Paper Sirosis Hati
Paper Sirosis Hati
TINJAUAN PUSTAKA
A. SIROSIS HATI
2.1 Definisi
Istilah Sirosis diberikan petama kali oleh Laennec tahun 1819, yang
berasal dari kata kirrhos yang berarti kuning orange (orange yellow), karena
terjadi perubahan warna pada nodul-nodul hati yang terbentuk.1
Sirosis hati adalah penyakit hati menahun yang difus ditandai dengan
adanya pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai dengan
adanya proses peradangan nekrosis sel hati yang luas, pembentukan jaringan ikat
dan usaha regenerasi nodul. Distorsi arsitektur hati akan menimbulkan perubahan
sirkulasi mikro dan makro menjadi tidak teratur akibat penambahan jaringan ikat
dan nodul tersebut.2
2.2 Epidemiologi
Prevalensi sirosis hati sulit untuk dinilai karena stadium awalnya bersifat
asimtomatis. Namun, sirosis tercatat sebagai penyakit kematian ke-14 tersering
pada dewasa didunia, dengan angkat kematian sekitar 1,40 juta jiwa per tahun.
Sirosis jugamenjadi indikasi utama untuk 500 kasus trasplantasi hepar per tahun
di negara maju.9
Lebih dari 40% pasien sirosi asimtomatsi. Pada keadaan ini sirosis di
temuakan waktu pemeriksaan rutin kesehatn atu pada waktu autposi. Keseluruhan
insiden sirosis di Amerika diperkirakan 360 per 100.000 penduduk. Penyebab
sebagian besar akibat penyakit hari alkoholik maupun infeksi virus kronik. Hasil
penelitian lain menyebutkan perlemakan hati akan mengakibatkan steatohepatitis
non alkoholik ( NASH, prevalensi 4%) dan berakhir dengan sirosi hati dengan
prevalensi 0,3%. Prevalensi sirosi hati akibat steatohepatitis alkoholik dilaporkan
juga 0,3% juga. Di Indoneisa data prevalensi sirosis hati belum ada, hanya
laporan-laporan dari beberapa pusat pendididkan saja. Di RS sarjito Yogyakarta
jumlah penderita sirosis hepatis sebnyak 4,1% dari jumlah pasien yang dirawat di
bagian penyakit dalam kurun waktu 1 tahun (2004), sementara di Medan dalam
kurun waktu 4 tahun dijumpai pasien sirosis hepatis sebanyak 819 pasien (4%)
dari seluruh pasien di bagian Penyakit Dalam.2
2.3 Klasifikasi
Berdasarkan morfologi Sherlock membagi sirosis menjadi 3 jenis, yaitu:
1. Mikronodular
Ditandai dengan terbentuknya septa teratur, didalam septa parenkim hati
mengandung nodul halus dan kecil merata tersebut diseluruh lobus. Sirosis
mikonodular besar nodulnya kurang dari 3 mm, sedangkan sirosis
mikonodular ada yang berubah menjadi makronolular
sehingga dijumpai
yang bervariasi, mengandul nodul yang besarnya juga bervariasi, ada nodul
besar didalamnya, ada daerah luas dengan parenkim yang masih baik atau
terjadi regenerasi parenkim. Sirosis makronudular besar nodulnya lebih dari 3
mm.3
3. Campuran
(yang
memperlihatkan
gambaran
mikronudular
dan
makronodular).3
Secara Fungsional sirosis hati terbagi atas:
1. Sirosis Hati kompensata. Sering disebut dengan sirosi hati laten. Pada
stadium kompensata ini belum terlihat gejala-gejala yang nyata. Biasanya
stadium ini ditemukan pada saat pemeriksaan skrining.2
2. Sirosis hati dekompensata dikenal dengan Active Liver Cirrhosis, dan
stadium ini biasanya gejal-gejala sudah jelas, misalnya : asites, demam,
dan ikterus. 2
2.4 Etiologi1,2
1. Virus Hepatitis B, C dam D
2. Alkohol
3. Kelaninan metabolik :
Hemakhomatosis (kelebiohan beban besi)
Penyakit Wilson (kelebihan bebean tembaga)
Defisiensi Alphal-antitripsin
Glikonosis type-IV
Galaktosemia
Tirosinemia
4. Kolestasis
Saluran empedu membawa empedu yang dihasilkan oleh hati ke usus,
dimana empedu membantu mencerna lemak. Pada bayi penyebab sirosis
bentuk jadi jaringan patut. Jaringan parut ini dapat menghubungkan daerah porta
yang satu dengan lainnya atau porta dengan sentral (bridging necrosis).4
Pada tahap berikut, kerusakan parenkim dan peradangan yang terjadi pada
sel duktulus, sinusoid dan sel-sel retikuloendotelial didalam hati akan memacu
terjadinya fibrogenesis yang menimbulkan septa aktif. Sel limfosit T dan
makrofag juga mungkin berperan dengan seksresi limfokin yang dianggap sebagai
mediator dari fibrogenesis.4
Septa aktif ini akan menjalar menuju kedalam parenkim hati dan berakhir
di daerah portal. Pembentukan septa tingkat kedua ini yang sangat menentukan
perjalanan progresif sirosis hepatis. Pada tingkat yang bersamaan nekrosis
jaringan parenkim akan memacu pula proses regenerasi sel-sel hati. Regenerasi
yang timbul akan mengganggu pula pembentukan susunan jaringan ikat tadi.
Keadaan ini yaitu fibrogenesis dan regenerasi sel yang terjadi terus menerus
dalam hubungannya dengan peradangan dan perubahan vaskular intrahepatik serta
gangguan kemampuan faal hati, pada akhirnya menghasilakan susunan hati yang
dapat dilihat pada sirosis hepatis. Walaupun etiologinya berbeda, gambaran
histologi sirosis hepatis sama atau hampir sama.7
2.6 Gejala Klinis
Stadium awal sirosis sering tanpa gejala sehingga kadang ditemukan pada
waktu pasien melakukan pemeriksaan kesehatan rutin atau karena kelainan
penyakit lain.Gejala awal siroisi (kompensata) meliputi perasaan mudah lelah dab
lemas, selera makan berkurang, perasaan perut kembung, mual, berat badan i-
menurun, pada laik-laki dapat timbul impotensi, testis mengecil, buah dada
membesar,
hilangnya
dorongan
seksualitas.
Bila
sudah
lanjut
(sirosis
dan aliran darah portal yang meningkat. Peningkatan resistensi vaskular karena
meningkatnya resistensi intrahepatik dan resistensi kolateral portosistemik.
Tekanan portal normal berkisar antara 5-10 mmHg. Hipertensi portal timbul bila
terdapat kenaikan tekanan dalam sistem portal yang sifatnya menetap di atas nilai
normal. Disebut hipertensi portal bila tekanan portal lebih dari 15 mmHg 4.
2.7
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Parameter hematologi : Hemoglobin, leukosit, hitung trombosit,
tamping 24 jam)
Deteksi/ pemantauan etiologi : serologi hepatitis B dan C, profil lipid
2.8 Diagnosa
Diagnosa sirosis hati ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis,
laboratorium dan pemeriksaan penunjang lainnya seperti ultrasonografi. Pada
stadium kompensasi sempurna kadang-kadang sangat sulit menegakkan diagnosa
sirosis hati. Pada stadium, dekompensasi kadang tidak sulit menegakkan diagnosis
dengan adanya asites, edema pretibial, splenomegali, vena kolateral, eritema
palmaris dan albumin serum yang menurun. Ultrasonografi merupakan
pemeriksaan non invasif, aman dan mempunyai ketepatan yang tinggi.
Needlemann dkk mendapatkan bahwa ketepatan ultasonografi sekitar 88 %, dan
Taylor mendapatkan ketepatan sekitar 93 %, sedangkan Sujono Hadi dan beberapa
peneliti lain mendapatkan ketepatan diagnosa sirosis hati dengan ultrasonografi
sekitar 88-100%. Gambaran ultrasonografi pada sirosis hati tergantung pada berat
ringannya penyakit. Diagnosa pasti dari sirosis hati ditegakkan melalui
pemeriksaan histopatologi (biopsi hati)2,5.
2.9 Penatalaksanaan
2.9.1
1. Terapi medikamentosa
a. Terapi sesuai etiologi: hepatitis B kronis,hepatitis C, NASH, sirosis
alkoholik, autoimun, dan sebagianya.
b. Bila perlu, terpai defisiensi besi. Dapat diberikan tambahan zink sulfat
2x200 mg mg PO untuk memperbaiki nafsu makan dan keram otot.
c. Bila perlu, dapat diberikan antipriritus kolestiramin, antihistamin, dan
agen topical
d. Suplementasi vitamin D (atau analog) pada pasien berisiko tinggi
osteoporosis.8
2. Teraoi non-medikamentosa
a. Diet seimbang 35-40
kkal/kgBB
ideal
dengan
protein
1,2-
1,5g/KgBB/hari
b. Aktivitas fisik untuk untuk menegah inaktivitas dan atrifi otot,
sesuaikan dengan toleransi pasien
c. Stop konsumsi alcohol dan merokok
d. Pembatasan obat-obatan hepatoksik, dan nefrotoksik: OAINS,
isoniazid, asam valproat, eritromisin, amoksilin/klavulanat, golongan
aminoglikosida (bersifat nefrotoksik pada sirosis), ketokonazol,
klopromazin, dan ezetimibe8
3. Surveilans komplikasi sirosis
a. Monitor kadar albumin, bilirubin, INR, serta penilaian fungsi
kardiovaskular dan ginjal
b. Deteksi varises dengan esofago-gastroduodenoskopi (EDG):
Bila tidak ditemukan varises : Ulangi EGD setiap 2 tahun
Bila ditemukan varises keci : Ulangi EGD setiap 1 tahun
c. Deteksi rentensi cairian dan pemantuan fungsi ginjal
d. Deteksi ensefalopati (atau ensefalopati minimal/subklinis); tes
psikometri dan neurotrik setiap 6 tahun
e. Deteksu karsinoma hepatoseluler: pemeriksaan alfa-fetoprotein dan
UDG hati setiap 6 bulan.
f. Vaksinasi hepatitis B dan hepatitis A, bila perlu.8
2.9.2
ke kondisi kompensata.
10
Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita sirosis hati :
11
12
13
Asites dapat bersifat ringan, sedang dan berat. Asites berat dengan jumlah cairan
banyak menyebabkan rasa tidak nyaman pada abdomen sehingga dapat
mengganggu aktivitas sehari-hari.5
2.11 Prognosis
Prognosis sirosis sangat bervariasi dipengaruhi sejumlah faktor, meliputi
etiologi, beratnya kerusakan hati, komplikasi, dan penyakit lain yang menyertai.
Prognosis sirosis hati dapat diukur dengan kriteria ChildTurcotte-Pugh.8
Kriteria Child-Turcotte-Pugh.
Kriteria
Child-Turcotte-Pugh
merupakan
modifikasi
dari
kriteria
ChildPugh, banyak digunakan oleh para ahli hepatologi saat ini. Kriteria ini
digunakan untuk mengukur derajat kerusakan hati dalam menegakkan prognosis
kasus-kasus kegagalan hati kronik.8
Grade
Parameter
A
14
<2,0
2,0-3,0
>3,0
>3,5
2,8-3,5
<2,8
Asites
Ringan
Sedang-Berat
Ensefalopati
Ringan-Sedang
Sedang-Berat
Prothrombin time
<4
4-6
>6
Child-Turcotte-Pugh A : 5-6
(prognosis baik)
BAB III
KESIMPULAN
15
Sirosis hati adalah penyakit hati menahun yang difus ditandai dengan
adanya pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai dengan
adanya proses peradangan nekrosis sel hati yang luas, pembentukan jaringan ikat
dan usaha regenerasi nodul. Distorsi arsitektur hati akan menimbulkan perubahan
sirkulasi mikro dan makro menjadi tidak teratur akibat penambahan jaringan ikat
dan nodul tersebut.2
Prevalensi sirosis hati sulit untuk dinilai karena stadium awalnya bersifat
asimtomatis. Namun, sirosis tercatat sebagai penyakit kematian ke-14 tersering
pada dewasa didunia, dengan angkat kematian sekitar 1,40 juta jiwa per tahun.
Sirosis jugamenjadi indikasi utama untuk 500 kasus trasplantasi hepar per tahun
di negara maju.9
Seluruh penyakit hati yang bersifat kronis dapat menmgakibatkan sirosis
hati. Etiologi tersering dinegara barat ialah akibat konsumsi alkohol. Sementara di
indonesi, sirosis utamnya diesbabkan oleh hepatitis B dan/atau C kronik.9
Berdasrkan morfologi Sherlock membagi sirosis menjadi 3 jenis yaitu
makronodular (besar nodul lebih dari 3mm), mikronodular ( besar nodul kurang
dari 3 mm) dan campuran mikro dan makronodular.3
Stadium awal sirosis sering tanpa gejala sehingga kadang ditemukan pada
waktu pasien melakukan pemeriksaan kesehatan rutin atau karena penyakit hati.
Gejala awal sirosis (kompensata) meliputi perasaan mudah lelah dan lemas,
selerah makan berkurang, perasaan perut kembung, mual, berat badan menurun,
16
laki-laki dapat timbul impotensi, testis mengecil, buah dada membesar, hilangnya
dorongan seksualitas. Bila sudah lanjut (sirosis dekompensata),gejala-gejala lebih
menonjol terutama bila timbul komplikasi kegagalan hati dan hipertensi porta,
meliputi hilannya rambut badan, gangguan tidur, dan demam tak begitu tinggi.
Mungkin disertai adanya gangguan pembekuan darah, perdarahan gusi, epistaksis,
gangguan siklud haid, ikterus, dengan air kemih berwarna seperti teh pekat,
muntah darah dan/atau melena, serta perubahan mental, meliputi udah lupa, sukar
konsentrasi, bingung, agitasi sampai koma.2
Diagnosa sirosis hati ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis,
laboratorium dan pemeriksaan penunjang lainnya seperti ultrasonografi. Pada
stadium kompensasi sempurna kadang-kadang sangat sulit menegakkan diagnosa
sirosis hati. Pada stadium, dekompensasi kadang tidak sulit menegakkan diagnosis
dengan adanya asites, edema pretibial, splenomegali, vena kolateral, eritema
palmaris dan albumin serum yang menurun. Ultrasonografi merupakan
pemeriksaan non invasif, aman dan mempunyai ketepatan yang tinggi.2,5
Prognosis sirosis sangat bervariasi dipengaruhi sejumlah faktor, meliputi
etiologi, beratnya kerusakan hati, komplikasi, dan penyakit lain yang menyertai.2
17
18