Anda di halaman 1dari 10

Acute Diarrhea

Kelompok E2
Leonardo (102012017), Roswita Arliani ( 102012049), Yesika Anaktototy (102012052),
Febrian (102012091), Cinthia (102012148), Garba Prihatining (102012224), Jovian Adinata
(102012242), Chrissa Maichel Kainama (102012363), Ervina Fransiska (102012365)P

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana


Jl. Terusan Arjuna Utara No. 6, Kebon Jeruk Jakarta Barat 11510
Telp. (021) 56942061. Fax (021) 5631731
E-Mail : kelompok_e2@yahoo.com

Pendahuluan
Diare merupakan keluhan yang sering ditemukan pada dewasa. Dipperkirakan pada orang
dewasa setiap tahun mengalami diare akut atau gastroenteritis akut sebanyak 99.000.000 kasus.
Di Amerika Serikat, diperkirakan 8.000.000 pasien berobat ke dokter dan lebih dari 250.000
pasien dirawat dirumah sakit tiap tahun yang disebabkan diare atau gastroenteritis. Kematian
yang terjadi, kebanyakan berhubungan dengan kejadian diare pada anak-anak atau orang lanjut
usia , dimana kesehatan pada pasien tersebut rentan terhadap dehidrasi sedang-berat. Frekuensi
kejadian diare pada negara-negara berkembang termasuk Indonesia lebih banyak 2-3 kali
dibandingkan negara maju.1
Anamnesis2
Anamnesis adalah wawancara antara dokter dan pasien atau keluarganya/orang yang
mempunyai hubungan dekat dengan pasien, mengenai semua data/info yang berhubungan
dengan penyakitnya. Anamnesis memegang peranana penting untuk menegakkan diagnosis pasti
pada pasien. Berikut ada beberapa hal yang perlu ditanyakan pada penderita diare akut.

PBL BLOK 16 Skenario 4

Page 1

Sifat feses : konsistensi, frekuensi, ada tidaknya ampas, ada tidaknya lendir, ada tidaknya
darah, warna feses, ada tidaknya tenesmus.
Riwayat sebelum diare: riwayat minum obat sebelumnya (antibiotik, penyekat beta,
metformin, antasida), riwayat perjalanan keluar kota, riwayat makanan di tempat yang tidak
bersih, riwayat terkena radiasi, riwayat operasi reseksi usus.
Keluhan yang menyertai: ada tidaknya demam, mual muntah, penurunan berat badan,
nyeri. Nyeri abdomen menetap biasanya organik, nyeri berubah- ubah biasanya fungsional. Nyeri
disekitar umbilicus umunya berasal dari usus halus, nyeri di abdomen bawah umunya dari usus
besar
Pemeriksaan Fisik1
Kelainan-kelainan yang ditemukan pada pemeriksaan fisik sangat berguna dalam
menentukan beratnya riwayat diare daripada menentukan penyebab diare. Status volume dinilai
dengan memperhatikan perubahan ortostatik pada tekanan darah dan nadi, temperature tubuh dan
toksisitas. Pemeriksaan abdomen yang seksama merupakan hal yang penting. Adanya kualitas
bunyi usus dan adanya atau tidak adanya distensi abdomen dan nyeri tekan merupakan clue
bagi penentuan etiologi.
Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan darah tepi lengkap3
Pemeriksaan darah lengkap yang terdiri dari hemoglobin, hematokrit, leukosit, hitung jenis
leukosit. Evaluasi laboratorium pasien tersangka diare infeksi dimulai dari pemeriksaan feses
adanya leukosit. Kotoran biasanya tidak mengandung leukosit, jika ada itu dianggap sebagai
penanda inflamasi kolon baik infeksi maupun non infeksi. Karena netrofil akan berubah, sampel
harus diperiksa sesegera mungkin. Sensitifitas leukosit feses terhadap inflamasi patogen
(Salmonella, Shigella dan Campylobacter ) yang dideteksi dengan kultur feses bervariasi dari
45% - 95% tergantung dari jenis patogennya.

PBL BLOK 16 Skenario 4

Page 2

2. Tes laktoferin 4
Penanda yang lebih stabil untuk inflamasi intestinal adalah laktoferin. Laktoferin adalah
glikoprotein bersalut besi yang dilepaskan netrofil, keberadaannya dalam feses menunjukkan
inflamasi kolon. Positip palsu dapat terjadi pada bayi yang minum ASI. Pada suatu studi,
laktoferin feses, dideteksi dengan menggunakan uji agglutinasi lateks yang tersedia secara
komersial, sensitifitas 83 93% dan spesifisitas 61 100% terhadap pasien dengan Salmonella,
Campylobacter , atau Shigella spp, yang dideteksi dengan biakan kotoran.
3. Endoskopi1
Endoskopi saluran cerna bawah perlu dipertimbangkan pada pasien-pasien yang toksik,
pasien dengan diare berdarah, atau pasien dengan diare akut persisten. Pada sebagian besar
pasien sigmodoskopi mungkin adekuat sebagai periksaan awal.
Diffential diagnosis
1. Diare disentri5
Pengeluaran tinja berdarah pada penderita disentri biasanya sedikit-sedikit beberapa kali
dan tidak sampai dehidrasi. Penderita dengan disentri sering disertai panas, tetapi kadang-kadang
suhunya rendah, terutama pada kasus-kasus yang berat. Sakit kram di perut dan sakit dubur pada
waktu defekasi.
Beberapa komplikasi yang berat dan kemungkinan fatal dapat terjadi pada waktu disentri,
terutama bila penyebabnya Shigella. Keadaan ini meliputi perforasi usus, megakolon toksik,
prolapsus rectum, kejang-kejang, anemia septik, sindrom hemolitik uremik dan hiponatremia
yang lama. Komplikasi utama disentri adalah kehilangan berat badan dan status gizi yang dengan
cepat memburuk. Hal ini disebabkan oleh anoreksia, kebutuhan badan terhadap gizi untuk
mengatasi infeksi dan memperbaiki kerusakan usus dan kehilangan protein melalui jaringan yang
rusak.
Penyebab disentri sering tidak diketahui. Biakan tinja untuk mendeteksi bakteri patogen
sering tidak mungkin. Selain itu paling tidak dibutuhkan waktu 2 hari sebelum hasil biakan ada,
sedangkan antibiotik harus segera diberikan.
PBL BLOK 16 Skenario 4

Page 3

Working Diagnosis
Etiologi
Terdapat beberapa macam penyebab diare antara lain sebagai berikut:
1. Faktor infeksi
Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare,
meliputi infeksi bakteri (Vibrio, Escherichia coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia,
Aeromonas, dsb), infeksi virus (Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll), infeksi
parasit (Entamoeba hystolytica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis) dan jamur (Candida
albicans). Infeksi

parenteral yaitu infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat menimbulkan

diare seperti otitis media akut, tonsilitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya.
2. Faktor Malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat yaitu disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa),
monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Intoleransi laktosa merupakan
penyebab diare yang terpenting pada bayi dan anak. Sebagai solusi, si ibu bisa memberikan susu
formula tanpa laktosa atau susu kedelai. Disamping itu dapat pula terjadi malabsorbsi lemak dan
protein.
3. Faktor kebersihan makanan
Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan alergi terhadap
jenis makanan tertentu. Makanan dalam kaleng yang tidak dihangatkan terlebih dahulu juga
berpotensi untuk menimbulakan diare.
4. Faktor psikologis
Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas).
5. Terapi obat
Terdapat beberapa jenis terapi atau obat-obatan yang mencetus gejala diare seperti
sesetengah antibiotik, terapi kemoterapi, pemakaian antasida dan lain-lain. Namun begitu, gejala
PBL BLOK 16 Skenario 4

Page 4

diare ini tidak ditemukan pada semua orang yang memakai obat tersebut karena tahapa alergi
seseorang itu berbeda.
6. Tindakan operasi tertentu
Tindakan pengangkatan atau pembuangan suatu organ dalam tubuh kita juga dapat
menyebabkan efek samping yang biasanya terjadi adalah diare. Contohnya adalah gastrektomi,
gastroenterostomi dan sebagainya.
7. Faktor alergi
Sesetengah orang ada yang mengalami alergi terhapa suatu makanan yang diasumsi sama
ada disengajakan atau tidak disengajakan. Dampak alergi salah satu yang populer adalah diare
yang mungkin diakibatkan oleh alergi terhadap susu, kacang-kacangan, dan makanan-makanan
tertentu yang lain.2,6
Epidemiologi
Diare akut merupakan masalah umum ditemukan diseluruh dunia. Di Amerika Serikat,
keluhan diare menempati peringkat ketiga dari daftar keluhan pasien pada ruang praktek dokter,
sementara di beberapa rumah sakit di Indonesia data menunjukkan diare akut karena infeksi
terdapat peringkat pertama sehingga dari ke empat pasien dewasa yang datang berobat ke rumah
sakit.
Di negara maju diperkirakan insiden sekitar 0,5-2 episode/orang/tahun sedangkan
dinegara berkembang lebih dari itu. Di USA dengan penduduk sekitar 200 juta diperkirakan
99 juta episode diare akut pada dewasa terjadi setiap tahunnya.WHO memperkirakan ada sekitar
4 miliar kasus diare akut setiap tahun dengan mortalitas 3-4 juta pertahun.9 Bila angka itu
diterapkan di Indonesia, setiap tahun sekitar 100 juta episode diare pada orang dewasa per tahun.
Dari laporan surveilan terpadu tahun 1989 jumlah kasus diare didapatkan 13,3 % di
Puskesmas, di rumah sakit didapat 0,45% pada penderita rawat inap dan 0,05 % pasien rawat
jalan. Penyebab utama disentri di Indonesia adalah Shigella, Salmonela, Campylobacter jejuni,
PBL BLOK 16 Skenario 4

Page 5

Escherichia coli, dan Entamoeba histolytica. Disentri berat umumnya disebabkan oleh Shigella
dysentery, kadang-kadang dapat juga disebabkan oleh Shigella flexneri, Salmonella
dan Enteroinvasive Escherichia coli ( EIEC).
Beberapa faktor epidemiologis penting dipandang untuk mendekati pasien diare akut
yang disebabkan oleh infeksi. Makanan atau minuman terkontaminasi, berpergian, penggunaan
antibiotik, HIV positif atau AIDS, merupakan petunjuk penting dalam mengidentifikasi pasien
beresiko tinggi untuk diare infeksi.7,8
Patofisologi
Yang berperan pada terjadinya diare akut terutama karena infeksi yaitu faktor kausal
(agent) dan faktor penjamu (host). Faktor penjamu adalah kemampuan tubuh untuk
mempertahankan diri terhadap organisme yang dapat menimbulkan diare akut, teridiri-dari
faktor-faktor daya tangkis atau lingkungan internal saluran cerna antara lain: keasaman lambung,
motilitas usus, imunitas dan juga lingkungan mikroflora usus. Faktor kasual yaitu daya penetrasi
sel mukosa, kemampuan memproduksi toksin yang mempengaruhi sekresi cairan usus halus dan
daya lekat kuman.1
Patogenesis diare karena infeksi bakteri atau parasit adalah, diare karena bakteri non
invasif (tidak merusak mukosa usus) dan invasif (merusak mukosa usus). Bakteri non invasif
(enterotoksigenik) menyebabkan diare karena toksin yang disekresi oleh bakteri tersebut, yang
disebut diare toksigenik. Enterotoksin ini menyebabkan sekresi aktif anion klorida ke dalam
lumen usus yang diikuti oleh air, ion bikarbonat, kation natrium dan kalium. Bakteri invasif
(enterovasif) disebabkan oleh salmonella, shigella, yersinia, dimana terjadi kerusakan dinding
mukosa usus ulserasi dan nekrosis. Sifat diarenya eksudat sekretorik. Cairan diare dapat
tercampur lendir dan darah.9

Berikut adalah bakteri penyebab keracunan makanan (enterovasif) :

1. Salmonella
PBL BLOK 16 Skenario 4

Page 6

Salmonella merupakan penyakit zoonotik yang dapat terjadi dimana-mana. Penyakit ini
ditularkan kepada manusia melalui produk ternak yang terkontaminasi, seperti daging, susu,
telur. Tikus juga merupakan salah satu binatang penyebar penyakit melalui makanan. Binatang
ini mengontaminasi makanan melalui urin atau kotorannya.10
2. Shigella
Infeksi shigella hampir selalu terbatas disaluran cerna; jarang terjadi invasi ke aliran
darah. Shigella sangat mudah menular dosis infektifnya sekitar 10 3 organisme. Mikroabses yang
ditimbulkan pada kolon dan ileum terminalis menyebabkan nekrosis membrane mukosa, ulserasi
superficial, perdarahan dan terbentuknya pesudomembran pada area yang mengalami ulserasi.
Setelah periode inkubasi yang singkat (1-2) hari, mendadak timbul nyeri abdomen, demam, dan
diare cair. Diare disebabkan kerja ekstoksin di usus halus.11
3. Campylobacter
Infeksi diperoleh dari melalui jalur oral dari makanan, minuman atau kontak dengan
hewan atau produk hewani yang terinfeksi. Dosis infektifnya adalah 10 4 organisme. Organisme
ini menginvasi lapisan epitel usus halus sehingga terdapat eritrosit dan leukosit dalam feses.
Manifestasi klinis berupa awitan aku nyeri kram abdomen, diare bervolume banyak yang dapat
mengandung darah secara makroskopis, nyeri kepala, malaise, dan demam.11
Gejala Klinis
Gejala diare atau mencret adalah tinja yang encer dengan frekuensi 4x atau lebih dalam
sehari, yang kadang disertai dengan muntah, badan lesu atau lemah, panas, tidak ada nafsu
makan dan terdapat darah dan lendir dalam kotoran itu.
Rasa mual dan muntah-muntah dapat mendahului diare yang disebabkan oleh infeksi
virus. Infeksi bisa secara tiba-tiba menyebabkan diare, muntah, tinja berdarah, demam,
penurunan nafsu makan atau kelesuan.
Selain itu, dapat pula mengalami sakit perut dan kejang perut, serta gejala-gejala lain
seperti flu misalnya agak demam, nyeri otot atau kejang dan sakit kepala. Gangguan bakteri dan
parasit kadang-kadang menyebabkan tinja mengandung darah atau demam tinggi.

PBL BLOK 16 Skenario 4

Page 7

Diare bisa menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit (misalnya natrium dan kalium),
sehingga bayi menjadi rewel atau terjadi gangguan irama jantung maupun perdarahan otak.
Diare seringkali disertai oleh dehidrasi. Diare yang berlangsung lama tanpa penanganan
medis yang adekuat dapat menyebabkan kematian kerana kekurangan cairan di badan yang
mengakibatkan renjatan hipovolemik atau karena gangguan biokimiawi berupa asidosis
metabolik yang lanjut. Karena kehilangan cairan seseorang merasa haus, berat badan berkurang,
mata menjadi cekung, lidah kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit menurun serta suara
menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan oleh deplesi air yang isotonik.
Karena kehilangan bikarbonat, perbandingan bikarbonat berkurang, yang mengakibatkan
penurunana pH darah. Penurunan ini akan merangsang pusat penapasan sehingga frekuensi nafas
lebih cepat dan lebih dalam (Kussmaul). Reaksi ini adalah usaha tubuh untuk mengeluarkan
asam karbonat agar pH dapat naik kembali normal. Pada keadaan asidosis metabolik yang tidak
dikompensasi, bikarbonat standar juga rendah, pCO2 normal dan base excess sangat negatif.7
Medika Mentosa

Antimotilitas: loperamid, terbukti dapat memperpendek masa sakit, namun bisa terjadi

efek konstipasi.
Pengeras tinja: atapulgite maksimal 4800mg/hari, juga telah terbukti bermanfaat

memperpendek masa sakit.


Obat mikroba
Bila ditemukan tanda-tanda dari diare yang diduga enterovasif sperti demam, tenesmus,
disentri, banyak leukosit di feses, maka dapat diberikan terapi empiric anti mikroba.
Antibiotic pilihan untuk dugaan shigelosis, salmonelosis atau E. coli adalah seperti
siprofloksasin 2 x 500 mg, atau levofloksasin 1 x 500 mg selama 3-5 hari. Antibiotik
pilihan untuk giardiasis amebiasis adalah metronidazol 3 x 500 mg selama 7-10 hari.2

Non - Medika Mentosa


Non-medika mentosa yang dilakukan pada kasus diare adalah rehidrasi karena rehidrasi
memegang peranan penting akibat kehilangan cairan dan elektrolit akibat diare tersebut.

PBL BLOK 16 Skenario 4

Page 8

Zinc juga diperlukan, karena menurut riset zinc dapat membantu atau berpengaruh dalam
perbaikan sel epitel usus yang rusak (terutama akibat infeksi enterovasif).
Yang tidak kalah penting adalah kebersihan atau hygiene dari makanan, pembuat
makanan, alat makan. Karena itu merupakan penyebab utama dari penyakit diare yaitu makanan
yang terkontaminasi.2
Prognosis
Prognosis dari penyakit diare tergantung dari penyebab dari diare tersebut, jika
penyebabnya adalah bakteri, virus, malabsorbsi, parasit namun di tangani dengan cepat dan tepat
maka prognosis yang didapat adalah baik. Karena jika terlambat pasien dapat meninggal akibat
dehidrasi atau gangguan Ph karena keluarnya cairan dan bikarbonat dalam tubuh.
Kesimpulan
Diare akut merupakan penyakit yang multifaktor dan merupakan penyakit yang dapat
dikatakan diderita hampir seluruh individu, salah satu faktor terbesar adalah faktor infeksi.
Namun jika penderita ditangani dengan cepat dan tepat maka penyakit ini dapat dikendalikan.
Tidak lupa juga kita harus memerhatikan vektor-vektor seperti lalat, kecoa, dan lain-lain. Dan
juga kebersihan makanan, alat makan, dan penyaji makanan.

PBL BLOK 16 Skenario 4

Page 9

Daftar Pustaka
1. Sudoyo AW, Setyohadi B, Idrus A, Sumadibrata MK, Setiati S. Buku ajar penyakit
dalam.Jilid 3.Edisi 5. Jakarta: Internal Publishing; 2009.h.548-52.
2. Ndraha Suzanna. Bahan ajar gastroenterohepatologi. Jakarta: Bagian Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran UKRIDA; 2013.h.41.
3.

Lung E, Acute diarrheal disease. In: Friedman SL, McQuaid KR, Grendell JH,editors.
Current diagnosis and treatment in gastroenterology. 2nd edition. New York : Lange
medical books;2003.h.131 50.

4. Jones ACC, Farthing MJG. Management of infectious diarrhoea. Gut;2004.h.296-305.


5. Tim pendidikan medik pemberantasan diare. Buku ajar diare. Pegangan bagi mahasiswa.
Jakarta: Departemen kesehatan republik indonesia, Direktorat jenderal pemberantasan
penyakit menular dan penyehatan lingkungan pemukiman. 1999.
6. Behrman Richard et all. Nelson textbook of pediatrics, Sanders : Phyladelpia, 2009.
7. Hendarwanto. Diare akut karena infeksi, Dalam: Waspadji S, Rachman AM, Lesmana
LA, dkk, editor. Buku ajar ilmu penyakit dalam Jilid I. Edisi ketiga. Jakarta: Pusat
informasi dan penerbit bagian ilmu penyakit dalam : FKUI ; 1996.h.451-57.
8. Soewondo ES. Penatalaksanaan diare akut akibat infeksi (Infectious Diarrhoea). Dalam :
Suharto, Hadi U, Nasronudin, editor. Seri penyakit tropik infeksi perkembangan terkini
dalam pengelolaan beberapa penyakit tropik infeksi. Surabaya : Airlangga University
Press, 2002.h.3440.
9. Ahlquist DA, Camilleri M. Diarrhea and constipation. Dalam: Kasper, Brauwald, Fauci,
Hauser, Longo, Jameson. Horrisons Principles of Internal Medicine. 16 thed. New York:
McGrawHill; 2005.h.224-31.
10. Chandra Budiman. Pengantar kesehatan lingkungan. Jakrta: EGC; 2007.h.106.
11. Brooks GF, Caroll KC, Butel JS, Morse SA, Mietzner TA. Mikrobiologi kedokteran.
Edisi ke 25. Jakarta: EGC; 2010.h.231-53.

PBL BLOK 16 Skenario 4

Page 10

Anda mungkin juga menyukai