Anda di halaman 1dari 4

BAB IV

PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dimana seorang perawat mengambil informasi
secara terus menerus terhadap anggota binaannya. Tahap ini mencakup pengumpulan
data, analisis/interprestasi data tentang bio, psiko, sosio, kultural, dan spiritual klien.
Tanda dan gejala yang ditemukan pada Trauma thoraks

yaitu

Gelisah, Pucat,

keringat dingin, Peninggian TVJ (tekanan vena jugularis), Pekak jantung melebar,
Bunyi jantung melemah, Terdapat tanda-tanda paradoxical pulse pressure, ECG
terdapat low voltage seluruh lead, Nyeri dada mendadak dan sesak napas, Gagal
pernapasan dengan sianosis dan Kolaps sirkulasi.
Trauma thorax adalah semua ruda paksa pada thorax dan dinding thorax, baik
trauma atau ruda paksa tajam atau tumpul. (Lap. UPF bedah, 1994). Didalam teori
terdapat penyebab dari trauma thoraks yaitu :
1) Tamponade jantung : disebabkan luka tusuk dada yang tembus ke
mediastinum/daerah jantung.
2) Hematotoraks : disebabkan luka tembus toraks oleh benda tajam, traumatik atau
spontan
3) Pneumothoraks : spontan (bula yang pecah) ; trauma (penyedotan luka rongga
dada) ; iatrogenik (pleural tap, biopsi paaru-paru, insersi CVP, ventilasi dengan
tekanan positif).
Sedangkan data yang di temukan penyusun

setelah melakukan pengkajian,

dengan cara wawancara, observasi dan melakukan pemeriksaan fisik secara langsung
pada keluarga Tn.D adalah:
1.

Dalam kasus ditemukan pada Tn D, 33 tahun mengalami


kecelakaan, mobilnya menabrak truk yang sedang berhenti. Saat itu ia tidak
menggunakan sabuk keselamatan. Dadanya membentur stir mobil. Tn D
dibawa ambulance ke IGD RSUD Kab. Tangerang. Saat dikaji Tn. D mengeluh
sesak, nyeri saat bernafas, tampak laserasi dan lebam pada dada, lebam lebih
hitam diarea kanan, pergerakan dada kanan tertinggal dari kiri sehingga
gerakan dada tidak simetris. Pada auskultasi dada kanan lebih redup dari dada
kiri. Tampak fraktur iga ke 6- 8 dengan hematopneumothoraks kanan.

Diputuskan pemasangan Water Seal Drainage, menggunakan sistem 3 botol.


Saat pemeriksaan TTV di dapatkan hasil RR 28x/ mnt, nadi 130x/ mnt, TD
130/ 90 mmHg, Suhu 38c. Aktifitas klien dibantu oleh keluarga dan terjadi di
tempat tidur. Klien mengatakan merasa bersyukur bisa selamat dari kecelakaan.
B. Diagnosa
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ekspansi paru yang tidak
maksimal karena trauma.
2. Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan reflek spasme otot
sekunder.
3. Inefektif bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan sekresi sekret
dan penurunan batuk sekunder akibat nyeri dan keletihan.
4. Risiko terhadap infeksi berhubungan dengan tempat masuknya organisme
sekunder terhadap trauma.
5. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidakcukupan kekuatan dan
ketahanan untuk ambulasi dengan alat eksternal.
6. Risiko terhadap infeksi berhubungan dengan tempat masuknya organisme
sekunder terhadap trauma.
Berdasarakan hal tersebut di atas di temukan adanya kesenjangan
antara teori dengan kasus dimana ada yang di temukan dalam teori tapi tidak
di temukan dalam kasus yatu:
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal
ditandai dengan gerakan dada tidak simetris.
2. Nyeri akut berhubungan dengan fraktur iga ditandai dengan tampak laserasi dan
lebam pada dada
3. Ansietas berhubungan dengan cemas ditandai dengan kurang pengetahuan pasien

C. Perencanaan
Rencana keperawatan adalah tindakan yang direncanakan oleh perawat untuk
dilaksakan dalam menyelesaikan atau mengatasi masalah kesehatan/masalah
keperawatan yang telah diidentifikasi. Perencanaan keperawatan mencakup
tujuan umum dan tujuan khusus yang didasarkan pada masalah yang dilengkapi

dengan kriteria standar yang mengacu pada penyebab. Selanjutnya perumusan


tindakan keperawatan yang berorientasi pada kriteria dan standar.
Dalam buku Setiadi (2008) mengemukakan bahwa perencanaan dibuat
berdasarkan diagnosa yang telah disusun dengan melibatkan anggota keluarga
yang bersangkutan, rencana keperawatan tersebut meliputi :
1. Tujuan keperawatan yang ingin dicapai
2. Rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan.
3. Kriteria keberhasilan
Untuk membantu mengatasi hal tersebut maka penyusun merencanakan
sesuai dengan teori yang ada :
1. Pada diagnosa Ketidakefektifan pola nafas pada Tn. D berhubungan
dengan kerusakan muskuloskeletal ditandai dengan gerakan dada tidak
simetris yaitu :
a. Berikan posisi yang nyaman, biasanya dnegan peninggian kepala
tempat tidur. Balik ke
sisi yang sakit. Dorong klien untuk duduk
sebanyak mungkin.
b. Obsservasi fungsi pernapasan, catat frekuensi pernapasan, dispnea
atau perubahan tanda-tanda vital.
c. Jelaskan pada klien bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk
menjamin keamanan.
d. Jelaskan pada klien tentang etiologi/faktor pencetus adanya sesak atau
kolaps paru-paru.
e. Pertahankan perilaku tenang, bantu pasien untuk kontrol diri dnegan
menggunakan pernapasan lebih lambat dan dalam.
f. Perhatikan alat bullow drainase berfungsi baik, cek setiap 1 2 jam
2. Pada diagnosa Nyeri akut berhubungan dengan fraktur iga pada Tn. D
berhubungan dengan tampak laserasi dan lebam pada dada.
a. Jelaskan dan bantu klien dengan tindakan pereda nyeri
nonfarmakologi dan non invasif.
b. Ajarkan Relaksasi : Tehnik-tehnik untuk menurunkan ketegangan otot
rangka, yang dapat menurunkan intensitas nyeri dan juga tingkatkan
relaksasi masase.
c. Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut.
d. Berikan kesempatan waktu istirahat bila terasa nyeri dan berikan
posisi yang nyaman ; misal waktu tidur, belakangnya dipasang bantal
kecil.
e. Tingkatkan pengetahuan tentang : sebab-sebab nyeri, dan
menghubungkan berapa lama nyeri akan berlangsung.
f. Kolaborasi denmgan dokter, pemberian analgetik.
3. Pada diagnosa Ansietas pada Tn. D berhubungan dengan cemas ditandai
dengan kurang pengetahuan pasien

a. Kaji ulang proses penyakit, prognosis dan faktor pencetus bila


diketahui
b. Berikan informasi tentang :
c. Sifat kondisi ( setelah kondisinya stabil)
d. Tujuan pengobatan yang diprogramkan
e. Pemeriksaan diagnostik (tujuan, gambaran pemeriksaan secara
singkat, dan persiapan yang diperlukan sebelum pemeriksaan
f. Berikan kontrol nyari yang efektif
g. Bantu pasien untuk mengidentifikasi ketakutannya/ kecemasannya.
h. Gunakan pendekatan psikotherapy interpersonal, daripada therapy
penafsiran.
D. Implementasi
Implementasi merupakan bagian akhir dalam asuhan keperawatan, yaitu
perawat melakukan tindakan sesuai rencana. Tindakan ini bersifat intelektual,
teknis, dan interpersonal berupa berbagai upaya memenuih kebutuhan dasar
keluarga atau klien. Tindakan keperawatan meliputi : tindakan keperawatan,
observasi keperawatan, pendidikan kesehatan /keperawatan, dan tindakan medis
yang di lakukan perawat ( Suprajitno, 2004 ).
Dalam bukuSetiadi (2008) pelaksanaan merupakan realisasi rencana
tindakan keperawatan yang telah ditetapkan. Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam pelaksanaan tindakan keperawatan adalah: tindakan keperawatan
dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang dibuat sebelumnya, dilakukan
dalam rangka alih teknologi dan keterampilan perawat, bila ada masalah yang
belum teratasi dapat dilakukan pada hari berikut, melakukan pendokumentasian
tentang tindakan yang telah dilakukan,

E. Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil implementasi
dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya.
Evaluasi tidak berhasil atau berhasil sebagian, perlu disusun rencana keperawatan
yang baru dan dengan menggunakan pendekatan lain. Perlu diperhatikan juga bahwa
evaluasi perlu dilakukan beberapa kali dengan melibatkan keluarga sehingga perlu
pula direncanakan waktu yang sesuai dengan kesediaan keluarga ( Setyadi, 2008 ).

Anda mungkin juga menyukai