PENDAHULUAN
Sterilisasi telah menjadi pilihan kontrasepsi yang popular bagi jutaan pria dan
wanita di Amerika Serikat serta di banyak negara di dunia. Prosedur ini diindikasikan
untuk mereka yang meminta sterilisasi dan yang mengerti secara jelas sifat permanen
dan kesulitannya serta pengambilan ke keadaan semula yang sering tidak berhasil.
Seorang wanita harus diberi konseling tentang pilihan kontrasepsi alternative
(Cunningham, 2010).
Ketika tuba falopii sudah terikat, mungkin 100% wanita yakin tidak pernah
ingin hamil. Tapi bagaimana jika berubah pikiran? Masih ada cara untuk
mewujudkannya. Dokter mungkin menyarankan operasi yang disebut "rekanalisasi
tuba." Seorang ahli bedah akan membuka kembali, membuka, atau menyambung
kembali saluran tuba dapat memiliki bayi lagi (Gaither, 2016).
1
Dokter akan mempertimbangkan beberapa hal sebelum pasien memutuskan
bahwa rekanalisasi merupakan keputusan yang tepat; usia, jenis operasi tubektomi
yang dilakukan sebelumnya, kesehatan secara keseluruhan dan kesehatan ovarium,
rahim, dan sisa saluran tuba, terutama panjangnya (Gaither, 2016).
Secara umum, rekanalisasi bisa tepat jika hanya bagian kecil dari saluran tuba
yang dibuang, atau jika tuba ditutup dengan cincin atau klip. Beberapa ahli bedah
mengatakan kandidat terbaik untuk rekanalisasi adalah perempuan muda dari usia 40
yang memiliki tuba yang terikat tepat setelah melahirkan, prosedur yang disebut
postpartum ligasi tuba (Gaither, 2016).
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Rekanalisasi
2.1.1 Definisi
Rekanalisasi adalah prosedur untuk mengembalikan kesuburan setelah seorang
wanita telah memiliki ligasi tuba - prosedur yang memotong atau blok saluran tuba
untuk mencegah kehamilan. Selama ligasi rekanalisasi, segmen diblokir dari saluran
tuba yang menghubungkan kembali ke sisa saluran tuba. Hal ini memungkinkan sel
telur untuk kembali bergerak melalui tabung dan sperma untuk perjalanan sampai
saluran tuba untuk bergabung dengan sel telur (MayoClinic, 2015).
2.1.2 Epidemiologi
Meskipun sterilisasi tuba dilakukan sebagai metode kontrasepsi permanen,
beberapa wanita mungkin meminta untuk pembalikan kesuburan mereka kembali.
Dalam suatu penelitian di India, alas an yang paling umum untuk melakukan
rekanalisasi adalah kematian atau kecacatan anak (72%), diikuti dengan pernikahan
yang ke dua (28%). Dalam penelitiannya juga, dengan proporsi yang signifikan
(42%) pasien tidak cocok untuk melakukan rekanalisasi, berbeda dengan di Belgia,
dimana hanya sebanyak 18% dari kasus yang tidak cocok untuk melakukan
rekanalisasi (Baheti, 2012).
3
sonde tuba. Lakukan patensi tuba dengan cara kanalis servikalis ditutup dengan klem
serviks, methylene blue diinjeksikan ke dalam kavum uteri, bila cairan tumpah
menunjukkan tuba proksimal paten. Tuba distal dinilai dengan memasukkan kanula
kecil melalui fimbria sampai ke ujung tuba, kemudian tuba bagian distal disumbat
dengan hati-hati dan cairan diinjeksikan. Bila tumpah, berarti tuba paten. Ujung ke
ujung anastomosis tuba dilakukan dengan menggunakan benang prolene nomor 0-7.
Empat jahitan pertama searah jam 6, 3, 9, dan 12 diambil di lapisan muskularis dan
kemudian jahitan di lapisan serosa. Hal yang perlu diperhatikan adalah jahitan tidak
boleh menembus mukosa. Setelah semua benang sudah ditempatkan, kemudia baru
diikat (Baheti, 2012).
4
Setelah rekanalisasi berhasil, pasien disarankan mencoba metode kontrasepsi
untuk siklus berikutnya. Pada pasien dimana operasi rekanalisasi tidak
berhasil,karena ketidaksesuaian tuba, pilihan dapat dirundingkan kembali. Semua
pasien setelah melakukan rekanalisasi diminta untuk mencapai konsepsi secara alami,
atau jika mereka gagal untuk hamil selama satu tahun, mereka dapat melakukan
inseminasi intrauteri (Baheti, 2012).
5
dan membutuhkan perawatan yang sering melibatkan pembuangan tuba (Ritossa,
2012).
2.1.6 Prognosis
Tingkat keberhasilan rekanalisasi tergantung pada beberapa faktor termasuk
usia, status kesuburan, perlengketan pelvis dan panjang tuba fallopi yang tersedia
untuk reanastomosis (penggabungan kembali). Tingkat kehamilan secara keseluruhan
sekitar 50%. Tingkat keberhasilan sangat mirip dengan fertilisasi in vitro, sehingga
untuk wanita yang ingin memiliki satu anak, mungkin lebih baik menggunakan cara
fertilisasi in vitro ini. Sebaliknya, pada wanita yang sudah cukup tua, tingkat
keberhasilan fertilisasi in vitro sangat rendah, akibatnya perempuan di usia 40-an
yang ingin memiliki anak kembali lebih baik menggunakan cara rekanalisasi
(Ritossa, 2012).
Penilitian yang dilakukan oleh Yassaee menunjukkan bahwa tingkat
keberhasilan rekanalisasi adalah 26.6%. Selama masa reproduksi, keinginan untuk
membalikkan ligasi tuba mungkin timbul. Teknik ligasi tuba merupakan faktor
terpenting yang mempengaruhi keberhasilan dalam operasi rekanalisasi. Karena
diameter saluran tuba bervariasi dari satu ujung ke ujung yang lain, peluang terbaik
untuk sukses terjadi ketika diameter dua bagian yang tersisa dari tuba memiliki
diameter yang hamper sama (Yassaee, 2014).
6
tingkat keberhasilan kehamilan berkisar dari 40% sampai 85%. Saat kehamilan
terjadi biasanya pada tahun pertama.
Selain usia, hamil setelah rekanalisasi tergantung pada hal-hal seperti :
Jenis prosedur ligasi tuba yang pernah dilakukan
Panjang dari tuba yang tersisa, dan apakah masih berfungsi dengan baik atau
tidak
Jumlah jaringan parut di daerah panggul
Hasil jumlah sperma pasangan dan tes kesuburan lainnya
Keterampilan dokter bedah (Gaither, 2016).
7
KESIMPULAN
4. Ada resiko bahwa kehamilan dapat terjebak di dalam tuba dan akan tumbuh di
dalamnya. Ini dikenal sebagai kehamilan ektopik dan dapat terjadi pada wanita
dengan tuba normal.
8
REFERENSI
9
LAPORAN KASUS GINEKOLOGI
Identitas Pasien
Nama : Ny. I
Umur : 41 Tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SMA
Identitas Suami
Nama : Tn. S
Umur : 49 Tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SMA
10
ANAMNESA
Ny.I 42 tahun, P3A0, Islam, Jawa, SMA, IRT, i/d Tn.A, 49tahun, Islam, Jawa,
Telaah : Keluar darah dari kemaluan yang telah dialami os sejak 5 hari
yang lalu diluar dari siklus haid. Keluar darah sudah 3 kali dalam sebulan, os
mengganti pembalut 3 kali sehari, darah yang keluar disertai gumpalan-gumpalan (+),
riwayat campur suami istri berdarah (-). Riwayat nyeri perut (+), riwayat keputihan
(-). Riwayat dikusuk (-), riwayat minum jamu-jamuan (-), riwayat penurunan berat
badan (-), BAK dan BAB (+) normal. RPT (-), RPO (-).
RIWAYAT HAID :
Menarche : 12 tahun
Dysmenorrhea : (+)
Metrorrhagia : (-)
Menorrhagia : (-)
Spotting : (-)
11
Climacterium : (-)
Menopause : (-)
P3 A0
1 Perempuan, 3200 gr, Aterm, klinik, PSP, ditolong oleh Bidan, sehat, 21 tahun
2 Perempuan, 3300 gr, Aterm, klinik, PSP, ditolong oleh Bidan, sehat, 17 tahun
3 Laki-laki, 3500 gr, Aterm, klinik, PSP, ditolong oleh Bidan, sehat, 11 tahun
Keputihan
Jumlah : sedikit
Warna : putih
Bau :-
Seksual / Perkawinan :
Kemandulan :-
Frigiditas / Vaginismus: -
Libido : sedang
Orgasmus :-
12
Dispareuni :-
Alkohol : Tidak
Pengobatan Penyinaran :
Lokalisasi :-
Lama penyinaran :-
PEMERIKSAAN FISIK
13
a. Status present
Suhu : 36 0 C
TD :120/80 mmHg
HR : 84x/i
RR : 20x/i
TB : 160cm
Anemi :-
Icterus :-
Cyanose :-
Dyspnoe :-
Edema :-
b. Status Generalisata
Thorax :
14
Cor : Bunyi Jantung normal, reguler, Bunyi Jantung Tambahan (-)
Mamae : DBN
Membesar :-
Hiperpigmentasi :-
Colostrum :-
Secret :-
Tumor-tumor :-
Tegang :-
Abdomen :
Membesar : (-)
Soepel : (+)
Meteorismus : (-)
15
Ascites : (-)
Konsistensi : solid
Permukaan : rata
Status Ginekologi
Pemeriksaan Dalam
Inspekulo :
Portio : licin
Erosi :- - Polip :-
Laserasi :- - Leukoplakia :-
Tampak darah di fornix posterior, kesan dari OUE, dibersihkan tidak mengalir
Vaginal Toucher
16
Uterus
Posisi : Anteflexi
Mobilitas : Mobile
Konsistensi : Kenyal
Portio
Bentuk : Licin
Pembukaan : (-)
Cavum douglas
Vagina
Dinding : Normal
17
Sekret : (-)
Massa : (-)
Pemeriksaan rectal toucher : spingter ani ketat, mukosa rectum licin (tidak
teraba massa, ampulla recti kosong
PAPS SMEAR
Hasil : (-)
Anjuran : (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Radiologi
18
Darahrutin Nilai NilaiRujukansatuan
Hemoglobin 10,9 12 16 g/dl
Hitung eritrosit 3,6 3,9 - 5,6 106/l
Hitung leukosit 11.700 4,000- 11,000 /l
Hematokrit 31,0 36-47 %
Hitung trombosit 334.000 150,000-450,000 /l
Index eritrosit
MCV 85,9 80 96 fL
MCH 30,1 27 31 pg
MCHC 35,1 30 34 %
Urin Rutin
Makroskopis
Warna kuning kuning
Kejernihan jernih jernih
PH 6,0 4,6-8,0
Berat Jenis 1.015 1.013-1.030
Protein negatif negatif
Glukosa negatif negatif
Nitritt negatif negatif
Bilirubin negatif negatif
Urobilinogen negatif UK 0,1-1
Mikroskopis
Kritorosit 0-1 L/PB
Leukosit 0-1 L/PB
Epitel 0-1
Kristal negatif negatif
Silinder negatif LPK negatif
USG-TAS:
KK terisi baik (penuh)
19
UT AF > BB ukuran 10,5 cm x 7,68 cm x 5,20 cm, tampak gambaran
hiperecoic intrauterine ukuran 6,35 cm x 3,98 cm
Adnexa kanan dan kiri dalam batas normal
Cairan bebas (-)
Kesan : Mioma Uteri
20
DIAGNOSA
Mioma Uteri
TERAPI
IVFD RL20 gtt/menit
As. Traneksamat
Inj. Ranitidine 1amp/ 12 jam
Lapor Supervisor dr. Anwar, Sp.OG
Advice :
R/ Cek darah rutin
Plano tes
21
FOLLOW UP Tanggal 25 Januari 2017
O : Sensorium : CM
TD : 130/70 mmHg
HR : 100x/i
RR : 20x/i
T : 37oC
Status Lokalisata
P/V :-
A : Mioma Uteri
P : IVFD RL 20 gtt/menit
22
O : sensorium : CM
TD : 120/80 mmHg
HR : 85x/i
RR : 20x/i
T : 36,5oC
Status Lokalisata
P/V :-
A : Mioma Uteri
P : IVFD RL 20 gtt/menit
O : sensorium : CM
TD : 120/70 mmHg
23
HR : 64x/i
RR : 20x/i
T : 36oC
Status Lokalisata
P/V :-
A : Mioma Uteri
24