Jika
yang melakukan perancangan sebuah produk adalah team kecil, maka team kecil itu akan
membuat kesepakatan diantara mereka untuk menggunakan cara merancang yang
disetujui bersama dan kemudian diikuti oleh semua anggota team. Kemungkinan besar,
cara merancang yang digunakan adalah cara merancang yang dikembangkan oleh
perancang senior yang lalu menjadi pemimpin team.
Perancang atau team kecil yang sama, ketika merancang produk kedua setelah
perancangan produk pertama selesai, kemungkinan besar akan menggunakan cara
merancang yang berbeda lagi dari cara merancang produk pertama, karena produk kedua
berbeda fungsi dan bentuknya dari produk pertama.
Jika perancang lain merancang produk yang sama fungsinya dengan produk
pertama, misalnya, maka dapat dipastikan bahwa perancangan kedua akan menggunakan
cara merancang yang (sama sekali) berbeda dari cara merancang perancang pertama.
Dalam hal ini, produk hasil rancangan perancang kedua pada umumnya juga akan
mempunyai bentuk dan prinsip kerja yang berbeda dari bentuk dari prinsip kerja produk
hasil rancangan perancang pertama, meskipun kedua hasil rancangan tersebut berupa
Edward Saleh
13
merancang yang telah terbentuk atau yang telah establised yang dapat diterima oleh
banyak perancang. Cara merancang pada waktu itu adalah khas milik perancang yang
mengembangkannya, karena sangat tergantung pada karakter dan selera perancang. Cara
merancang pada waktu itu sangat intuitif, sangat tergantung dari intuisi perancang dan
kurang mendasarkan pada rasio.
Pada waktu itu cara merancang seorang perancang dianggap tidak dapat diajarkan
pada orang lain.
Jika ada orang yang ingin menjadi perancang, maka dia harus- lah
(langsung saja) merancang, atau bekerja sebagai magang pada perancang senior terlebih
dahulu. Calon perancang kemudian melihat, mempelajari dan menirukan cara bekerja
perancang senior. Dalam hal ini pengetahuan yang diperoleh calon perancang tidaklah
diperolehnya melalui transfer of knowledge yang formal, sehingga dapat dipastikan
bahwa pemagangan tidak akan mendapatkan inti dan hakekat cara merancang si
perancang yang dimaganginya.
Pada beberapa puluh tahun terakhir ini telah dikembangkan banyak cara merancang
produk oleh para perancang yang telah berpengalaman. Perancang muda pada saat ini
tinggal memilih saja salah satu dari banyak cara merancang yang sudah ada untuk
digunakan sebagai cara merancang produknya.
memodifikasi bagian-bagian dari cara merancang yang akan digunakan, jika dianggap
perlu, untuk memudahkan dan melancarkan caranya bekerja.
Selama empat atau lima dekade terakhir telah terbentuk banyak cara merancang
yang diusulkan oleh para perancang pakar yang dimuat dalam buku-buku yang mereka
tulis.
Cara-cara merancang (baku) tersebut terutama terbentuk oleh dua hal yang
sudah tidak lagi intuitif sifatnya, tetapi telah merupakan cara merancang yang rasional
dan dapat dipelajari oleh calon perancang.
Edward Saleh
14
1) Bidang Produk
Produk yang dirancang dan dibuat dapat dikelompokkan dalam beberapa bidang
teknik yang terkait dengan produk tersebut.
-
Dll
teknik tersebut di dunia merupakan hasil karya keteknikan, yaitu hasil perancangan,
pembuatan dan semua kegiatan teknik lainnya yang terkait. Benda teknik berupa benda
yang nyata, yang dibuat oleh manusia dan tidak ditemukan secara alamiah dimuka bumi
ini. Benda teknik atau produk dirancang dan dibuat untuk dapat menjalankan fungsinya,
yaitu melakukan kerja fisik tertentu yang membantu dan meringankan kehidupan
manusia.
Benda teknik pada umumnya merupakan sistem dinamik yang terdiri dari
elemen-elemen yang disusun dan diatur sedemikian rupa sehingga saling berhubungan
dan bekerja sama dalam melakukan fungsinya.
Edward Saleh
16
volume produk yang dibuat, maka perbedaan langkah dalam fase- fase perancangan akan
lebih tampak perbedaanya, sebagaimana yang akan dijelaskan dalam sub-bab berikut.
4) Volume Produk
Dari aspek volume produk yang dibuat, maka dibedakan :
- produk yang dibuat dalam jumlah kecil atau bahkan hanya sebuah saja
- produk yang dibuat dalam dalam jumlah besar, atau biasanya dikenal sebagai produk
yang dibuat secara massal (mass product)
Detail perancangan kedua macam produk tersebut pastilah tidak sama benar,
meskipun cara perancangan untuk keduanya dapat dipakai cara merancang yang sama.
Ada sedikitnya dua perbedaan yang membawa dampak yang cukup besar pada proses
perancangan dan pembuatan kedua produk tersebut, yaitu :
(1) untuk produk tunggal tidak dibuat prototipenya, sebab harga produk akan menjadi dua
kali lebih mahal.
kinerja produk tidak dapat dilakukan dengan teliti. Dalam hal ini perancang haruslah
memanfaatkan semua produk sejenis yang pernah dibuat sebelumnya. Untuk produk
yang dibuat secara massal, prototipe produk dapat dibuat, makin banyak produk yang
diproduksi, makin banyak prototipe yang dapat dibuat.
(2) Pada produk yang dibuat secara massal, maka pengembangan dan perbaikan atau
penyempurnaan produk dapat dilakukan secara bertahap. Perbaikan produk masih
dapat dilakukan meskipun proses produksi sudah dimulai, yaitu dengan jalan
memperbaiki produk-produk yang dibuat selanjutnya.
pernah ada sebelumnya. Produk original dapat terealisasi karena : (1) terjadi penemuan
Edward Saleh
17
baru hasil daya kreativitas penemu produk, (2) timbulnya teknologi baru sebagai hasil
kreativitas seseorang atau sebuah team atau (3) kombinasi dari prinsip-prinsip kerja
atau teknologi yang telah dikenal sebelumnya yang dikombinasikan secara kreatif
sedmikian rupa sehingga menghasilkan produk baru.
- Produk hasil inovasi
Produk inovasi adalah produk lama (produk yang sudah ada) yang mengalami
perubahan-perubahan baik perubahan dalam bentuk dan ukurannya tetapi terutama
perubahan dalam fungsinya sebagai hasil inovasi perancang, sehingga menjadi produk
baru dengan fungsi baru.
- Produk varian
Produk varian adalah produk yang hanya berbeda dimensinya dari produk yang sudah
ada.
varian. Dalam praktek orang agak sukar membedakan dengan tegas antara produk
varian dari produk hasil inovasi, sebab pada produk varian, misalnya, dapat terjadi
seorang perancang masih harus merubah hal- hal lain diluar dimensi agar produk dapat
berfungsi dengan sempurna. Padahal produk sebagai hasil perubahan diluar perubahan
dimensi sebenarnya adalah produk hasil inovasi, dan bukan produk varian.
Ketiga macam produk tersebut di atas memerlukan tiga buah nama merancang yaitu :
-
Tugas I:
1. Mahasiswa membentuk kelompok, dengan anggota 2 3 orang
2. Mencari dan mempelajari satu buah skripsi/tesis yang menggunakan rancang teknik.
3. Membuat ringkasan terhadap latar belakang, menyalin metoda dan meringkas hasil
rancangan, mengkopi gambar teknik dan kebutuhan bahannya.
Edward Saleh
18