Anda di halaman 1dari 29

Bahan kuliah

EKOLOGI TUMBUHAN
EKOLOGI TUMBUHAN
A. KONSEP EKOLOGI DAN EKOSISTEM
Dalam berbagai kegiatan pembangunan negara serta bangsa Indonesia tampak bahwa
ekologi sebagai ilmu sekarang ini konsepnya sudah banyak diterapkan, misalnya konsep
pelestarian segala macam sumber daya alam, konsep perlindungan plasma nutfah, pengendalian
kelahiran dalam program keluarga berencana pada populasi manusia, konsep penanganan
ekosistem, hasil maksimal yang berkelanjutan, konsep penanganan permasalahan daerah liran
sungai, konsep perlindungan terhadap ekosistem mangrove, dan lain sebagainya. Konsep ekologi
berperan demikian penting pada masa sekarang, sehingga konsep serta dasar ekologi perlu
ditunjukkan sedini mungkin serta disebarluaskan ke segenap lapisan masyarakat.
Ekologi sebagian besar berkepentingan dengan populasi dan komunitas. Populasi dalam
ekologi, aslinya diartikan sebagai kelompok orang, lalu diperluas menjadi kelompok-kelompok
makhluk yang manapun. Dengan istilah Komunitas (kadang-kadang disebut sebagai komunitas
biotik), dimaksudkan meliputi semua populasi yang berdiam di suatu daerah tertentu.
Komunitas dengan lingkungan non-hayati berfungsi bersama sebagai suatu sistem ekologik atau
ekosistem. Sistem biologik yang paling besar dan hampir dapat memenuhi kebutuhan sendiri
disebut biosfer atau ekosfer. Gen merupakan anasir sel, sel menyusun jaringan, jaringan
menyusun organ, organ menyusun organisme, organisme menyusun populasi, populasi
merupakan anasir komunitas, komunitas menyusun ekosistem, dan ekosistem menyusun
biosfer.
Banyak ilmuwan berbagai disiplin ilmu yang berlainan telah menggunakan hampiran
melalui konsep ekosistem dalam memecahkan berbagai macam persoalan ekologi di
laboratorium dan di lapangan atau di alam sesungguhnya. Menurut Odum (1983) dalam
ekosistem yang majemuk seperti danau dan hutan, dilaksanakan hampiran.
1

Hologik (holos = keseluruhan) yaitu masukan dan keluaran diukur secara kolektif dan
bersama dengan hal-hal yang muncul lalu dikaji, kemudian bagian-bagian anasir diteliti
sesuai dengan yang diperlukan.
Merologik (meros = bagian) yaitu bila bagian-bagian yang utama dikaji lebih dulu kemudian
diwujudkan dalam keterpaduan sebagai suatu sistem utuh.

1.

Pengertian Ekologi
Ekologi meskipun masih tetap berakar dalam biologi tetapi sekrang ekologi rupanya

berperan sebagai suatu disiplin ilmu yang menjembatani ilmu fisika yang eksakta dan ilmu sosial
yang non-eksakta. Odum (1983) menuliskan bahwa ekologi sebelum tahun 1970 dipandang
sebagai sub divisi biologi dan dipelajari melalui kurikulum biologi.
Semua sumber acuan menyebutkan bahwa ekologi berasal dari kata Yunani oikos yang
berarti rumah tangga dan logos yang berarti ilmu. Odum (1971) menulis ekologi sebagai suatu
kajian makhluk di tempat hidupnya. Selanjutnya ditulisnya bahwa ekologi seperti diartikan
dalam kamus Websters Unabridged Dictionary sebagai totalitas atau pola hubungan antara
makhluk dan lingkungan mereka.
Krebs (1978) menuliskan bahwa Ernst Haeckel pada tahun 1869 memberi takrif ekologi
sebagai suatu hubungan keseluruhan antara makhluk hidup, dalam hal ini hewan dengan
lingkungan organik dan an-organik. Ditulisnya juga bahwa Charles Elton (1972) dalam
bukunya Animal Ecology memberi takrif ekologi sebagai sejarah alam secara ilmiah.
Selanjutnya ditulisnya takrif ekologi yang jelas dan terbatas yang berbunyi bahwa ekologi adalah
kajian ilmiah tentang agihan dan kelimpahan makhluk (Andrewartha, 1961). Lebih lanjut oleh
Krebs (1978) ekologi diberi takrif sebagai kajian ilmiah tentang interaksi yang menentukan
agihan dan kelimpahan makhluk. Eugene Odum (1971, 1983) memberi takrif ekologi ialah
kajian tentang struktur dan fungsi alam.
Kendeigh (1980) memberikan takrif ekologi sebagai kajian tentang hewan dan tumbuhan
dalam hubungannya antara satu makhluk yang satu dengan yang laindan antara makhluk dengan
lingkungannya. Lingkungan dapat berupa lingkungan fisik atau lingkungan kimiawi, atau
lingkungan hayati, jadi makhluk hidup berupa tumbuhan dan hewan dapat bertindak sebagai
2

lingkungan bagi makhluk lain. Darnel (1971) menulis bahwa ekologi ialah ilmu yang berkaitan
dengan tanggapan makhluk. Tanggapan makhluk dapat secara sendiri-sendiri dan dapat dalam
kelompok, terhadap faktor lingkungan yang bertindak secara tunggal atau bersama-sama.
Ekologi berkenaan dengan cara-cara makhluk merubah lingkungannya dan cara makhlukmakhluk itu menyesuaikan diri mereka sendiri.
Ekologi ialah ilmu tentang interaksi antara memberi dan menerima, antara stimulus dan
tanggapan, antara stimulasi dan umpan balik. Interaksi disini mengandung unsur korelasi antara
ubahan satu dengan ubahan lain, misalnya salinitas sebagai salah satu ubahan dapat menentukan
populasi udang, tetapi udang sebagai ubahan tidak mesti dapat mempengaruhi salinitas. Populasi
hama wereng sebagai salah satu ubahan terpengaruh oleh populasi tanaman padi, ialah jika
tanaman padi populasinya nol alias tidak ditanam maka populasi hama wereng menjadi nol juga.
Sebaliknya populasi tanaman padi dipengaruhi juga oleh populasi hama wereng yaitu jika
populasi hama wereng sangat besar maka populasi tanaman padi dapat menjadi nol.
Ekologi tanaman mengandung dua pengertian yaitu ekologi sebagai ilmu dan tanaman
sebagai objek. Ekologi berasal dari kata eikos yang berarti ruah dan logos yang berarti ilmu.
Sedangkan tanaman mengandung arti tumbuhan yang telah dibudidayakan untuk maksud
tertentu, sehingga hasilnya dijadikan alat pemenuhan kebutuhan yang memiliki nilai ekonomis.
Secara etiologis ekologi tanaman berarti ilmu tentang tanaman di rumah sendiri. Dengan
demikian ekologi tanaman dapat diberikan batasan, yaitu ilmu yang mebicarakan tentang
spectrum hubungan timbale balik yang terdapat antara tanaman dan lingkungannya serta antara
kelompok kelompok tanaman. Ekologi dikaitkan dengan 6 (enam) level organisasi, yaitu:
1. organisme (individu)
2. Populasi
3. Komunitas
4. Ekosistem (ecology system )
5. Sosio-ekosistem
6. Ekosfer atau biosfer.
Dalam hal ini penting disadari bahwa tanaman tidak terdapat sebagai individu atau
kelompok ndividu yang terisolasi Semua tanaman berinteraksi satu sama lain dengan lingkungan
sejenisnya, dengan tanaman lain dan dengan lingkungan fisik tempat hidupnya. Dalam proses
3

interaksi ini, tanaman saling mempengaruhi satu dengan lainnya dan dengan lingkungan
sekitarnya. Begitu pula dengan factor lingkungan mempengaruhi kegiatan hidup tanaman. Ciri
khas ekologi tanaman adalah tanaman dapat mengubah energy kimia menjadi energy potensial
dan mengubah bahan anorganik menjadi organic.
Aspek - Aspek Ekologi Tumbuhan
Ekologi tanaman meliputi tiga aspek pokok, yaitu :
1.

Agronomi

2.

Fisiologi Tanaman

3.

Klimatologi Pertanian
Ketiga aspek ekologi tanaman ini merupakan suatu kelompok ilmu pertanian, yang satu

sama lainnya mempunyai hubungan timbale balik. Faktor fisik seperti sinar matahari, pengaruh
suhu dan ketersediaan air dan factor meteorology lainnya merupakan kajian Klimatologi yang
langsung berpengaruh terhadap aspek fisiologis tanaman. Aspek aspek fisiologis tanaman
sebagai pengaruh factor lingkungan akan merupakan suatu pertimbangan untuk mengelola
tanaman, agar di peroleh produksi yang meksimum. Oleh sebab itu ketiga ilmu ini merupakan
suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan dan dikaji tersendiri dan harus merupakan suatu
kesatuan. Kajian ekologi tumbuhan berkaitan dengan (odum, 1995: 263-290) :
1. Makanan
2. Penyerbukan
3. Penyebaran / distribusi
4. Tempat berlindung
5. Tempat berpasangan
6. Proses penguraian
2.

Pengertian ekosistem
Apabila ekologi melibatkan energi dan siklus kimia, maka ekosistem meliputi faktor-

faktor abiotik dan komunitas. Ekosistem merupakan hubungan timbal balik antara suatu
komunitas dengan lingkungan fisiknya sehingga ekosistem meliputi komponen biotik dan abiotik
yang terdapat di suatu area. Proses aliran energi dan perputaran materi kimia sangat berhubungan
dengan tingkatan dari suatu ekosistem. Sebagai suatu konsep dalam ekologi, maka ekosistem
masih dapat dijelaskan lebih lanjut sebagai sistem biologik yang terdiri atas :
4

Anasir non biotik, misalnya cahaya matahari, tanah, air, dan udara.
Anasir biotik, yang terdiri atas makhluk hidup yang dibedakan menjadi makhluk hidup yang
autotrof serta yang heterotrof.
Ekosistem emrupakan suatu istilah yang diusulkan oleh A.G. Tansley (1935, seperti yang
termuat dalam berbagai buku acuan antara lain Miller 1982, Krebs 1978, Kendeigh 1980, Odum
1971, Odum 1975, dan lain sebagainya) sering juga disebut sebagai sistem ekologik yang secara
diagramatik dapat disebut sebagai kumpulan komunitas, sedangkan komunitas adalah kumpulan
populasi.
Ekosistem adalah suatu sistem yang terbuka, yaitu suatu sistem yang menerima masukan
dan menghasilkan keluaran, dapat juga disebut sebagai lingkungan masukan dan lingkungan
keluaran yang tergabung dan penting untuk ekosistem dalam berfungsi dan memelihara
ekosistem itu sendiri. Masukan dan keluaran itu dapat berupa energi, materi, atau makhluk hidup
yang imigrasi dan emigrasi.
3.

Unsur penyusun ekosistem


Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa di dalam ekosistem terdapat anasir biotik

yang berujud makhluk hidup yang dibedakan menjadi makhluk yang autotrof dan heterotrof.
Makhluk autotrof yang disebut juga sebagai produsen ialah makhluk tumbuhan hijau yang
mampu menghasilkan bahan makanan berupa bahan organik dari bahan anorganik sederhana,
oleh pertolongan sinar matahari. Peristiwa ini disebut juga fotosintesis. Sekarang yang tergolong
ke dalam makhluk autotrof adalah juga makhluk yang yang mampu melaksanakan kemosintesis.
Makhluk

heterotrof

yang

juga

disebut

konsumen,

dan

dibedakan

menjadi

makrokonsumen serat mikrokonsumen. Makrokonsumen disebut juga makhluk fagotrof dan


umumnya adalah hewan yang makan makhluk lain atau butiran-butiran bahan organik, misalnya
sebagai contoh anatara lain sapi, kuda, anjing, harimau, gajah, ikan, burung, ular, cumi-cumi,
kepiting dan lain sebagainya.
Mikrokonsumen yang juga disebut pengurai atau makhluk heteretrof yang osmotrof,
disebut juga sebagai saprotrof. Pengurai ini teruatama adalah bakteria dan fungi yang
memperoleh energi dengan cara menguraikan jaringan mati atau dengan mengabsorpsi bahan
organik

terlarut

yang

terekstrak

dari
5

tumbuhan

atau

makhluk

lain.

Antara komunitas dan lingkungannya selalu terjadi interaksi. Interaksi ini menciptakan kesatuan
ekologi yang disebut ekosistem. Komponen penyusun ekosistem adalah produsen (tumbuhan
hijau),

konsumen

(herbivora,

karnivora,

dan

omnivora),

dan

dekomposer/pengurai

(mikroorganisme).
Faktor Abiotik
Faktor abiotik adalah faktor tak hidup yang meliputi faktor fisik dan kimia. Faktor fisik utama
yang mempengaruhi ekosistem adalah sebagai berikut.
a. Suhu
Suhu berpengaruh terhadap ekosistem karena suhu merupakan syarat yang diperlukan organisme
untuk hidup. Ada jenis-jenis organisme yang hanya dapat hidup pada kisaran suhu tertentu.
b. Sinar matahari
Sinar matahari mempengaruhi ekosistem secara global karena matahari menentukan suhu. Sinar
matahari juga merupakan unsur vital yang dibutuhkan oleh tumbuhan sebagai produsen untuk
berfotosintesis.
c. Air
Air berpengaruh terhadap ekosistem karena air dibutuhkan untuk kelangsungan hidup organisme.
Bagi tumbuhan, air diperlukan dalam pertumbuhan, perkecambahan, dan penyebaran biji; bagi
hewan dan manusia, air diperlukan sebagai air minum dan sarana hidup lain, misalnya
transportasi bagi manusia, dan tempat hidup bagi ikan. Bagi unsur abiotik lain, misalnya tanah
dan batuan, air diperlukan sebagai pelarut dan pelapuk.
d. Tanah
Tanah merupakan tempat hidup bagi organisme. Jenis tanah yang berbeda menyebabkan
organisme yang hidup didalamnya juga berbeda. Tanah juga menyediakan unsur-unsur penting
bagi pertumbuhan organisme, terutama tumbuhan.
e. Ketinggian
Ketinggian tempat menentukan jenis organisme yang hidup di tempat tersebut, karena ketinggian
yang berbeda akan menghasilkan kondisi fisik dan kimia yang berbeda.
6

f. Angin
Angin selain berperan dalam menentukan kelembapan juga berperan dalam penyebaran biji
tumbuhan tertentu.
g. Garis lintang
Garis lintang yang berbeda menunjukkan kondisi lingkungan yang berbeda pula. Garis lintang
secara tak langsung menyebabkan perbedaan distribusi organisme di permukaan bumi. Ada
organisme yang mampu hidup pada garis lintang tertentu saja.
POPULASI
Populasi ditakrifkan sebagai suatu kumpulan kelompok makhluk yang sama spesies (atau
kelompok lain yang individunya mampu bertukar informasi genetik), yang mendiami suatu ruang
khusus, yang memiliki berbagai karakteristik yang walaupun paling baik digambarkan secara
statistik, unik sebagai milik kelompok dan bukan karakteristik individu dalam kelompok itu
(Odum 1971). Taxonomiwan menggunakan istilah populasi untuk suatu kumpulan setempat
individu yang sedikit berbeda dari kumpulan setempat lain pada spesies yang sama (Keindeigh
1980). Suatu populasi dapat juga ditakrifkan sebagai suatu kelompok makhluk yang sama
spesiesnya dan mendiami suatu ruang khusus pada waktu yang khusus (Krebs 1978). Populasi
dapat dibagi menjadi deme, atau populasi setempat, kelompok-kelompok yang dapat saling
membuahi, satuan kolektif terkecil populasi hewan atau tumbuhan.
4. Pertumbuhan Populasi
Populasi adalah suatu kesatuan yang selalu berubah dan yang menarik perhatian adalah
bukan hanya perubahan dalam ukuran besarnya dan komposisinya pada saat yang manapun,
tetapi juga bagaimanakah populasi itu berubah. Ada beberapa karakteristik populasi yang
berhubungan dengan istilah laju, yang diperoleh dengan membagi perubahan dengan periode
waktu berlangsungnya perubahan. Jadi laju menunjukkan kecepatan sesuatu berubah dalam
satuan waktu. Cacah kelahiran per tahun adalah kelahiran. Istilah per berarti dibagi oleh.
Untuk rerata perubahan populasi dapat dinyatakan dengan notasi baku delta N per delta t,
dengan keterangan N = ukuran besarnya populasi (atau ukuran lain untuk kepentingan),
sedangkan t = waktu. Notasi untuk laju sesaat adalah dN/dt.
a. Pertumbuhan exponensial
7

Populasi-populasi memiliki pola-pola pertambahan yang disebut bentuk pertumbuhan


populasi. Ada dua pola dasar pertumbuhan populasi yang didasarkan atas bentuk kurva
pertumbuhan hasil pengeplotan secara aritmatik, ialah bentuk pertumbuhan exponensial
yang seperti huruf J dan bentuk pertumbuhan sigmoid atau yang seperti huruf S. dua tipe
ini dapat digabungkan atau dimodifikasikan, atau dua-duanya ialah digabungkan dan
dimodifikasikan dalam berbagai cara menurut kekhususan berbagai makhluk dan lingkungan.
Dalam pertumbuhan yang berbentuk seperti huruf J kerapatan bertambah dengan cepat
secara exponensial dan kemudian berhenti mendadak ketika perlawanan lingkungan dan
faktor-faktor pembatas mulai berlaku mendadak. Bentuk ini dapat diwujudkan dalam
persamaan :
dN/dt = r * N dengan batas tertentu terhadap N

b.

Pertumbuhan sigmoid
Dalam pertumbuhan populasi yang berbentuk sigmoid proses pertambahannya terjadi
lambat pada awalnya, disebut fase percepatan positif. Kemudian proses pertambahan itu
berlangsung lebih cepat barangkali mendekati fase logaritmik, tetapi akan segera berkurang
kecepatannya lambat-laun karena perlawanan lingkungan secara persentase bertambah, pada
bagian ini disebut percepatan negatif, sehingga dicapai suatu aras keseimbangan dan fase ini
dipertahankan. Bentuk ini diwujudkan dalam model sederhana yang juga disebut persamaan
logistik sebagai berikut :
dN/dt = r * N * [(K-N) / K]
tetapan K adalah asimtot atas kurva sigmoid, dan disebut sebagai daya dukung. Dalam
pertumbuhan populasi berbentuk seperti huruf J mungkin tidak ada aras keseimbangan, tetapi
batas terhadap N merupakan batas atas yang dikenakan oleh lingkungan.

5.

Dinamika Populasi
Clapham (1983) menyebutkan bahwa yang dimaksudkan dengan dinamika populasi

adalah ilmu yang mempelajari pertumbuhan serta pengaturan populasi. Suatu tegangan terdapat

di antara kecenderungan suatu populasi untuk tumbuh dan batas terhadap pertumbuhan tersebut
yang ditentukan oleh lingkungan.
Pertumbuhan populasi bersangkutpaut dengan konsep laju natalitas dan laju mortalitas,
yang disebut sebagai laju vital populasi. Dan bersangkutan juga dengan kerapatan atau cacah
individu di dalam populasi. Berikut ini adalah yang disebut laju kasar natalitas, laju kasar
mortalitas dan laju kasar pertumbuhan.
Laju natalitas (b)

Laju mortalitas (d)

Laju pertumbuhan

cacah kelahiran per satuan waktu


rerata populasi
cacah kematian per satuan waktu
rerata populasi

(cacah yang lahir) - (cacah yang mati)


rerata populasi dalam selang waktu

B. EKO-ENERGITIKA
Energetika diterjemahkan dari ergenetics yang dalam kamus Websters Seventh New
Collegiate Dictionary berarti cabang ilmu mekanika yang berkaitan dengan energi dan
trasformasinya. Eko-energetika ialah bidang ekologi yang memperbincangkan terutama tentang
peran energi dan transformasinya dalam ekologi. Begon dkk (1990) menuliskan bahwa semua
mkhluk yang hidup memerlukan bahan untuk membentuk tubuhnya dan memerlukan energi
untuk semua aktivitasnya. Tubuh makhluk tumbuhan dan hewan di dalam suatu satuan luasan
merupakan suatu biomassa yang merupakan standing crop. Adapun yang dimaksudkan
dengan biomassa ialah massa makhluk per satuan luasan tanah atau perairan dan biasanya
dinyatakan dalam satuan energi (misalnya joule m -2) atau bahan organik kering (mislnya ton ha1

). Sebagian besar bimassa dalam komunitas hampir selalu terbentuk oleh tumbuhan, dan

tumbuhan merupakan produsen primer biomassa oleh sebab kemampuan tumbuhan yang hampir
unik untuk menambat carbon dalam fotosintesis. Disini memang harus disebut hampir unik
oleh karena fotosintesis dan kemosintesis bakterial dapat juga berperan dalam pembentukan
biomassa baru yang walaupun biasanya tidak begitu bermakna.
1. Piramida dan Rantai Makanan

Piramida makanan menunjukkan aliran energi dan kimia melewati berbagai macam
tingkatan. Produsen primer bersifat autotrof yang biasanya menggunakan energi matahari untuk
proses fotosintesis gula yang digunakan sebagai bahan bakan pada proses respirasi dan materi
penyusun tubuh untuk senyawa organik lain. Konsumen primer adalah herbivora yang makan
tumbuhan dan algae. Konsumen sekunder adalah karnivora yang memangsa herbivora.
Sedangkan konsumen tersier adalah pemangsa karnivora yang lain. Detrivor memangsa sisa-sisa
senyawa organik dan organisme-organisme yang telah mati.
Tumbuhan adalah produsen utama dalam ekosistem terestrial, sedangkan protista
fotosintetik dan cyanobacteria merupakan produsen pada ekosistem perairan. Kemosintetik pada
bakteri terjadi di area lautan yang dapat dijangkau panas (tidak bergantung pada energi cahaya).
Fungi dan bakteri adalah dekomposer yang paling penting pada kebanyakan ekosistem. Cacing
tanah, kecoa, udang dan lain-lain juga merupakan dekomposer.
Rantai makanan menunjukkan transfer makanan dari berbagai tingkatan dalam piramida
makanan. Omnivora memangsa berbagai tingkatan dalam piramida makanan. Hampir semua
ekosistem mempunyai rantai dengan percabangan yang sangat kompleks sehingga disebut jaringjaring makanan.
2. Aliran Energi
Kurang dari 1% sinar matahari dapat diserap tumbuhan untuk proses fotosintesis.
Walaupun demikian fotosintesis di dunia ini menghasilkan kira-kira 170 bilion ton/tahun materi
organik. Masing-masing ekosistem memiliki produktivitas yang tidak sama. Kecepatan
konservasi dari energi cahaya menjadi energi kimia dalam suatu ekosistem disebut produktivitas
primer. Produktivitas primer bersih (NPP = net primer productivity) adalah produktivitas kasar
(GPP = gross primer productivity) dikurangi jumlah energi yang digunakan tumbuhan dalam
respirasi selulernya. Pada kebanyakan tumbuhan, 50% - 90% dari GPP masih tinggal sebagai
NPP. GPP dapat diukur di habitat perairan dengan cara membandingkan konsentrasi oksigen
dalam inkubasi botol gelap dan transparan. Pada botol gelap hanya terjadi respirasi, sedangkan
pada botol transparan terjadi respirasi dan fotosintesis. Cara lain dengan menggunakan karbon
radioaktif yang diinkorporasikan ke dalam plankton. Produktivitas primer dapat dirumuskan
sebagai energi/unit area/unit waktu (kcal/m2/th) atau dalam biomas (g/m2/th).
10

Hutan hujan tropis merupakan ekosistem yang produktif. Produktivitas dalam lingkungan
terestrial dipengaruhi oleh endapan, panas, intensitas cahaya, panjang musim, kandungan
mineral, dan suplai karbondioksida. Produktivitas di laut lebih besar di laut yang sempit
dibandingkan dengan laut terbuka karena kandungan mineral di dekat permukaan dimana adanya
sinar matahari sangat terbatas. Sementara produktivitas dalam ekosistem air tawar dipengaruhi
oleh intensitas cahaya, temperatur, dan ketersediaan mineral.
Komponen penyusun ekosistem
Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai komponen
penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik. Faktora biotik antara lain suhu, air, kelembapan,
cahaya, dan topografi, sedangkan faktor biotik adalah makhluk hidup yang terdiri dari manusia,
hewan, tumbuhan, dan mikroba. Ekologi juga berhubungan erat dengan tingkatan-tingkatan
organisasi makhluk hidup, yaitu populasi, komunitas, dan ekosistem yang saling mempengaruhi
dan merupakan suatu sistem yang menunjukkan kesatuan.
Faktor Biotik
Faktor biotik adalah faktor hidup yang meliputi semua makhluk hidup di bumi, baik tumbuhan
maupun hewan. Dalam ekosistem, tumbuhan berperan sebagai produsen, hewan berperan
sebagai konsumen, dan mikroorganisme berperan sebagai dekomposer.
Faktor biotik juga meliputi tingkatan-tingkatan organisme yang meliputi individu, populasi,
komunitas, ekosistem, dan biosfer. Tingkatan-tingkatan organisme makhluk hidup tersebut dalam
ekosistem akan saling berinteraksi, saling mempengaruhi membentuk suatu sistemyang
menunjukkan kesatuan.
A. Individu
Individu merupakan organisme tunggal seperti : seekor tikus, seekor kucing, sebatang pohon
jambu, sebatang pohon kelapa, dan seorang manusia. Dalam mempertahankan hidup, seti jenis
dihadapkan pada masalah-masalah hidup yang kritis. Misalnya, seekor hewan harus
mendapatkan makanan, mempertahankan diri terhadap musuh alaminya, serta memelihara
anaknya. Untuk mengatasi masalah tersebut, organisme harus memiliki struktur khusus seperti :
11

duri, sayap, kantung, atau tanduk. Hewan juga memperlihatkan tingkah laku tertentu, seperti
membuat sarang atau melakukan migrasi yang jauh untuk mencari makanan. Struktur dan
tingkah laku demikian disebut adaptasi. Perhatikan Gambar 6.4.
ADAPTASI
Ada bermacam-macam adaptasi makhluk hidup terhadap lingkungannya, yaitu: adaptasi
morfologi, adaptasi fisiologi, dan adaptasi tingkah laku.
1. Adaptasi morfologi
Adaptasi morfologi merupakan penyesuaian bentuk tubuh untuk kelangsungan hidupnya. Contoh
adaptasi morfologi, antara lain sebagai berikut.
a. Gigi-gigi khusus
Gigi hewan karnivora atau pemakan daging beradaptasi menjadi empat gigi taring besar dan
runcing untuk menangkap mangsa, serta gigi geraham dengan ujung pemotong yang tajam untuk
mencabik-cabik mangsanya. Lihat Gambar 6.5.
b. Moncong
Trenggiling besar adalah hewan menyusui yang hidup di hutan rimba Amerika Tengah dan
Selatan. Makanan trenggiling adalah semut, rayap, dan serangga lain yang merayap. Hewan ini
mempunyai moncong panjang dengan ujung mulut kecil tak bergigi dengan lubang berbentuk
celah kecil untuk mengisap semut dari sarangnya. Hewan ini mempunyai lidah panjang dan
bergetah yangdapat dijulurkan jauh keluar mulut untuk menangkap serangga. Lihat Gambar 6.6.
c. Paruh
Elang memiliki paruh yang kuat dengan rahang atas yang melengkung dan ujungnya tajam.
Fungsi paruh untuk mencengkeram korbannya. Perhatikan Gambar 6.7
d. Daun
Tumbuhan insektivora (tumbuhan pemakan serangga), misalnya kantong semar, memiliki daun
yang berbentuk piala dengan permukaan dalam yang licin sehingga dapat menggelincirkan
serangga yang hinggap. Dengan enzim yang dimiliki tumbuhan insektivora, serangga tersebut
akan dilumatkan, sehingga tumbuhan ini memperoleh unsur yang diperlukan.
12

e. Akar
Akar tumbuhan gurun kuat dan panjang,berfungsi untuk menyerap air yang terdapat jauh di
dalam tanah. Sedangkan akar hawa pada tumbuhan bakau untuk bernapas. (LihatGambar 6.9).
2. Adaptasi fsiologi
Adaptasi fisiologi merupakan penyesuaian fungsi fisiologi tubuh untuk mempertahankan
hidupnya. Contohnya adalah sebagai berikut.
a. Kelenjar bau
Musang dapat mensekresikan bau busukdengan cara menyemprotkan cairan melalui sisi lubang
dubur. Sekret tersebut berfungsi untuk menghindarkan diri dari musuhnya.
b. Kantong tinta
Cumi-cumi dan gurita memiliki kantong tinta yang berisi cairan hitam. Bila musuh datang, tinta
disemprotkan ke dalam air sekitarnya sehingga musuh tidak dapat melihat kedudukan cumi-cumi
dan gurita. (LihatGambar 6.1 0).
c. Mimikri pada kadal
Kulit kadal dapat berubah warna karena pigmen yang dikandungnya. Perubahan warna ini
dipengaruhi oleh faktor dalam berupa hormon dan faktor luar berupa suhu serta keadaan
sekitarnya. Lihat Gambar 6.11.
3. Adaptasi tingkah laku
Adaptasi tingkah laku merupakan adaptasi yang didasarkan pada tingkah laku. Contohnya
sebagai berikut :
a. Pura-pura tidur atau mati
Beberapa hewan berpura-pura tidur atau mati, misalnya tupai Virginia. Hewan ini sering
berbaring tidak berdaya dengan mata tertutup bila didekati seekor anjing.
b. Migrasi
Ikan salem raja di Amerika Utara melakukan migrasi untuk mencari tempat yang sesuai untuk
bertelur. Ikan ini hidup di laut. Setiap tahun, ikan salem dewasa yang berumur empat sampai
13

tujuh tahun berkumpul di teluk disepanjang Pantai Barat Amerika Utara untuk menuju ke sungai.
Saat di sungai, ikan salem jantan mengeluarkan sperma di atas telur-telur ikan betinanya. Setelah
itu ikan dewasa biasanya mati. Telur yang telah menetas untuk sementara tinggal di air tawar.
Setelah menjadi lebih besar mereka bergerak ke bagian hilir dan akhirnya ke laut.
Populasi
Kumpulan individu sejenis yang hidup pada suatu daerah dan waktu tertentu disebut populasi
Misalnya, populasi pohon kelapa dikelurahan Tegakan pada tahun 1989 berjumlah 2552 batang.
Ukuran populasi berubah sepanjang waktu. Perubahan ukuran dalam populasi ini disebut
dinamika populasi. Perubahan ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus perubahan jumlah
dibagi waktu. Hasilnya adalah kecepatan perubahan dalam populasi. Misalnya, tahun 1980
populasi Pinus di Tawangmangu ada 700 batang. Kemudian pada tahun 1990 dihitung lagi ada
500 batang pohon Pinus. Dari fakta tersebut kita lihat bahwa selama 10 tahun terjadi
pengurangan pohon pinus sebanyak 200 batang pohon. Untuk mengetahui kecepatan perubahan
maka kita membagi jumlah batang pohon yangberkurang dengan lamanya waktu perubahan
terjadi :
700 - 500
1990-1980

= 200batang
10 tahun

= 20 batang/tahun

Dari rumus hitungan di atas kita dapatkan kesimpulan bahwa rata-rata berkurangnya pohon tiap
tahun adalah 20 batang. Akan tetapi, perlu diingat bahwa penyebab kecepatan rata-rata dinamika
populasi ada berbagai hal. Dari alam mungkin disebabkan oleh bencana alam, kebakaran,
serangan penyakit, sedangkan dari manusia misalnya karena tebang pilih. Namun, pada dasarnya
populasi mempunyai karakteristik yang khas untuk kelompoknya yang tidak dimiliki oleh
masing-masing individu anggotanya. Karakteristik iniantara lain : kepadatan (densitas), laju
kelahiran (natalitas), laju kematian (mortalitas), potensi biotik, penyebaran umur, dan bentuk
pertumbuhan. Natalitas danmortalitas merupakan penentu utama pertumbuhan populasi.
Dinamika populasi dapat juga disebabkan imigrasi dan emigrasi. Hal ini khusus untuk organisme
yang dapat bergerak, misalnyahewan dan manusia. Imigrasi adalahperpindahan satu atau lebih
organisme kedaerah lain atau peristiwa didatanginya suatu daerah oleh satu atau lebih organisme;
14

didaerah yang didatangi sudah terdapat kelompok dari jenisnya. Imigrasi ini akan meningkatkan
populasi.
Emigrasi adalah peristiwa ditinggalkannya suatu daerah oleh satu atau lebih organisme, sehingga
populasi akan menurun. Secara garis besar, imigrasi dan natalitas akan meningkatkan jumlah
populasi, sedangkan mortalitas dan emigrasi akan menurunkan jumlah populasi. Populasi hewan
atau tumbuhan dapat berubah, namun perubahan tidak selalu menyolok. Pertambahan atau
penurunan populasi dapat menyolok bila ada gangguan drastis dari lingkungannya, misalnya
adanya penyakit, bencana alam, dan wabah hama.
Komunitas
Komunitas ialah kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada suatu waktu dan daerah
tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain. Komunitas memiliki derajat
keterpaduan yang lebih kompleks bila dibandingkan dengan individu dan populasi.
Dalam komunitas, semua organisme merupakan bagian dari komunitas dan antara komponennya
saling berhubungan melalui keragaman interaksinya.

Interaksi Antar Komponen


Interaksi antarkomponen ekologi dapatmerupakan interaksi antarorganisme,antarpopulasi, dan
antarkomunitas.
A. Interaksi antar organisme
Semua makhluk hidup selalu bergantung kepada makhluk hidup yang lain. Tiap individu akan
selalu berhubungan dengan individu lain yang sejenis atau lain jenis, baik individu dalam satu
populasinya atau individu-individu dari populasi lain. Interaksi demikian banyak kita lihat di
sekitar kita.
Interaksi antar organisme dalam komunitas ada yang sangat erat dan ada yang kurang erat.
Interaksi antarorganisme dapat dikategorikan sebagai berikut.

15

a. Netral
Hubungan tidak saling mengganggu antarorganisme dalam habitat yang sama yang bersifat tidak
menguntungkan dan tidak merugikan kedua belah pihak, disebut netral. Contohnya : antara
capung dan sapi.
b. Predasi
Predasi adalah hubungan antara mangsa dan pemangsa (predator). Hubungan ini sangat erat
sebab tanpa mangsa, predator tak dapat hidup. Sebaliknya, predator juga berfungsi sebagai
pengontrol populasi mangsa. Contoh : Singa dengan mangsanya, yaitu kijang, rusa,dan burung
hantu dengan tikus.
c. Parasitisme
Parasitisme adalah hubungan antarorganisme yang berbeda spesies, bilasalah satu organisme
hidup pada organisme lain dan mengambil makanan dari hospes/inangnya sehingga bersifat
merugikan inangnya.
contoh : Plasmodium dengan manusia, Taeniasaginata dengan sapi, dan benalu dengan pohon
inang. Perhatikan Gambar 6.15
d. Komensalisme
Komensalisme merupakan hubunganantara dua organisme yang berbeda spesies dalam bentuk
kehidupan bersama untuk berbagi sumber makanan; salah satu spesies diuntungkan dan spesies
lainnya tidak dirugikan. Contohnya anggrek dengan pohon yang ditumpanginya.
e. Mutualisme
Mutualisme adalah hubungan antara dua organisme yang berbeda spesies yang saling
menguntungkan kedua belah pihak. Contoh, bakteri Rhizobium yang hidup pada bintil akar
kacang-kacangan.
B. Interaksi Antarpopulasi
Antara populasi yang satu dengan populasi lain selalu terjadi interaksi secara langsung atau tidak
langsung dalam komunitasnya.Contoh interaksi antarpopulasi adalah sebagai berikut.
16

Alelopati merupakan interaksi antarpopulasi, bila populasi yang satu menghasilkan zat yang
dapat menghalangi tumbuhnya populasi lain. Contohnya, di sekitar pohon walnut (juglans)
jarang ditumbuhi tumbuhan lain karena tumbuhan ini menghasilkan zat yang bersifat toksik.
Pada mikroorganisme istilah alelopati dikenal sebagai anabiosa.Contoh, jamur Penicillium sp.
dapat menghasilkan antibiotika yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri tertentu.
Kompetisi merupakan interaksi antarpopulasi, bila antarpopulasi terdapat kepentingan yang sama
sehingga terjadi persaingan untuk mendapatkan apa yang diperlukan. Contoh, persaingan antara
populasi kambing dengan populasi sapi di padang rumput.
C. Interaksi Antar Komunitas
Komunitas adalah kumpulan populasi yang berbeda di suatu daerah yang sama dan saling
berinteraksi. Contoh komunitas, misalnya komunitas sawah dan sungai. Komunitas sawah
disusun oleh bermacam-macam organisme, misalnya padi, belalang, burung, ular, dan gulma.
Komunitas sungai terdiri dari ikan, ganggang, zooplankton, fitoplankton, dan dekomposer.
Antara komunitas sungai dan sawah terjadi interaksi dalam bentuk peredaran nutrien dari air
sungai ke sawah dan peredaran organisme hidup dari kedua komunitas tersebut.
Interaksi antarkomunitas cukup komplek karena tidak hanya melibatkan organisme, tapi juga
aliran energi dan makanan. Interaksi antarkomunitas dapat kita amati, misalnya pada daur
karbon. Daur karbon melibatkan ekosistem yang berbeda misalnya laut dan darat. Lihat Gambar
6.16.
D. Interaksi Antarkomponen Biotik dengan Abiotik
Interaksi antara komponen biotik dengan abiotik membentuk ekosistem. Hubunganantara
organisme dengan lingkungannya menyebabkan terjadinya aliran energi dalam sistem itu. Selain
aliran energi, di dalam ekosistem terdapat juga struktur atau tingkat trofik, keanekaragaman
biotik, serta siklus materi.
Dengan adanya interaksi-interaksi tersebut, suatu ekosistem dapat mempertahankan
keseimbangannya. Pengaturan untuk menjamin terjadinya keseimbangan ini merupakan ciri khas
suatu ekosistem. Apabila keseimbangan ini tidak diperoleh maka akan mendorong terjadinya
dinamika perubahan ekosistem untuk mencapai keseimbangan baru.
17

Perkembangan Ekosistem
Adanya perubahan-perubahan pada populasi mendorong perubahan pada komunitas. Perubahanperubahan yang terjadi menyebabkan ekosistem berubah. Perubahan ekosistem akan berakhir
setelah terjadi keseimbangan ekosistem. Keadaan ini merupakan klimaks dari ekosistem. Apabila
pada kondisi seimbang datang gangguan dariluar, kesimbangan ini dapat berubah, dan perubahan
yang terjadi akan selalu mendorong terbentuknya keseimbangan baru.
Rangkaian perubahan mulai dari ekosistem tanaman perintis sampai mencapai ekosistem klimaks
disebut suksesi. Terjadinya suksesi dapat kita amati pada daerah yang baru saja mengalami
letusan gunung berapi. Rangkaian suksesinya sebagai berikut.
Mula-mula daerah tersebut gersang dan tandus. Setelah beberapa saat tanah akan ditumbuhi oleh
tumbuhan perintis, misalnya lumut kerak. Tumbuhan perintis ini akan menggemburkan tanah,
sehingga tanah dapat ditumbuhi rumput-rumputan yang tahan kekeringan. Setelah rumputrumput ini tumbuh dengan suburnya, tanah akan makin gembur karena akar-akar rumput dapat
menembus dan melapukan tanah, juga karena rumput yang mati akan mengundang datangnya
dekomposer (pengurai) untuk menguraikan sisa tumbuhan yang mati. Dengan semakin subur dan
gemburnya tanah maka biji-biji semak yang terbawa dari luar daerah itu akan tumbuh, sehingga
proses pelapukkan akan semakin banyak. Dengan makin gemburnya tanah, pohon-pohon akan
mulai tumbuh. Kehadiran pohon-pohon akan mendesak kehidupan rumput dan semak sehingga
akhirnya tanah akan didominasi oleh pepohonan. Sejalan dengan perubahan vegetasi, hewanhewan yang menghuni daerah tersebut juga mengalami perubahan tergantung pada perubahan
jenis vegetasi yang ada. Ada hewan yang datang dan ada hewan yang pergi. Komunitas klimaks
yang terbentuk dapat berupa komunitas yang homogen, tapi dapat juga komunitas yang
heterogen. Contoh komunitas klimaks homogen adalah hutan pinus, hutan jati. Contoh
komunitas klimaks yang heterogen misalnya hutan hujan tropis.
Rantai makanan
Suatu organisme hidup akan selalu membutuhkan organisme lain dan lingkungan hidupnya.
Hubungan yang terjadi antara individu dengan lingkungannya sangat kompleks, bersifat saling
18

mempengaruhi atau timbal balik. Hubungan timbal balik antara unsur-unsur hayati dengan
nonhayati membentuk sistem ekologi yang disebut ekosistem. Di dalam ekosistem terjadi rantai
makanan, aliran energi, dan siklus biogeokimia.
Rantai makanan adalah pengalihan energi dari sumbernya dalam tumbuhan melalui sederetan
organisme yang makan dan yang dimakan.
Para ilmuwan ekologi mengenal tiga macam rantai pokok, yaitu rantai pemangsa, rantai parasit,
dan rantai saprofit.
1. Rantai Pemangsa
Rantai pemangsa landasan utamanya adalah tumbuhan hijau sebagai produsen. Rantai pemangsa
dimulai dari hewan yang bersifat herbivora sebagai konsumen I, dilanjutkan dengan hewan
karnivora yang memangsa herbivora sebagai konsumen ke-2 dan berakhir pada hewan pemangsa
karnivora maupun herbivora sebagai konsumen ke-3.
2. Rantai Parasit
Rantai parasit dimulai dari organisme besar hingga organisme yang hidup sebagai parasit.
Contoh organisme parasit antara lain cacing, bakteri, dan benalu.
3. Rantai Saprofit
Rantai saprofit dimulai dari organisme mati ke jasad pengurai. Misalnya jamur dan bakteri.
Rantai-rantai di atas tidak berdiri sendiri tapi saling berkaitan satu dengan lainnya sehingga
membentuk faring-faring makanan.
4. Rantai Makanan dan Tingkat Trofik
Salah satu cara suatu komunitas berinteraksi adalah dengan peristiwa makan dan dimakan,
sehingga terjadi pemindahan energi, elemen kimia, dan komponen lain dari satu bentuk ke
bentuk lain di sepanjang rantai makanan.
Organisme dalam kelompok ekologis yang terlibat dalam rantai makanan digolongkan dalam
tingkat-tingkat trofik. Tingkat trofik tersusun dari seluruh organisme pada rantai makanan yang
bernomor sama dalam tingkat memakan.

19

Sumber asal energi adalah matahari. Tumbuhan yang menghasilkan gula lewat proses
fotosintesis hanya memakai energi matahari dan C02 dari udara. Oleh karena itu, tumbuhan
tersebut digolongkan dalam tingkat trofik pertama. Hewan herbivora atau organisme yang
memakan tumbuhan termasuk anggota tingkat trofik kedua. Karnivora yang secara langsung
memakan herbivora termasuk tingkat trofik ketiga, sedangkan karnivora yang memakan
karnivora di tingkat trofik tiga termasuk dalam anggota iingkat trofik keempat.
5. Piramida Ekologi
Struktur trofik pada ekosistem dapat disajikan dalam bentuk piramida ekologi. Ada 3 jenis
piramida ekologi, yaitu piramida jumlah, piramida biomassa, dan piramida energi.
a. Piramida jumlah
Organisme dengan tingkat trofik masing - masing dapat disajikan dalam piramida jumlah, seperti
kita Organisme di tingkat trofik pertama biasanya paling melimpah, sedangkan organisme di
tingkat trofik kedua, ketiga, dan selanjutnya makin berkurang. Dapat dikatakan bahwa pada
kebanyakan komunitas normal, jumlah tumbuhan selalu lebih banyak daripada organisme
herbivora. Demikian pula jumlah herbivora selalu lebih banyak daripada jumlah karnivora
tingkat 1. Kamivora tingkat 1 juga selalu lebih banyak daripada karnivora tingkat 2. Piramida
jumlah ini di dasarkan atas jumlah organisme di tiap tingkat trofik.
b. Piramida biomassa
Seringkali piramida jumlah yang sederhana kurang membantu dalam memperagakan aliran
energi dalam ekosistem. Penggambaran yang lebih realistik dapat disajikan dengan piramida
biomassa. Biomassa adalah ukuran berat materi hidup di waktu tertentu. Untuk mengukur
biomassa di tiap tingkat trofik maka rata-rata berat organisme di tiap tingkat harus diukur
kemudian barulah jumlah organisme di tiap tingkat diperkirakan.
Piramida biomassa berfungsi menggambarkan perpaduan massa seluruh organisme di habitat
tertentu, dan diukur dalam gram.
Untuk menghindari kerusakan habitat maka biasanya hanya diambil sedikit sampel dan diukur,
kemudian total seluruh biomassa dihitung. Dengan pengukuran seperti ini akan didapat informasi
yang lebih akurat tentang apa yang terjadi pada ekosistem.
20

c. Piramida energi
Seringkali piramida biomassa tidak selalu memberi informasi yang kita butuhkan tentang
ekosistem tertentu. Lain dengan Piramida energi yang dibuat berdasarkan observasi yang
dilakukan dalam waktu yang lama. Piramida energi mampu memberikan gambaran paling akurat
tentang aliran energi dalam ekosistem.
Pada piramida energi terjadi penurunan sejumlah energi berturut-turut yang tersedia di tiap
tingkat trofik. Berkurang-nya energi yang terjadi di setiap trofik terjadi karena hal-hal berikut.
1.

Hanya sejumlah makanan tertentu yang ditangkap dan


dimakan oleh tingkat trofik selanjutnya.
2. Beberapa makanan yang dimakan tidak bisa dicemakan dan
dikeluarkan sebagai sampah.
3. Hanya sebagian makanan yang dicerna menjadi bagian dari
tubuh organisms, sedangkan sisanya digunakan sebagai
sumber energi.

D. Sejarah dan Perkembangan Ekologi Tumbuhan


Sejarah ekologi tumbuhan telah dapat diperkenalakan oleh seorang ekologiwan Jerman
yang bernama Ernest Haeckle (1866). Ekologi berasal dari kata Latin oekologie yang berasal
dari kata oikos yang berarti rumah dan logos yang berarti kajian atau ilmu. Jadi ekologi berarti
kajian organisme di habitatnya atau di tempat hidupnya. Menurut Ernest Haeckle ekologi adalah
ilmu yang mempelajari seluk beluk ekonomi alam, suatu kajian hubungan anorganik serta
lingkungan organik di sekitarnya. Menurut C ekologi adalah ilmu yang mengkaji sejarah alam
atau perkehidupan alam (natural history) secara ilmiah, dan menurut Andrewartha (1961) ekologi
adalah ilmu yang membahas penyebaran (distribusi) dan kemelimpahan organisme. Sedangkan
Eugene P. Odum (1963) menyatakan bahwa ekologi adalah ilmu pengetahuan tentang struktur
dan fungsi alam. Charles J. Krebs (1978) menyatakan ekologi adalah ilmu pengetahuan yang
mengkaji interaksi-interaksi yang menentukan penyebaran dan kemelimpahan organisme.
Saat ini definisi ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi makhluk hidup dengan
lingkungannya, baik lingkungan biotik maupun lingkungan abiotik. Interaksi makhluk hidup
dengan lingkungan abiotiknya, bagaimana lingkungan mempengaruhinya, dan bagaimana
21

makhluk hidup merespon pengaruh tersebut. Sedangkan interaksinya dengan sesama biotik
menyebabkan terjadinya simbiotik dari berbagai makhluk hidup.
Kajian ekologi komunitas berkembang ke dalam dua kutub, yaitu di Eropa yang
dipelopori oleh Braun-Blaunquet (1932) yang kemudian dikembangkan oleh para ahli lainnya.
Mereka tertarik untuk mempelajari komposisi, struktur, dan distribusi dari komunitas. Kutub
lainnya di Amerika, seperti Cowles (1899), Clements (1916), dan Gleason (1926) yang
mempelajari perkembangan dan dinamika komunitas tumbuhan. Sedangkan Shelford
(1913,1937), Adams (1909), dan Dice (1943) di Amerika dan Elton di Inggris mengungkapkan
hubungan timbal balik antara tumbuhan dan hewan. Pada saat yang bersamaan perhatian
terhadap dinamika populasi juga banyak dikembangkan para ahli. Pendekatan secara teoritis
dikembangkan oleh Lotka (1925), dan Voltera (1926) menstimuli pendekatan secara eksperimen.
Pada tahun 1940-an dan 1950-an Lorenz dan Tinbergen mengembangkan konsep-konsep tingkah
laku yang bersifat instink dan agresif. Sedangkan tingkah laku sosial dalam regulasi populasi
dikembangkan oleh Wynne dan Edward (1960) secara mendalam di Inggris. Berdasarkan
penemuan-penemuan dari Darwin (1859) dan Wight (1931) ekologi berkembang kearah kajian
genetika populasi, kajian evolusi, dan adaptasi. Leibig (1840) mengkaji pengaruh lingkungan
nonbiotik terhadap organisme, sehingga ekologi berkembang ke arah eko-klimatologi dan
ekofisiologi.
Ahli-ahli ekologi tumbuhan mencoba menemukan faktor-faktor yang men-dukung dan
berperanan dalam kehidupan vegetasi. Mereka terus menerus mencoba melakukan penelitian ke
arah yang lebih baik, sebagaimana ahli biologi lainnya dengan mengikuti perkembangan
kemajuan bidang kimia dan fisika, seperti ditemukannya DNA, ikatan hidrogen dan partikel sub
atom dan lain-lain. Manusia selalu berusaha untuk mengetahui hasil penemuan yang sudah ada,
dan dalam rangka untuk menggali penemuan yang akan datang. Ahli ekologi tumbuhan sangat
berkeinginan untuk mengetahui hubungan yang lengkap antara tumbuhan yang satu dengan yang
lainnya dan dengan lingkungannya.
Secara lebih mendasar, ekologiwan tumbuhan ingin menjawab beberapa perta-nyaan
seperti; Bagaimana tumbuhan mengatasi masalah dispersal, perkecambahan pada tempat yang
cocok, kompetisi, nutrien dan pembebasan energi? Bagaimana tumbuhan dapat bertahan
terhadap keadaan yang kurang baik atau yang membahayakan, seperti api, banjir, kemarau
22

panjang dan lain-lain? Bagaimana tumbuhan dapat menjelaskan keberadaannya, kekuatan


tumbuh dan jumlahnya pada masa yang lalu, sekarang dan masa yang akan datang pada habitat
mereka
Dengan mengembangkan pertanyaan tersebut di atas, maka banyak sekali informasi yang
bisa digali dari hubungan sesama tumbuhan dan dengan lingkungannnya. Ada ekologiwan yang
tertarik kepada masalah-masalah yang bersifat mendasar dalam melakukan deskripsi vegetasi,
tetapi ada juga ekologiwan yang yang tertarik pada masalah penerapan informasi dasar tersebut,
sehingga memunculkan ekologi terapan.
Ekologiwan tumbuhan terapan banyak dikenal sebagai manajer penggembalaan ternak,
rimbawan atau agronomiwan. Mereka berusaha untuk mengetahui bagaimana tumbuhan
beradaptasi dengan lingkungannya, sehingga tumbuhan tersebut dapat tetap berada pada
habitatnya. Peletak dasar ekologi tumbuhan adalah Friedrich Heinrich Alexander von Humbolt
(1769-1859) ahli botani. Ia banyak meneliti tentang botani, dan memperkenalkan term assosiasi,
fisiognomi, hubungan antara distribusi tipe vegetasi dengan faktor-faktor lingkungan seperti
elevasi, ketinggian, dan temperatur. Humbolt juga dikenal sebagai tokoh geografi tumbuhan.
Anton Kerner von Marilaun (1831-1898) dikenal setelah dia menerbitkan hasil penelitiannya
yang berjudul Plant Life of the Danube Basin (1863), dengan tuntas ia menjelaskan pengertian
dari suksesi. August Grisebach (1814-1879) telah melakukan perjalanan yang luas dan telah
mendeskripsikan lebih dari 50 tipe-tipe vegetasi utama dalam term fisiognomi modern. Ia
menjelaskan hubungan distribusi tumbuhan dengan faktor-faktor lingkungan. Tokoh biologi lain
yang mempunyai kontribusi dalam perkembangan ekologi tumbuhan adalah Oscar Drude (1890
dan 1896), Adolf Engler (1903), George Marsh (1864), Asa Gray (1889) dan Charles Darwin
yang terkenal dengan bukunya Origin of Species.
Ekologi tumbuhan berkembang dengan cepat setelah beberapa ahli botani juga tertarik
meneliti ekologi tumbuhan. Johannes Warming (1841-1924) berhasil mengidentikasi 2600
spesimen tumbuhan dan menulis sebuah buku tentang vegetasi ( 1982), dimana di dalamnya
diuraikan tentang geologi, tanah dan iklim, tipe-tipe vegetasi dan komunitas, dominan dan
subdominan, nilai adaptasi bermacam-macam life form, pengaruh api terhadap komposisi
komunitas dari suksesi serta fenologi dari komunitas dan taxa. Andreas Franz Wilhelm Shimper
(1856-1901) ahli botani Jerman, ia menerbitkan buku yang berjudul Plant Geography on a
23

Physiological Basis (1898 dan 1903), sebagai pemula ekofisiologi. Selanjutnya Jozep Paczoski
(1864-1941) dan Leonid Ramensky (1884-1953) telah menulis hal-hal yang berkenaan dengan
fito-sosiologi dan fitocoenocis. Clinton Hart Merriam (1855-1942) dari Universitas Columbia,
juga telah melakukan ekspedisi yang panjang dalam melakukan penelitian vegetasi dalam
hubungannya dengan zona elepasi. Ahli ekologiwan yang sangat terkenal Frederick Edward
Clements (1874-1945) besar sekali sumbangannya terhadap kemajuan Ekologi Tumbuhan. Pada
tahun 1898 ia telah menerbitkan sebuah karya yang berjudul The Phytogeography of Nebraska.
Ia juga banyak menulis keadaan vegetasi di Amerika Utara, tentang formasi dan suksesi, varian
lokal dan lain-lain.
Sejak tahun 1925, ekologi tumbuhan terus berkembang dengan pesat, hal ini ter-jadi
karena sumbangan yang sangat besar dari para ekologiwan dari Eropa dan Amerika. Di antara
ekologiwan tersebut adalah Henry Gleason yang tahun 1926 dengan panjang lebar menulis
tentang asosiasi dan komunitas tumbuhan. Ekofisiologi telah dikembangkan sekitar tahun 1940
dan 1950 an. dari tahun 1940 an sampai 1970 an telah pula mengembangkan sinekologi. Di
Eropa, Christen Raunkier telah mengembangkan klasifikasi life form dan metode sampling
vegetasi. Tokoh yang juga besar andilnya dalam pengembangan ekologi tumbuhan adalah Josias
Braunn-Blanquet (1884-1980) yang mengembangkan metode sampling komunitas, reduksi data,
dan nomenklatur asosiasi.

A. Suksesi
Suksesi merupakan proses yang menyeluruh dan kompleks dengan adanya permulaan,
perkembangan dan akhirnya mencapai kestabilan pada fase klimaks. Klimaks merupakan fase
kematangan yang final, stabil memelihara diri dan berproduksi sendiri dari suatu perkembangan
vegetasi dalam suatu iklim.
Berdasarkan kondisi habitat pada awal suksesi, dapat dibedakan dua macam suksesi :
1.

suksesi primer

24

Terjadi jika suatu komunitas mendapat gangguan yang mengakibatkan komunitas awal hilang
secara total sehingga terbentuk habitat baru. Contoh dapat berupa tanah longsor, letusan gunung
berapi, dan endapan lumpur di muara sungai.
2.

suksesi sekunder

Terjadi jika suatu gangguan terhadap suatu komunitas tidak bersifat merusak total tempat
komunitas tersebut sehingga masih terdapat kehidupan / substrat seperti sebelumnya, misalnya
angin topan, banjir, kebakaran.
B. Hubungan Antara Suksesi dan Vegetasi
Lucy E. Braun (1956) mengatakan bahwa vegetasi merupakan sistem yang dinamik, sebentar
menunjukkan pergantian yang kompleks kemudian nampak tenang, dan bila dilihat hubungan
dengan habitatnya, akan nampak jelas pergantiannya setelah mencapai keseimbangan.
Pengamatan yang lama pada pergantian vegetasi di alam menghasilkan konsep suksesi.
Suksesi vegetasi menurut Odum adalah: urutan proses pergantian komunitas tanaman di dalam
satu kesatuan habitat, sedangkan menurut Salisbury adalah kecenderungan kompetitif setiap
individu dalam setiap fase perkembangan sampai mencapai klimaks, dan menurut Clements
adalah proses alami dengan terjadinya koloni yang bergantian, biasanya dari koloni sederhana ke
yang lebih kompleks.
Clements (1916) menuliskan pendapat-pendapatnya yang sangat persuasif, ia menyatakan bahwa
vegetasi dapat disejalankan dengan organisma super, mampu memperbaiki atau mengelola
dirinya sendiri bila terjadi gangguan atau kerusakan. Ia juga mengenalkan adanya 6 (enam )
unsur yang akan terjadi sehubungan dengan proses suksesi yaitu :
a.

Penggundulan, yang mengakibatkan terjadinya substrat baru.

b.

Migrasi, kehadiran migrula atau organ pembiak tumbuhan.

c.

Eksesis, Perkecambahan, pertumbuhan, reproduksi, dan penyebaran.

d.

Kompetisi, persaingan sehingga adanya pengusiran satu species oleh species lainnya.

e.

Reaksi, perubahan pada ciri dan sifat habitat oleh jenis tumbuhan.

f.

Stabilitasi, yang menghasilkan komunitas tumbuhan pada tingkatan yang matang.

E. PENDEKATAN DALAM EKOLOGI TUMBUHAN

25

Secara umum Ekologi sebagai salah satu cabang ilmu biologi yang mempelajari interaksi
atau hubungan pengaruh mempengaruhi dan saling ketergantungan antara organisme dengan
lingkungannya baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap kehidupan makhluk hidup
itu. Lingkungan tersebut artinya segala sesuatu yang ada di sekitar makhluk hidup yaitu
lingkungan biotik maupun abiotik. Beberapa ahli ekologi mendefinisikan Ekologi sebagai
berikut:
a. Odum (1983), Ekologi diartikan sebagai totalitas atau pola hubungan antara makhluk
dengan lingkungannya.
b. Kendeigh (1980), Ekologi sebagai kajian tentang hewan dan tumbuhan dalam
hubungannya antara satu makhluk dengan makhluk hidup yang lain dan antara makhluk
hidup dengan lingkungannya.
c. Krebs (1972), Ekologi, merupakan ilmu yang mempelajari interaksi-interaksi yang
menentukan sebaran/agihan (distribusi) dan kelimpahan organisme-organisme.
Fungsi ekosistem menunjukkan hubungan sebab akibat yang terjadi secara keseluruhan antar
komponen dalam sistem. Ini jelas membuktikan bahwa ekologi merupakan cabang ilmu yang
mempelajari seluruh pola hubungan timbal balik antara makhluk hidup yang satu dengan
makhluk hidup lainnya, serta dengan semua komponen yang ada di sekitarnya. Di dalam ekologi
tumbuhan ada dua bidang kajian, yaitu Autekologi dan Sinekologi.
Autekologi, yaitu ekologi yang mempelajari suatu spesies organisme atau organisme
secara individu yang berinteraksi dengan lingkungannya. Contoh autekologi misalnya
mempelajari sejarah hidup suatu spesies organisme, perilaku, dan adaptasinya terhadap
lingkungan. Jadi, jika kita mempelajari hubungan antara pohon Pinus merkusii dengan
lingkungannya, maka itu termasuk autekologi. Contoh lain adalah mempelajari kemampuan
adaptasi pohon merbau (Intsia palembanica) di padang alang-alang, adaptasi kaktus pada
lingkungan kering danAdaptasi teratai di lingkungan berair, contoh lain Pada saat lingkungan
dalam keadaan kering, tumbuhan yang termasuk suku jahe-jahean akan mematikan sebagian
tubuhnya yang tumbuh di permukaan tanah, pada musim kemarau. tumbuhan tropofit, misalnya
pohon jati dan randu, menggugurkan daunnya

26

2. Sinekologi, yaitu ekologi yang mempelajari kelompok organisme yang tergabung dalam satu
kesatuan dan saling berinteraksi dalam daerah tertentu. Misalnya mempelajari struktur dan
komposisi spesies tumbuhan di hutan rawa, hutan gambut, atau di hutan payau, mempelajari pola
distribusi binatang liar di hutan alam, hutan wisata, suaka margasatwa, atau di taman nasional,
dan lain sebagainya.
Dari segi autekologi, maka bisa dipelajari pengaruh suatu faktor lingkungan terhadap
hidup dan tumbuhnya suatu jenis pohon yang sifat kajiannya mendekati fisiologi tumbuhan,
dapat juga dipelajari pengaruh suatu faktor lingkungan terhadap hidup dan tumbuhnya suatu
jenis binatang liar atau margasatwa. Bahkan dalam autekologi dapat dipelajari pola perilaku
suatu jenis binatang liar, sifat adaptasi suatu jenis binatang liar, maupun sifat adaptasi suatu jenis
pohon. Dari segi sinekologi, dapat dipelajari berbagai kelompok jenis tumbuhan sebagai suatu
komunitas, misalnya mempelajari pengaruh keadaan tempat tumbuh terhadap komposisi dan
struktur vegetasi, atau terhadap produksi hutan. Dalam ekosistem bisa juga dipelajari pengaruh
berbagai faktor ekologi terhadap kondisi populasi, baik populasi tumbuhan maupun populasi
binatang liar yang ada di dalamnya. Akan tetapi pada prinsipnya dalam ekologi tumbuhan, kajian
dari kedua segi (autekologi dan sinekologi) itu sangat penting.
Ekologi tumbuhan berusaha untuk menerangkan rahasia kehidupan pada tahapan
individu, populasi dan komunitas. Ketiga tingkat utama ini membentuk sistem ekologi yang
dikaji dalam ekologi tumbuhan. Masing-masing tingkatan adalah bersifat nyata, tidak bersifat
hipotetik seperti spesies, jadi dapat diukur dan diobservasi struktur dan operasionalnya. Individu
dan populasi tidak terpisah-pisah, mereka membentuk asosiasi dan terorganisasi dalam
pemanfaatan energi dan materi membentuk suatu masyarakat atau komunitas dan berintegrasi
dengan faktor lingkungan di sekitarnya membentuk ekosistem.
Berdasarkan tingkat integrasinya maka secara ilmu, kajian ekologi tumbuhan dapat dibagi dalam
dua pendekatan, yaitu sinekologi dan autekologi. Sinekologi, berdasarkan falsafah dasar bahwa
tumbuhan secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang dinamis. Masyarakat tumbuhan
dipengaruhi oleh dua hal, yaitu keluar masuknya unsur-unsur tumbuhan dan turun naiknya
berbagai variabel lingkungan hidup. Dalam sinekologi komunitas tumbuhan atau vegetasi
mempunyai perilaku sebagai suatu organisma utuh. Vegetasi bisa lahir, tumbuh, matang dan
akhirnya mati. Dua bidang kajian utama dalam sinekologi adalah bidang kajian tentang
27

klasifikasi komunitas tumbuhan dan bidang kajian tentang analisis ekosistem (Lasker, G. w.,
2000).
Autekologi, falsafah yang mendasarinya adalah dengan memandang tumbuhan sebagai
ukuran yang menggambarkan kondisi lingkungan sekitarnya. Clements menyatakan bahwa setiap
tumbuhan adalah alat pengukur bagi keadaan lingkungan hidup tempat ia tumbuh. Dalam hal ini
paling sedikit yang dimaksud dengan alam lingkungannya adalah iklim dan tanah. Dari kajian ini
lahir bidang kajian yang menilai bahwa tumbuhan adalah sebagai indikator alam atau indikator
lingkungan hidup. Bidang kajian ini dikenal dengan ekologi fisiologi. Perbedaan dari kedua
bidang kajian ini adalah :
Perbedaan antara sinekologi dan autelkologi
Autekologi

Sinekologi

Bersifat filosofis

Deduktif

Induktif

Kuantitatif

Sulit

Deskriptif
dengan

pendekatan

rancangan Dapat

percobaan atau eksperimental design

Bersifat Eksperimental

dilakukan

berdasarkan

rancangan

percobaan atau eksperimental design

Autekologi memperhatikan kondisi dan tanggapan individu spesies tanaman dalam


habitat mereka. Selama evolusi, tumbuhan telah menempati setiap habitat terestrial dengan
kondisi mulai dari iklim tropis, es abadi, padang rumput, padang gurun dan tempat dengan
salinitas tinggi dimana kandungan nutrisinya yang sangat rendah. Kondisi lingkungan yang
berbeda ini mengharuskan tanaman untuk beradaptasi.
Subyek dari autekologi adalah hasil dari proses tersebut, yaitu untuk menemukan ciri
yang memungkinkan individu tanaman untuk berkembang di bawah kondisi tertentu. Tanggapan
yang mungkin terhadap lingkungan adalah reaksi biokimia sampai dengan perubahan morfologi.
Tanaman terdiri dari berbagai macam bentuk, dari tumbuhan raksasa yang berusia ratusan tahun
di hutan hujan tropis dengan siklus hidup yang dimulai dari perkecambahan untuk pembentukan
biji dalam hitungan abad, sampai pada spesies tahunan di daerah kering yang membentuk biji
hanya dalam waktu beberapa hari. Ciri yang dimilki oleh tanaman untuk menanggapi keadaan
28

lingkungan adalah pada struktur dan fisiologi. Jadi autekologi adalah keseluruhan ekologi
tanaman, memperhatikan reaksi pada tingkatan organ individu (misalnya, tunas, ukuran daun,
kedalaman akar) atau hubungan antar organ (misalnya, penyebaran materi antara pucuk dan akar,
regulasi dari koordinasi akar dan pucuk). Ekologi individu tanaman menyajikan hubungan antara
stres fisiologi dengan kondisi lingkungan. Keseluruhan ekologi tanaman dapat dibagi dalam
beberapa cara. Individu tanaman akan mengatur berbagai komponen dan menjaga keseimbangan
mereka, antara lain:
a. Keseimbangan suhu, suhu yang diperlukan tidak berlebihan
b. Keseimbangan air, kondisi aktif dimungkinkan jika sel dalam kondisi air yang cukup
c. Keseimbangan nutrisi, pertumbuhan akan terjadi hanya dengan adanya elemen esensial
dalam nutrisi
d. Keseimbangan karbon, diperlukan untuk mensuplai organ yang ada untuk pertumbuhan
dan reproduksi.
Sinekologi adalah tingkatan lebih besar dalam ekologi tanaman, perluasan populasi
berdasarkan perbanyakan dan persebaran. Sinekologi tidak melihat individu sevara sendiri,
melainkan perilaku populasi baik secara spasial maupun temporal, terdiri dari pertumbuhan
populasi, homeostasis. Umumnya, vegetasi alami terdiri dari keanekaragaman spesies yang
memanfaatkan sumberdaya yang ada. Dalam sinekologi, spektrum yang luas dari respon di
tingkat selular dan seluruh tanaman tergantikan oleh keanekaragaman yang besar pada spesies
(350.000 spesies tanaman vaskular) yang menentukan komposisi proporsi yang berbeda pada
vegetasi permukaan bumi. Beberapa hal yang menjadi pokok bahasan dalam sinekologi adalah:
a. Interaksi antara tanaman dan lingkungannya
b. Interaksi antara tanaman dengan hewan
c. Interaksi antar tanaman

29

Anda mungkin juga menyukai