Anda di halaman 1dari 24

BAB 1

PENDAHULUAN

Sterilisasi telah menjadi pilihan kontrasepsi yang popular bagi jutaan pria dan
wanita di Amerika Serikat serta di banyak negara di dunia. Prosedur ini diindikasikan
untuk mereka yang meminta sterilisasi dan yang mengerti secara jelas sifat permanen
dan kesulitannya serta pengambilan ke keadaan semula yang sering tidak berhasil.
Seorang wanita harus diberi konseling tentang pilihan kontrasepsi alternative
(Cunningham, 2010).

Sterilisasi (tubektomi) merupakan salah satu cara KB modern yang paling


efektif. Keefektifan metode sterilisasi tidak perlu diragukan lagi (98,85%) asal
dilakukan sesuai dengan standar operasional prosedur yang telah ditetapkan. Di
dalam pelaksanaan program, animo masyarakat terhadap sterilisasi sangat kurang.
Peserta sterilisasi sejak program KB dirancangkan pada tahun 1970 hingga saat ini
masih menunjukkan angka yang sangat sedikit. Rendahnya proporsi peserta KB
sterilisasi tentu saja tidak memberikan kontribusi yang nyata terhadap penurunan
angka kelahiran di Indonesia (SDKI, 2012).

Sekitar 180 juta wanita di seluruh dunia menggunakan tubektomi untuk


mencegah kehamilan yang tidak diinginkan, dengan lebih dari tiga-perempat akseptor
tubektomi berada di Cina dan India. Di Inggris pada tahun 2001, prevalensi
tubektomi sebagai metode kontrasepsi tinggi pada wanita dengan usia tua,
diperkirakan 44% dari mereka berusia antara 45 49 tahun (SDKI, 2012).

Ketika tuba falopii sudah terikat, mungkin 100% wanita yakin tidak pernah
ingin hamil. Tapi bagaimana jika berubah pikiran? Masih ada cara untuk
mewujudkannya. Dokter mungkin menyarankan operasi yang disebut "rekanalisasi
tuba." Seorang ahli bedah akan membuka kembali, membuka, atau menyambung
kembali saluran tuba dapat memiliki bayi lagi (Gaither, 2016).

1
Dokter akan mempertimbangkan beberapa hal sebelum pasien memutuskan
bahwa rekanalisasi merupakan keputusan yang tepat; usia, jenis operasi tubektomi
yang dilakukan sebelumnya, kesehatan secara keseluruhan dan kesehatan ovarium,
rahim, dan sisa saluran tuba, terutama panjangnya (Gaither, 2016).

Secara umum, rekanalisasi bisa tepat jika hanya bagian kecil dari saluran tuba
yang dibuang, atau jika tuba ditutup dengan cincin atau klip. Beberapa ahli bedah
mengatakan kandidat terbaik untuk rekanalisasi adalah perempuan muda dari usia 40
yang memiliki tuba yang terikat tepat setelah melahirkan, prosedur yang disebut
postpartum ligasi tuba (Gaither, 2016).

2
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Rekanalisasi
2.1.1 Definisi
Rekanalisasi adalah prosedur untuk mengembalikan kesuburan setelah seorang
wanita telah memiliki ligasi tuba - prosedur yang memotong atau blok saluran tuba
untuk mencegah kehamilan. Selama ligasi rekanalisasi, segmen diblokir dari saluran
tuba yang menghubungkan kembali ke sisa saluran tuba. Hal ini memungkinkan sel
telur untuk kembali bergerak melalui tabung dan sperma untuk perjalanan sampai
saluran tuba untuk bergabung dengan sel telur (MayoClinic, 2015).

2.1.2 Epidemiologi
Meskipun sterilisasi tuba dilakukan sebagai metode kontrasepsi permanen,
beberapa wanita mungkin meminta untuk pembalikan kesuburan mereka kembali.
Dalam suatu penelitian di India, alas an yang paling umum untuk melakukan
rekanalisasi adalah kematian atau kecacatan anak (72%), diikuti dengan pernikahan
yang ke dua (28%). Dalam penelitiannya juga, dengan proporsi yang signifikan
(42%) pasien tidak cocok untuk melakukan rekanalisasi, berbeda dengan di Belgia,
dimana hanya sebanyak 18% dari kasus yang tidak cocok untuk melakukan
rekanalisasi (Baheti, 2012).

2..1.3 Prosedur Rekanalisasi


Prosedur pembalikan sterilisasi tuba dilakukan dengan laparoskopi di bawah
anestesi umum. Pertama, status tuba dievaluasi dan disesuaikan untuk memutuskan
rekanalisasi. Tergantung pada kesesuaian tuba untuk rekanalisasi, apakah dilakukan
reanastomosis tuba secara unilateral, bilateral, atau tidak dilakukan sama sekali.
Lapisan otot dan mukosa dari kedua ujung tuba direseksi dengan gunting mikro
sampai didapati jaringan yang sehat. Bagian distal segmen tuba diidentifikasi dengan

3
sonde tuba. Lakukan patensi tuba dengan cara kanalis servikalis ditutup dengan klem
serviks, methylene blue diinjeksikan ke dalam kavum uteri, bila cairan tumpah
menunjukkan tuba proksimal paten. Tuba distal dinilai dengan memasukkan kanula
kecil melalui fimbria sampai ke ujung tuba, kemudian tuba bagian distal disumbat
dengan hati-hati dan cairan diinjeksikan. Bila tumpah, berarti tuba paten. Ujung ke
ujung anastomosis tuba dilakukan dengan menggunakan benang prolene nomor 0-7.
Empat jahitan pertama searah jam 6, 3, 9, dan 12 diambil di lapisan muskularis dan
kemudian jahitan di lapisan serosa. Hal yang perlu diperhatikan adalah jahitan tidak
boleh menembus mukosa. Setelah semua benang sudah ditempatkan, kemudia baru
diikat (Baheti, 2012).

Gambar 2.1.3 Penyambungan Kembali Tuba

2.1.4 Prosedur Tindak Lanjut


Setelah melakukan rekanalisasi, pasien diminta datang untuk melakukan
tindakan lanjutan pribadi 2 minggu kemudian dan selanjutnya setiap 3 bulan atau
lebih awal dari yang dibutuhkan. Semua pasien akan ditindaklanjuti untuk jangka
waktu 3 tahun setelah rekanalisasi.

4
Setelah rekanalisasi berhasil, pasien disarankan mencoba metode kontrasepsi
untuk siklus berikutnya. Pada pasien dimana operasi rekanalisasi tidak
berhasil,karena ketidaksesuaian tuba, pilihan dapat dirundingkan kembali. Semua
pasien setelah melakukan rekanalisasi diminta untuk mencapai konsepsi secara alami,
atau jika mereka gagal untuk hamil selama satu tahun, mereka dapat melakukan
inseminasi intrauteri (Baheti, 2012).

2.1.5 Resiko Pasca Operasi


Resiko operasi laparoskopi akan bergantung pada masalah-masalah keadaan
fisik pasien dan berbagai masalah panggul secara bersamaan. Komplikasi terutama
terjadi sebanyak 1% pada keseluruhan pasien.
Komplikasi yang mungkin terjadi selama operasi diantaranya;
Cedera organ dalam
Perdarahan yang membutuhkan transfusi darah
Emboli gas. Gas karbon dioksida akan mengisi lalu mendistensi rongga
abdomen, tidak jarang gas akan masuk ke dalam pembuluh darah besar dan
sampai ke paru-paru, sehingga dapat menyebabkan masalah pada paru-paru dan
jantung.
Masalah-masalah yang mungkin terjadi setelah operasi;
Luka pada panggul atau kandung kemih, infeksi pada dada
Luka atau hematoma panggul
DVT (Deep Vein Thrombosis) atau gumpalan darah di kaki
Emboli paru atau bekuan darah pada paru-paru
Keloid
Konstipasi
Nyeri atau ketidaknyamanan di bahu
Ada resiko bahwa kehamilan dapat terjebak di dalam tuba dan akan tumbuh di
dalamnya. Ini dikenal sebagai kehamilan ektopik dan dapat terjadi pada wanita
dengan tuba normal. Bagaimanapun, lebih besar kemungkinannya setelah operasi
tuba. Kehamilan ektopik dapat menyebabkan kehilangan darah yang sangat banyak

5
dan membutuhkan perawatan yang sering melibatkan pembuangan tuba (Ritossa,
2012).

2.1.6 Prognosis
Tingkat keberhasilan rekanalisasi tergantung pada beberapa faktor termasuk
usia, status kesuburan, perlengketan pelvis dan panjang tuba fallopi yang tersedia
untuk reanastomosis (penggabungan kembali). Tingkat kehamilan secara keseluruhan
sekitar 50%. Tingkat keberhasilan sangat mirip dengan fertilisasi in vitro, sehingga
untuk wanita yang ingin memiliki satu anak, mungkin lebih baik menggunakan cara
fertilisasi in vitro ini. Sebaliknya, pada wanita yang sudah cukup tua, tingkat
keberhasilan fertilisasi in vitro sangat rendah, akibatnya perempuan di usia 40-an
yang ingin memiliki anak kembali lebih baik menggunakan cara rekanalisasi
(Ritossa, 2012).
Penilitian yang dilakukan oleh Yassaee menunjukkan bahwa tingkat
keberhasilan rekanalisasi adalah 26.6%. Selama masa reproduksi, keinginan untuk
membalikkan ligasi tuba mungkin timbul. Teknik ligasi tuba merupakan faktor
terpenting yang mempengaruhi keberhasilan dalam operasi rekanalisasi. Karena
diameter saluran tuba bervariasi dari satu ujung ke ujung yang lain, peluang terbaik
untuk sukses terjadi ketika diameter dua bagian yang tersisa dari tuba memiliki
diameter yang hamper sama (Yassaee, 2014).

2.1.7 Tingkat Keberhasilan Kehamilan Setelah Rekanalisasi


Jika saluran tuba yang tersisa sehat, dan pasien dengan pasangannya tidak
memiliki masalah infertilitas yang lain, maka pasien memiliki peluang yang baik
untuk hamil setelah rekanalisasi. Meskipun begitu, faktor tuba tidak berpengaruh baik
untuk semua orang, usia mempunyai peranan penting dalam apakah mereka dapat
hamil setelah operasi rekanalisasi. Wanita yang lebih tua jauh lebih memiliki peluang
yang rendah untuk hamil kembali dibandingkan dengan usia muda. Secara umum,

6
tingkat keberhasilan kehamilan berkisar dari 40% sampai 85%. Saat kehamilan
terjadi biasanya pada tahun pertama.
Selain usia, hamil setelah rekanalisasi tergantung pada hal-hal seperti :
Jenis prosedur ligasi tuba yang pernah dilakukan
Panjang dari tuba yang tersisa, dan apakah masih berfungsi dengan baik atau
tidak
Jumlah jaringan parut di daerah panggul
Hasil jumlah sperma pasangan dan tes kesuburan lainnya
Keterampilan dokter bedah (Gaither, 2016).

7
KESIMPULAN

1. Rekanalisasi adalah prosedur untuk mengembalikan kesuburan setelah seorang


wanita telah memiliki ligasi tuba - prosedur yang memotong atau blok saluran
tuba untuk mencegah kehamilan.

2. Prosedur rekanalisasi tuba berupa berikut ini:


Lapisan otot dan mukosa dari kedua ujung tuba direseksi dengan gunting mikro
sampai didapati jaringan yang sehat. Bagian distal segmen tuba diidentifikasi
dengan sonde tuba. Ujung ke ujung anastomosis tuba dilakukan dengan
menggunakan benang prolene nomor 0-7. Empat jahitan pertama searah jam 6, 3,
9, dan 12 diambil di lapisan muskularis dan kemudian jahitan di lapisan serosa.
Hal yang perlu diperhatikan adalah jahitan tidak boleh menembus mukosa.
Setelah semua benang sudah ditempatkan, kemudia baru diikat.
3. Tingkat keberhasilan rekanalisasi tergantung pada beberapa faktor termasuk usia,
status kesuburan, perlengketan pelvis dan panjang tuba fallopi yang tersedia
untuk reanastomosis (penggabungan kembali).

4. Ada resiko bahwa kehamilan dapat terjebak di dalam tuba dan akan tumbuh di
dalamnya. Ini dikenal sebagai kehamilan ektopik dan dapat terjadi pada wanita
dengan tuba normal.

8
REFERENSI

1. Baheti, Sumeet. 2012. Laparoscopic Tubal Sterilization Reversal and


Fertility Outcome. Available in: www.medind.nic.in diakses pada 9
Februari 2017

2. Cunningham, Garry F. 2012. Abortus. Dalam: Obstetri Williams Volume 1.


Jakarta: EGC

3. Fakhroul, Molouk MD. 2014. Tuboplasty As A Reversal Macrosurgery for


Tubal Ligation, is Pregnancy Possible?. Available in: www.bioline.org.br
diakses pada 13 Februari 2017

4. Gather, Kecia MD. 2012. 2016. What is Tubal Ligation Reversal?.


Available in: www.webMD.com diakses pada 13 Februari 2017

5. Ritossa, Martin MD. 2012. Advance Gynaecologycal Surgery Centre.


Available in: www.agsc.com.au diakses pada 14 Februari 2017

6. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012. 2012. Available in:


www.depkes.go.id diakses pada 14 Februari 2017

9
LAPORAN KASUS GINEKOLOGI

STATUS ORANG SAKIT

Identitas Pasien

Nama : Ny. I

Umur : 41 Tahun

Agama : Islam

Suku : Jawa

Pekerjaan : IRT

Pendidikan : SMA

Alamat : dusun XVI Kali serayu Percut

Tanggal Masuk : 25/01/2017

Pukul : 12.48 WIB

Identitas Suami

Nama : Tn. S

Umur : 49 Tahun

Agama : Islam

Suku : Jawa

Pekerjaan : Karyawan swasta

Pendidikan : SMA

10
ANAMNESA

Ny.I 42 tahun, P3A0, Islam, Jawa, SMA, IRT, i/d Tn.A, 49tahun, Islam, Jawa,

SMA, karyawan swasta.

Keluhan Utama : Keluar darah dari kemaluan

Telaah : Keluar darah dari kemaluan yang telah dialami os sejak 5 hari

yang lalu diluar dari siklus haid. Keluar darah sudah 3 kali dalam sebulan, os

mengganti pembalut 3 kali sehari, darah yang keluar disertai gumpalan-gumpalan (+),

riwayat campur suami istri berdarah (-). Riwayat nyeri perut (+), riwayat keputihan

(-). Riwayat dikusuk (-), riwayat minum jamu-jamuan (-), riwayat penurunan berat

badan (-), BAK dan BAB (+) normal. RPT (-), RPO (-).

RIWAYAT HAID :

Menarche : 12 tahun

Lama haid : 5-7 hari

Siklus Haid : 28 hari

Volume : 3x ganti duk (pembalut) /hari

Dysmenorrhea : (+)

Metrorrhagia : (-)

Menorrhagia : (-)

Spotting : (-)

Darah beku : (-)

Contact bleeding : (-)

11
Climacterium : (-)

Menopause : (-)

Kehamilan dan persalinan yang lalu :

P3 A0

1 Perempuan, 3200 gr, Aterm, klinik, PSP, ditolong oleh Bidan, sehat, 21 tahun

2 Perempuan, 3300 gr, Aterm, klinik, PSP, ditolong oleh Bidan, sehat, 17 tahun

3 Laki-laki, 3500 gr, Aterm, klinik, PSP, ditolong oleh Bidan, sehat, 11 tahun

Keputihan

Jumlah : sedikit

Warna : putih

Bau :-

Konsistensi : encer / kental / berlendir

Gatal (pruritus vulvae): -

Seksual / Perkawinan :

Umur Kawin : Istri : 20 tahun Suami : 27 tahun

Lama Kawin : 21 tahun

Kemandulan :-

Frigiditas / Vaginismus: -

Libido : sedang

Frekuensi koitus : 1kali / bulan

Orgasmus :-

12
Dispareuni :-

Keluarga Berencana : Pil KB

Gizi dan Kebiasaan

Nafsu makan : Sedang

Perubahan berat badan : Sedang

Merokok / Suntil : Tidak

Alkohol : Tidak

Kebiasaan makan obat : Tidak ada

Obat-obat yang di masukan kedalam vagina : Tidak ada

Penyakit-penyakit yang pernah diderita :

Tuberculosis :(-) Penyakit hati :(-)

Peny. Jantung / pemb. Darah : ( - ) Penyakit ginjal : ( - )

Penyakit endokrin :(-) Peny. Kelamin :(-)

Hipertensi :(-) Diabetes Melitus : ( - )

Pengobatan Penyinaran :

Lokalisasi :-

Lama penyinaran :-

PEMERIKSAAN FISIK

13
a. Status present

Keadaan umum : Tampak sakit sedang

Keadaan Gizi : Baik

Keadaan Penyakit : bisa jalan sendiri

Suhu : 36 0 C

TD :120/80 mmHg

HR : 84x/i

RR : 20x/i

TB : 160cm

Berat Badan : 57kg

Anemi :-

Icterus :-

Cyanose :-

Dyspnoe :-

Edema :-

b. Status Generalisata

Kepala : Dalam batas normal

Leher : Dalam batas normal

Thorax :

14
Cor : Bunyi Jantung normal, reguler, Bunyi Jantung Tambahan (-)

Pulmo : Suara pernapasan vesikuler, suara tambahan (-)

Kelenjar kelenjar supra / intra clavikula : tidak teraba

Mamae : DBN

Membesar :-

Hiperpigmentasi :-

Colostrum :-

Secret :-

Tumor-tumor :-

Tegang :-

Abdomen :

Membesar : (-)

Simetris / Asimetris : simetris

Soepel : (+)

Defense Musculare : (-)

Hepar : Tidak Teraba

Lien : Tidak Teraba

Shifting Dullness : (-)

Meteorismus : (-)

15
Ascites : (-)

Peristaltik Usus : (+) N

Tumor : teraba massa (+) berbatas tegas pada perut


bawah

Besarnya : sebesar tinju dewasa

Batas-batasnya : pole atas 1 jari dibawah pusat, pole bawah


selentang simphysis pubis

Konsistensi : solid

Permukaan : rata

Nyeri tekan : (+)

Status Ginekologi

Pemeriksaan Dalam

Inspekulo :

Portio : licin

Erosi :- - Polip :-

Ectropion :- - Bunga kol (exophytik) : -

Laserasi :- - Leukoplakia :-

Ovula naboti : - - Schiller test :-

Tampak darah di fornix posterior, kesan dari OUE, dibersihkan tidak mengalir

Vaginal Toucher

16
Uterus

Posisi : Anteflexi

Besarnya : Sebesar tinju dewasa

Mobilitas : Mobile

Konsistensi : Kenyal

Sakit waktu digerakkan : (+)

Nyeri tekan : (+)

Portio

Bentuk : Licin

Pembukaan : (-)

Contact bleeding : (+)

Parametrium Kanan/Kiri : Lemas

Adnexa Kanan/Kiri : Tidak ditemukan kelainan

Cavum douglas

Douglas crise : (-)

Menonjol/tidak : Tidak menonjol

Vagina

Dinding : Normal

Tanda-tanda peradangan : (-)

17
Sekret : (-)

Massa : (-)

Pemeriksaan sekret vagina

Langsung : tidak dilakukan pemeriksaan

Kultur : tidak dilakukan pemeriksaan

Pemeriksaan rectal toucher : spingter ani ketat, mukosa rectum licin (tidak
teraba massa, ampulla recti kosong

PAPS SMEAR

Diambil tanggal : (-)

Hasil : (-)

Anjuran : (-)

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Radiologi

Thorax : Tidak dilakukan pemeriksaan

Abdomen : Tidak dilakukan pemeriksaan

BNO-IVP : Tidak dilakukan pemeriksaan

Hasil laboratorium tanggal 26-12-2016


Hematologi

18
Darahrutin Nilai NilaiRujukansatuan
Hemoglobin 10,9 12 16 g/dl
Hitung eritrosit 3,6 3,9 - 5,6 106/l
Hitung leukosit 11.700 4,000- 11,000 /l
Hematokrit 31,0 36-47 %
Hitung trombosit 334.000 150,000-450,000 /l

Index eritrosit
MCV 85,9 80 96 fL
MCH 30,1 27 31 pg
MCHC 35,1 30 34 %

Hitung jenis leukosit


Eosinofil 2 13 %
Basofil 0 01 %
N.Stab 0 2 6 %
N. Seg 76 5375 %
Limfosit 16 2045 %
Monosit 6 48 %
Laju Endap Darah 77 0-20 mm/jam

Urin Rutin
Makroskopis
Warna kuning kuning
Kejernihan jernih jernih
PH 6,0 4,6-8,0
Berat Jenis 1.015 1.013-1.030
Protein negatif negatif
Glukosa negatif negatif
Nitritt negatif negatif
Bilirubin negatif negatif
Urobilinogen negatif UK 0,1-1
Mikroskopis
Kritorosit 0-1 L/PB
Leukosit 0-1 L/PB
Epitel 0-1
Kristal negatif negatif
Silinder negatif LPK negatif

USG-TAS:
KK terisi baik (penuh)

19
UT AF > BB ukuran 10,5 cm x 7,68 cm x 5,20 cm, tampak gambaran
hiperecoic intrauterine ukuran 6,35 cm x 3,98 cm
Adnexa kanan dan kiri dalam batas normal
Cairan bebas (-)
Kesan : Mioma Uteri

20
DIAGNOSA
Mioma Uteri
TERAPI
IVFD RL20 gtt/menit
As. Traneksamat
Inj. Ranitidine 1amp/ 12 jam
Lapor Supervisor dr. Anwar, Sp.OG
Advice :
R/ Cek darah rutin
Plano tes

21
FOLLOW UP Tanggal 25 Januari 2017

S : Keluar darah dari kemaluan tapi tidak terlalu banyak (menggunakan


pembalut)

O : Sensorium : CM

TD : 130/70 mmHg

HR : 100x/i

RR : 20x/i

T : 37oC

Status Lokalisata

Abdomen : soepel, peristaltik (+) N

TFU : tidak teraba ballotement

P/V :-

BAB dan BAK : (+) N

A : Mioma Uteri

P : IVFD RL 20 gtt/menit

Inj. Ranitidine 1amp/12 jam

Inj. Ditranek 500mg/8jam

FOLLOW UP Tanggal 26 Januari 2017

S : Keluar darah dari kemaluan tapi tidak terlalu banyak (menggunakan


pembalut)

22
O : sensorium : CM

TD : 120/80 mmHg

HR : 85x/i

RR : 20x/i

T : 36,5oC

Status Lokalisata

Abdomen : soepel, peristaltik (+) N

TFU : tidak teraba ballotement

P/V :-

BAB dan BAK : (+) N

A : Mioma Uteri

P : IVFD RL 20 gtt/menit

Inj. Ranitidine 1amp/12 jam

Inj. Ditranek 500mg/8jam

FOLLOW UP Tanggal 27 Januari 2017

S : tidak ada keluhan

O : sensorium : CM

TD : 120/70 mmHg

23
HR : 64x/i

RR : 20x/i

T : 36oC

Status Lokalisata

Abdomen : soepel, peristaltik (+) N

TFU : tidak teraba ballotement

P/V :-

BAB dan BAK : (+) N

A : Mioma Uteri

P : Rencana miomektomi dan hysterektomi namun Pasien


menolak tindakan.

24

Anda mungkin juga menyukai