AKUNTANSI FORENSIK
Disusun Oleh :
Kelompok I
Reza Muhammad Rizqi
(I2F015060)
Eni Anggraeni
(I2F015047)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. kami juga mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya makalah ini terutama
kepada dosen mata kuliah Akuntansi Forensik
Dalam makalah ini, kami akan membahas tentang defenisi, ruang lingkup dan
kegunaan Akuntansi Forensik, kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, kami mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penyajian masalah ini. Untuk
menyempurnakan makalah ini kami mohon kritik dan saran. Semoga Makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca. Atas perhatian kami ucapkan banyak terima kasih.
Penyusun
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
Tindak kecurangan di pemerintahan di Indonesia sudah mencapai tingkat yang
memprihatinkan. Bila kita sering membaca surat kabar atau melihat televisi, maka kita akan
disuguhi banyak berita tentang kasus-kasus fraud yang telah melibatkan oknum-oknum yang
tidak bertanggung jawab, baik dijajaran lembaga legislatif, eksekutif bahkan yudikatif.
Berbagai usaha telah dilakukan Pemerintah Indonesia baik dengan memberdayakan secara
maksimal lembaga-lembaga penegak hukum, seperti Kejaksaan, Pengadilan, dan Kepolisian.
Bahkan dalam dasawarsa terakhir Pemerintah juga telah membentuk dan memberdayakan
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk melakukan pemberantasan korupsi di
Indonesia. Namun sayangnya hasil yang di dapat masih belum sesuai dengan harapan, di
mana Indonesia masih menduduki 10 negara terkorup di dunia. Terjadinya kecurangan
tersebut yang tidak dapat terdeteksi oleh suatu pengauditan dapat memberikan efek yang
merugikan dan cacat bagi proses pelaporan keuangan. Adanya kecurangan berakibat serius
dan membawa dampak kerugian. Apabila dilihat dari peran akuntan publik, fenomena
kecurangan ini menjadi masalah yang serius karena menyangkut citra akuntan publik
terutama auditornya.
Pasca Krisis
Moneter
1997
yang
meluluhlantakkan
perekonomian
dan
menghancurkan rezim orde baru yang berkuasa berimbas ke berbagai aspek dari ekonomi,
politik, hukum dan tata negara, Sistem perekonomian yang dibangun orde baru dengan
kekuasaan sekelompok elit politik dan didukung militer telah menampakkan kebobrokannya,
dimana faktor kolusi, korupsi dan nepotisme menjadi sebab utama mengapa negara ini tidak
mampu bertahan dari krisis bahkan dampaknya masih terasa hingga sekarang. Reformasi
yang dilakukan pemerintah setelah orde baru memberikan harapan akan adanya perubahan
dari sisi demokrasi kepempimpinan melalui pemilihan umum langsung dan pemilihan kepala
daerah, distribusi prekonomian dengan lebih merata dengan diberlakukannya otonomi daerah
maupun transparansi dan akuntabilitas pemerintah yaitu dengan diberlakukannya UndangUndang No 28 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan yang bebas KKN, Undang-Undang No 31
Tahun 1999 Tentang Tindak Pidana Korupsi, dan Undang-Undang No 17 Tahun 2003
Tentang Keuangan Negara.Namun harapan tersebut seakan jauh panggang dari api, kasus
korupsi di Indonesia seakan semakin berkembang dengan metode baru yang lebih canggih.
Pemberantasan korupsi dilakukan selama ini kurang memberikan efek jera yang diharapkan
timbul dari terpidananya pelaku koruptor.
Kasus Korupsi, Kolusi dan Nepotisme seakan menjadi penyakit baru yang mewabah
dari tingkat Pemerintah Pusat sampai ke DPR yang menyebar luas ke tingkat daerah dari
pemimpin, penyelenggara pemerintahaan sampai DPRD yang seakan-akan berjamaah
menikmati kue yang selama ini tidak sampai ke piring mereka.
Namun apabila dilihat dari data-data yang ada, sebenarnya tidak sepenuhnya benar.
Usaha pemberantasan korupsi di Indonesia sedikit demi sedikit telah memperbaiki citra
Indonesia. Indeks persepsi korupsi (CPI) yang dikeluarkan oleh Transparency International
menunjukkan bahwa telah terjadi perbaikan signifikan selama kurun waktu 1998 2007
dimana skor CPI Indonesia meningkat dari 2,0 menjadi 2,3 . Ini berarti Indonesia telah
menempuh setengah jalan untuk menjadi negara yang kondusif untuk pemberantasan korupsi
(skor CPI 5,0). Persepsi publik terhadap pemberantasan korupsi di Indonesia juga telah
menunjukkan tren perbaikan, sedikit banyak hal tersebut karena gebrakan Komisi
Pemberantasan Korupsi yang gencar memburu koruptor.
Dalam perkembangannya Akuntansi Forensik Indonesia sekarang ini hanya sedikit di
minati di bandingkan dengan bagian cabang akuntansi yang lainnya seperti akuntansi biaya,
akuntansi keuangan, akuntansi auditing dan sebagainya dan perkembangannya pun lebih
sedikit terlambat di bandingkan dengan bagian ilmu akuntansi yang lainnya.
Di Indonesia perkembangan ilmu ini masih jauh dari harapan, dari sekian banyak
Kantor Akuntan Publik ( KAP ) Hanya sebagian Kecil saja yang menawarkan Jasa ini,
alasannya apa lagi kalau bukan ceruk pasar yang masih minim, secara ilmu ekonomi belum
ada pasarnya. Apalagi standar operasional dan ujian sertifikasi, konon belum begitu
memadai, sangat jauh bila dibandingkn dengan negara tetangga Australia yang sedang
menyusun Standar Akuntansi Forensik. Kanada dan Amerika Serikat sudah memiliki standar
yang baku, namun belum serinci Standar Akuntansi Keuangan ( SAK ).
Belum adanya standar yang memadai, persoalan tambahan yang membuat ilmu ini
kurang begitu populer adalah penguasaan ilmu yang cukup luas. Selain akuntansi dan audit,
akuntan forensik juga harus menguasai bidang yang berkaitan dengan kejahatan keuangan
(money laundering), hukum, psikologi, sosiologi, antropologi, viktimologi, kriminologi, dan
lain-lain. Akuntan forensik harus memiliki kemampuan multitalenta. Kedepan, beberapa
kalangan meramalkan perkembangan profesi ini akan lebih pesat. Selain makin banyak
kantor bisnis dari negara asing yang masuk ke Indonesia., juga makin tingginya kesadaran
perusahaan untuk melindungi asset mereka dari pola-pola tindakan kecurangan.
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apakah defenisi dari Akuntansi Forensik?
PEMBAHASAN
2.1. Defenisi Akuntansi Forensik
Akuntansi Forensik adalah praktik khusus bidang akuntansi yang menggambarkan
keterlibatan yang dihasilkan dari perselisihan aktual atau yang diantisipasi atau litigasi serta
termasuk sebagai auditing pada masalah hukum untuk penyelesaian hukum di dalam atau di
luar pengadilan maupun yang bersifat pribadi. Atau bisa dikatakan juga Akuntansi Forensik
adalah perpaduan antara hukum dan akuntansi dimana dapat digunakan untuk menyelesaikan
masalah seperti pembagian hak gono gini (warisan), sengketa tanah, dan juga dapat
digunakan untuk mengungkapkan kasus pembunuhan.
a. Akuntansi Forensik menurut para ahli
1.Menurut D. Larry Crumbley, editor-in-chief dari Journal of Forensic Accounting (JFA),
mengatakan secara sederhana, akuntansi forensik adalah akuntansi yang akurat (cocok)
untuk tujuan hukum. Artinya, akuntansi yang dapat bertahan dalam kancah perseteruan
selama proses pengadilan, atau dalam proses peninjauan judicial atau administratif.
2.Menurut Merriam Websters Collegiate Dictionary (edisi ke 10) dapat diartikan berkenaan
dengan pengadialan atau berkenaan dengan penerapan pengetahuan ilmiah pada
masalah hukum. Oleh karena itu akuntasi forensik dapat diartikan penggunaaan ilmu
akuntansi untuk kepentingan hukum.
3.Hopwood, Leiner, & Young (2008), menyatakan bahwa Akuntan Forensik adalah Akuntan
yang menjalankan kegiatan evaluasi dan penyelidikan, dari hasil tersebut dapat
digunakan di dalam pengadilan hukum.
b. Tugas Akuntansi Forensik
1.memberikan pendapat hukum dalam pengadilan (litigation).
2.membantu merumuskan alternatif penyelesaian perkara.
3.menguasai pengetahuan tentang akuntansi mendeteksi, mencegah, dan mengendalikan
penipuan, dan misinterpretasi.
4.menjalani pelatihan untuk kebutuhan akan adanya spesialis forensik untuk membantu
memecahkan masalah.
c. Akuntansi Forensik dibagi menjadi 2 bagian,diantaranya:
1.
Jasa penyelidikan (investigative services) yaitu mengarahkan pemeriksa penipuan atau
auditor penipuan, yang mana mereka menguasai pengetahuan tentang akuntansi
2.
4.
Pengetahuan akuntansi.
5.
Pengetahuan hukum.
6.
keterampilan bidang Teknologi informasi (TI).
7.
Keterampilan berkomunikasi.
e. Keahlian Akuntansi Forensik
James (2008) menggunakan 9 (sembilan) item kompentensi keahlian akuntansi
forensic yang digunakan dalam penilaian perbedaan persepsi dari pihak Akademisi akuntansi,
Praktisi akuntansi, dan pengguna jasa Akuntan forensik yaitu:
1. Analisis deduktif: kemampuan untuk menganalisis kejanggalan yang terjadi dalam
laporan keuangan, yakni kejadian yang tidak sesuai dengan kondisi yang wajar.
2. Pemikiran yang kritis : kemampuan untuk membedakan antara opini dan fakta
3. Pemecahan masalah yang tidak terstruktur: kemampuan untuk melakukan pendekatan
terhadap masing-masing situasi (khususnya situasi yang tidak wajar) melalui
pendekatan yang tidak terstruktur.
4. Fleksibilitas penyidikan: kemampuan
untuk
melakukan
audit
di
luar
100
120
200
220.
Supervisi
Dalam hal lada lebih dari satu akuntan forensic dalam satu penugasan, salah
seorang diantara mereka berfungsi sebagai in-charge yang bertanggung jawab
dalam mengarahkan penugasan dan memastikan bahwa rencana kerja
dilaksanakan sebagai mana seharusnya dan dikomuntesaikan dengan baik.
240.
250.
Hubungan Manusia
Akuntan forensic harus memiliki kemampuan berinteraksi dengan sesame
manusia (interpersonal skills)
300
400
260.
Komunikasi
270.
Pendidikan Berkelanjutan
280.
Kehati-hatian Profesional
Lingkup Penugasan
Pelaksanaan Tugas Telaahan
Dalam definisi Crumbley itu, tak menggunakan istilah pengadilan, tapi suatu proses
sengketa hukum, yang penyelesaian nya dapat dilakukan di luar pengadilan. Bermacammacam hal dapat memicu terjadinya sengketa. Sengketa antara dua pihak bisa diselesaikan
dengan cara berbeda, apabila menyangkut dua pihak. Pihak yang bersengketa bisa
menyelesaikan melalui arbitrase dan alternatif penyelesaian sengketa, sedang pihak lain
melalui litigasi. Dalam hal ini, penyelesaian adalah dengan cara hukum, tetapi yang pertama
diselesaikan di luar pengadilan, sedangkan yang satunya lagi melalui proses beracara di
pengadilan.
Contoh Kasus KPMG-Siddharta & Harsono yang diduga menyuap pajak.
September tahun 2001, KPMG-Siddharta Siddharta & Harsono harus menanggung
malu. Kantor akuntan publik ternama ini terbukti menyogok aparat pajak di Indonesia sebesar
US$ 75 ribu. Sebagai siasat, diterbitkan faktur palsu untuk biaya jasa profesional KPMG
yang harus dibayar kliennya PT Easman Christensen, anak perusahaan Baker Hughes Inc.
yang tercatat di bursa New York.
Berkat aksi sogok ini, kewajiban pajak Easman memang susut drastis. Dari semula
US$ 3,2 juta menjadi hanya US$ 270 ribu. Namun, Penasihat Anti Suap Baker rupanya waswas dengan polah anak perusahaannya. Maka, ketimbang menanggung risiko lebih besar,
Baker
melaporkan
secara
suka
rela
kasus
ini
dan
memecat
eksekutifnya.
Badan pengawas pasar modal AS, Securities & Exchange Commission, menjeratnya dengan
Foreign Corrupt Practices Act, undang-undang anti korupsi buat perusahaan Amerika di luar
negeri. Akibatnya, hampir saja Baker dan KPMG terseret ke pengadilan distrik Texas.
Namun, karena Baker mohon ampun, kasus ini akhirnya diselesaikan di luar pengadilan.
KPMG pun terselamatan.
Untuk itulah kode etik profesi harus dibuat untuk menopang praktik yang sehat bebas
dari kecurangan. Kode etik mengatur anggotanya dan menjelaskan hal apa yang baik dan
tidak baik dan mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan sebagai anggota profesi baik
dalam berhubungan dengan kolega, klien, publik dan karyawan sendiri.
Jika dugaan keterlibatan akuntan publik di atas benar, maka sebagai seorang akuntan
publik, Biasa Sitepu seharusnya menjalankan tugas dengan berdasar pada etika profesi yang
ada. Ada lima aturan etika yang telah ditetapkan oleh Ikatan Akuntan IndonesiaKompartemen Akuntan Publik (IAI-KAP). Lima aturan etika itu adalah :
1. Independensi, integritas, dan obyektivitas
2. Standar umum dan prinsip akuntansi
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Jadi, akuntansi forensik ialah semacam kegiatan yang berhubungan dengan hukum.
Diantaranya kasus akuntansi forensik seperti kasus korupsi, sengketa uang, kasus pembagian
hak warisan,dan sebagainya. Namun akuntan forensik (orang yang bertugas) harus memiliki
keterampilaln yang dapat mendukungnya dalam dunia akuntansi forensik. Selain itu, akuntan
forensik memiliki tugas untuk menyelesaikan masalah-masalah, salah satunya adalah
memberikan pendapat hukum dalam pengadilan (litigation) dan membantu merumuskan
alternatif penyelesaian perkara. Berdasarkan hasil pembahasan diatas maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
a. Akuntansi forensik adalah ilmu akuntansi yang digunakan untuk kepentingan hukum.
b. Akuntansi forensik memiliki ruang lingkup yakni tentang akuntansi yang berkaitan
dengan ilmu-ilmu lainnya seperti ilmu hukum, ruang lingkup organisasi dan sistem
informasi serta auditing.
c. Kegunaan akuntansi yaitu memberikan pendapat hukum untuk proses pengadilan.
3.2. Saran
Dari kesimpulan diatas kami pemakalah menyarankah agar akuntansi forensik lebih di
kedepankan agar kasus korupsi dan suap/sogok bisa di deteksi secara dini sehingga dapat
mengurangi terjadinya peyalahgunaan dana negara oleh oknum-oknum yang tidak
bertanggungjawab yang secara langsung dapat merugikan negara dan rakyatnya.
Daftar Pustaka
Online,http://www.suarapembaruan.com/News/1996/12/021296/Headline/hl4/hl4.html.
(Diakses pada Tanggal 3 juni 2016)
Tuanakotta, Theodorus M. 2012. Akuntansi Forensik & Audit Investigatif. Jakarta: Salemba
Empat.
https://id.wikipedia.org/wiki/Akuntansi_forensik. (Diakses pada Tanggal 3 juni 2016)
http://akuntansi.nscpolteksby.ac.id/2013/03/melihat-akuntansi-forensik-dari_5.html. (Diakses
pada Tanggal 3 juni 2016)