Anda di halaman 1dari 3

Nama: M.

Faiz Athoir
Rohman
NIM: 13/KU/16433

Esai Booster Perilaku Profesional

Kelompok: 13301

A. Deskripsi Kasus
Pada beberapa departemen di RS X (RS Utama), beberapa kegiatan dirasa kurang maksimal
dalam implementasinya. Salah satu yang menjadi contoh adalah ketika tugas jaga poliklinik,
tidak ada instruksi jelas apa yang harus dilakukan seorang dokter muda, terkadang di
beberapa departemen tertentu, dokter muda hanya berjaga di poliklinik tanpa tahu apa yang
harus dilakukan. Koordinasi antara dokter muda dan residen juga dirasa kurang pada beberapa
departemen tertentu. Hal ini menyebabkan pembagian tugas dirasa kurang jelas. Pada
beberapa RS jejaring pun kejadian yang hampir sama terjadi pada beberapa departemen
tertentu. Pada poliklinik RS jejaring, kegiatan poliklinik yang seharusnya dokter muda bisa
ikut berperan aktif, ternyata dalam kenyataannya juga tidak dapat atau sulit terlaksana karena
beberapa hal seperti, kejar target waktu pelayanan dan tidak adanya ruang pemeriksaan bagi
dokter muda. Di beberapa FK salah satunya di universitas muhammadiyah di Yogyakarta,
terdapat stase dokter keluarga yang berpusat di puskesmas, yang mana seorang dokter muda
bisa berpraktek secara mandiri tentunya dengan bimbingan dokter senior puskesmas.
B. Identifikasi Permasalahan
1. Tidak adanya instruksi jelas pada dokter muda ketika berjaga di poli menyebabkan dokter
muda tidak tahu apa yang harus dilakukan.
2. Kooordinasi pembagian tugas antara residen dan dokter muda dirasa sangat kurang.
3. Kurangnya waktu dan fasilitas di RS jejaring untuk dokter muda dalam berpraktek secara
langsung.
4. Tidak adanya stase dokter keluarga di FK U*M.
C. Analisis dan Refleksi Masalah
Deskripsi tugas bagi dokter muda dirasa sangat kurang. Dokter muda hanya dibekali target
kompetensi yang harus dicapai, tanpa disertai sarana yang memadai seperti, bimbingan dari
konsulen atau dokter senior atau residen (meskipun ada tapi dirasa kurang maksimal, karena
kesibukan dokternya dan ketika memeriksa pasien, dokter senior terkadang kurang
membimbing), waktu, serta tempat untuk melakukan kompetensi-kompetensi yang mestinya
harus dilakukan tersebut. Residen di satu sisi harus melaksanakan tugasnya untuk memenuhi
target-target yang harus dicapai, namun terkadang tidak adanya deskripsi tugas yang jelas
antara residen dan dokter muda menyebabkan residen terkadang kurang perhatian terhadap
dokter muda dan kurang memberi kesempatan bagi dokter muda untuk melatih keterampilan

medisnya. Sarana-sarana seperti yang telah disebutkan di atas, seperti bimbingan oleh senior,
waktu, dan tempat pada RS jejaring juga dirasa kurang, padahal di RS jejaringlah seorang
dokter muda dapat melatih keilmuan dan keterampilan medisnya. Stase dokter keluarga
menurut pandangan pribadi saya merupakan stase yang penting, karena bisa melatih kesiapan
terutama mental bagi dokter muda untuk berpraktek secara mandiri kelak ketika lulus.
D. Usulan Pemecahan
1. Dokter muda diberi deskripsi tugas yang jelas terutama ketika di poli sehingga ketika
melakukan sesuatu, sehingga dokter muda tahu tugas-tugasnya, tidak hanya melihat dan
mondar-mandir di poli.
2. Residen diberikan deskripsi tugas yang jelas terhadap dokter muda. Salah satu contoh yang
menurut saya baik yaitu di departemen n**rologi, di departemen tersebut tiap dokter muda
mendapat residen pembimbing klinik dan bangsal, sehingga residen pun merasa ada
kewajiban dalam membimbing dokter muda. Selain itu, dokter muda juga memiliki
kewajiban untuk membantu tugas-tugas residen pembimbingnya, seperti follow up pasien.
Dengan adanya program tersebut, antara residen dan dokter muda memiliki hubungan
timbal balik yang bermanfaat bagi kedua pihak, sehingga kerjasama dan proses
pembelajaran antara residen dan dokter muda pun akan berjalan baik.
3. Pada RS jejaring setidaknya dokter muda diberi waktu dan tempat khusus utuk memeriksa
sehingga kompetensi-kompetensi yang harus dicapai bisa dilatih di sana, karena untuk
melatih hal-hal tersebut di RS utama sangat sulit.
4. Diadakannya stase dokter keluarga di puskesmas, untuk mempersiapkan dokter muda FK
U*M dalam berpraktek mandiri kelak ketika sudah lulus. Menurut penelitian Murray et al.
(1997) terhadap dokter muda yang sedang menjalani rotasi penyakit dalam, kemampuan
dokter muda yang belajar di praktek umum sedikit lebih baik bila diajarkan di RS.
E. Penutup
Hal-hal yang telah saya paparkan di atas merupakan pengalaman pribadi saya, yang menurut
saya sangat penting untuk ditindaklanjuti karena hal-hal tersebut menurut pandangan saya
akan sangat berpengaruh terhadap keprofesionalan dokter-dokter lulusan FK U*M.
F. Referensi
1. Muin, A., 2012. Kepaniteraan Klinis. http://blog.umy.ac.id/abdulmuin/proseskepaniteraan-klinis/. Diakses 19 Juni 2014.
2. Murray, E., Jolly, B., Modell, M., 1997. Can Students Learn Clinical Method in General
Practice? a Randomised Crossover Trial Based on Objective Structured Clinical
Examinations. BMJ. 315:920.

Anda mungkin juga menyukai