Bab 2 Landasan Teori
Bab 2 Landasan Teori
Suatu karya tulis terbentuk berdasar pada buah pikiran yang dikemas oleh bahasa
dengan hasil akhir berupa suatu karya yang memiliki nilai untuk dijadikan bagian dari suatu
budaya. Bahasa yang berperan sebagai penghubung antara buah pikiran penulis dengan
subyek (dalam hal ini para pembaca) sebaiknya disesuaikan dengan ketentuan tertentu.
Ketentuan tersebut haruslah mempunyai karakteristik yang kuat sebagai suatu pedoman
dalam penulisan karya tulis. Dan dengan kedudukannya sebagai suatu pedoman, ia harus
mempunyai sifat universal, suatu sifat yang dapat dijadikan panduan umum bagi
keseluruhan karya tulis dan dapat dipahami oleh semua pembaca (yang beragam suku,
budaya dan bahasa daerah). Demikianlah, ketentuan tersebut dikumpulkan dan dibuat
menjadi sebuah sebuah pedoman baku yang dikenal sebagai EYD.
Bila melihat uraian sebelumnya, dapat diketahui bahwa EYD dan bahasa (dalam hal
ini bahasa Indonesia) adalah suatu hal yang saling berkaitan dan mendukung satu sama
lainnya. Dengan adanya EYD, bahasa menghasilkan rangkaian kata yang dapat membentuk
karya tulis dengan ketentuan yang universal sesuai dengan pedoman baku tanpa
menghilangkan nilai-nilai estetika yang ada. EYD pun tidak dapat berdiri sendiri tanpa
bahasa, EYD membutuhkan bahasa dalam penerapannya di dalam karya tulis. Seperti di
dalam sebuah balapan mobil, mobil balap membutuhkan lintasan balap untuk melakukan
balapan dan lintasan balapan membutuhkan mobil balap agar terjadi balapan. Itulah
gambaran antara keterkaitan bahasa dan EYD satu sama lainnya.
1) Pemakaian Huruf
Ejaan bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD) dikenal paling banyak menggunakan
huruf abjad. Pemakaian huruf tersebut dibagi menjadi 5. Pertama adalah huruf abjad yang
digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia. Kedua huruf vocal yang melambangkan vokal
dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, e, i, o, dan u. Ketiga adalah huruf konsonan
yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf-huruf b, c, d, f, g,
h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z. Keempat adalah huruf diftong yang terdiri dari
ai, au, dan oi. Yang terakhir adalah gabungan huruf konsonan di dalam bahasa Indonesia
terdapat empat gabungan huruf yang melambangkan konsonan, yaitu : kh, ng, ny, dan
sy.Masing-masing melambangkan satu bunyi konsonan.
2) Penulisan Huruf
Dua hal yang harus diperhatikan dalam penulisan huruf berdasarkan EYD, yaitu (1)
penulisan huruf besar, dan (2) penulisan huruf miring. Lebih jelasnya dapat dilihat pada
pembahasan berikut :
a. Penulisan Huruf Besar (Kapital)
Kaidah penulisan huruf besar dapat digunakan dalam beberapa hal, yaitu :\
1. Digunakan sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
2. Digunakan sebagai huruf pertama petikan langsung.
3. Digunakan sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama
Tuhan, kata ganti Tuhan, dan nama kitab suci.
4. Digunakan sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan , keturunan, keagamaan yang
diikuti nama orang.
5. Digunakan sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama
orang, pengganti nama orang tertentu, nama instansi, dan nama tempat.
6. Digunakan sebagai huruf pertama unsur nama orang.
7. Digunakan sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan nama bahasa.
8. Digunakan sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa
sejarah.
9. Digunakan sebagai huruf pertama nama geografi unsur nama diri.
10. Digunakan sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintah,
ketatanegaraan, dan nama dokumen resmi, kecuali terdapat kata penghubung.
11. Digunakan sebagai huruf pertama penunjuk kekerabatan atau sapaan dan pengacuan.
12. Digunakan sebagai huruf pertama kata ganti Anda.
13. Digunakan sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat dan sapaan.
14. Digunakan sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat
pada nama badan lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi.
15. Digunakan sebagai huruf pertama semua kata di dalam judul, majalah, surat kabar, dan
karangan ilmiah lainnya, kecuali kata depan dan kata penghubung.
b. Penulisan Huruf Miring
Huruf miring digunakan untuk :
1) Menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
2) Menegaskan dan mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, dan kelompok kata.
3) Menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan asing.
3) Penulisan Kata
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan kata, yaitu :
1. Kata Dasar
Kata dasar adalah kata yang belum mengalami perubahan bentuk, yang ditulis sebagai
suatu kesatuan.
2. Kata Turunan (Kata berimbuhan)
gabungan kata yang dianggap padu sebagai satu kata, seperti kepada dan daripada.
7. Kata Sandang (si dan sang)
Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
8. Partikel
Partikel merupakan kata tugas yang mempunyai bentuk yang khusus, yaitu sangat ringkas
atau kecil dengan mempunyai fungsi-fungsi tertentu. Kaidah penulisan partikel sebagai
berikut :
Partikel lah, -kah, dan tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya kecuali yang dianggap sudah
menyatu.
Partikel per yang berarti memulai, dari dan setiap. Partikel per ditulis terpisah dengan
bagian-bagian kalimat yang mendampinginya.
9. Singkatan dan Akronim
Singkatan adalah nama bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu kata atau lebih.
Akronim adalah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata,
ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata.
10. Angka dan Lambang Bilangan
Dalam bahasa Indonesia ada dua macam angka yang lazim digunakan , yaitu : (1) Angka
Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, dan (2) Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII,
IX, X.
Lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut :
1) Bilangan utuh.
2) Bilangan pecahan.
3) Bilangan tingkat.
7) Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan
huruf, kecuali beberapa dipakai secara berurutan seperti dalam perincian atau pemaparan.
4) Penulisan Unsur Serapan
Dalam hal penulisan unsur serapan dalam bahasa Indonesia, sebagian ahli bahasa Indonesia
menganggap belum stabil dan konsisten. Dikatakan demikian karena pemakai bahasa
Indonesia sering begitu saja menyerap unsur asing tanpa memperhatikan aturan, situasi, dan
kondisi yang ada. Pemakai bahasa seenaknya menggunakan kata asing tanpa memproses
sesuai dengan aturan yang telah diterapkan.
Penyerapan unsur asing dalam pemakaian bahasa indonesia dibenarkan, sepanjang : (a)
konsep yang terdapat dalam unsur asing itu tidak ada dalam bahasa Indonesia, dan (b)
unsur asing itu merupakan istilah teknis sehingga tidak ada yang layak mewakili dalam
bahasa Indonesia, akhirnya dibenarkan, diterima, atau dipakai dalam bahasa Indonesia.
sebaliknya apabila dalam bahasa Indonesia sudah ada unsur yang mewakili konsep tersebut,
maka penyerapan unsur asing itu tidak perlu diterima.
Menerima unsur asing dalam perbendaharaan bahasa Indonesia bukan berarti bahasa
Indonesia ketinggalan atau miskin kosakata. Penyerapan unsur serapan asing merupakan
hal yang biasa, dianggap sebagai suatu variasi dalam penggunaan bahasa Indonesia. Hal itu
terjadi karena setiap bahasa mendukung kebudayaan pemakainya. Sedangkan kebudayaan
setiap penutur bahasa berbeda-beda anatar satu dengan yang lain. Maka dalam hal ini dapat
terjadi saling mempengaruhi yang biasa disebut akulturasi. Sebagai contoh dalam
masyarakat penutur bahasa Indonesia tidak mengenal konsep radio dan televisi, maka
diseraplah dari bahasa asing (Inggris). Begitu pula sebaliknya, di Inggris tidak mengenal
adanya konsep bambu dan sarung, maka mereka menyerap bahasa Indonesia itu dalam
bahasa Inggris.
Berdasarkan taraf integritasnya, unsur serapan dalam bahasa Indonesia dikelompokkan dua
bagian, yaitu :
1. Secara adopsi, yaitu apabila unsur asing itu diserap sepenuhnya secara utuh, baik tulisan
maupun ucapan, tidak mengalami perubahan. Contoh yang tergolong secara adopsi, yaitu :
editor, civitas academica, de facto, bridge.
2. Secara adaptasi, yaitu apabila unsur asing itu sudah disesuaikan ke dlaam kaidah bahasa
Indonesia, baik pengucapannya maupun penulisannya. Salah satu contoh yang tergolong
secara adaptasi, yaitu : ekspor, material, sistem, atlet, manajemen, koordinasi, fungsi.
5) Pemakaian Tanda Baca
1. Tanda Titik (.)
Penulisan tanda titik di pakai pada :
Akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan
Akhir singkatan nama orang.
Akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan.
Singkatan atau ungkapan yang sudah sangat umum.
Bila singkatan itu terdiri atas tiga huruf atau lebih dipakai satu tanda titik saja.
Dipakai untuk memisahkan bilangan atau kelipatannya.
Memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu.
Dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.
Tidak dipakai pada akhir judulyang merupakan kepala karangan atau ilustrasi dan tabel.