Anda di halaman 1dari 42

TUGAS MANDIRI

PROSEDUR DIAGNOSTIK
(URINALYSIS AND URINE CULTURE, SPECIFIC GRAVITY, OSMOLALITY,
RENAL FUNCTION TEST, DIAGNOSIS IMAGING, UROLOGIC ENDOSCOPIC
PROCEDURE, BIOPSY)
BLOK URINARY

Disusun oleh:
Riska Anisa

(145070200111007)
Kelompok 2
Kelas 1
Regular 1

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2016

URINALYSIS DAN URINE CULTURE


1. Definisi
1.1. Urinalisis
Urinalisis adalah pemeriksaan fisik, kimia dan mikroskopis urin.
Pemeriksaan ini melibatkan sejumlah tes untuk mendeteksi dan
mengukur berbagai senyawa yang melewati urin (Linda J. dkk,
2015). Sedangkan menurut Mayo Clinic Staff 2014, urinalisis adalah
tes yang mengevaluasi sampel urin yang digunakan untuk
mendeteksi dan menilai berbagai gangguan, seperti infeksi saluran
kemih, penyakit ginjal, dan diabetes. Urinalisis melibatkan
pemeriksaan tampilan, konsentrasi dan isi urin. Peningkatan kadar
protein dalam urin bisa menjadi tanda penyakit ginjal.
Jadi urinalisis adalah suatu tes untuk untuk mendeteksi dan
mengukur berbagai senyawa dalam urin yang digunakan untuk
mendeteksi dan menilai baerbagai gangguan atau penyakit
terutama gangguan pada ginjal.
1.2. Urine Culture
Urine culture adalah pembiakan mikro organism dan bahan urin,
kuman yang ditumbuhkan diidentifikasi dengan diuji kepekaannya
terhadap antibiotik. Pemeriksaan urin kultur bertujuan untuk
mengetahui adanya mikroorganisme dalam urin, sehingga
digunakan untuk membantu diagnosis dokter dan dapat digunakan
sebagai pedoman pemberian antiiotik pada pasien.
2. Indikasi
2.1. Urinalisis
Urinalisis dilakukan karena beberapa alasan diantaranya:
a. Menilai kesehatan secara keseluruhan
Urinalisis sebagai bagian dari pemeriksaan medis rutin,
pemeriksan kehamilan, persiapaan pra-operasi, atau ketika
masuk rumah sakit dapat digunakan untuk menyaring berbagai
gangguan seperti diabetes, penyakit ginjal dan penyakit hati
b. Mendiagnosis kondisi medis
Urinalisis dapat mendiagnosa penyebab gejala seperti: sakit
perut, nyeri punggung, sering atau sakit saat buang air kecil,
darah dalam urin maupuun masalah kencing lainnya
c. Memantau kondisi medis

Bila terdapat diagnosis kondisi medis seperti penyakit ginjal atau


penyakit saluran kemih, urinalisis digunakan untuk memantau
kondisi dan pengobatan
d. Tes lain
Seperti tes kehaamilan dan pemutaran atau screening obat
untuk mengukur hormone human chorionic gonadotropin (HCG)
ddan mendeteksi obat tertentu atau produk metabolisme obat
tergantung pada tujuan pengujian
2.2. Urine Culture
a. Untuk mendiagnosis adanya UTI, cystitis, urethritis,
pyelonefritis, identifikasi pathogen dan untuk paduan terapi
antimicrobial
b. Tes saring atau tes kesehatan, keadaan patologik maupun
sebelum operasi
c. Infeksi saluran kemih
d. Kemungkinan adanya gangguan metabolisme
e. Gangguan penyakit ginjal dan riwayat adanya penyakit ginjal
f.
g.
h.
i.
j.
k.

dan saluran kemih


Gangguan endokrin seperti: DM, ikterik
Terapi yang mempengaruhi ginjal
Kehamilan
Toksikologi atau overdosis obat
Abnormalitas genetik
Gangguan metabolisme amino: sisteinuria, alkaptonuria,

feniketonuria
3. Kontraindikasi
Tidak ada kontraindikasi karena urinalisis merupakan salah satu
tes non-invasif karena tidak ada risiko yang merugikan dari tes ini
namun pada pemeriksaan ini perlu diperhatikan pada pasien yang
menggunakan atau mengkonsumsi obat-obatan atau vitamin yang
dapat mempengaruhi urinalisis
4. Persiapan alat
a. Cairan antiseptic
b. Cairan sabun
c. Air steril
d. Kasa 44 cm
e. Botol steril untuk specimen
f. Sarung tangan sekali pakai untuk diberikan pada klien wanita
g. Bedpan untuk menampung urin awal dan akhir pada wanita
h. Urinal untuk klien pria
5. Prosedur pelaksanaan
5.1. Pengambilan Spesimen urin
Hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan spesimen urin:

a. Spesimen urin pagi lebih pekat dan dapat mencerminkan


berbagai keabnormalan.
b. Urin tidak boleh dibiarkan pada suhu ruangan karena akan
berubah menjadi alkalin akibat terkontaminasi bakteri
pengubah urea dari lingkungan
c. Semua spesimen harus disimpan sesegera mungkin setelah
dimbil
d. Pemeriksaan mikroskopik perlu dilakukan dalam waktu jam
sesudah pengambilan untuk mencegah dissolusi elemen
seluler dan pertumbuhan baktri (kecuali jika telah
menggunakan metodde steril)
e. Spesimen urin harus diambil dari klien dengan teknik alir
f.

tengah menggunakan container bermulut besar


Pengumpulan spesimen urin dilakukan selama 24 jam

Prinsip pengumpulan spesimen urin 24 jam


a. Yakinkan klien memahami prosedur
b. Semua urin harus diampung dalam 24 jam menggunakan
teknik pengambilan steril
c. Minta klien mengosongkan kandung kemih pada jam tertentu
(misalnya jam 8 pagi) lalu urin dibuang
d. Kumpulkan urin berikutnya selama 24 jam pada wadah yang
memadai dan tertutup
e. Kumpulkan spesimen terakhir pada jam 8 pagi hari berikutnya
f. Simpan urin yang terkumpul di lemari penddingin
g. Mulai dengan kandungkemih kosong dan akhiri dengan
kosong pula
5.2. Klien Pria
a. Mencuci tangan
b. Menjelaskaan tujuan pengambilan spesimen urin
c. Menjelaskan kepada klien untuk membuka dan membersihkan
penis dan are meatus. Mencucinya dengan cairn antiseptic
dan dibilas.
d. Membiarkan miksi dan aliran urine keluar dan menampung
urin dalam botol kecil. Hindari aliran atau tetesaan urine akhir
5.3. Klien Wanita
a. Mencuci tangan
b. Menjelaskan tujuan pengambilan spesimen
c. Meminta klien membuka labia agar lubang urethra tterlihat
d. Membimbing klien atau biarkan klien duduk menyandar
dengan bagian bawah ada di bedpan atau di toilet

e. Mebersihkan area uretra dengan cairan antiseptik dan


membilasnya. Mencuci dari depan ke belakang dan tidak
f.

menggunakan kasa berkali-kali


Ketika labia telah dibua, minta klien untuk miksi dengan

mengejang
g. Biarkan urine mengalir ke dalam bedpan lalu ambil aliran
tengah untuk ditampung di botol steril dan yakinkan tidak
menyentuh genetalia
h. Mengirim spesimen ke laboratorium setelaah diberi label
i.

dengan identitas lengkap dari klien


Mendokumentasikan prosedur dan respon klien dalam catatan

klien
5.4. Kultur Urin
5.4.1. Hari I
a. Hitung angka kuman
Siapkan 4 tabung yang berisi NaCl steril 0,9 ml
Tambahkan 0,1 ml urin kedalam tabung, kemudian
lakukan pengenceran dengan mengambil 0,1 mldari
tabung I ke tabung II dan seterusnya
Dengan menggunakan ose standar atau 10 UL ambil
masing-masing pengenceran tanam pada media
CLED, inkubasi 37C selama 24 jam
b. Untuk biakan kuman ambil urin, tanam pada media BHI,
inkubasi pada suhu 37C selama 24 jam
5.4.2. Hari II
Sempel yang positif adanya kuman ditandai dengan
adanya kekeruhan, sempel yang positif ditanam pada
media BAP dan MC, inkubasi 37C selama 24 jam
Hitung angka kuman pada media CLED
5.4.3. Hari III
Koloni yang tumbuh di cat gram, bila gram negative
batang, maka tanam ke media gula-gula, inkubasi 37C
selama 24 jam. Bila gram positif coccus maka lakukan
catale test, coagulase test, tanam pada media D-Nase,
inkubasi 37C selama 24 jam
5.4.4. Hari IV
Baca pertumbuhan kuman pada media gula-gula dan media
lainnya, lakukan identifikasi kuman. Lakukan sencitivity test
pada media MH, inkubasi 37C selama 24 jam.
5.4.5. Hari V
Lakukan pembacaan, pengukuran diameter zona hambatan
6. Cara pembacaan

Untuk urinalisis hasil urin ada tiga yaitu:


6.1. Tes fisik
Tes fisik mengukur warna, transparansi (kejelasan) dan berat
jenis sampel urin. Dalam beberapa kasus, volume (output harian)
dapat diukur. Warna dan transparansi ditentukan dari pengamatan
visual dari sampel.
a. Warna
Urin normal berwarna kuning jerami. Warna yang abnormal
termasuk cerah kuning, coklat, hitam (abu-abu), merah dan
hijau. Pigmen ini mungkn akibat dari obat-obatan, sumber
makanan atau penyakit. Misalnya, urin merah dapat
disebabkan oleh darah atau hemoglobin, bit, obat, dan
beberapa porfiria. Hitam (abu-abu0 mungkin akibat dari
melanin (melanoma) atau asam homogentisat (alkaptonuria,
akibat dari gangguan metabolisme). Urin kuning cerah dapat
disebabkaan oleh bilirubin (pigmen empeu). Urin hijau dapat
disebabkan oleh biliverdin atau obat-obatan tertentu. Urin
oranye dapat disebabkan oleh beberapa obat atau
urobilinogen berlebihan (kerabat kimia urobilinogen). Urin
coklat dapat disebabkan oleh jumlah berlebihan prophobilin
atau urobilin (zat kimia yang diproduksi di usus).
b. Transparansi
Urin normal adalah transparan. Urin yang keruh dapat
disebabkan oleh proses normal atau abnormal. Kondisi
normal yang menimbulkan urin keruh termasuk pengendapan
Kristal, lender, atau keputihan. Penyebab abnormal
kekeruhan termasuk kehadiraan sel-sel darah, ragi/jamur dan
bakteri.
c. Berat jenis
Berat jenis urin adalah ukuran konsentrasi zat-zat trarut (zat
dalam larutan) dan mencerminkan kemampuan ginjaal untuk
mengkonsentrasikan urin (amenghemat air). Spesifik
gravitasi biasanya diukur dengan menentukan indeks bias
sampel urin (refractometry) atau dengan analisis kimia.
Gravitasi tertentu bervariasi dengan asupan cairan dan zat
terlarut. Ini akan meningkat (di atas 1.035) pada orang
dengan diabetes melitus dan orang yang mengknsumsi

sejumlah besar obat-obatan. Peningkatan akan terjadi juga


setelah melakukan radiologis ginjal karena ekskresi kontras x
ray. Berat jenis konsisten rendah (1,003 atau kurang) terlihat
pada orang dengan diabetes insipidus. Pada kegagalan ginjal,
gravitasi spesifik tetap sama dengan plasma darah (1,0081,010) terlepas dari perubahan dalam asupan garam dan air
pasien. Volume urin dibawah 400 ml per hari dianggap
oliguria (produksi urin rendah) dan dapat terjadi pada orang
yang mengalami dehidrasi dan beberapa penykit ginjal.
Volume lebih dari 2 liter (sedikit lebih dari 2 liter) per hari
dianggap poliuria (produksi urin berlebih. Hal ini umum pada
orang dengan diabetes melitus dan diabetes insipidus.
6.2. Tes Biokimia
Pengujian biokimia urin dilakukan dengan menggunakan strip
reagen kering, sering disebut dipsticks. Sebuah dipstick urine
terdiri dari strip plastik putih dengan penyerap microfiber
bantalan selulosa yang melekat padanya. Setiap pad
mengandung reagen kering yang diperlukan untuk tes tertentu.
Orang yang melakukan tes dips strip ke dalam urin,
memungkinkan itu duduk untuk jumlah waktu tertentu, dan
membandingkan perubahan warna grafik standar.
Tes tambahan yang tersedia untuk mengukur kadar bilirubin,
protein, glukosa, keton, dan urobilinogen dalam urin. Secara
umum, tes ini memberikan sensitivitas yang lebih besar. Sebuah
deskripsi singkat dari tes strip reagen kering yang paling umum
digunakan berikut:
a. pH: Kombinasi indikator pH (metil merah dan bromthymol
biru) bereaksi dengan ion hidrogen (H+) untuk menghasilkan
perubahan warna pada rentang pH 5,0-8,5. pengukuran pH
berguna dalam menentukan gangguan metabolik atau
pernapasan dalam keseimbangan asam-basa. Misalnya,
penyakit ginjal sering menyebabkan retensi H +
(pengurangan ekskresi asam). pH bervariasi dengan diet
seseorang, cenderung menjadi asam pada orang yang makan
daging tetapi lebih basa dalam vegetarian. pengujian pH juga
berguna untuk klasifikasi kristal urin.

b. Protein: Berdasarkan fenomena yang disebut "kesalahan


protein dari indikator," tes ini menggunakan indikator pH,
seperti tetrabromphenol biru, yang berubah warna (pada pH
konstan) saat albumin hadir dalam urin. Albumin adalah
penting dalam menentukan adanya kerusakan glomerulus.
glomerulus adalah jaringan kapiler di dalam ginjal yang
menyaring zat terlarut berat molekul rendah seperti urea,
glukosa, dan garam, tapi biasanya mencegah lewatnya
protein atau sel dari darah ke dalam filtrat. Albuminuria terjadi
ketika membran glomerulus rusak, kondisi yang disebut
glomerulonephritis.
c. Glukosa (gula): Tes glukosa digunakan untuk memantau orang
dengan diabetes. Ketika kadar glukosa darah naik di atas 160
mg / dL, glukosa akan terdeteksi dalam urin. Akibatnya,
glikosuria (glukosa dalam urin) mungkin indikator pertama
bahwa diabetes atau kondisi hiperglikemik lain hadir. Tes
glukosa dapat digunakan untuk menyaring bayi yang baru
lahir untuk galactosuria dan gangguan lain metabolisme
karbohidrat yang menyebabkan ekskresi urin dari gula selain
glukosa.
d. Keton: keton adalah senyawa yang dihasilkan dari pemecahan
asam lemak dalam tubuh. keton ini diproduksi lebih pada
gangguan metabolisme karbohidrat, terutama diabetes tipe 1
mellitus. Pada diabetes, kelebihan ketoacids dalam darah
dapat menyebabkan asidosis yang mengancam jiwa dan
koma. Ini ketoacids dan garamnya tumpah ke urin,
menyebabkan ketonuria. Keton juga ditemukan dalam urin
dalam beberapa kondisi lain, termasuk demam; kehamilan;
penyakit penyimpanan glikogen; dan penurunan berat badan
yang diproduksi oleh diet karbohidrat dibatasi.
e. Darah: Sel Merah dan hemoglobin dapat memasukkan urin
dari ginjal atau saluran kemih bagian bawah. Pengujian darah
dalam urin mendeteksi tingkat abnormal baik sel darah merah
atau hemoglobin, yang mungkin disebabkan oleh kerusakan
yang berlebihan merah sel, penyakit glomerular, ginjal atau
infeksi saluran kemih, keganasan, atau cedera saluran kemih.

f.

Bilirubin: Bilirubin adalah produk pemecahan hemoglobin.


Sebagian besar bilirubin yang diproduksi pada manusia
terkonjugasi oleh hati dan diekskresikan ke dalam empedu,
tetapi jumlah yang sangat kecil dari bilirubin terkonjugasi
diserap dan mencapai sirkulasi umum untuk diekskresikan
dalam urin. Tingkat normal bilirubin kemih bawah batas
deteksi tes. Bilirubin dalam urin berasal dari hati, dan tes
positif menunjukkan penyakit hati atau obstruksi

hepatobiliary.
g. Nitrit: Beberapa bakteri penyakit, termasuk laktosa-positif
Enterobactericeae, Staphylococcus, Proteus, Salmonella, dan
Pseudomonas mampu mengurangi nitrat dalam urin menjadi
nitrit. Sebuah tes positif untuk nitrit menunjukkan bacteruria,
atau adanya bakteri dalam urin.
h. Urobilinogen: urobilinogen adalah zat yang terbentuk di
saluran pencernaan dengan pengurangan bakteri dari bilirubin
terkonjugasi. Peningkatan urobilinogen kemih terjadi pada
ikterus prehepatic (anemia hemolitik), hepatitis, dan bentuk
lain dari nekrosis hati yang merusak sirkulasi darah di hati dan
organ sekitarnya. Tes urobilinogen membantu dalam
membedakan kondisi ini dari ikterus obstruktif, yang
i.

menghasilkan penurunan produksi urobilinogen.


Leukosit: Kehadiran sel darah putih dalam urin biasanya
menandakan infeksi saluran kemih, seperti sistitis, atau

penyakit ginjal, seperti pielonefritis atau glomerulonefritis.


6.3. Pemeriksaan mikroskopis
Sampel urine mungkin mengandung sel-sel yang berasal dari
darah, ginjal, atau saluran kemih bagian bawah. pemeriksaan
mikroskopik sedimen urin dapat memberikan petunjuk berharga
tentang banyak penyakit dan gangguan yang melibatkan sistem
ini.
Kehadiran bakteri atau ragi dan sel darah putih membantu untuk
membedakan antara infeksi saluran kemih dan sampel urin yang
terkontaminasi. Sel darah putih tidak terlihat jika sampel telah
terkontaminasi. Kehadiran gips selular (gips mengandung sel
darah merah, leukosit, atau sel-sel epitel) mengidentifikasi ginjal,
daripada saluran kemih bagian bawah, sebagai sumber sel-sel

tersebut. gips selular dan epitel ginjal (lapisan ginjal) sel adalah
tanda-tanda penyakit ginjal.
Pemeriksaan mikroskopis juga mengidentifikasi kristal baik
normal dan abnormal dalam sedimen. kristal abnormal yang
terbentuk sebagai hasil dari proses metabolisme normal dan
selalu signifikan secara klinis. kristal yang normal terbentuk dari
proses metabolisme normal; Namun, mereka dapat
menyebabkan pembentukan batu ginjal, atau batu ginjal.
Komponen
Warna
Opasitas
Berat jenis
Osmolalitas
pH
Glukosa
Keton
Protein
Bilirubin
Sel darah merah
Sel darah putih
Bakteri
Silinder
Kristal

Temuan Normal dalam Urinalisis Rutin


Nilai normal
Kuning pucat-kuning tua
Jernih
1,002-1,035
275-295 mOsm/L
4,5-8,0
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Tidak ada sampai 3
Tidak ada sampai 4
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Nurachmah, 2000

7. Peran Perawat
7.1. Pre Prosedur
Peran perawat pada pre procedure adalah mempersiapkan alat
yang akan dibutuhkan, mempersiapkan pasien dan
mempersiapkan lingkungan. Memberikan inform consent ke
pasien untuk memperoleh persetujuan dari pasien. Perawat
memberikan penjelasan kepada pasien mengenai tujuan
prosedur yang akan dilakukan. Perawat menganjurkan kepada
pasien untuk membersihkan area genetalis sebelum berkemih.
Perawat juga emberikan edukasi mengenai bagaimana cara
menampung spesimen yang benar seperti yang dijelaskan di atas
bila pasien ingin melakukannya sendiri.
7.2. Intra Prosedur
Perawat membantu pasien dalam melakukan pengumpulan
sepesimen. Member label ke spesimen dan hindari sinar matahi
secara langsung pada waktu menangani spesimen. Mengecek
spesimen yang diberikan pasien dan hindari urin yang

mengandung antiseptic. Lakukan pemeriksaan dalam waktu satu


jam setelah buaang air kecil
7.3. Post Prosedur
Mengucapkan terimakasih ke pada pasien dan menjelaskan
kembali kontrak selanjutnya. Membereskan peralatan dan
membantu memposisikan pasien bila diperlukan. Segera
mengirimkan spesimen ke laboratorium setelah diberi label
dengan identitas lengkap dari pasien. Mendokumentasikan
prosedur yang telah dilakukan dan mengevaluasi respon dari
pasien

SPECIFIC GRAVITY
1. Definisi
Menurut Lippincott, 2009 specific gravity adalah ukuran
konsentrasi dari zat terlarut, sebagai reflek kapasitas ginjal
terhadap konsentrasi urin. Kapasitas konsentrasi urin merupakan
jumlah pertama hilangnya fungsi ketika kerusakan renal tubular
terjadi. Specific grafity ditetapkan oleh perbandingan berat
spesimen urin dengan equivalen volume penyulingan air, yaitu
1.000. specific grafity urin berkisar dari 1.003 (sangat cair) ksampai
1.035 (konsentrasi tinggi).
Ada beberapa penilaian dalam pengukran spesifik grafity yatu
penilaian dengan refractometer, reagent strip atau refraktometer.
2. Indikasi
a. Komplikasi urinary tract infection (misalnya pyelonephritis)
b. Hypernatremia
c. Hyponatremia
d. Polyuria
3. Kontraindikasi
a. Pasien dengan DM
b. Pasien dengan pembedahan di saluran reproduksi
4. Persiapan Alat
a. Refraktometer atau reagent strip (Multistix)
b. Urinometer
c. Handscoon
d. Gelas penampung
e. Urin atau spesimen
f. Timbangan
g. Spuit
h. Aquadest
i. Pinset
j. Tabung reaksi

5. Prosedur Pelaksanaan
5.1. Persiapan pasien
a. Mengucapkan salam, memperkenalkan deiri dan menjelaskan
tujuan dari prosedur
b. Menjaga privasi pasien
c. Ketika pemisahan order urinalisisn pasien sebaiknya lebih
cepat dari 12 jam sebelum pengumpulan spesimen. Sebelum
mendapatkan USG (urine Specific Gravity) rutin (dimana

merupakan bagian dari urinalisis), beberapa obat termasuk


peningkatan USG seperti carbencillin, mungkin dibutuhkan
5.2.

untuk dilanjutkan
Mengumpulkan spesimen
a. Jika dilakukan di tempat tidur lakukan tes USG segera setelah
pengumpulan spesimen
b. Jika test tidak selesai dengan benar, pendiinginan spesimen
untuk penundaan lebih dari 2 jam dapat menyebabkan hasil

yang tidak dapat dipercaya


5.3. Melakukan test
a. Penilaian dengan urinometer
Cucu tangan dan pasang sarung tangan dan kumpulkan
spesimen urin. Membiarkan spesimen mencapai
temperature ruang (22C [71,6F]) sebelum test karena ini
merupakan temperature yang paling tepat untuk
menyesuaikan urinometer
Isi silinder sampai tiga perempat penuh urin. Kemudian
dengan hati-hati putar urinometer dan memaasukkannya
kedalam silinder
Kemudian urinometer berhenti turun naik/ bobbing, baca
specific gravity dari penyesuaian tanda skala yang tepat
dalam batang dari urinometer. Buat dengan pasti
tampungan intrumen dengan bebas dan jangan menyentuh
bagian dari silinder. Baca skala pada titik terendah dari
meniscus untuk memastikan pembacaan yang akurat.
Membuang urin dan bilas silinder urinometer di air dingin.
Air hangat menggumpalkan protein dalam urin, membuat
mereka menempel pada instrument tersebut
Lepaskan sarung tangan dan mencuci tangan dengan benar
untuk mencegah kontaminasi silang

b. Penilaian dengan refractometer


Cuci tangan dan pakai sarung tangan dan kumpulkan
spesimen urin
Tempatkan single drop dari urin dalam bagian refractometer
Hidupkan lampu dan lihat melalui eyepiece untuk melihat
skala indikasi specific grafity. Beberapa instrument
mempunyai digital display
Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan

c. Penilaian dengan reagent strip


Cuci tangan dan pakai sarung tangan dan dapatkan
spesimen urin yang terkontrol atau tidak
Masukkan bagian akhir reagent dari test strip kedalam
spesimen selama 2 detik
Tekan strip di tepi bawah spesimen untuk membuang
kelebihan air seni dan membandingkan perubahan warna
yang dihasilkan dengan baagan warna yang disediakan
Membuang urin dan wadah spesimen
Lepas sarung tangan dan cuci tangan

Berikut ini dapat meningkatkan berat jenis urine dan harus


dihentikan sebelum pengujian: dekstran, sukrosa, pewarna kontras
intravena
6. Cara Pembacaan Secara Global
Hasil normal pada dewasa biasanya berkisar dari 1.010 sampai
1.020. hasil abnormal biasanya dibawah 1.010 atau diatas 1.020. di
pasien dengan beberapa penyakit ginjal, USG(Urine Specific
Gravity) tidak berubah dengan intake cairan dan disebut specific
gravity tertentu.
Kondisi yang berhubungan dengan specific gravity urin yang
tinggi adalah sebagai berikut:
a. Kurang atau hilangnya volume (dehidrasi, diare, demam)
b. Sindrom hepatorenal
c. Gagal jantung
d. Syok
e. Sindrom dari hormone antidiuretic yang tidak tepat
Kondisi yang berhubungan dengan specific gravity urin yang
rendah adaah sebagai berikut:
a. Diabetes insipidus
b. Gagal ginjal
c. Polidipsia psikogenik
d. Peningkatan tekanan intracranial
e. Hipertensi maligna
7. Peran Perawat
7.1.
Pre Prosedur
Pada tahap ini peran perawata adalah mempersiapkan peralatan
yang diperlukan dalam specific gravity, persiapan passion dan
persiapann lingkungan. Perawat memberikan edukasi mengenai
tujuan dari procedur dan inform konsen kepada pasien.
7.2.
Intra Prosedur
Pada tahap ini perawat melakukan pengambilan spesimen atau
membantu pasien dalam melakukan pengambilan spesimen.
Perawat juga melakukan penilaian pada spesimen dengan
menggunakan urinometer, refractometer maupun menggunakan
reagent stript.
7.3.
Post Prosedur
Pada tahap ini perawat melakukan pemberesan alat dan
melakukan dokumentasi serta evaluasi pada pasien

OSMOLALITY
1. Definisi
Osmolalitas merupakan indeks konsentrasi zat terlarut.
Osmolalitas urin adalah ukuran konsentrasi partikel osmotik aktif,
terutama natrium, klorida, kalium, dan urea; glukosa dapat
memberikan kontribusi signifikan terhadap osmolalitas ketika hadir
dalam jumlah besar di urin.
Serum osmolalitas, ukuran jumlah partikel terlarut per unit air
dalam serum. Dalam larutan, semakin sedikit partikel zat terlarut
sebanding dengan jumlah unit air (pelarut), terkonsentrasi larutan
kurang. Sebuah osmolalitas serum yang rendah berarti lebih tinggi
dari jumlah air yang biasa dalam kaitannya dengan jumlah partikel
terlarut di dalamnya, dan menyertai overhydration, atau edema.
Peningkatan osmolalitas serum menunjukkan kekurangan volume
cairan. Pengukuran osmolalitas serum memberikan informasi
tentang status hidrasi dalam sel karena kesetimbangan osmotik
yang terus-menerus dipertahankan di kedua sisi membran sel
(homeostasis). Air bergerak bebas dan bolak-balik melintasi
membran dalam menanggapi tekanan osmolar yang diberikan oleh
molekul zat terlarut dalam intraseluler dan cairan ekstraseluler.
Serum osmolalitas mencerminkan status hidrasi intraseluler serta
kompartemen ekstraseluler dan dengan demikian menggambarkan
keseluruhan hidrasi tubuh. Nilai normal untuk osmolalitas serum
270-300 mOsm / kg air.
Osmolalitas urin ukuran jumlah partikel terlarut per unit air
dalam urin. Sebuah ukuran yang lebih akurat konsentrasi urin dari
berat jenis, osmolalitas urine berguna dalam mendiagnosis
konsentrasi urin pada gangguan ginjal dan dilusi serta dalam
menilai status hidrasi. Nilai normal adalah 500-800 mOsm / L.
2. Indikasi
a. Penentuan plasma dan osmolalitas urine dapat berguna dalam
penilaian gangguan elektrolit dan asam-basa.
b. Perbandingan dapat menentukan status pengaturan air ginjal
pada kasus gangguan elektrolit yang parah, yang mungkin
terjadi pada diabetes insipidus.
c. Penurunan kadar

Kelebihan masukan cairan


Infuse D5W yang terus menerus
SIADH/ Syndrome of inappropriate ADH secretion (hanya
serum)
Hiponatremia
Penyakit gagal ginjal akut
Diabetes insipidus (hanya urin)
d. Peningkatan kadar
Dehidrasi
Hiperglikemia
Hipernatremia
Diabetes insipidus (hanya serum)
SIADH/ Syndrome of inappropriate ADH secretion (hanya
urin)
e. Perbandingan urin dan serum
Meningkat pada prerenal azotemia
Menurun pada acute tubular necrosis
3. Kontraindikasi
Tidak terdapat kontaindikasi
4. Persiapan Alat
a. Fotometer clinicon 4010
b. Semprit 10mL, sekali pakai
c. Tabung reaksi dan rak
d. Cup eppendorf volume 0,5 mL
e. Pipet semitomatik 50 mikrometer
f. Centrifuge Kubota KN 70
g. Tip pipet biru dan kuning
h. Urinometer
i. Osmometer osmomat 030 dari gonotec GmBH
j. Electrolyte analyzer (AVL 120)
k. Thermometer ruangan
l. Timbangan analitik Ohaus
m. Pot urin 20 mL
5. Prosedur Pelaksanaan
a. Meminta pasien untuk mengumpulkan urin 24 jam
b. Utuk tes 24 jam, awanya pasien mengosongkan kandung kemih.
Biasanya dimulai pukul 7 pagi. Semua urin 24 jam disimpan
dalam container dalam es atau di refrigerator
c. Mungkin dianjurkan atau diperintahkan diet tinggi protein
d. Pada akhir tes spesimen dilabel dan dikirim ke llaboratorium
e. Serum
Ambil 5 sampai 10 ml darah vena, dan masukkan ke dalam

f.

tabung berwarna merah, hindari hemolisis


Tidak perlu pembatasan makanan dan cairan
Urin
Berikan diet tinggi protein selama 3 hari sebelum
pemeriksaan
Puasa minum selam 8-12 jam sebelum pemeriksaan

Kumpulkan spesimen urin pada pagi hari. Spesimen urin yang


pertama dibuang, 2 jam kemudian diambil spesimen kedua
dan dikirim ke laboratorium. Osmolalitas urin seharusnya
tinggi pada pagi hari.
g. Apabila terdapat penurunan kadar
Hubungan penurunan osmolalitas serum dengan
pengenceran serum yang disebabkan oleh masukan cairan
yang berlebihan
Observasi tanda-tanda dan gejala-gejala kelebihan cairan
(misalnya batuk konstan dan mengiritasi, dispnea,
pembesaran vena leher dan tanggan dan bunyi rales pada
auskultasi). Anjurkan klien untuk mengurangi masukan cairan
Tentukan apakah penurunan osmolalitas urin dapat
disebabkan oleh kelebihan masukan cairan (sehari >1,8 liter)
atau pemberian infuse D5W yang terus menerus. Osmolalitas
urin <200mosm/kg setelah pembatasan makanan dan cairan
dapat menunjukkan gangguan ginjal awal.
Observasi tanda dan gejala intoksikasi cairan (misalnya sakit
kepala, bingung, peka, berat badan meningkat)
h. Apabila terdapat peningkatan kadar
Tentukan status hidrasi klien. Dehidrasi akan menyebabkan
peningkatan osmolalitas serum dan urin
Kaji tanda dan gejala dehidrasi (misalnya haus, mukosa
membrane kering, turgor kulit kurang baik dan gejala-gejala
seperti syok). Anjurkan klien untuk menungkatkan masukan
cairan
Perhatikan keadaan hiperglikemia dan glikosuria. Keduaanya
dapat menyebabkan peningkatan osmolalitas serum dan urin.
Bandingkan osmolalitas serum dengan urin. Jika mengalami
hipoosmolar serum (hiperosmolaritas), mungkin disebabkaan
oleh sindrom ADH (SIADH) yang tak sesuai
6. Pembacaan Secara Global
a. Dewasa
: Serum 280-300 mosm/kg H2O
Urin 50-1200 mosm/kg H2O
b. Anak
: Serum 270-290 mosm/kg H2O
Urin sama seperti dewasa
c. Bayi baru lahir
: Serum 100-600 mosm/kg H2O
d. Urine to serum ratio 1:1 to 3:1
Osmolalitas serum = 2 Na + (BUN : 3) + (glukosa : 18)
7. Peran perawat
7.1.
Pre Prosedur

a. Jelaskan kepada klien mengenai tujuan dan prosedur tes


osmolaritas
b. Diet normal diresepkan untuk 3 hari sebelum tes
c. Untuk meningkatkan sensitivitas uji osmolalitas, diet protein
tinggi dapat dipesan selam 3 hari sebelum tes. Tidak ada
cairan yang harus diambil pada makan malam dan tidak ada
makanan atau cairan harus diambil setelah makan malam
sampai koleksi dilakukan
7.2.
Intra Prosedur
Segera mengirim spesimen urine ke laboratorium untuk
dianalisis dan member label pada spesimen urin
7.3.
Post Prosedur
a. Berikan pasien makanan dan cairan segera setelah spesimen
urin terakhir diperoleh
b. Menafsirkan hasil tes dan memantau secara tepat
c. Melakukan dokumentasi dan evaluasi

RENAL FUNCTION TEST


1. Definisi
Renal fungtion test atau tes fungsi ginjal adalah tes yang
dilakukan untuk mengevaluasi beratnya penyakit ginjal dan
mengikuti perjalanan klinik. Pemeriksaan ini juga memberikan
informasi tentang efektifitas ginjal dalam melaksanakan fungsi
ekskresinya. Pemeriksaan ini seperti BUN, kreatinin, kreatinin
clearence
2. Indikasi
a. Untuk mengidentifikasi kelemahan renal dini pada pasien yang
berisiko seperti:
Diabetes melitus
Hypertensi
SLE
UTI
UTI obstruction
Usia yang lebih tua
b. Untuk diagnosa penyakit ginjal tertentu
c. Untuk menilai respon dari treatment pada penyakit ginjal
d. Untuk menyesuaikan dosis dari obat kemoterapi
e. Untuk merencanakan penggantian terapi di penyakit ginjal yang
telah lanjut
3. Kontraindikasi
a. Apabila hasil imagin terlihat kecil
b. Infeksi saluran kemih akut
c. Kanker testis atau kantung empedu
d. Tumor pasu ginjal dan uretra
e. Karsinoma prostat
4. Persiapan Alat
a. Handscoon
b. Botol plastic penampung urin
c. Masker
d. Label penamaan pada media penampung urin
e. Spektrofotometer, fotometer atau analyzer kimiawi
5. Prosedur Pelaksanaan
5.1.
Kreatinin Serum
a. Jenis sempel untuk kreatinin darah adalah serum atau plasma
heparin.
b. Kumpulkan 3-5 ml sampel darah vena dalam tabung bertutup
merah (plain tube) atau tabung bertutup hijau (heparin)
c. Lakuka sentrifugasi dan pisahkan serum atau plasmanya
d. Catat jenis obat yang dikonsumsi oleh penderita yang dapat
meningkatkan kadar kreatinin serum

e. Tidak ada pembatasan asupan makanan ataau minuman,


namun sebaiknya pada malam sebelum uji dilakukan,
penderita dianjurkan untuk mengkonsumsi daging merah
f. Kadar kreatinin diukur dengan metode kolorimeter
5.2.
Blood Urea Nitrogen (BUN)
a. Untuk mengukur kadar ureum diperlukan sampel serum atau
plasma heparin
b. Kumpulkan 3-5 ml darah vena pada tabung bertutup merah
atau bertutup hijau (heparin), hindari emolisis
c. Centrifus darah kemudain pisahkan serum atau plasmanya
untuk diperiksa
d. Penderita dianjurkan untuk puasa terlebih dahulu selama 8
jam sebelum pengambiln sempel darah untuk mengurangi
pengaruh diet terhadap hasil laboratorium
e. Kadar ureum (BUN) diukur dengan metode kolorimeter
f.

menggunakan fotometer atau analyzer kimai


Pengukuran berdasarkan atas reaksi enzimatik dengan
diasetil monoksim yang memanfaatkan enzim urease yang

sangat spesifik terhadap urea


g. Konsentrasi urea umumnya dinyatakan sebagai kandungan
nitrogen, yaitu nitrogen urea darah (BUN). Namun dibeberapa
negara konsentrasi ureum dinyatakan sebagai berat urea
total
h. Nitrogen menyumbang 28/60 dari berat total urea, sehingga
konsentrasi urea dapat dihitung dengan mengalikan
konsentrasi BUN dengan 60/28 stsu 2,14
5.3.
Kreati Klirens
a. Metode klirens kreatinin untuk penentuan LFG yang
membutuhkan pengumpulan kemih yang akurat. Meskipun
pengumpulan kemih 24 jam dipakai sebagai metode
strandard dalam pengukuran klirens kreatinin, pngumpulan
kemih jangka pendek (1-2 jam juga dapat dilakukan
b. Klien diminta untuk miksi dan mengosongkan buli pada pukul
7 pagi
c. Kemih tersebut dibuang dan saat itu dicatat sebagai waktu
mulainya pengumpulan kemih
d. Semua kemih yang dikumpulkan dalam waktu 24 jam
berikutnya ditampung dan disimpan dalam kulkas atau
termos dingin

e. Pada akhir dari 24 jam penngumpulan ( pukul 7 pagi


keesokan harinya), klien diminta kencing dan mengosongkan
f.

bulinya dan kemih ditampung


Volume keming ditampung dicatat dengan seksama lalu

dikirim ke laboratorium untuk estimasi kadar kreatinin


g. Darah untuk estimasi kreatinin sebaiknya diambil pada
midpoint dari pengumpulan kemih (kurang lebih 12 jam)
h. Apabila pengambilan darah tersebut tidak memungkinkan,
i.

darah dapat diambil pada akhir dari pengumpulan kemih


Untuk menyeragamkan satuan pengukuran LPG, hasilnya
diinterpolasikan terhadap luas permukan tubuh (ml/min/1,73
m2) sehingga didapatkan rumus sebagai berikut:

V ( mL ) 1,74
( mg
dL )
mg
Pcr (
1440 SA( m2)
dL )
Ucr

Ccr (ml/min/1,73 m2) =

Keterangan :
Ccr
: klirens kreatinin
Ucr
: kadar kreatinin
V
: volume kemih yang dikumpulkan dalam 24 jam
Pcr
: kratinin plasma
SA
: luas permukaan tubuh
1440
: jumlah waktu dalam menit dimana kemih
ditampung (24 jam 60 menit = 1440 menit)
6. Pembacaan Secara Global
6.1.
Kreatinin Serum
Kreatinindarah meningkat jika fungsi ginjal menurun. Oleh
karena itu kreatinin dianggap lebih sensitive dan merupakan
indicator khusus pada penyakit ginjal dibandingkan uji dengan
kadar nitrogen urea darah (BUN). Sedikit peningkatan kadar BUN
dapat menandakan terjadinya hipovolemia (kekurangan volume
cairan). Namun kadar kreatinin sebesar 2,5 mg/dl dapat menjadi
indikasi kerusakan ginjal. Kreatinin serum sangat berguna untuk
mengevalusi fungdi glomelurus
6.2.
BUN
Untuk menilai fungsi ginjal, permintaan pemeriksaan BUN
hampir selalu disatukan dengan kreatinin (dengan darah yang
sama. Rasio BUN terhadap kreatinin merupakan suatu indeks
yang baik untuk membedakan antara bebagai kemungkinan
penyebab uremia. Rasio BUN/kreatinin biasanya berada pada
rentang 12-20. Peningkatan kadar BUN dengan kreatinin yang

normal mengindikasikan bahwa penyebab uremia adalah


nonrenal (prarenal). Peningkatan BUN lebih pesat dari pada
kreatinin menunjukkan penurunan fungsi ginjal. Pada dialysis
atau transplantasi ginjal yang berhasil, urea turun lebih cepat
daripada kreatinin. Pada gangguan ginjal jangka panjang yang
parah, kadar urea terus meningkat, sedangkan kadar kreatinin
cenderung mendatar, mungkit akibat ekskresi melalui saluran
cerna. Rasio BUN/kreatinin rendah (<12 atau>20)dengan
kreatinin normal dijumpai pada uremia prarenal, diet tinggi
protein, perdarahan saluran cerna, keadaan katabolik. Rasio
BUN/kreatinin tinggi (>20) dengan kreatinin tinggi dijumpai pada
azotemia prarenal dengan penyakit ginjal, gagal ginjal, dan
azotemia pascarenal
6.3.
Kreatinin Klirens
Kreaatinin klirens atau endogen paling sering dipaakai untuk
menentukan LFG. Meskipun kreatinin bebas filtrasi dalam
glomelurus , terdapat sejumlah kecil kreatinin diskresi dalam
tubukus. Perlu pengumpulan kemih 24 jam. LFG berhubungan
terbalik dengan kadar kreatinin plasma.
7. Peran Perawat
7.1.
Pre Prosedur
a. Menyediakan inform consent
b. Menjelaskan prosedur kepada klien
c. Mempersiapkan alat
d. Mempersiapkan klien ddan lingkungan

7.2.
a.
b.
c.
7.3.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Intra Prosedur
Persiapan ke pasien
Melakukan pengambilan sample urin
Memberikan marker pada sampel urin
Post Prosedur
Menyerahkan sampel ke laboratorium
Mengambil hasil cek lab
Mengidentifikasi hasil
Menyerahkan ke dokter
Berdiskusi dengan dokter mengenai hasil
Memberikan hasi ke pasien
Menjelaskan hasil ke pasien dengan berkolaborasi bersamaa
dokter

DIAGNOSIS IMAGING
1. Definisi
Pencitraan diagnostic adalah suatu cara untuk mengahasilkan
gambar atau citra organ bagian dalam tubuh manusia dengan
menggunakan suatu peralatan dan hasil gambaran itu digunakan
dokter untuk menegakkan diagnosa suatu penyakit. Contoh
pencitraan diagnostic dalam ilmu radiologi adalah USG dan MRI
USG adalah suatu alat radiologi yang menggunakan gelombang
suara ultrasonik untuk menghasilkan gambaran bentuk, gerak,
ukuran suatu organ dalam tubuh manusia. Kelebihan dari USG
adalah tidak menggunakan radiasi pengion, tidak menibulka rasa
sakit, pemeriksaanya cepat, aman dan mudah serta memiliki nilai
diagnostic yang tinggi. Kekurangganya sendiri tidak mampu menilai
tulang, tidak dapat digunakan untuk melihat organ tubuh berongga
yang berisi gas.
Satyanegara (2010) mengatakan hampir seluruh tubuh
menganding hydrogen dalam bentuk air dan lemak. Maka dari itu,
hampir seluruh jaringan dan organ dapat diperiksa dengan MRI,
kecuali korteks tulang dan organ-organyang mengandung udara
seperti paruparu dan lambung.
Ada beberapa keunggulan aplikasi pemeriksaan MRI cranial
dibanding CT Scan yaitu untuk ksaus-kasus sklerosis multiple dan
penyakit-penyakit demieliminasi, lesi-lesi fosa posterior (tumor,
infark), akumulasi cairan ekstra aksial, penyakit metabolic dan
degeneratif, epilepsy/temporal lobe seizures. Sebaliknya CT Scan
cenderung lebih unggul pada kasus-kasus trauma akut seperti
fraktur kalvaria dan perdarahan akut, (kususnya subaraknoid),
meningioma, pasien-pasien yang tidak kooperatif, pasien-pasien
dengan klip dan alat pacu jantung, lesi-lesi yang berklasifikasi.
2. Indikasi
2.1.
MRI
a. Susunan saraf pusat (otak, tulang belakang)
b. Persendian (musculoskeletal)
c. Pemeriksaan toraks (mediastinim)
d. Kardiovaskuler (jantung)
e. Abdomen (organ visceral)
f. Ginekologi
g. Urogenital
h. Sumbatan ureter

i.
j.
k.
l.
2.2.
a.
b.

Fibrillipomatosis
Infeksi
Kista ginjal
Tumor
CT Scan
Mendeteksi perdarahan intra Cranial
Lesi yang memenuhi rongga otak (Space Occupying

c.
d.
e.
2.3.
a.
b.
c.

Lesion/SOL)
Edema cerebral
Adanya perubahan struktur otak
Mengidentifikasi infark, hidrosevaalus dan atrofi otaak
Urogravi Intravena (IVU)
Hematuria
Batu ginjal
Kolik ureter atau kecurigaan adanya batu. Pasien dengan
retensi urin dan infeksi saluran kemih dianjurkan untuk

melakukan USG dibandingan IVU


2.4.
USG
a. Radang pada tractus urinarius
b. Terabanya ada masa pada pinggang dan punggung
c. Kadar kreatinin yang tinggi
d. Sakit yang hebat pada daerah rusuk atau sakit pinggang
e. Hematuria( kencing darah)
f. Berkurangnya atau sedikitnya jumlah urin yang dikeluarkan
g. Hydronephrosis
h. Tidak terlihat fungsi ginjal pada pemeriksaan BNO-IVP
i. Adanya masa di abdomen pada pemeriksaan radiologi
j. Retensi urin dan infeksi saluran kemih
3. Kontraindikasi
3.1.
MRI
a. Penderita dengan alat pacu jantung
b. Cochlear implant
c. Adanya klip penjepit arteri, aorta dan aneurisma serta benda
asing yang bersifat feromagnetik dalam organ vital
d. Pasien-pasien akut/gawat darurat yang non kooperatif,
dimensia/pikun, klustrofobia
e. Wanita hamil muda (trimester pertama atau 3 bulan
pertama)
3.2.
CT Scan
a. Alergi terhadap media kontras IVCM
b. Penyakit yang kontarindikasi dengan IVCM seperti gangguan
ginjal, hipertiroidisme, feokromositoma, myestenia gravis
3.3.
IVU
Pasien dengan retensi urin daan infeksi saluran kemih dianjurkan
untuk melakukan USG dibanding dengan IVU
3.4.
USG
Tidak ada kontraindikasi
4. Persiapan Alat

4.1.
MRI
Alat MRI
4.2.
CT Scan
a. Alat CT Scan
b. Spuit
c. Bahan kontras
4.3.
USG
a. Alat USG
5. Prosedur Pelaksanaan
5.1.
Persiapan pasien
a. Lakukan inform consent
b. Tanyakan riwayat alergi
c. Lihat fungsi ginjal (kreatinin <1,3 gr/dl)
d. Lakukan tes alergi dengan cara:
Suntikkan 1 cc bahan kontras, intravena, tunggu 5 menit,
lihat reaksi alergi +/ Suntikkan 0,5 cc intra cutaana, tunggu 5 menit, lihat
reaksi alergi +/ Bila tidak ada alergi suntukkan bahan kontras intravena
sesuai dosis 1 cc/kgBB untuk dewasaa, 1-2 cc/kgBB untuk
5.2.

anak-anak
MRI

Prosedur pemeriksaan MRI sangat sederhana, beberapa langkah


yang harus diikuti pasien adalah sebagai berikut :
a. Pasien dianjurkan untuk puasa 4 jam sebelum pemeriksaan
b. Pasien mengenakan pakaian yang telah disiapkan petugas
kami.
c. Pasien harus menanggalkan semua perhiasan yang bersifat
logam atau alat elektronik genggam, misalnya handphone,
kalkulator, dll, karena dapat mempengaruhi gambaran
diagnostik.
d. Kartu kredit tidak boleh dibawa ke dalam ruang pemeriksaan,
karena magnet kartu kredit akan rusak.
e. Pasien dengan alat pacu jantung/katup jantung, dilarang
masuk ke ruang magnet, sedangkan pasien dengan prothesa,

gigi palsu, alat bantu pendengaran, diharuskan


menginformasikan kepada petugas kami.
f.

Sedangkan pasien anak yang tidak kooperatif, maka


diperlukan obat penenang.

g. Pasien diminta untuk berbaring dengan tenang di meja


pemeriksaan.
h. Selama prosedur pemeriksaan tersebut pasien akan
mendengar suara-suara ribut yang menandakan medan
magnet sedang bekerja, tetapi dengan kemampuan fasilitas
MRI yang kami miliki, maka suara ribut tsb sangat ditekan,
dan kami memeberikan pilihan musik selama pemeriksaan,
sehingga pasien menjalani pemeriksaan dengan nyaman.
5.3.
CT Scan
a. Pasien akan diminta untuk melepaskan pakaian, perhiasan,
atau benda lain yang dapat mengganggu dengan prosedur.
b. Pasien akan diberikan sebuah gaun untuk dikenakan.
c. Jika prosedur dilakukan dengan kontras, intravena (IV) line
akan dimulai pada tangan atau lengan untuk injeksi dari
pewarna kontras. Untuk kontras oral, pasien akan diberikan
persiapan kontras cair untuk menelan.
d. Pasien akan berbaring di meja scand. Bantal dan tali dapat
digunakan untuk mencegah pergerakan selama prosedur.
e. Teknolog akan berada di ruangan lain di mana kontrol
pemindai berada. Namun, pasien akan terlihat oleh teknolog
melalui jendela. Pembicara dalam scanner akan
memungkinkan teknolog untuk berkomunikasi dengan pasien
dan mendengar. Pasien akan memiliki tombol panggilan
sehingga dapat membiarkan teknolog tahu apakah pasien
f.

memiliki masalah selama prosedur.


Pemindai mulai berputar di sekitar pasien, sinar-X akan
melewati tubuh untuk jumlah waktu yang singkat. Pasien

g.

akan mendengar suara klik, yang normal.


X-ray yang diserap oleh jaringan tubuh akan terdeteksi oleh
pemindai dan dikirim ke komputer. Komputer akan mengubah

informasi menjadi sebuah gambar untuk ditafsirkan oleh ahli


radiologi.
h. Kien akan tetap diam selama prosedur. Pasien mungkin
diminta untuk menahan napas di berbagai waktu selama
i.

prosedur.
Jika prosedur menggunakan pewarna kontras, pasien akan
dipindahkan dari pemindai setelah set pertama scan telah
selesai. Set kedua scan akan diambil setelah pewarna kontras

j.

telah diberikan.
Jika pewarna kontras yang digunakan untuk prosedur, pasien
mungkin merasa efek ketika pewarna disuntikkan ke jalur IV.
Efek ini termasuk kemerahan, rasa asin atau logam di mulut,
sakit kepala, atau mual dan muntah. Efek biasanya

berlangsung selama beberapa saat.


k. Pasien harus memberitahukan teknolog jika pasien merasa
kesulitan bernapas, berkeringat, mati rasa, atau jantung
l.

berdebar-debar.
Bila prosedur telah selesai, pasien akan dipindahkan dari

pemindai.
m. Jika infus dimasukkan untuk pemberian kontras, infuse set
tersebut akan diganti.
n. Pasien mungkin diminta untuk menunggu waktu singkat
sementara ahli radiologi memeriksa scan untuk memastikan
kejelasan hasilnya.
5.4.
USG
Teknik Pemeriksaan USG Ginjal:
a. Posisi supine & lateral decubitus
b. Menggunakan gel sebagai coupling medium
c. Transduser 3,5 MHz yang umum dipakai. Transduser 5 MHz
untuk menghasilkan gambar yang sangat baik pada anakanak/ dewasa kurus.
d. Menahan nafas pada saat inspirasi maksimal memindahkan
ginjal ke arah inferior sekitar 2,5 cm dan dapat menghasilkan
gambar lebih baik.
USG Ginjal kanan:
Transduser sepanjang batas lateral subkostal kanan pada
garis aksilaris anterior selama menahan napas saat inspirasi.
USG Ginjal kiri:

Pasien pada posisi right lateral decubitus dan probe di


garis aksilaris posterior kiri atau di sudut kostovertebra kiri.
5.5.

IVU
Sebanyak 50-100 ml media kontras dengan osmolar rendah

yang teriodinisasi disuntikan ke pasien. Kontras dengan cepat


mencapai ginjal dan akan dikeluarkan melalui filtrasi glumerolus.
(Pradip. 2007).
6. Pembacaan Secara Global
6.1. MRI
Sinyal-sinyal yang tergabung di dalam tubuh yang terdiri dari
molekul-molekul yang bergerak ditangkap oleh antena dan dikirim
ke layar monitor menjadi gambaran yang jelas dari struktur rongga
tubuh bagian dalam.
6.2. CT Scan
6.3. USG
a. Gelombang ultrasonik yang dipancarkan oleh transducer akan
menumbuk berbagai objek di dalam tubuh manusia
b. Gelombang ultrasonik itu akan dipantulkan kembali dalam
bentuk energi mekanik (getran frekuensi tinggi) dan diterima
lagi oleh transducer
c. Transducer bertindak sebagai penerima akan mengubah energi
mekanik itu menjadi energi listrik dan mentransfernya ke CPU
untuk diubah menjadi gambar yang tampil di monitor.
d. Warna hiyam putih yang tampil disebabkan karena perbedaan
getaran/pantulan objek karena gelombang ultrasound

6.4. IVU
a. Foto 5 menit post injeksi
Tampak kontras mengisi ginjal kanan dan kiri.
b. Foto 15 menit post injeksi
Tampak kontras mengisi ginjal, ureter.
c. Foto 30 menit post injeksi (full blass)
Tampak blass terisi penuh oleh kontras
d. Foto Post Mixi
Tampak blass yang telah kosong.
7. Peran Perawat
7.1. Pre Prosedur
a. Peran perawat USG
Menjelaskan kepada klien tujuan dan prosedur pemeriksaan
MRI
Mengantarkan klien ke tempat pemeriksaan diagnostik
b. Peran perawat MRI
Khusus untuk MRI yang memerlukan zat kontras, maka
menganjurkan klien untuk puasa 4 jam sebelumnya.
Ajarkan prosedur pemeriksaan
Pindahkan alat bantu terutama yang dapat menyebabkan
interferensi pada medan magnet
Jelaskan pada klien bahwa mereka memerlukan waktu
berada pada alat selama 30 menit
Kaji kebutuhan obat penenang (Sunardi. 2008).
Membantu pasien melepaskan semua barang-barang yang
terbuat dari logam (Jam tangan dan dompet yang berisi
kartu kredit harus disimpan di loker karena medan magnet
akan merusak kartu kredit).
Bila pasien mempunyai benda-benda logam ditanam dalam
tubuh (implant, stent, pen, pacemaker, hearing aid, gigi
palsu) harus disampaikan pada petugas.
c. Peran Perawat CT Scan
Peran perawat pada CT scan tanpa kontras
Memberi penjelasan kepada pasien tentang indikasi
pemeriksaan CT scan dan risikonya
Pengkajian
Pengkajian terutama ditujukan kepada penggunaan zat
kontras. Zat yang umum digunakan adalah iodium atau
barium. Kaji apakah ada adanya reaksi terhadap zat kontras
seperti hematoma pada tempat injeksi dan nadi pada area
sekitarnya Sedangkan sebelum pemberian perlu diaji apakah
klien memiliki elargi tertentu contohnya terhadap iodium

atau terhadap ikan yang dikeringkan. Penggunaan kontras


dapat berbahaya karena dapat mengiritasi pembuluh darah.
Sedangkan klien yang memiliki kecenderungan alergi dapat
mengalami shock anafilaktik.
Membantu memposisikan pasien di meja CT Scan
Intervensi:
a. Kaji adanya alergi terhadap zat kontras
b. Berikan informasi yang jelas dan lengkap tentang CT
Scan termasuk prosedur pemeriksaannya
c. Jelaskan tentang adanya pemberian kontras
d. Pindahkan alat bantu yang mengganggu sebelum
pemeriksaan
e. Ajarkan klien gejala pada reaksi alergi (takipnea,
distress pernafasan, urtikaria, mual dan muntah)
(Sunardi. 2008).
Peran perawat sebelum dan selama prosedur CT Scan dengan
kontras:
a. Menerangkan manfaat dan resiko pemeriksaan, (setelah
dokter memberi penjelasan ke pada pasien)
b. Meminta tanda tangan untuk inform consent
c. Lakukan anamnesa apakah pasien hamil/ amenorrhoe
d. Membantu petugas radiologi menjelaskan bagaimana
pemeriksaan CT Scan dilakukan
e. Buat informed consent ( pasien, orang tua,keluargapasien)
f.

Lepaskan baju yang ada logam (artefak logam pd hasil) ganti


dengan baju khusus (tanpa logam) (Harris, Alison., Charles
V.Z., Iain, D., 2001).

7.2. Intra Prosedur


Peran perawat MRI
a. Memposisikan pasien berbaring terlentang dengan posisi
kedua lengan di samping

badan.

b. Mendampingi pasien apabila diperlukan


Peran perawat CT Scand
a. Bila harus memegang pasien, perawat harus memakai
apron
b. Dalam memposisikan pasien, jangan memperberat keadaan
pasien

7.3. Post Prosedur


a. Mengantar kembali keruangan
b. Memberi saran untuk mengkonsumsi makanan dan minuman
bergizi dan antioksidan

UROLOGIC ENDOSCOPIC PROCEDURES


1. Definisi
Endourology atau prosedur endoskopi urologi, dapat dilakukan
dengan salah satu dari dua cara, menggunakan cystoscope
dimasukkan ke dalam uretra, atau perkutan, melalui sayatan kecil.
Pemeriksaan sitoskopis digunakan untuk memvisualisasikan
langsung uretra dan kandung kemih. Cystoscope yang dimasukkan
melalui uretra ke dalam kandung kemih, memiliki sistem yang
menyediakan lensa optic yang dapat diperbesar, penerangan
pandangan kandung kemih (Gambar 43-8). Penggunaan cahaya
intensitas tinggi dan interchangeable lensa memungkinkan
visualisasi yang sangat baik dan gambar gerak yang akan diambil.
Cystoscope dimanipulasi untuk memungkinkan visualisasi lengkap
uretra dan kandung kemih serta lubang saluran kemih dan uretra
prostat. Kateter ureter kecil dapat melewati cystoscope untuk
penilaian ureter dan pelvis pada setiap ginjal.
2. Indikasi
a. Kidney stones
b. Ureteropelvic junction obstruction
c. Ureteral strictures
d. Tumors within the kidney collecting system
e. Ureter and relief of blockage in the kidney
3. Kontraindikasi
a. Infeksi saluran kemih yang tidak diobati,
b. Endoskopi tanpa cakupan antibiotik yang tepat,
c. and uncorrected bleeding diathesis
4. Persiapan Alat
Peralatan endoskopi yang harus disiapkan disesuaikan dengan
jenis pemeriksaan atau tindakan dan diagnosis klien. Persiapan
tersebut adalah sebagai berikut.
Standart persiapan alat pada kegiatan endoskopi diagnostic
a. Skop sesuai kebutuhan:
Gastroskopi
Lolonoskopi, atau
Duodenuskopi (skop lensa lateral)
b. Sumber cahaya (light sourch)
c. Suction pump
d. Printer endoskopi dengan kertasnya
e. Monitor TV
f. Sarung tangan steril
g. Beberapa aksesori sesuai kebutuhan:
Injektor varises esophagus

Injektor varises anus/hemoroid


Ligator esophagus
Biopsi forcep sesuai jenis skop
Dan lainnya
h. Mouth piece
i. Satu set peralatan cuci
j. Anastesi lokal spray
k. Jeli pelumas skop
l. Kassa atau tisu
m. Baju skot kerja
n. Obat obat darurat (emergency) bila diperlukan
o. Oksigen bila diperlukan
5. Prosedur Pelaksanaan
a. Sebelum melaksankan prosedur pemeriksaan dapat diberikan
preparat sedative
b. Anestesi topical local disemprotkan ke dalam uretra sebelum
ahli urologi memasukkan alat sistoskop
c. Pemeberian diazepam (valium) intravena bersama dengan
preparat anestesi topical uretra dapat diberikan
d. Sebagai alternatif lain dapat digunakan anestesi local atau
umum
e. Alat endoskop dimasukkan dengan melihatnya secara langsung
f. Uretra dan kandung kemih diinspeksi
g. Larutan urugasi steril disemprotkan untuk menimbulkan
distensi kandung kemih dan membilas keluar semua bekuan
darah sehingga visualisasi menjadi lebih baik
h. Penggunaan cahaya dengan intensitas tinggi dan lensa yang
bisa ditukar-tukar memungkinkan visualisasi yang sangat baik
serta memudahkan pembuatan gambar-gambar yang diam dan
yang bergerak (Agus. 2008)
6. Pembacaan Secara Global
Cystoscope ini memungkinkan urolog untuk mendapatkan
spesimen urin dari setiap ginjal untuk mengevaluasi fungsinya. Cup
forceps dapat dimasukkan melalui cystoscope untuk biopsi.
7. Peran Perawat
7.1.
Pre Prosedur
a. Beri waktu untuk mengungkapkan rasa takut, cemas dan
masalah yang dirasakan.
b. Mantapkan klien pada penjelasan dokter tentang prosedur
c. Puasakan klien selama 6-8 jam sebelum tindakan
d. Lepaskan gigi palsu dan plat parsiar bila klien memakai alat
bantu tersebut
e. Jaga kebersihan mulut (hygiene oral)
f. Persiapkan premedikas
7.2.
Intra Prosedur

Membantu dokter dalam melaksanakan prosedur


7.3.
Post Prosedur
a. Berikan bantuan dan atau latihan pada klien untuk membalik
dan napas dalam tiap 2 jam.
b. Anjurkan dan siapkan untuk kumur salin hangat
c. Siapkan dan berikan cairan hangat sampai klien mampu
untuk menlan tanpa ketidaknyamanan kemudian makan
sesuai diet yang ditentukan.
d. 4. Jaga kebersihan mulut (hygiene oral)
e. 5. Berikan penjelasan mengenai tanda dan gejala yang harus
dilaporkan pada dokter. Misalnya peningkatan nyeri / nyeri
f.

telan, pendarahan , kesulitan bernapas , dan muntahan .


Ajak tukar pendapat tentang latihan napas dalam dan

kebersihan mulut.
g. Sampaikan untuk rawat jalan terus-menerus sampai
dinyatakan sembuh

BIOPSY
1. Definisi
Biopsi ginjal dilakukan dengan menusukkan jarum biopsi
melalui kulit ke dalam jaringan renal atau dengan melakukan biopsi
terbuka

melalui

luka

insisi

yang

kecil

didaerah

pinggang.

Pemeriksaan ini berguna untuk mengevaluasi perjalanan penyakit


ginjal dan mendapatkan spasimen bagi pemeriksaan mikroskopik
elektron

serta

imunofluoresen.

Khususnya

bagi

penyakit

glomerulus. Sebelum biopsi dilakukan, pemeriksaan koagulasi perlu


dilakukan

lebih

dahulu

untuk

mengidentifikasi

setiap

resiko

terjadinya perdarahan pascabiopsi.


Prosedur. Pasien dipuasakan selama 6 hingga 8 jam sebelum
pemeriksaan. Set infus dipasang. Spesimen urin dikumpulkan dan
disimpan untuk dibandingakan dengan spesimen pascabiopsi. Jika
akan dilakukan biopsi jarum, pasien diberitahukan agar menahan
napas (untuk mencegah gerakan ginjal) ketika jarum biopsi
ditusukkan.
Pasien yang sudah dalam keadaan sedasi ditempatkan dalam
posisi berbaring telungkup dengan bantal pasir diletakan dibawah
perut. Kulit pada lokasi biopsi diinfiltrasi dengan preparat anestesi
lokal. Jarum biopsi ditusukan tepat di sebelah dalam kapsula ginjal
pada kuadran ginjal sebelah luar. Lokasi jarum dapat dipastikan
melalui fluoroskopi atau ultrasouand dengan menggunakan teknik
khusus. Pada biopsi terbuka dilakukan insisi yang kecil di daerah
ginjal sehingga ginjal dapat dilihat secara langsung.
2. Indikasi
Biopsy ginjal biasa direkomendasikan untuk kondisi seperti di
bawah ini:
a. Hematuria, adanya darah di dalam urin
b. Proteinuria, adanya protein berlebih di dalam urin
c. Impaired kidney function, yang menyebabkan berlebihnya hasil
limbah di dalam darah (National Kidney and Urologic Diseases
Information Clearinghouse, 2013).

d. Gagal ginjal akuttanpapenyebab yang jelas


e. Gagal ginjal kronisdengan ginjalberukuran normaldan tidak
adapenyebab yang jelas.
f. Disfungsi ginjaltransplantasi (Epsom, 2006).
3. Kontraindikasi
Kontraindikasi
Thrombocytopenia,

Alasan
Resiko Perdarahan

uncorrected platelet
dysfunction, bleeding or
coagulation disorders,
haemorrhagic tendencies
Perinephric abscess or

Subsequent abscess

pyelonephritis
Pasien tidak kooperatif atau

development
Tidak dapat mengikuti

gangguan mental

perintah , bisa juga

Documented renal

membutuhkan sedasi
Resiko Penyebaran

neoplasm/tumor
Hipertensi yang tidak

Sangat mudah terjadi

terkontrol

perdarahan walaupun
dengan waktu pembekuan

Solitary kidney(Ginjal Soliter)

yang normal
Perdarahan yang tidak
terkontrol karena
nefroektomi atau sumbatan
saluran urinari dari
gumpalan darah yang dapat
menyebabkan gagal ginjal

4. Persiapan Alat
a. Sedative (xylazyne hydrochloride and butorphanol tertrate)
b. 14-gauge, 6-inch (15 cm) biopsy needle
c. Clippers
d. Material untuk persiapan aseptik
e. Sarung tangan steril
f. 2% mepivacaine (Carbocaine) or other suitable local anesthetic,
25-gauge needle, and 3-ml syringe
g. Sterile sleeve and sterile lubricant for ultrasound-guided biopsy
of the right kidney
h. 10% buffered formalin (Saunders, 2008).

5. Prosedur Pelaksanaan
a. Biopsi ginjal biasanya dilakukan di rumah sakit dan klien
sepenuhnya terjaga dengan obat penenang ringan. Anestesi
lokal diberikan sebelum jarum dimasukkan.
b. Pasien diposisikan berbaring di perut mereka untuk
memposisikan ginjal dekat permukaan punggung klien. Biasanya
diletakkan bantal di bawah perut. Dan untuk biopsy
transplantasiginjal,prosedurnyaserupa namunkarenaposisi
ginjaldi perut bagian bawahdan penempatan ginjal lebih
superficial,pasien diposisikantelentang.
c. Dokter menandai situs entri, membersihkan daerah tersebut,
dan menyuntikkan obat penghilang rasa sakit lokal. Semua
prosedur dilakukan dengan teknik steril.
d. Untuk biopsi yang menggunakan jarum dimasukkan melalui
kulit, dokter menggunakan x-ray atau peralatan USG untuk
menemukan ginjal dan jarum yang digunakan untuk
mengumpulkan jaringan.
e. Pasien diminta untuk menahan nafas mereka ketika dokter
menggunakan alat pegas untuk memasukkan jarum biopsi dan
mengumpulkan jaringan, biasanya sekitar 30 detik atau sedikit
lebih lama untuk setiap penyisipan. Instrumen pegas membuat
f.

suara mengklik tajam yang dapat mengejutkan pasien.


Dokter mungkin perlu memasukkan jarum tiga atau empat kali
untuk mengumpulkan seluruh sample prosedur. Dan biasanya
membutuhkan waktu sekitar satu jam, termasuk waktu untuk
menemukan ginjal, membersihkan lokasi biopsi, menyuntikkan
obat penghilang rasa sakit lokal, dan mengumpulkan sampel

jaringan.
a. Pasien yang rentan terhadap masalah perdarahan tidak harus
dibiopsi melalui kulit. Pasien-pasien ini mungkin bisa menjalani
biopsi ginjal melalui operasi terbuka di mana ahli bedah
membuat sayatan dan dapat melihat ginjal untuk
mengumpulkan sampel jaringan.
6. Pembacaan Secara Global
6.1. Makroskopis
Terdapat 2 keping jaringan panjang 5 cm, diameter 0,2 cm dan
panjang 1,5 cm, diameter 0,2 cm, warna putih

6.2. Mikroskopis
Pada pengecatan pass jones sediaan cukup representative (8
buah Glomelurus), glomelurus hiperseluler, mesaangial fokal
segmental lumen kapiler tidak mengecil, dinding kapiler tidak
menebal, tubulus dilapisi epitel kuboid selapis,sebagian
kolumner bersilia, tidak mengandung hyaline cast stroma
intestinal sebagian vibrotik vaskuler tidak skleroyik
7. Peran Perawat
7.1.
Pre Prosedur
a. Memberitahu pasien untuk tidak mengkonsumsi obat
obatan yang dapat mempengaruhi pembekuan darah
paling tidak selam satu minggu sebelum proses biopsy
b. Jika pasien memerlukan obat untuk penyakit lain lakukan
konsultasi dengan dokter
c. Menyiapkan inform consent
d. Menjelaskan tindakana yang akan dilakukan
7.2.
Intra Prosedur
a. Membantu peralatan yang dibutuhkan dokter saat
melakukan operasi
b. Memantau monitor media operasi
c. Melakukan injeksi blus dan pengecekan darah pasien
7.3.
Post Prosedur
a. Merapikan alat pasca operasi
b. Mengevaluasi pasien pasca biopsy
c. Memantau kondisi pasie

DAFTAR PUSTAKA
Encyclopedia of Surgery. Urinalysis. Victoria E. DeMoranville Mark A.
Best (Online). (Diakses pada 23 Mei 2016,
http://www.surgeryencyclopedia.com/St-Wr/Urinalysis.html
Mayo Clinic Staff. 2014. Test and Procedures Urinalysis (Online).
(Diakses pada 23 Mei 2016, http://www.mayoclinic.org/testsprocedures/urinalysis/basics/results/prc-20020390)
Nurachmah, Elly. 2000. Buku Saku Prosedur Keperawatan MedikalBedah. Jakarta: EGC Vorvick. Linda J. 2015. Urinalysis (Online).
(Diakses pada 23 Mei 2016,
https://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/003579.htm)
Flasar, Cathy. 2008. What is Urine Specific Gravity ?(Online).(
http://journals.lww.com/nursingcriticalcare/Citation/2008/11000/W
hat_is_urine_specific_gravity_.3.aspx, diakses pada 23 Mei 2016)
Ghadban, Rugheed. 2014. Specific Gravity (Online).
(http://emedicine.medscape.com/article/2090711overview#showall, diakses pada 23 Mei 2016)
Lippincott, Williams. 2009. Nursing Procedures. 5th. New York: Wolters
Kluwer
Newman D, Price C. 2006. Renal function and nitrogen metabolites. In
Tietz Textbook of Clinical Chemistry. Fourth edition. Philadelphia:
WB Saunders Company
Jacobs & DeMott Laboratory Test Handbook (2001) Lexi-Comp, Inc,
Hudson, OH, 5th Edition, pp 236-237 (Online).
(ttps://www.childrensmn.org/Manuals/Lab/UrineStool/020099.pdf,
diakses pada 23
Saunders, 2008. Equine Emergencies Treatment and Procedures. St
Louis: Elseiver.
Sunardi. 2008. Computed Tomography Scan (CT Scan) dan
MagneticResonance Imaging (MRI) Pada Sisten Neurologis.
nardinurses.files/2008/01/konsep-ct-scan-mri.pdf. Diakses 6 Juni
2014 2.54 pm.

Anda mungkin juga menyukai