LAPORAN KASUS
I.
IDENTITAS
Nama
: An. R
Alamat
: Pakis haji
Umur
: 6 tahun
Kelamin
: Perempuan
Pekerjaan
: sekolah TK
Status
: Belum menikah
Tanggal periksa
: 11 april 2014
II.
RIWAYAT KASUS
Riwayat penyakit sekarang : Gigi permanen pasien tumbuh dan gigi susunya belum
tanggal, orang tua pasien baru mengetahui bila gigi permanen pasien tumbuh 1 hari
yang lalu. Gigi susunya hanya goyang dan belum tanggal. Pasien tidak pernah
mengeluh sakit gigi sebelumnya.
Riwayat perawatan
a. Gigi: b. Jaringan lunak rongga mulut dan sekitarnya : -
Riwayat kesehatan
Kelainan darah
: (-)
Kelainan endokrin
: (-)
Gangguan nutrisi
: (-)
Kelainan jantung
: (-)
: (-)
Gangguan pencernaan
: (-)
Gangguan respiratori
: (-)
Kelainan imunologi
: (-)
Gangguan TMJ
: (-)
1
Tekanan darah
: (-)
Diabetes mellitus
: (-)
Lain-lain
: (-)
Keadaan sosial/kebiasaan :
a. Pasien berasal dari keluarga dengan sosial ekonomi cukup
b. Sikat gigi 2x sehari saat mandi pagi dan sore
c. Suka makan permen, coklat dan jajan yang manis manis.
d. Pasien minum susu dengan menggunakan botol dot.
Riwayat Keluarga :
a. Kelainan darah
b. Kelainan endokrin
c. Diabetes melitus
d. Kelainan jantung
e. Kelainan syaraf
f. Alergi
g. lain-lain
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
8
8 8
karies
V
IV
II I I
III
V IV III II
I
I I
II III IV
II III IV
karies
karies
8
Keterangan Gambar :
I I
= Persistensi
1 1
= Eruption
II I I II = Rampan Karies
III IV
1
7
eruption
2
8
I I Persistensi
II I I II Rampan karies
III IV
V. RENCANA PERAWATAN :
- I I
= Pro Ekstraksi
- II I I II = Pro Observasi
III IV
1. Pengobatan : 2. Pemeriksaan Penunjang :
Lab.Rontgenologi mulut/ Radiologi
Lab.Patologi anatomi
Sitologi
Biopsi
Lab.Mikrobiologi
Bakteriologi
Jamur
:::::::3
Lab.Patologi Klinik
:-
:::-
3. Rujukan :
= Persistensi
= Rampan Karies
LEMBAR PERAWATAN
Tanggal
11- 4 -2014
Elemen
I I
Diagnosa
Persistensi
Therapi
Pro Extraksi
Keterangan
KIE:
Menjaga kebersihan
II I I II
Rampan
III
Karies
IV
Observasi karies
BAB II
PEMBAHASAN
II.1Persistensi Gigi Sulung
II.1.1 Definisi
Persistensi gigi sulung adalah suatu keadaan dimana gigi sulung belum tanggal,
disusul dengan erupsinya gigi permanen. Keadaan ini sering dijumpai pada anak usia 6 12
tahun. Berikut ini merupakan jadwal erupsi dari gigi permanen (Boedihardjo, 1985).
II.1.2 Etiologi
Secara normal gigi susu akan diresorpsi sempurna oleh sel-sel osteoklas sehingga gigi
menjadi goyang dan akhirnya tanggal beberapa saat sebelum gigi permanen penggantinya
muncul.
gangguan yang disebabkan oleh multifaktor, diantaranya: ankilosis, lambatnya resorpsi akar
5
gigi susu, hipotiroid, dan malposisi benih gigi permanen. Persistensi gigi juga dapat
disebabkan karena gangguan nutrisi. Gangguan akan konsumsi vitamin A dapat menyebabkan
terganggunya proses kalsifikasi dari dentin dan enamel. Hal ini mengakibatkan proses erupsi
menjadi terhambat sehingga menjadi persistensi (Boedihardjo, 1985).
kontra lateral, ada atau tidak infeksi, semua faktor faktor ini harus dipertimbangkan dalam
menentukan kapan gigi sulung dicabut (Barid Izzata dkk, 2007).
Indikasi
1. Natal tooth/neonatal tooth
Natal tooth : gigi erupsi sebelum lahir
Neonatal tooth : gigi erupsi setelah 1 bulan lahir dan biasanya gigi:
-
Mobiliti
Dapat mengiritasi : menyebabkan ulserasi pada lidah
Mengganggu untuk menyusui
2. Gigi dengan karies luas, karies mencapai bifurkasi dan tidak dapat direstorasi sebaiknya
dilakukan pencabutan. Kemudian dibuatkan space maintainer.
3. Infeksi di periapikal atau di interradikular dan tidak dapat disembuhkan kecuali dengan
pencabutan.
4. Gigi yang sudah waktunya tanggal dengan catatan bahwa penggantinya sudah mau erupsi.
5. Gigi sulung yang persistensi
6. Gigi sulung yang mengalami impacted, karena dapat menghalangi pertumbuhan gigi tetap.
7. Gigi yang mengalami ulkus dekubitus
8. Untuk perawatan ortodonsi
9. Supernumerary tooth.
10. Gigi penyebab abses dentoalveolar
Dalam mempertimbangkan perawatan konservatif pada gigi sulung dengan infeksi
pulpa/periapikal, kondisi sistemik pasien sama pentingnya dengan kondisi lokal. Bila tidak
dapat menghilangkan infeksi di dalam atau sekitar gigi, prosedur konservatif akan
membahayakan bagi pasien dengan rhematik fever dan lain-lain. Prosedur konservatif kontra
indikasi penyakit jantung kongenital, kelainan ginjal dan kasus fokal infeksi. Fokal infeksi
dapat menyebabkan bakterimia pada penderita jantung kongenital sehingga menyebabkan
perjalaran penyakit di organ lain.
Kontra Indikasi :
1. Anak yang sedang menderita infeksi akut di mulutnya.
Misalnya akut infektions stomatitis, herpetik stomatitis. Infeksi ini
disembuhkan dahulu baru dilakukan pencabutan.
7
Pencabutan gigi anak jelas harus memperhatikan penyebab utama kondisi gigi anak tidak
dapat dipertahankan (tidak dapat dirawat). Insidensi terbesar pencabutan gigi anak jelas
karena faktor karies gigi. Karies gigi pada anak, merupakan kondisi patologis yang sering
sekali tidak begitu diperhatikan oleh orang tua anak pada umumnya. Karies pada anak, bisa
mulai terjadi saat anak mulai tumbuh gigi. Bila orang tua tidak memperhatikan kondisi
kesehatan gigi dan mulut anak, sering sekali terjadi rampan karies. Rampan karies merupakan
kondisi terdapat karies yang sangat meluas hampir terdapat di setiap gigi. Bila gigi anak
terkena karies dan tidak dirawat, maka akan menyebabkan patologis pada gigi, dengan gejala
rasa sakit gigi (linu, sakit saat makan dan tidur,gusi mudah berdarah). Kondisi ini sudah
memasuki tahap pulpitis, adanya peradangan pada gigi anak. Dan bila tetap segera ditangani,
makan akan menyebabkan gigi masuk dalam tahap kondisi non vital, disebut dengan gangren
pulpa. Gigi dengan kondisi ini akan mudah cepat rusak dengan cepat. Tindakan ekstraksi
sangat perlu dilakukan.
3. Aspek Tumbuh dan Kembang Anak
Selain mengetahui kondisi psikologis anak, serta penyebab utama dalam penentuan
pencabutan gigi anak. Dokter gigi juga harus bisa mengetahui, proses tumbuh dan kembang
anak. Penting untuk diperhatikan, dengan mengetahui hal ini, seorang dokter gigi bisa
memperkirakan, efek-efek yang berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan
terhadap gigi geligi anak selanjutnya pasca pencabutan. Tidak hanya berdasarkan etiologi
pencabutan karena karies gigi. Pencabutan gigi anak juga bisa dilakukan bila didapatkan
adanya keterlambatan dalam faktor pertumbuhan gigi geligi anak. Misalnya saja, seorang
anak umur 10 tahun, dalam kondisi normal gigi taring dewasa (Kaninus Tetap) sudah mulai
erupsi, bila belum erupsi harus dicek (biasanya lebih baik dengan foto rontgen panoramik)
apakah gigi taring sulungnya dalam kondisi menetap atau sudah ada kegoyangan. Dengan
kondisi ini, dokter gigi bisa mengambil suatu kesimpulan apakah segera dilakukan
pencabutan atau memang tetap ditunggu hingga tanggalnya gigi taring sulung tersebut.
Dengan perencanaan yang tepat dalam memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan gigi
geligi sulung (gigi anak) akan mempermudah dokter gigi dalam menentukan perawatan gigi
anak (tentunya tidak hanya pencabutan).Serta memberikan informasi yang tepat dan sesuai
untuk diberikan kepada orang tua anak dalam menjaga dan merawat gigi geliginya
(Boedihardjo, 1985).
2.1.6 Komplikasi pencabutan Gigi Sulung
1. Fraktur Akar
Untuk menghindari terjadinya fraktur tulang akar gigi sulung, perlu teknik yang
9
10
Berkurangnya sekresi serta kekentalan saliva. Saliva dapat menghambat karies karena
aksi buffer, kandungan bikarbonat, amoniak dan urea dalam saliva dapat menetralkan
penurunan pH yang terjadi saat gula dimetabolisme bakteri plak. Kecepatan sekresi saliva
berakibat pada peningkatan pH dan kapasitas buffernya. Bila sekresi berkurang akan terlihat
peningkatan akumulasi plak sehingga jumlah mikroorganisme (streptococus mutans) akan
bertambah.
3. Faktor psikologis.
Pada umumnya dapat mengakibatkan timbulnya kebiasaan buruk dalam makan atau
memilih makanan. Stress juga dihubungkan sebagai penyebab berkurangnya sekresi dan
kekentalan saliva.
4. Faktor sistemik, misalnya penderita diabetes melitus.
5. Faktor turunan.
Orang tua yang peka terhadap karies akan mempunyai anak yang juga peka terhadap
karies. Hal ini disebabkan karena dalam keluarga mempunyai pola kebiasan makan yang
sama dan pemeliharaan kesehatan gigi yang sama pula (Hari S, 2014; Deritana N, 2007).
2.2.3 Gejala Klinis
Pada umumnya yang terkena adalah anak-anak usia 4 8 tahun atau remaja usia 11
19 tahun. Bila anak-anak usia 2 4 tahun sudah terserang rampan karies pada gigi sulung, hal
ini dihubungkan dengan enamel hipoplasia dan kepekaan terhadap karies yang tinggi. Gigi
yang terkena rampan karies biasanya sudah mengalami kerusakan hebat, beberapa gigi atau
semuanya dapat menjadi gangren atau menjadi radiks. Konsistensi lesi karies sangat lunak
dengan warna kuning sampai coklat muda. Pada umumnya karies sudah dalam. Terkenanya
pulpa akan menyebabkan rasa sakit, terlebih bila disertai abses yang mengakibatkan anak
susah / tidak mau makan. Hal ini menyebabkan kurang optimalnya fungsi pengunyahan
sehingga mengakibatkan pertumbuhan rahang berkurang terutama arah vertikal. Bila terjadi
gangguan pada jaringan penyangga, melalui ronsen foto terlihat gambaran radiolusen
disekitar apeks gigi (Dowl W, 2014).
11
2.2.4 Penatalaksanaan
1. Relief of pain (menghilangkan rasa sakit).
Tindakan yang dapat dilakukan pada kunjungan pertama adalah menghilangkan rasa sakit dan
melenyapkan peradangan. Untuk menghilangkan rasa sakit pada peradangan gigi yang masih
vital (pulpitis) dapat dilakukan pemberian zinc oksid eugenol (ZnO). Untuk gigi yang non
vital (gangren pulpa) lakukan trepanasi kemudian diberikan obat-obatan melalui oral
(antibiotik, analgetik). Bila dijumpai abses, berikan premedikasi terlebih dahulu, kemudian
lakukan insisi.
2. Menghentikan proses karies.
Tiap kavitas meskipun kecil mempunyai jaringan nekrotik. Setelah rasa sakit hilang kavitas
dipreparasi untuk membuang semua jaringan yang nekrotik sehingga proses karies terhenti.
Pada beberapa kasus yang tidak dapat ditambal langsung, lakukan tambalan sementara lebih
dahulu, misal pada hiperemi pulpa, berikan pulp capping (Ca hidroksid).
3. Diet.
Anjuran untuk melakukan diet kontrol dan jelaskan mengenai DHE dan oral higene. Lakukan
oral profilaksis pada gigi.
12
13
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari anamnesa dan pemeriksaan fisik didapatkan bahwa pasien didiagnosa persistensi
gigi sulung dan Rampan Karies. Kondisi klinis pasien memungkinkan untuk dilakukan
ektraksi gigi sulung yang mengalami persistensi. Penyebab Rampan Karies pada pasien ini
kemungkinan adalah karena kebiasaan makn makanan manis seperti permen, coklat dan
minum susu menggunakan botol dot.
KIE untuk pasien adalah untuk rajin menggosok gigi, mengurangi makanan manis dan
berhenti mengedot, dan rutin untuk control ke dokter gigi minimal 6 bulan sekali.
DAFTAR PUSTAKA
14
Barid Izzata dkk. 2007. Biologi Mulut. Jember: Jember University Press.
Boedihardjo. 1985. Pemeliharaan Kesehatan Gigi Keluarga. Surabaya:Airlangga
University Press
Bursa Senat Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya.1994.
Diktat Kuliah gigi. Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya:
Surabaya.
Deritana N, Kombong A. 2007. Gizi untuk pertumbuhan dan perkembangan. J.WATCH
Jayawijaya.;p.5-18
Dowl W. Rampan Caries on children and teenagers.[internet]. Available at
URL:http://www.EzineArticles/childandac.html. Accesses 11 April 2014.
Hari S. Rampan Caries: Review of etiology and clinical management. K.D.J.
[Internet] Available at:http://www.trivandrum.co.uk. Accessed 11 April 2014.
Tydesley WR. 1991. A colour atlas of Orofacial Disease (Atlas Berwarna Penyakit
Orofasial) Alih Bahasa Lilian Yuwono, Edisi 3. Jakarta : Widya Medika.
15