Anda di halaman 1dari 30

I.

PENDAHULUAN
Selama masa kehamilan, pada wanita akan terjadi perubahan-perubahan
anatomis, fisiologis dan biokimiawi yang melibatkan hampir seluruh organ dan
sistem organ ibu. Perubahan-perubahan ini merupakan hasil proses adaptasi
terhadap stimuli fisiologis yang berasal dari janin dan jaringan kehamilan.
Proses adaptasi yang menghasilkan perubahan-perubahan fisiologis ini
sebagian besar terjadi setelah fertilisasi dan terus berlanjut sepanjang masa
kehamilan. Sebagian besar sistem yang mengalami perubahan ini akan
berangsur-angsur kembali ke keadaan sebelum hamil, dimulai segera setelah
melahirkan sampai 6 minggu post partum.
Pemahaman tentang perubahan-perubahan fisiologis yang terjadi pada
ibu hamil ini penting untuk diketahui, dan selanjutnya dapat dipergunakan untuk
memahami proses-proses penyakit yang diinduksi oleh kehamilan atau yang
terjadi selama kehamilan dan masa nifas.

II.PEMBAHASAN
II.1 PERUBAHAN PADA UTERUS
Uterus mempunyai kemampuan yang luar biasa untuk dapat bertambah
besar dengan cepat pada kehamilan dan kemudian kembali lagi ke keadaan
hampir seperti sebalum hamil dalam beberapa minggu setelah melahirkan,
dimana pada bulan-bulan awal kehamilan dipengaruhi oleh pengaruh estrogen
dan progesteron yang kadarnya meningkat. Sebagai bahan perbandingan,
uterus dalam keadaan tidak hamil mempunyai berat sekitar 70 gram dan
volumenya sekitar 10 mL, sedangkan pada keadaan hamil aterm beratnya dapat
mencapai 1100 gram dan volumenya dapat mencapai 5 L, bahkan dapat
mencapai 20 L atau lebih, sehingga pada akhir kehamilan uterus telah mencapai
500 sampai 1000 kali lebih besar dibanding kapasitas pada saat tidak hamil.
Selama kehamilan, pembesaran uterus meliputi peregangan dan hipertrofi
yang luar biasa dari sel-sel otot polos uterus, disamping itu serabut-serabut
kolagen yang ada pun menjadi higroskopis akibat meningkatnya kadar estrogen
sehingga uterus dapat terus mengikuti perkembangan janin. Bersamaan dengan
itu terjadi pertambahan ukuran dan jumlah pembuluh darah dan pembuluh
limfatik. Vena-vena yang mengalirkan darah di sisi placenta berubah menjadi
sinus-sinus

besar. Terdapat

pula

hipertrofi

serabut-serabut

saraf

yang

mengakibatkan bertambah besarnya ukuran ganglion cervicalis Frankenhauser.


Seperti yang telah disebutkan di atas, bahwa selama bulan-bulan pertama
kehamilan, hipertrofi dinding uterus mungkin terutama disebabkan oleh
rangsangan estrogen dan progesteron. Tetapi setelah bulan ketiga, pertambahan
ukuran uterus sebagian besar dikaitkan dengan efek-efek tekanan yang
disebabkan oleh janin yang semakin besar.
Selama beberapa bulan pertama kehamilan, dinding uterus menjadi lebih
tebal, tetapi sejalan dengan tuanya kehamilan, dinding tersebut makin menipis.

Pada usia kehamilan aterm, sebagian besar dinding corpus uteri tebalnya kurang
dari 1,5 cm.
Pada awal kehamilan, uterus kehilangan kekakuan dan resistensi yang
biasanya khas untuk organ yang tidak hamil. Pada bulan-bulan terakhir
kehamilan, uterus berubah menjadi suatu kantung muskuler dengan dinding
yang berlekuk-lekuk, lunak dan tipis sehingga janin biasanya dapat dipalpasi
melalui

dinding

abdomen

dan

dapat

menghantarkan

gerakan-gerakan

ekstremitas janin.
Uterus membesar dengan tidak simetris. Pembesaran paling mencolok di
daerah fundus uteri. Posisi placenta juga mempengaruhi hipertrofi uterus, karena
bagian uterus di sekitar tempat insersi placenta membesar lebih cepat
dibandingkan dengan bagian yang lebih distal. Keadaan ini dikenal sebagai
tanda Piskasek.
Selama minggu-minggu pertama kehamilan, bentuk asli uterus yang
menyerupai buah pir dipertahankan, tetapi ketika usia kehamilan bertambah
bentuk korpus dan fundus uteri menjadi hampir bulat. Pada kehamilan 4 bulan
uterus berbentuk bulat. Selanjutnya pada kehamilan yang semakin tua
pertumbuhan panjang uterus menjadi lebih cepat dibandingkan lebarnya.
sehingga bentuknya hampir ovoid.
Untuk gambaran uterus pada wanita tidak hamil kira-kira sebesar telur
ayam, pada kehamilan 8 minggu uterus membesar sebesar telur bebek, dan
pada kehamilan 12 minggu besar uterus menjadi sebesar telur angsa. Pada saat
ini fundus uteri telah dapat diraba dari luar, di atas simphisis.dan pada akhir
minggu ke 12 uterus sudah menjadi terlalu besar untuk tetap seluruhnya dalam
rongga pelvis, sehingga memasuki rongga abdomen dan menempel pada
dinding abdomen bagian anterior, menyisihkan usus ke lateral dan ke atas.
Sejak trimester pertama kehamilan, uterus mengalami kontraksi yang
tidak teratur (kontraksi Braxton Hicks) yang dapat berlanjut sampai akhir
kehamilan dan frekwensinya bertambah pada 1-2 minggu terakhir kehamilan
sehingga sering menimbulkan perasaan tidak enak. Kontraksi-kontraksi seperti
ini sering disebut his persalinan palsu.

Selain itu, pada minggu-minggu pertama kehamilan, istmus uteri


mengadakan hipertrofi seperti corpus uteri. Hipertrofi istmus pada triwulan
pertama membuat istmus menjadi panjang dan lebih lunak. Hal ini dikenal dalam
obstetri sebagai tanda Hegar.
Pada kehamilan 16 minggu cavum uteri diisi oleh ruang amnion yang
berisi janin, dan istmus menjadi bagian corpus uteri. Pada kehamilan 16 minggu
besar uterus kira-kira sebesar kepala bayi, atau sebesar tinju orang dewasa. Dari
luar, fundus uteri kira-kira terletak pada pertengahan pusat dan simphisis.
Pada kehamilan 20 minggu, fundus uteri kira-kira berada di pinggir bawah
pusat, sedangkan pada kehamilan 24 minggu fundus uteri berada tepat di pinggir
atas pusat. Pada kehamilan 28 minggu fundus uteri terletak kira-kira 3 jari di atas
pusat atau sepertiga jarak antara pusat ke prossesus xiphoideus. Pada
kehamilan 32 minggu, fundus uteri terletak pada pertengahan antara pusat dan
prossesus xiphoideus. Pada kehamilan 36 minggu fundus uteri terletak kira-kira
1 jari di bawah prossesus xiphoideus. Pada saat ini kepala bayi masih berada di
pintu atas panggul. Pemeriksaan tinggi fundus selain dapat menaksir umur
kehamilan, juga dapat digunakan sebagai taksiran berat badan janin.

II.2 PERUBAHAN PADA CERVIX


Cervix uteri pada kehamilan juga mengalami perubahan karena hormon
estrogen. Sejak 1 bulan setelah terjadinya konsepsi dapat terlihat adanya
perlunakan dan sianosis dari cervix uteri, yang disebabkan oleh bertambahnya
vaskularisasi, hipertrofi dan hiperplasia kelenjar cervix, dan oedema pada cervix.
Perubahan-perubahan ini merupakan dua dari tanda fisik kehamilan yang paling
dini. Kelenjar endocervical membesar dan mengeluarkan banyak mukus yang
sangat kental dan menyumbat canalis cervicalis. Pada saat permulaan
persalinan, sumbatan mukus ini terdorong keluar sehingga menimbulkan bloody
show.
Yang disebut erosi cervix sering terjadi selama kehamilan. Lesi-lesi ini
biasanya memberikan gambaran merah dan seperti beludru serta tertutup oleh
epitel silinder, yang menyebar dari ostium eksterna untuk meliputi portio vaginalis
cervix dengan derajat yang berbeda-beda. Seringnya erosi cervix yang terjadi
pada kehamilan bukanlah sesuatu yang abnormal, melainkan merupakan
gambaran perluasan, atau eversi, dari kelenjar-kelenjar endocervix yang sedang
berproliferasi dan epitel endocervix silinder. Meskipun istilah erosi mengesankan
"penggerogotan" atau ulcerasi epitel pelapisnya, pada kehamilan jarang
disebabkan oleh peradangan.

II.3 PERUBAHAN PADA ADNEXA


Ovarium
Ovulasi dan proses pematangan folikel terhenti selama kehamilan. Pada
ovarium wanita hamil biasanya hanya dapat ditemukan satu corpus luteum
graviditatum. Corpus luteum ini akan berfungsi maksimal dalam menghasilkan
progesteron pada 6 sampai 7 minggu pertama kehamilan untuk kemudian
peranannya semakain berkurang dan diambil alih oleh placenta.

Tuba Fallopii
Susunan otot polos pada tuba fallopii mengalami sedikit hipertrofi selama
kehamilan, dan epitelnya berubah menjadi epitel gepeng. Sel-sel decidua dapat
berkembang di dalam stroma endosalphing, tetapi suatu mambran decidua
kontinue tidak terbentuk.

II.4 PERUBAHAN PADA VULVA, VAGINA DAN


PERINEUM
Selama kehamilan, pada perineum dan vulva terjadi peningkatan
vaskularisasi dan hiperemia pada otot dan kulit, disertai perlunakan jaringan ikat.
Peningkatan

vaskularisasi

yang

mencolok

terjadi

pada

vagina

yang

menyebabkan terjadinya peningkatan sekresi mukus dan perubahan warna


mukosa menjadi ungu (tanda Chadwick). Hal ini terjadi karena oksigenasi dan
nutrisi pada alat-alat genital tersebut meningkat. Mukosa dinding vagina menjadi
bertambah tebal, jaringan ikat mengendur dan sel-sel otot polosnya mengalami
hipertrofi sehingga vagina siap berdistensi sewaktu persalinan.
Terjadi peningkatan sekresi vagina dan cervix berupa cairan putih kental,
sebagai akibat meningkatnya produksi asam laktat dari glikogen dalam sel-sel
epitel vagina yang dilakukan oleh bakteri Lactobacillus acidophilus, maka
suasana epitel vagina menjadi asam dengan pH 3,5 - 6. Suasana asam tersebut
membantu mengendalikan kecepatan multiplikasi bakteri-bakteri patologis pada
vagina.

II.5 PERUBAHAN PADA DINDING ABDOMEN DAN KULIT


Pada bulan-bulan terakhir kehamilan, biasanya timbul garis-garis sedikit
cekung berwarna kemerahan pada kulit di daerah abdomen, mammae, dan
paha, yang disebut Striae gravidarum. Hal ini disebabkan karena adanya
pembesaran

uterus

yang

menimbulkan

peregangan

yang

kemudian

menimbulkan robekan selaput elastik di bawah kulit. Striae gravidarum ini terjadi
pada sekitar 50% dari seluruh wanita hamil.
Pada multipara, disamping striae kemerahan pada kehamilan sekarang,
sering terlihat juga garis-garis putih mengkilat yang merupakan sikatriks dari
striae pada kehamilan sebelumnya.
Pada banyak wanita, Linea alba jelas menjadi berpigmen, berwarna
merah kecoklatan yang disebut Linea nigra.
Kadang-kadang terdapat bercak-bercak kecoklatan tak teratur dengan
berbagai ukuran yang terlihat pada kulit wajah dan leher, yang disebut Cloasma
gravidarum. Hal ini terjadi karena adanya perangsangan oleh estrogen dan
progesteron selama kehamilan yang mengakibatkan hipertrofi lobus medius
hipofise sehingga terjadi peningkatan pelepasan -endorfin dan juga -MSH
yang efeknya adalah perangsangan melanosit.
Pada kulit wajah dan leher wanita hamil sering timbul bintik-bintik kecil
berwarna merah yang menonjol yang disebut angioma. Angioma, disebut juga
vascular spiders, timbul pada sekitar dua pertiga wanita kulit putih dan kira-kira
10 persen wanita kulit hitam selama kehamilan. Angioma biasa didapatkan pada
daerah wajah, leher, dada, dan lengan. Palmar erythema juga sering dijumpai
pada kehamilan. Kedua kondisi ini sering terjadi bersamaan tetapi tidak ada
kepentingan klinis, dan menghilang pada kebanyakan wanita segera setelah
terminasi kehamilan. Insiden vascular spiders dan palmar erythema yang tinggi
pada kehamiman, paling mungkin merupakan akibat hiperesterogenemia
kehamilan.

II.6 PERUBAHAN PADA MAMMAE


Pada minggu-minggu pertama kehamilan ibu sering merasa sakit dan
gatal pada mammae.
Setelah bulan kedua, mammae bertambah besar dan menjadi noduler
akibat adanya hipertrofi alveoli mammae. Karena mammae bertambah besar,
maka vena-vena halus pada mammae terlihat lebih ke arah permukaan kulit.
Puting susu menjadi bertambah besar, berpigmen lebih gelap dan lebih
erektil. Pada pertengahan sampai akhir kehamilan bila puting susu ditekan akan
keluar cairan kental berwarna kekuning-kuningan yang disebut colostrum.
Areola mammae menjadi lebih lebar dan berpigmen lebih gelap. Di daerah
areola mammae tersebar tonjolan-tonjolan kecil yang

disebut Kelenjar

Mongomery, yang merupakan kelenjar sebasea.


Jika penambahan ukuran mammae selama hamil sangat besar, maka
akan timbul striae yang serupa dengan yang terdapat pada dinding abdomen.
Perubahan-perubahan yang terjadi pada mammae disebabkan oleh
hormon

somatomammotropin,

estrogen,

dan

progesteron.

Estrogen

menimbulkan hipertrofi sistem saluran, progesteron menyebabkan penambahan


sel-sel

asinus

pada

mammae.

Somatomammotropin

mempengaruhi

pertumbuhan sel-sel asinus pula dan menimbulkan perubahan dalam sel-sel,


sehingga tebentuk kasein, laktalbumin, dan laktoglobulin. Dengan demikian
mammae dipersiapkan untuk masa laktasi. Disamping itu progesteron dan
somatomammotropin juga berperan dalam pembentukkan lemak di sekitar
kelompok-kelompok alveolus, sehingga mammae menjadi lebih besar.

II. 7 PERUBAHAN-PERUBAHAN METABOLIK


Umumnya kehamilan mempunyai efek terhadap metabolisme. Oleh
karena itu wanita hamil perlu mendapat perhatian khusus dalam hal makanan
yang bergizi dan harus menjaga kondisinya agar senantiasa dalam keadaan
sehat.
Tingkat metabolisme basal (BMR) pada wanita hamil meningkat hingga
15-20%, terutama pada trimester terakhir.
Respons wanita hamil terhadap cepatnya pertumbuhan janin dan placenta
mengakibatkan

perubahan-perubahan

metabolisme

yang

sangat

besar.

Perubahan-perubahan metabolisme yang terjadi antara lain :

Penambahan Berat Badan


Sebagian besar penambahan berat badan selama hamil merupakan
akibat dari penambahan massa uterus dan isinya, mammae, bertambahnya
volume darah, cairan ekstraseluler dan ekstravaskuler.
Penyebab lain penambahan berat badan pada wanita hamil adalah
perubahan metabolisme yang berakibat bertambahnya cairan intraseluler dan
penumpukan lemak serta protein yang disebut sebagai cadangan ibu.
Menurut

beberapa

penelitian,

selama

kehamilan

berat

badan

ibubertambah rata-rata sebanyak 11 Kg (10-12 Kg). Pada trimester pertama ratarata penambahan berat badan ibu adalah 1 Kg, dan pada dua trimester
berikutnya rata-rata 5 Kg tiap trimesternya.

Tabel Distribusi Pertambahan Berat Badan Selama Kehamilan...

10

Tabel Distribusi Pertambahan Berat Badan Selama Kehamilan


Pertambahan Berat Badan dalam Gram sampai :
Jaringan/cairan
10 mgg
20 mgg
30 mgg
Janin
5
300
1500
Placenta
20
170
430
Cairan amnion
30
350
750
Uterus
140
320
600
Payudara
45
180
360
Darah
100
600
1300
Cairan Ekstravaskuler
0
30
80
Ekstraseluler (tanpa edema)
Subtotal
Cadangan ibu
Penambahan berat badan total

340
310
650

1950
2050
4000

5020
3480
8500

40 mgg
3400
650
800
970
405
1250
1680
9155
3345
12500

Metabolisme Air
Retensi air yang

meningkat pada kehamilan disebabkan oleh

menurunnya osmolalitas plasma sekitar 10 milliosmol per Kg yang disebabkan


oleh pengaturan kembali ambang osmotik untuk rasa haus dan sekresi
vasopressin. Pada usia kehamilan cukup bulan, kandungan air dari janin,
placenta dan cairan amnion berjumlah sekitar 3,5 L. Selain itu sekitar 3 L air
terkumpul akibat penambahan volume darah, ukuran uterus, dan mammae. Jadi
jumlah minimum ekstra air yang terdapat dalam tubuh wanita hamil selama
kehamilan adalah sekitar 6,5 L.
Pada sebagian besar wanita hamil, pitting edema jelas terlihat pada
pergelangan kaki dan tungkai bawah, terutama pada sore hari menjelang tidur.
Pengumpulan cairan ini berjumlah sekitar 1 L, disebabkan oleh meningkatnya
tekanan vena di bagian yang lebih rendah dari uterus akibat sumbatan parsial
vena cava inferior oleh uterus yang membesar. Edema pada akhir kehamilan
juga terjadi akibat penurunan tekanan osmotik koloid interstitial.

Metabolisme Protein
Produk-produk konsepsi, uterus, dan darah ibu hamil relatif lebih kaya
akan protein dibandingkan lemak dan karbohidrat. Pada saat kehamilan cukup
bulan, jumlah berat janin dan placenta sekitar 4 Kg, dan mengandung sekitar 500
11

gram protein atau sekitar separuh dari penambahan total yang normalnya
ditimbulkan pada kehamilan. 500 gram protein sisanya terdapat dalam uterus
sebagai protein kontraktil, dalam kelenjar-kelenjar mammae, dan dalam darah
ibu sebagai hemoglobin dan protein plasma. Kebutuhan akan protein besar
sekali untuk perkembangan fetus, alat kandungan, mammae, tubuh ibu, dan
persiapan laktasi.
Sama pentingnya dengan bertambahnya protein pada kehamilan adalah
mengkonsumsi sumber makanan yang cukup mengandung energi, seperti
karbohidrat dan lemak. Kerena jika makanan ini tidak dikonsumsi dalam jumlah
energi yang cukup, maka kebutuhan energi ibu harus dipenuhi dengan
katabolisme simpanan protein ibu. Karena itu, dengan semakin bertambahnya
asupan lemak dan karbohidrat sebagai sumber energi, maka diperlukan protein
diet yang lebih sedikit untuk memelihara keseimbangan nitrogen positif. Suatu
penelitian yang dilakukan di Guatemala membuktikan dengan suplemen diet
yang hanya mengandung energi, berhasil mengurangi angka kematian bayi
sampai separuhnya. Penemuan ini adalah penting dan cocok dengan pandangan
bahwa konsep "kalori kosong" atau "kalori non nutrisi" tidak benar (setidaknya
selama kehamilan).
Konsentrasi beberapa jenis protein plasma juga berubah pada kehamilan.
Konsentrasi albumin menurun, sementara fibrinogen naik. Konsentrasi IgG, IgA,
dan

IgM

agak

menurun.

Konsentrasi

1-antitripsin,

2-makroglobulin,

seruloplasmin, dan transferin semuanya meningkat, tetapi komponen C 3 dan


hepatoglobulin tampaknya tidak berubah. WHO menganjurkan intake protein
basal untuk wanita hamil sebanyak 38 gr per hari.

Metabolisme Karbohidrat
Kehamilan merupakan keadaan diabetogenik potensial. Diabetes mellitus
dapat

bertambah

parah

pada

kehamilan.

Oleh

karena

itu

perubahan

metabolisme karbohidrat dan insulin pada wanita hamil perlu diperhatikan.


12

Seorang wanita hamil sering merasa haus, nafsu makan meningkat, sering
kencing, kadang-kadang dijumpai glukosuria.
Progesteron, kalau diberikan pada orang dewasa yang tidak hamil dalam
jumlah yang sama dengan yang diproduksi selama kehamilan, mengakibatkan
meningkatnya konsentrasi insulin basal dan respons serupa dengan tantangan
glukosa oral seperti pada wanita hamil normal.
Kadar basal insulin plasma yang meningkat yang ditemukan pada
kehamilan normal, dihubungkan dengan beberapa respons unik terhadap
pemasukan

glukosa

oral,

terdapat

pemanjangan

hiperglikemia

dan

hiperinsulinemia pada wanita hamil dengan penekanan glukagon yang kebih


besar. Tujuan dari mekanisme itu adalah untuk menjamin pemanjangan dan
pemeliharaan suplai glukosa postprandial kepada janin. Respons ini cocok
dengan keadaan resistensi perifer yang diinduksi kehamilan terhadap insulin.
Adanya

peningkatan

resistensi

jaringan

terhadap

insulin

selama

kehamilan dapat dijelaskan sebagai berikut :


* Respons insulin terhadap glukosa meningkat (kadarnya dalam plasma
dan lamanya waktu paruhnya bertambah)
* Asupan perifer glukosa menurun
* Respons glukagon ditekan.
Estrogen dan progesteron yang mungkin bekerja secara langsung
maupun tidak langsung ikut menimbulkan resistensi terhadap insulin.

Metabolisme Lemak
Konsentrasi lipid, lipoprotein apolipoprotein dalam plasma meningkat
cukup besar selama kehamilan. Kadar lipid plasma meningkat terus selama
kehamilan.

13

Kadar kolesterol LDL-C mencapai puncak pada sekitar minggu ke-36. Hal
ini disebabkan oleh efek dari ekstradiol dan progesteron. HDL-C mencapai
puncaknya pada sekitar minggu ke-32 dan tetap konstan selama sisa masa
kehamilan. Hal ini diduga karena efek dari hormon estrogen.
Menurunnya LDL-C sebelum cukup bulan sebanding dengan turunnya
estradiol/ progesteron. Hal ini diduga akibat penggunaan LDL-C untuk produksi
progesteron placenta, karena perubahan ratio estradiol/ progesteron pada
prinsipnya disebabkan oleh meningkatnya progesteron relatif terhadap estradiol.
Sedangkan HDL-C menurun setelah minggu ke 22 sampai 24, bertepatan
dengan mulainya peningkatan resistensi terhadap insulin, dan meningkatnya
konsentrasi insulin plasma. Karena itu, konsentrasi HDL-C dapat dikontrol,
sebagian, oleh insulin.
Hormon somato-mammotropin mempunyai peranan dalam pembentukkan
lemak dalam jaringan mammae. Deposit lemak lainnya terdapat di daerah perut,
paha dan lengan.
Setelah melahirkan maka konsentrasi lipid, lipoprotein, dan apolipoprotein
menurun dengan kecepatan berbeda. Laktasi mempercepat proses turunnya
konsentrasi lipoprotein tersebut.

Keseimbangan Asam-Basa dan Elektrolit


Terjadi perubahan konsentrasi :
Alkali:

menurun dari 155 mEq perliter pada waktu tidak hamil, menjadi 145
mEq perliter selama hamil.

Natrium:

menurun dari 142 mEq perliter pada waktu tidak hamil, menjadi 135
mEq perliter selama hamil.

Bikarbonat: menurun dari 25 mEq perliter pada waktu tidak hamil, menjadi 22
mEq perliter selama hamil.
Wanita hamil biasanya mengalami hiperventilasi, dan hal ini menyebabkan
alkalosis

respiratorik

melalui

penurunan

bikarbonat

plasma,

sehingga

menyebabkan hanya sedikit peningkatan pH darah.

14

Meskipun penumpukan natrium dan kalium selama kehamilan cukup


besar, konsentrasi serum elektrolit ini menurun. Pada kehamilan normal, hampir
1000 mEq natrium, dan 300 mEq kalium ditahan dalam tubuh. Penelitian Brown
dkk menunjukkan bahwa ekskresi natrium dan kalium selama kehamilan ternyata
tidak berubah.

II.8 PERUBAHAN HEMATOLOGI


Volume Darah
Volume darah ibu meningkat sekitar 25% selama kehamilan. Hipervolemia
ini bertujuan untuk :

15

* memenuhi kebutuhan uterus yang membesar dengan hipertrofi sistem


kardiovaskulernya.
* melindungi ibu dari efek yang merugikan karena kehilangan darah saat
persalinan.
* melindungi janin dari terganggunya aliran balik pada posisi terlentang
dan berdiri tegak.
Volume darah ibu mulai meningkat pada trimester pertama, meningkat
pesat pada trimester kedua, dan kemudian naik secara lambat pada trimester
ketiga. Akhirnya menjadi konstan pada beberapa minggu terakhir kehamilan
(puncaknya dicapai pada minggu ke-32 kehamilan). Peningkatan volume darah
ini disebabkan oleh meningkatnya volume plasma dan eritrosit.
Hipervolemia ini akan diikuti peningkatan cardiac output sekitar 30%.
Akibat hemodilusi ini mulai terlihat jelas pada kehamilan 4 bulan. Oleh karena itu
maka ibu hamil yang mempunyai kelainan jantung dapat jatuh dalam keadaan
dekompensatio cordis.
Kenaikan plasma darah dapat mencapai 40% pada saat mendekati cukup
bulan. Mekanisme peningkatan volume darah ini belum diketahui secara pasti,
tetapi diduga akibat peningkatan Aldosteron selama kehamilan.
Eritropoesis dalam kehamilan juga meningkat untuk memenuhi keperluan
transport zat asam yang sangat dibutuhkan dalam kehamilan. Meskipun terdapat
peningkatan dalam volume eritrosit secara keseluruhan, tetapi penambahan
volume plasma jauh lebih besar, sehingga konsentrasi hemoglobin dalam darah
menjadi lebih rendah. Keadaan seperti ini tidak boleh disebut anemia fisiologik
dalam kehamilan, karena jumlah hemoglobin pada wanita hamil secara
keseluruhan lebih besar dibandingkan wanita yang tidak hamil.

Hematokrit
Meskipun eritropoesis dipacu, konsentrasi hemoglobin, eritrosit, dan
hematokrit sedikit menurun selama kehamilan. Akibatnya viskositas darah secara
keseluruhan menurun. Konsentrasi hemoglobin rata-rata pada usia kehamilan
cukup bulan rata-rata 12,5 g/dL.

16

Lekosit
Jumlah lekosit selama kehamilan normal akan meningkat. Pada trimester
terakhir berkisar antara 5000 - 12000/ mL. Jumlah limfosit dan monosit tidak
berubah selama kehamilan, yang menyebabkan peningkatan jumlah lekosit ini
adalah sel-sel polimorfonuklear.

Koagulasi
Kadar beberapa faktor pembekuan darah meningkat selama kehamilan.
Fibrinogen plasma meningkat sehingga menimbulkan peningkatan LED yang
cukup mencolok, yang tidak mempunyai nilai diagnostik atau prognostik. Faktor
pembekuan darah yang meningkat adalah faktor I, II, VII, IX, X, XII. Faktor XI
mengalami sedikit penurunan, sedangkan faktor XIII menurun lebih dari 50%
pada saat hamil tua. Aktifitas fibrinolitik ditekan selama kehamilan dan
persalinan. Kadar plasminogen meningkat sejalan dengan kadar fibrinogen.

Protein Darah
Kadar albumin dan globulin dalam serum menurun, demikian pula dengan
ratio albumin/ globulin.

II.9 PERUBAHAN PADA SISTEM KARDIOVASKULER


Selama proses kehamilan dan masa nifas terdapat perubahan-perubahan
yang mencolok pada jantung dan sistem sirkulasi darah.

17

Jantung
Selama kehamilan,denyut nadi istirahat meningkat sekitar 10 sampai 15
denyut per menit. Uterus makin membesar sehingga pada suatu saat akan
mendorong naik diafragma sehingga jantung akan tergeser ke kiri dan ke atas.
Pada saat yang sama jantung akan berputar pada sumbu panjangnya.
Akibatnya, apex jantung bergerak agak ke lateral dari posis semula. Dengan
pemeriksaan radiologis tampak bayangan jantung sedikit membesar. Karena itu,
dokter harus hati-hati dalam membuat diagnosis kardiomegali patologik dalam
kehamilan.
Selama kehamilan, beberapa bunyi jantung dapat berubah karena
perubahan anatomis jantung, misalnya splitting bunyi jantung I dan murmur
sistolik. Kehamilan normal tidak menimbulkan perubahan yang khas pada
gambaran EKG, selain adanya sedikit deviasi sumbu elektrik ke kiri (15 - 20)
akibat

perubahan

posisi

jantung.

Dokter

harus

hati-hati

dalam

menginterprestasikan arti murmur tersebut pada kehamilan, khususnya murmur


sistolik.

Curah Jantung
Curah jantung meningkat kira-kira 40% selama kehamilan dan mencapai
puncaknya pada usia kehamilan 20-24 minggu, lalu tetap konstan sampai usia
kehamilan cukup bulan. Peningkatan curah jantung ini sangat peka terhadap
perubahan posisi ibu, dan kepekaan meningkat sejalan dengan usia kehamilan.
Curah jantung akan meningkat terutama pada posisi terlentang, karena pada
posisi tersebut uterus yang besar dan isinya akan mengganggu aliran balik vena
ke jantung.
Curah jantung merupakan hasil perkalian dari isi sekuncup (stroke
volume) dan denyut jantung dalam 1 menit. Selama kehamilan, stroke volume
meningkat 25-30%, dan mencapai maksimum pada usia kehamilan 12-24
minggu. Denyut jantung selama masa kehamilan juga meningkat, sehingga pada
akhir kehamilan peningkatan denyut jantung rata-rata 15x/menit dibandingkan

18

dengan keadaan tidak hamil. Sebagian besar kenaikan curah jantung yang
diinduksi oleh kehamilan tersebut segera hilang setelah persalinan.

Tekanan Darah
Postur wanita hamil mempengaruhi tekanan darah arteri, yang khas
adalah tekanan darah arteri Brachialis paling tinggi dalam posisi duduk, dan
paling rendah pada posisi berbaring ke lateral. Biasanya tekanan darah arterial
mencapai titik terendah selama trimester kedua atau awal trimester ketiga, untuk
kemudian mulai meningkat. Kenaikan tekanan sistolik >30 mmHg atau tekanan
distolik >15 mmHg dari kondisi basal yang menetap merupakan petunjuk
kemungkinan adanya kelainan.
Tekanan vena di tubuh bagian atas tidak berubah selama kehamilan,
tetapi pada tubuh bagian bawah akan meningkat terutama pada posisi berbaring,
berdiri dan duduk. Hal ini disebabkan karena uterus yang membesar menyumbat
vena-vena pelvis, dan vena cava inferior, sehingga mengurangi aliran darah balik
ke jantung. Hal ini menyebabkan menurunnya curah jantung dan tekanan darah,
terjadinya edema pada ekstremitas bawah, varices vena-vena tungkai bawah
dan vulva, dan juga menyebabkan hemorrhoid.

II.10 PERUBAHAN PADA SISTEM RESPIRASI


Perubahan Anatomis
Tinggi diafragma naik sekitar 4 cm selama kehamilan. Sudut subcostal
melebar cukup besar karena diameter transversal rongga thorax bertambah
sekitar 2 cm dan lingkar thorax bertambah sekitar 6 cm. Peninggian diafragma ini

19

tidak mengganggu geraknya, sehingga tidal volume tidak berkurang, melainkan


bertambah, sehingga kapasitas vital paru-paru juga sedikit meningkat.
Otot-otot abdomen berkurang tonus dan aktifitasnya sehingga pernapasan
lebih dominan mengandalkan diafragma (lebih dominan pernapasan dada).
Kadang-kadang wanita hamil mengeluh sesak napas dan napas terasa pendek.
Hal ini disebabkan usus terdorong ke atas, ke arah diafragma karena
pembesaran uterus, sehingga mengganggu geraknya.

Perubahan Fisiologis
Kecepatan pernapasan menurun selama kehamilan, tetapi tidal volume
dan asupan oksigen dalam satu menit meningkat cukup besar ketika usia
kehamilan makin tua. Meskipun fungsi paru-paru tidak terganggu selama
kehamilan, penyakit saluran pernapasan dapat menjadi lebih serius selama
kehamilan.

II.11 PERUBAHAN PADA SISTEM URINARIUS

Ginjal

20

Selama kehamilan, ginjal bertmbah panjang sekitar 1-1,5 cm, dan sedikit
bertambah berat. Kecepatan filtrasi glomerulus dan aliran darah ke ginjal
bertambah, terutama pada awal kehamilan. Mekanisme yang tepat mengenai
perubahan ini belum diketahui dengan pasti. Kebanyakan penelitian tentang
fungsi ginjal dalam kehamilan dilakukan pada pasien dengan posisi terlentang,
posisi yang pada kehamilan tua dapat menimbulkan perubahan-perubahan
hemodinamik sistemik yang mencolok, yang juga menimbulkan perubahan
beberapa aspek fungsi ginjal.

Fungsi Ginjal
Perubahan fungsi ginjal selama kehamilan mungkin disebabkan oleh
peningkatan hormon ibu dan placenta, termasuk adenocorticotropic hormone
(ACTH), antidiuretic hormone (ADH), aldosteron, cortisol, Human chorionic
somatotropin, dan hormon thiroid. Faktor tambahan lainnya adalah peningkatan
volume plasma.
Glomerular Filtration Rate (GFR) meningkat hampir 50% selama
kehamilan dan menjadi normal kembali setelah 20 minggu post partum. Renal
Plasma Flow (RPF) juga meningkat selama kehamilan.

Uji Fungsi Ginjal


HAsil beberapa uji klinis fungsi ginjal dapat berubah selama kehamilan,
sehingga dapat mengecoh kita. Selama hamil, konsentrasi kreatinin dan urea
plasma umumnya menurun akibat peningkatan filtrasi glomerulus terhadap
kedua zat tersebut. Konsentrasi urea urine kadang-kadang sedemikian rendah,
sehingga sering memberikan kesan gangguan sintesa hepatik yang biasanya
terdapat pada gangguan berat hepar. Kreatinin clearance merupakan uji yang
bermanfaat untuk memperkirakan fungsi ginjal pada kehamilan.
Uji konsentrasi urine dapat memberikan hasil yang mengacaukan. Selama
siang hari, wanita hamil cenderung meretensi air dalam bentuk edema. Malam
hari

terutama

saat

berbaring,

terjadi

mobilisasi

cairan

ini

dan

mengekskresikannya melalui ginjal sehingga menimbulkan nocturia dan urinnya

21

lebih encer. Kegagalan wanita hamil untuk mengekskresikan urine yang


terkonsentrasi setelah menahan cairan selama sekitar 18 jam bukan berarti
suatu kerusakan ginjal, melainkan tanda bahwa ginjal berfungsi sempurna
dengan mengekskresikan cairan ekstraseluler yang dimobilisasi dengan
osmolaritas yang relatif rendah.

Urinalisis
Glukosuria selama kehamilan tidak perlu dianggap abnormal. Peningkatan
filtrasi glomerulus yang cukup besar, bersama dengan gangguan kapasitas
reabsorbsi tubuler untuk glukosa yang difiltrasi.Hal ini menerangkan mengapa
terjadi glukosuria. Meskipun glukosuria secara normal sering terjadi pada
kehamilan, tetapi kemungkinan adanya Diabetes Melitus tidak dapat diabaikan.
Proteinuria normalnya tidak terjadi pada kehamilan, kecuali pada waktu
atau setelah persalinan yang berat dapat terjadi proteinuria dalam jumlah yang
sangat kecil.
Pada persalinan yang sulit dapat terjadi hematuria karena trauma pada
saluran kemih bagian bawah.

Hidronefrosis dan Hidroureter


Hidronefrosis dan hidroureter yang terjadi selama kehamilan diduga
disebabkan oleh:
* Meningkatnya kadar progesteron yang menyebabkan hipotoni otot polos
ureter. Walaupun kadar progesteron yang tinggi pada wanita hamil
ternyata tidak menyebabkan hidroureter
*

Kompleks

vena

ovarica

dalam

ligamentum

infundibulopelvicum

(ligamentum suspensorium), yang terletak oblig di atas ureter kanan,


mengalami dilatasi, dan mungkin ikut serta dalam menyebabkan
terjadinya dilatasi ureter kanan.
*

Dextrorotasi uterus selama kehamilan dapat menjelaskan mengapa


ureter kanan biasanya lebih berdilatasi daripada yang kiri.

22

Hiperplasia pada 1/3 distal otot polos ureter menyebabkan ukuran


lumennya menjadi lebih kecil, sehingga 2/3 proksimalnya mengalami
dilatasi. Hal ini menyebabkan stasis urine yang memudahkan terjadinya
infeksi.
Setelah 6-8 minggu post partum, ukuran ureter kembali ke keadaan

seperti sebelum hamil. Peregangan dan dilatasi tidak berlangsung cukup lama
untuk menyebabkan kerusakan permanen elastisitas ureter, kecuali bila
ditumpangi oleh bakteri.

Vesica Urinaria
Vesica urinaria akan terdorong ke atas oleh uterus yang membesar.
Adanya tekanan dari uterus menyebabkan bertambahnya frekwensi berkemih.
Vaskularisasi kandung kemih meningkat dan tonus ototnya menurun sehingga
kapasitasnya meningkat menjadi lebih dari 1500 mL.

II.12 PERUBAHAN PADA SISTEM PENCERNAAN


Posisi lambung dan usus terus menerus digeser oleh uterus yang
membesar. Sebagai akibat perubahan posisi visera ini, penemuan fisik pada

23

penyakit tertentu (terutama yang berhubungan dengan saluran pencernaan)


dapat berubah.

Rongga Mulut
Selama kehamilan terjadi peningkatan salivasi karena adanya kesulitan
menelan disertai dengan mual.
Caries yang sering terjadi selama kehamilan bukan disebabkan oleh
defisiensi kalsium dalam gigi, karena kadar kalsium dalam gigi tetap stabil dan
tidak mengalami mobilisasi seperti yang terjadi pada tulang.
Gusi dapat menjadi hipertrofi dan hiperemis, sehingga menjadi lunak dan
mudah berdarah. Hal ini disebabkan karena peningkatan estrogen sistemik.
Setelah masa kehamilan selesai keadaan gusi akan kembali normal.

Motilitas Gastrointestinal
Motilitas gastrointestinal menurun selama kehamilan. Hal ini disebabkan
karena peningkatan kadar progesteron akan menurunkan produksi motilin, suatu
hormon peptida yang merangsang aktivitas otot polos saluran cerna.
Pengosongan lambung akan melambat selama kehamilan.

Oesofagus dan Lambung


Produksi asam lambung meningkat selama kehamilan. Produksi gastrin
meningkat dan mengakibatkan peningkatan volume gaster dan penurunan pH
gaster. Peristaltik esofagus menurun, diikuti reflux gaster yang disebabkan oleh
lambatnya waktu pengosongan lambung dan dilatasi atau relaksasi otot
sphincter cardia. Reflux gaster lebih sering terjadi pada kehamilan lanjut karena
elevasi posisi lambung sebagai akibat dorongan dari uterus.

Usus Kecil, Usus Besar, dan Appendix


Sebagian besar usus kecil dan usus besar terdorong ke atas dan lateral
oleh uterus yang membesar. Appendix berpindah tempat ke arah superior di
daerah pinggang kanan.

24

Organ-organ ini akan kembali ke posisi semula pada awal masa nifas.

Kandung Empedu
Waktu pengosongan kandung empedu melambat dan sering tidak tuntas
selama masa kehamilan. Kandung empedu menjadi lebih tebal dan aliran
empedu yang terganggu ini memudahkan terjadinya batu empedu.

II.13 PERUBAHAN PADA SISTEM ENDOKRIN


Hipofise

25

Kelenjar Hipofise membesar sampai 136% pada kehamilan, tetapi tidak


sampai menekan chiasma opticum dan mengurangi lapang pandangan,
perubahan-perubahan visual selama kehamilan normal tidak didapati pada
kehamilan normal.

Prolaktin
Selama kehamilan terjadi peningkatan kadar prolaktin dalam plasma ibu.
Hal ini diduga karena efek estrogen yang meningkatkan jumlah laktotrof hipofisis
anterior dan mungkin merangsang pelepasan prolaktin dari sel-sel ini. Ditemukan
peningkatan kadar sampai mencapai kadar 150 g per mL pada saat cukup bulan,
angka tersebut 10 kali lebih besar daripada kadar wanita normal yang tidak
hamil. Fungsi utama prolaktin serum ibu adalah untuk menjaga kelangsungan
laktasi, yang dibuktikan dengan adanya semburan pulsatil sekresi prolaktin
sebagai respons terhadap penyedotan puting susu.

Tiroid
Selama kehamilan terjadi perbesaran tiroid yang disebabkan oleh
hiperplasia jaringan kelenjar dan peningkatan vaskularisasi, tetapi kehamilan
normal tidak menyebabkan tiromegali yang berarti, dan goiter pada kehamilan
tetap dianggap patologis. BMR meningkat secara progresif sampai 25% pada
kehamilan normal.

Tiroksin
Mulai dari bulan kedua kehamilan konsentrasi tiroksin (T 4) meningkat
tajam di dalam plasma sampai akhirnya stabil, yang dipertahankan sampai
setelah persalinan. Kadar stabil yang dicapai adalah 9 sampai 16 per dL
dibandingkan dengan 5 sampai 12 per dL pada wanita euthiroid tidak hamil.
Peningkatan hormon thiroid sirkulasi tidak mempunyai indikasi untuk
hiperthiroidisme. Selama kehamilan, thyroxine-binding protein plasma, terutama
-globulin, meningkat sangat tinggi. Malaisho dan Utiger (1977) memberikan nilai

26

rata-rata berikut untuk kadar globulin pengikat thiroid di dalam plasma: 7,1 mg
per dL pada trimester pertama, 9,0 pada trimester kedua, dan 8,9 pada trimester
ketiga, sedangkan pada wanita normal yang tidak hamil 3,6 mg per dL.
Meningginya kadar estrogen sirkulasi selama kehamilan agaknya
merupakan

penyebab

utama

perubahan

kadar

hormon

dan

kapasitas

pengikatan, karena hormon-hormon tersebut direproduksi oleh pemberian


estrogen, termasuk pada kebanyakan kontrasepsi oral, dan pada wanita hamil.

III. KESIMPULAN

27

Bagi seorang wanita, kehamilan berarti mengalami banyak perubahan.


Perubahan tersebut antara lain disebabkan oleh pertumbuhan janin beserta
struktur-struktur penunjangnya. Tubuh akan menyesuaikan terhadap keadaan
tersebut untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan janin selama diam
di dalam uterus. Tubuh beradaptasi secara anatomis, fisiologis dan biokimiawi.
Setelah kurang lebih 12 minggu uterus membesar dan dindingnya
menebal karena pengaruh hormon estrogen dan progesteron. Pembesaran
uterus disebabkan tekanan hasil konsepsi.
Cervix menjadi lebih sianosis dan lembut, hal ini disebabkan karena
peningkatan vaskularisasi dan oedem cervix serta hipertrofi dan hiperplasia
kelenjar cervix.
Ovulasi berhebti selama kehamilan dan maturasi sel folikel tertunda.
Hanya satu corpus lutheum kehanilan yang mempunyai fungsi maksilmal selama
6 atau 7 awal (4-5 minggu post ovulasi) dan setelah itu dipengaruhi produksi
hormon progesteron. Selama kehamilan, tuba falopii mengalami sedikit hipertrofi.
Selama kehamilan, vagina menjadi berwarna ungu (Chadwick sign)
disebabkan hyperemia. Dindingnya menebal dan mengalami hipertrofi. Sekresi
vagina dan cervix akan meningkat, sekretnya berwarna putih dengan pH asam.
Pada kehamilan lanjut, timbul kemeraha-merahan di daerah abdomen dan
kadang-kadang pada payudara dan paha. Timbul hiperpigmentasi pada garis
tengah abdomen dan wajah.
Mammae bertambah besar dan mengalami hipertrofi dan setelah bulan
pertama keluar kolostrum yang berupa cairan kekuningan dan kental.
Pada sistem cardiovascular mengalami peningkatan volume plasma dan
eritrocyt. Pada sistem pernapasan sering dirasakan dyspnea atau sesak napas
karena naiknya diafragma.
Pada kehamilan bisa menyebabkan nocturia dan urine lebih encer
dibandingkan pada wanita yang tidak hamil.
Pada sistem pencernaan, organ-organnya akan mengalami pergeseran
letak. Waktu pengosongan lambung lebih lama karena penurunan tonus dan
motilitas ototnya.

28

Pada sistem endokrin terjadi perubahan dan sebagian besar terjadi


peningkatan untuk menyesuaikan dengan kehamilan.

DAFTAR PUSTAKA

29

1. Barclay, Mel. L. : Physiology of Pregnancy, Sciarra Obstetrics and


Gynecology, Revised ed, Vol 2, Ch. 13, JB. Lippincott Company,
Philadelphia, USA, 1995.
2. Cunningham, Garry F., M.D. et al : Maternal Adaptation to Pregnancy.
Williams Obstetrics, 22th Ed, sec. II, Ch 8, pp 191-220, Appleton & Lange,
Conneticut, USA, 2005.
3. Dickerson, Vivian M., Chez, Ronald A. : Normal Pregnancy and Prenatal
Care, Danforth's Obstetrics and Gynecology, 8th Ed, Ch. 8, pp 65-90,
Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia, USA, 1999.
4. Mochtar, Rustam, Prof. Dr. MPH : Perubahan Fisiologik Wanita Hamil,
Sinopsis Obstetri, Obstetri Fisiologi Obstetri Patologi, Edisi 2 Jilid 1, Bagian
1, Bab 7, Halaman 35-40, EGC, Jakarta, 1998
5. Prawirohardjo, Sarwono, Prof. Dr., dr., SpOG. : Perubahan Anatomi dan
Fisiologi pada Wanita Hamil, Ilmu Kebidanan, Edisi 3, Bab 8, Halaman 89100, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 2002

30

Anda mungkin juga menyukai