Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH AUDITING

AKUNTANSI FORENSIK

Disusun Oleh :

Kelompok I
Reza Muhammad Rizqi

(I2F015060)

Eni Anggraeni

(I2F015047)

PROGRAM PASCA SARJANA


MAGISTER AKUTANSI UNIVERSITAS MATARAM
2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. kami juga mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya makalah ini terutama
kepada dosen mata kuliah Akuntansi Forensik
Dalam makalah ini, kami akan membahas tentang defenisi, ruang lingkup dan
kegunaan Akuntansi Forensik, kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, kami mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penyajian masalah ini. Untuk
menyempurnakan makalah ini kami mohon kritik dan saran. Semoga Makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca. Atas perhatian kami ucapkan banyak terima kasih.

Mataram , Juni 2016

Penyusun

PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
Tindak kecurangan di pemerintahan di Indonesia sudah mencapai tingkat yang
memprihatinkan. Bila kita sering membaca surat kabar atau melihat televisi, maka kita akan
disuguhi banyak berita tentang kasus-kasus fraud yang telah melibatkan oknum-oknum yang
tidak bertanggung jawab, baik dijajaran lembaga legislatif, eksekutif bahkan yudikatif.
Berbagai usaha telah dilakukan Pemerintah Indonesia baik dengan memberdayakan secara
maksimal lembaga-lembaga penegak hukum, seperti Kejaksaan, Pengadilan, dan Kepolisian.
Bahkan dalam dasawarsa terakhir Pemerintah juga telah membentuk dan memberdayakan
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk melakukan pemberantasan korupsi di
Indonesia. Namun sayangnya hasil yang di dapat masih belum sesuai dengan harapan, di
mana Indonesia masih menduduki 10 negara terkorup di dunia. Terjadinya kecurangan
tersebut yang tidak dapat terdeteksi oleh suatu pengauditan dapat memberikan efek yang
merugikan dan cacat bagi proses pelaporan keuangan. Adanya kecurangan berakibat serius
dan membawa dampak kerugian. Apabila dilihat dari peran akuntan publik, fenomena
kecurangan ini menjadi masalah yang serius karena menyangkut citra akuntan publik
terutama auditornya.
Pasca Krisis

Moneter

1997

yang

meluluhlantakkan

perekonomian

dan

menghancurkan rezim orde baru yang berkuasa berimbas ke berbagai aspek dari ekonomi,
politik, hukum dan tata negara, Sistem perekonomian yang dibangun orde baru dengan
kekuasaan sekelompok elit politik dan didukung militer telah menampakkan kebobrokannya,
dimana faktor kolusi, korupsi dan nepotisme menjadi sebab utama mengapa negara ini tidak
mampu bertahan dari krisis bahkan dampaknya masih terasa hingga sekarang. Reformasi
yang dilakukan pemerintah setelah orde baru memberikan harapan akan adanya perubahan
dari sisi demokrasi kepempimpinan melalui pemilihan umum langsung dan pemilihan kepala
daerah, distribusi prekonomian dengan lebih merata dengan diberlakukannya otonomi daerah
maupun transparansi dan akuntabilitas pemerintah yaitu dengan diberlakukannya UndangUndang No 28 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan yang bebas KKN, Undang-Undang No 31
Tahun 1999 Tentang Tindak Pidana Korupsi, dan Undang-Undang No 17 Tahun 2003
Tentang Keuangan Negara.Namun harapan tersebut seakan jauh panggang dari api, kasus
korupsi di Indonesia seakan semakin berkembang dengan metode baru yang lebih canggih.
Pemberantasan korupsi dilakukan selama ini kurang memberikan efek jera yang diharapkan
timbul dari terpidananya pelaku koruptor.

Kasus Korupsi, Kolusi dan Nepotisme seakan menjadi penyakit baru yang mewabah
dari tingkat Pemerintah Pusat sampai ke DPR yang menyebar luas ke tingkat daerah dari
pemimpin, penyelenggara pemerintahaan sampai DPRD yang seakan-akan berjamaah
menikmati kue yang selama ini tidak sampai ke piring mereka.
Namun apabila dilihat dari data-data yang ada, sebenarnya tidak sepenuhnya benar.
Usaha pemberantasan korupsi di Indonesia sedikit demi sedikit telah memperbaiki citra
Indonesia. Indeks persepsi korupsi (CPI) yang dikeluarkan oleh Transparency International
menunjukkan bahwa telah terjadi perbaikan signifikan selama kurun waktu 1998 2007
dimana skor CPI Indonesia meningkat dari 2,0 menjadi 2,3 . Ini berarti Indonesia telah
menempuh setengah jalan untuk menjadi negara yang kondusif untuk pemberantasan korupsi
(skor CPI 5,0). Persepsi publik terhadap pemberantasan korupsi di Indonesia juga telah
menunjukkan tren perbaikan, sedikit banyak hal tersebut karena gebrakan Komisi
Pemberantasan Korupsi yang gencar memburu koruptor.
Dalam perkembangannya Akuntansi Forensik Indonesia sekarang ini hanya sedikit di
minati di bandingkan dengan bagian cabang akuntansi yang lainnya seperti akuntansi biaya,
akuntansi keuangan, akuntansi auditing dan sebagainya dan perkembangannya pun lebih
sedikit terlambat di bandingkan dengan bagian ilmu akuntansi yang lainnya.
Di Indonesia perkembangan ilmu ini masih jauh dari harapan, dari sekian banyak
Kantor Akuntan Publik ( KAP ) Hanya sebagian Kecil saja yang menawarkan Jasa ini,
alasannya apa lagi kalau bukan ceruk pasar yang masih minim, secara ilmu ekonomi belum
ada pasarnya. Apalagi standar operasional dan ujian sertifikasi, konon belum begitu
memadai, sangat jauh bila dibandingkn dengan negara tetangga Australia yang sedang
menyusun Standar Akuntansi Forensik. Kanada dan Amerika Serikat sudah memiliki standar
yang baku, namun belum serinci Standar Akuntansi Keuangan ( SAK ).
Belum adanya standar yang memadai, persoalan tambahan yang membuat ilmu ini
kurang begitu populer adalah penguasaan ilmu yang cukup luas. Selain akuntansi dan audit,
akuntan forensik juga harus menguasai bidang yang berkaitan dengan kejahatan keuangan
(money laundering), hukum, psikologi, sosiologi, antropologi, viktimologi, kriminologi, dan
lain-lain. Akuntan forensik harus memiliki kemampuan multitalenta. Kedepan, beberapa
kalangan meramalkan perkembangan profesi ini akan lebih pesat. Selain makin banyak
kantor bisnis dari negara asing yang masuk ke Indonesia., juga makin tingginya kesadaran
perusahaan untuk melindungi asset mereka dari pola-pola tindakan kecurangan.
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apakah defenisi dari Akuntansi Forensik?

2. Bagaimana ruang lingkup dari Akuntansi Forensik itu sendiri?


3. Apakah kegunaan dari Akuntansi Forensik?
4. Bagaiamana peran Akuntansi Forensik dalam menyelesaikan masalah ( kasus )?
1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah di atas maka pemakalah mempunyai tujuan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui defenisi dari Akuntansi Forensik
2. Untuk mengetahui ruang lingkup dari akuntansi forensik
3. Untuk mengetahui kegunaan dari akuntansi forensik
4. Untuk mengetahui peran akuntansi forensik dalam menyelesaikan masalah (kasus)

PEMBAHASAN
2.1. Defenisi Akuntansi Forensik
Akuntansi Forensik adalah praktik khusus bidang akuntansi yang menggambarkan
keterlibatan yang dihasilkan dari perselisihan aktual atau yang diantisipasi atau litigasi serta
termasuk sebagai auditing pada masalah hukum untuk penyelesaian hukum di dalam atau di
luar pengadilan maupun yang bersifat pribadi. Atau bisa dikatakan juga Akuntansi Forensik
adalah perpaduan antara hukum dan akuntansi dimana dapat digunakan untuk menyelesaikan
masalah seperti pembagian hak gono gini (warisan), sengketa tanah, dan juga dapat
digunakan untuk mengungkapkan kasus pembunuhan.
a. Akuntansi Forensik menurut para ahli
1.Menurut D. Larry Crumbley, editor-in-chief dari Journal of Forensic Accounting (JFA),
mengatakan secara sederhana, akuntansi forensik adalah akuntansi yang akurat (cocok)
untuk tujuan hukum. Artinya, akuntansi yang dapat bertahan dalam kancah perseteruan
selama proses pengadilan, atau dalam proses peninjauan judicial atau administratif.
2.Menurut Merriam Websters Collegiate Dictionary (edisi ke 10) dapat diartikan berkenaan
dengan pengadialan atau berkenaan dengan penerapan pengetahuan ilmiah pada
masalah hukum. Oleh karena itu akuntasi forensik dapat diartikan penggunaaan ilmu
akuntansi untuk kepentingan hukum.
3.Hopwood, Leiner, & Young (2008), menyatakan bahwa Akuntan Forensik adalah Akuntan
yang menjalankan kegiatan evaluasi dan penyelidikan, dari hasil tersebut dapat
digunakan di dalam pengadilan hukum.
b. Tugas Akuntansi Forensik
1.memberikan pendapat hukum dalam pengadilan (litigation).
2.membantu merumuskan alternatif penyelesaian perkara.
3.menguasai pengetahuan tentang akuntansi mendeteksi, mencegah, dan mengendalikan
penipuan, dan misinterpretasi.
4.menjalani pelatihan untuk kebutuhan akan adanya spesialis forensik untuk membantu
memecahkan masalah.
c. Akuntansi Forensik dibagi menjadi 2 bagian,diantaranya:
1.
Jasa penyelidikan (investigative services) yaitu mengarahkan pemeriksa penipuan atau
auditor penipuan, yang mana mereka menguasai pengetahuan tentang akuntansi
2.

mendeteksi, mencegah, dan mengendalikan penipuan, dan misinterpretasi.


Jasa litigasi (litigation services) yaitu merepresentasikan kesaksian dari seorang
pemeriksa penipuan dan jasa-jasa akuntansi forensik yang ditawarkan untuk

memecahkan isu-isu valuasi, seperti yang dialami dalam kasus perceraian.


d. Bidang-bidang keterampilan Akuntan Forensik
1.
Keterampilan auditing.
2.
keterampilan investigasi.
3.
Kriminologi.

4.
Pengetahuan akuntansi.
5.
Pengetahuan hukum.
6.
keterampilan bidang Teknologi informasi (TI).
7.
Keterampilan berkomunikasi.
e. Keahlian Akuntansi Forensik
James (2008) menggunakan 9 (sembilan) item kompentensi keahlian akuntansi
forensic yang digunakan dalam penilaian perbedaan persepsi dari pihak Akademisi akuntansi,
Praktisi akuntansi, dan pengguna jasa Akuntan forensik yaitu:
1. Analisis deduktif: kemampuan untuk menganalisis kejanggalan yang terjadi dalam
laporan keuangan, yakni kejadian yang tidak sesuai dengan kondisi yang wajar.
2. Pemikiran yang kritis : kemampuan untuk membedakan antara opini dan fakta
3. Pemecahan masalah yang tidak terstruktur: kemampuan untuk melakukan pendekatan
terhadap masing-masing situasi (khususnya situasi yang tidak wajar) melalui
pendekatan yang tidak terstruktur.
4. Fleksibilitas penyidikan: kemampuan

untuk

melakukan

audit

di

luar

ketentuan/prosedur yang berlaku.


5. Keahlian analitik: kemampuan untuk memeriksa apa yang seharusnya ada (yang
seharusnya tersedia) bukan apa yang telah ada (yang telah tersedia).
6. Komunikasi lisan: kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif secara lisan
melalui kesaksian ahli dan penjelasan umum tentang dasar-dasar opini.
7. Komunikasi tertulis: kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif dengan tulisan
melalui laporan, bagan, gambar, dan jadwal tentang dasar-dasar opini.
8. Pengetahuan tentang hukum: kemampuan untuk memahami proses-proses hokum
dasar dan isu-isu hukum termasuk ketentuan bukti (rules of evidence).
9. Composure: kemampuan untuk menjaga sikap untuk tetap tenang meskipun dalam
situasi tertekan.
Menurut Bologna dan Liquist (1995) mendefinisikan akuntansi forensik sebagai
aplikasi kecakapan finansial dan sebuah mentalitas penyelidikan terhadap isu-isu yang tak
terpecahkan, yang dijalankan di dalam konteks rules of evidence. Sedangkan Menurut
Hopwood, Leiner, & Young (2008) mendefinisikan Akuntansi Forensik adalah aplikasi
keterampilan investigasi dan analitik yang bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah
keuangan melalui cara-cara yang sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh pengadilan atau
hukum. Dengan demikian investigasi dan analisis yang dilakukan harus sesuai dengan standar
yang ditetapkan oleh pengadilan atau hukum yang memiliki yurisdiksi yang kuat. Dari
beberapa defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa akuntansi forensik adalah ilmu akuntansi
yang digunakan untuk kepentingan hukum.
2.2. Ruang Lingkup Akuntansi Forensik

Menurut buku karangan Hopwood dalam bukunya Forensic Accounting, bahwa


akuntansi forensik memiliki ruang lingkup yakni tentang akuntansi yang berkaitan dengan
ilmu-ilmu lainnya seperti ilmu hukum, ruang lingkup organisasi dan sistem informasi serta
auditing. Berikut ini penjelasan dari masing-masing ruang lingkup yaitu :
a. Hukum meliputi system dan yuridiksi serta sumber-sumber hukum , kalau penerapannya
di Indonesia biasa dimulai dari hukum konstitusional (UUD) hingga hukum administrative
disamping itu juga harus mengetahui tehnik investigatif dan pengadilan.
b. Organisasi dan system informasi meliputi struktur organisasi yang berkaitan erat dengan
sistem pengendalian intern terutama yang mencakup masalah transaksi keuangan, tentu
akan berkaitan pula dengan sistem informasi (akuntansi dan manajemen).
c. Auditing meliputi fungsi auditor dalam akuntansi forensik selain itu juga banyak
dijelaskan mengenai materialitas dan resiko dalam audit, pernyataan audit dan
kepentingannya serta detail2 mengenai prosedur2 dalam auditing mulai dari pengumpulan
bukti dan sampling hingga kompilasi pelaporan audit.
Teknik-teknik dan alat-alat yang bisa dipakai dalam Akuntansi Forensik yaitu forensik
komputer, kriminalistik, daktilografi, identifikasi forensik, bukti forensik serta palaeografi
forensik. Selain itu ada pula mengenai Keamanan Informasi yang erat kaitannya dengan ISO
(International Standards Organisation). ISO 9000-9004 erat kaitannya dengan penerapan
standard yang berhubungan dengan manajemen pengendalian kualitas yang ada hubungannya
dengan jasa dan manajemen pengendalian kualitas. Sedangkan ISO 27000-27005 langsung
berhubungan dengan keamanan informasi (information security). Dalam seksi Audit Forensik
dan Investigasi mencakup penjelasan simptom atau tanda2 kecurangan finansial dan
bagaimana mereka diinvestigasi, juga pengidentifikasian sumber-sumber bukti yang dapat
berguna bagi akuntan forensik
Tuanakotta (2010) dalam Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif mengemukakan
bahwa akuntansi forensik mempunyai ruang lingkup yang spesifik untuk lembaga yang
menerapkannya atau untuk tujuan melakukan audit investigatif.
1.

Praktik di Sektor Swasta


Bologna dan Lindquist perintis mengenai akuntansi forensik dalam Tuanakotta (2010)
menekankan beberapa istilah dalam perbendaraan akuntansi, yaitu: fraud auditing,
forensik accounting investigative support, dan valuation analysis. Litigation support
merupakan istilah dalam akuntansi forensik bersifat dukungan untuk kegiatan ligitasi.
Akuntansi forensik dimulai sesudah ditemukan indikasi awal adanya fraud. Audit
investigasi merupakan bagian awal dari akuntasi forensik. Adapun valuation analysis

berhubungan dengan akuntansi atau unsur perhitungan. Misalnya dalam menghitung


kerugian negara karena tindakan korupsi.
2.

Praktik di Sektor Pemerintahan


Akuntansi forensik pada sektor publik di Indonesia lebih menonjol daripada akuntansi
forensik pada sektor swasta. Secara umum akuntansi forensik pada kedua sektor tidak
berbeda, hanya terdapat perbedaan pada tahap-tahap dari seluruh rangkaian akuntansi
forensik terbagi-bagi pada berbagai lembaga seperti lembaga pemeriksaan keuangan
negara, lembaga pengawasan internal pemerintahan, lembaga pengadilan, dan berbagai
lembaga LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) yang berfungsi sebagai pressure group.
2.3. Standar Akuntansi Forensik
Ringkasan Standar Umum dan Khusus Akuntansi Forensik

100

Indepedensi : Akuntan Forensik Harus Independen Dalam Melaksanakan Tugas


100
Garis pertanggung jawaban :
1. Untuk kegiatan internal lembaganya, akuntansi forensik harus cukup independen
dalam melaksanakan tugasnya. Ia bertanggung langsung ke Dewan Komisaris
kalau penugasan diberikan oleh lembaganya, atau kepada penegak hokum dan/
atau regulator, jika penugasannya datang dari luar lembaganya
2. Dalam hal akuntan forensik tersebut independen ia menyampaikan laporan
kepada seorang eksekutif senior yang kedudukannya lebih tinggi dari orang yang
diduga melakukan fraud, alternatifnya ialah akuntan forensik menyampaikan
laporannya kepada dewan komisaris.
3. Dalam hal akuntan forensic tersebut independen dan penugasan diterimanya dan
lembaga penegak hokum atau pengadilan, pihak yang menerima laporannya atau
counterpart-nya harus ditegaskan dalam kontrak.

120

Objektivitas : Akuntan forensik harus objektif (tidak berpihak) dalam melaksanakan


telaah akuntansi forensiknya

200

Kemahirn professional : akuntansi forensic harus dilaksanakan dengan kemahiran dan


kehati hatian professional
210.

Sumber Daya Manusia


Semua sumber daya manusia yang menjalani akuntansi forensic harus
mempunyai kemahiran teknis, pendidikan, dan pengalaman yang memadai
sesuai dengan tugas yang diserahkan kepadanya

220.

Pengetahuan, Pengalaman, Keahlian dan Disiplin

Akuntansi forensic harus memiliki atau menggunakan sumber daya manusia


yang memiliki pengetahuan, pengalaman, keahlian, dan disiplin untuk
melaksanakan tugasnya dengan baik
230.

Supervisi
Dalam hal lada lebih dari satu akuntan forensic dalam satu penugasan, salah
seorang diantara mereka berfungsi sebagai in-charge yang bertanggung jawab
dalam mengarahkan penugasan dan memastikan bahwa rencana kerja
dilaksanakan sebagai mana seharusnya dan dikomuntesaikan dengan baik.

240.

Kepatuhan terhadap Standar Prilaku


Akuntan forensic harus mematuhi standar prilaku professional terbaik yang
diharapkan dari akuntan, auditor, rekan dari profesi hokum baik tim pembela
maupun jaksa umum dan regulator.

250.

Hubungan Manusia
Akuntan forensic harus memiliki kemampuan berinteraksi dengan sesame
manusia (interpersonal skills)

300
400

260.

Komunikasi

270.

Pendidikan Berkelanjutan

280.

Kehati-hatian Profesional

Lingkup Penugasan
Pelaksanaan Tugas Telaahan

2.4. Kode Etik Akuntansi Forensik


Kode etik mengatur hubungan antara anggota profesi dengan sesamanya, dengan
pemakai jasa dan stakeholder lainnya, dan dengan masyarakat luas. Kode etik berisi nilai
nilai luhur (virtues) yang amat penting bagi eksistensi profesi. Profesi bisa eksis karena ada
integritas (sikap jujur walaupun tidak diketahui orang lain), rasa hormat dan kehormatan
(respect dan honour), dan nilai nilai luhur lainnya yang menciptakan rasa percaya (trust)
dari pengguna stakeholder lainnya. Dalam contoh kasus, kode etik KPK dapat di pakai karena
perumusannya sangat relevan untuk mengatur prilaku akuntansi forensic .
Kode etik KPK :
1. Nilai nilai dasar pribadi sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 dilaksanakan dalam
bentuk sikap, tindakan, prilaku, dan ucapan pimpinan KPK
2. Pimpinan KPK wajib menjaga kewenangan luar biasa yang dimilikinyademi
martabat KPK dan martabat pimpinan KPK dengan prilaku, tindakan, sikap, dan
ucapan sebagaimana dirumuskan dalam kode etik

3. Kode etik diterapkan tanpa toleransi sedikitpun atas penyimpangannya, dan


mengandung sanksi tegas bagi mereka yang melanggarnya
4. Perubahan atas kode etik pimpinan KPK menurut keputusan ini akan segera
dilakukan berdasarkan tanggapan dan masukan dari masyarakat dan ditetapkan oleh
pimpinan KPK\
Untuk menilai Kualitas Akuntansi Forensik dapat dilihat dari beberapa kriteria berikut ini:
1. Kreatif, kemampuan untuk melihat sesuatu yang orang lain menganggap situasi
bisnis yang normal dan mempertimbangkan interpretasi lain, yakni bahwa itu tidak
perlu merupakan suatu situasi bisnis yang normal.
2. Rasa ingin tahu, keinginan untuk menemukan apa yang sesungguhnya terjadi dalam
rangkaian peristiwa dan situasi.
3. Tak menyerah, kemampuan untuk maju terus pantang mundur walaupun fakta
(seolah olah) tidak mendukung, dan ketika dokumen atau informasi sulit di
peroleh.
4. Akal sehat, kemampuan untuk mempertahankan perspektif dunia nyata
5. Business sense, kemampuan untuk memahami bagaimana bisnis sesungguhnya
berjalan, dan bukan sekedar memahami bagaimana transaksi dicatat.
6. Percaya diri, kemampuan untuk mempercayai diri dan temuan kita sehingga kita
dapat bertahan dibawah cross examination.
2.5. Kegunaan Akuntansi Forensik
Adapun kegunaan dari akuntansi forensik dapat dilihat dalam contoh kasus sebagai
berikut :
Sebagai contoh: Sengketa antara PT Telkom dan PT Aria West International (AWI) melalui
proses yang berat dan memakan waktu hampir dua tahun, akhirnya diselesaikan melalui
akuisisi AWI oleh PT Telkom dalam tahun 2003. Dalam sengketa ini, AWI menggunakan
Pricewaterhouse Coopers (PwC) sebagai akuntan forensiknya, dan penyelesaian dilakukan di
luar pengadilan.
D. Larry Crumbley, editor in chief dari Journal of Forensic Accounting menulis:
(terjemahan)Secara sederhana dapat dikatakan, akuntansi forensik adalah akuntansi yang
akurat untuk tujuan hukum. Artinya akuntansi yang dapat bertahan dalam kancah
perseteruan selama proses pengadilan, atau dalam proses peninjauan judisial atau
administratif.

Dalam definisi Crumbley itu, tak menggunakan istilah pengadilan, tapi suatu proses
sengketa hukum, yang penyelesaian nya dapat dilakukan di luar pengadilan. Bermacammacam hal dapat memicu terjadinya sengketa. Sengketa antara dua pihak bisa diselesaikan
dengan cara berbeda, apabila menyangkut dua pihak. Pihak yang bersengketa bisa
menyelesaikan melalui arbitrase dan alternatif penyelesaian sengketa, sedang pihak lain
melalui litigasi. Dalam hal ini, penyelesaian adalah dengan cara hukum, tetapi yang pertama
diselesaikan di luar pengadilan, sedangkan yang satunya lagi melalui proses beracara di
pengadilan.
Contoh Kasus KPMG-Siddharta & Harsono yang diduga menyuap pajak.
September tahun 2001, KPMG-Siddharta Siddharta & Harsono harus menanggung
malu. Kantor akuntan publik ternama ini terbukti menyogok aparat pajak di Indonesia sebesar
US$ 75 ribu. Sebagai siasat, diterbitkan faktur palsu untuk biaya jasa profesional KPMG
yang harus dibayar kliennya PT Easman Christensen, anak perusahaan Baker Hughes Inc.
yang tercatat di bursa New York.
Berkat aksi sogok ini, kewajiban pajak Easman memang susut drastis. Dari semula
US$ 3,2 juta menjadi hanya US$ 270 ribu. Namun, Penasihat Anti Suap Baker rupanya waswas dengan polah anak perusahaannya. Maka, ketimbang menanggung risiko lebih besar,
Baker

melaporkan

secara

suka

rela

kasus

ini

dan

memecat

eksekutifnya.

Badan pengawas pasar modal AS, Securities & Exchange Commission, menjeratnya dengan
Foreign Corrupt Practices Act, undang-undang anti korupsi buat perusahaan Amerika di luar
negeri. Akibatnya, hampir saja Baker dan KPMG terseret ke pengadilan distrik Texas.
Namun, karena Baker mohon ampun, kasus ini akhirnya diselesaikan di luar pengadilan.
KPMG pun terselamatan.
Untuk itulah kode etik profesi harus dibuat untuk menopang praktik yang sehat bebas
dari kecurangan. Kode etik mengatur anggotanya dan menjelaskan hal apa yang baik dan
tidak baik dan mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan sebagai anggota profesi baik
dalam berhubungan dengan kolega, klien, publik dan karyawan sendiri.
Jika dugaan keterlibatan akuntan publik di atas benar, maka sebagai seorang akuntan
publik, Biasa Sitepu seharusnya menjalankan tugas dengan berdasar pada etika profesi yang
ada. Ada lima aturan etika yang telah ditetapkan oleh Ikatan Akuntan IndonesiaKompartemen Akuntan Publik (IAI-KAP). Lima aturan etika itu adalah :
1. Independensi, integritas, dan obyektivitas
2. Standar umum dan prinsip akuntansi

3. Tanggung jawab kepada klien


4. Tanggung jawab kepada rekan seprofesi
5. Tanggung jawab dan praktik lain
Aturan-aturan etika ini harus diterapkan oleh anggota IAI-KAP dan staf professional
(baik yang anggota IAI-KAP maupun yang bukan anggota IAI-KAP) yang bekerja pada satu
Kantor Akuntan Publik (KAP).Biasa Sitepu dalam menjalankan tugasnya harus
mempertahankan integritas dan obyektivitas, harus bebas dari benturan kepentingan (conflict
of interest) dan tidak boleh membiarkan faktor salah saji material (material misstatement)
yang diketahuinya atau mengalihkan pertimbangannya kepada pihak lain

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Jadi, akuntansi forensik ialah semacam kegiatan yang berhubungan dengan hukum.
Diantaranya kasus akuntansi forensik seperti kasus korupsi, sengketa uang, kasus pembagian
hak warisan,dan sebagainya. Namun akuntan forensik (orang yang bertugas) harus memiliki
keterampilaln yang dapat mendukungnya dalam dunia akuntansi forensik. Selain itu, akuntan
forensik memiliki tugas untuk menyelesaikan masalah-masalah, salah satunya adalah
memberikan pendapat hukum dalam pengadilan (litigation) dan membantu merumuskan
alternatif penyelesaian perkara. Berdasarkan hasil pembahasan diatas maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
a. Akuntansi forensik adalah ilmu akuntansi yang digunakan untuk kepentingan hukum.
b. Akuntansi forensik memiliki ruang lingkup yakni tentang akuntansi yang berkaitan
dengan ilmu-ilmu lainnya seperti ilmu hukum, ruang lingkup organisasi dan sistem
informasi serta auditing.
c. Kegunaan akuntansi yaitu memberikan pendapat hukum untuk proses pengadilan.
3.2. Saran
Dari kesimpulan diatas kami pemakalah menyarankah agar akuntansi forensik lebih di
kedepankan agar kasus korupsi dan suap/sogok bisa di deteksi secara dini sehingga dapat
mengurangi terjadinya peyalahgunaan dana negara oleh oknum-oknum yang tidak
bertanggungjawab yang secara langsung dapat merugikan negara dan rakyatnya.

Daftar Pustaka
Online,http://www.suarapembaruan.com/News/1996/12/021296/Headline/hl4/hl4.html.
(Diakses pada Tanggal 3 juni 2016)
Tuanakotta, Theodorus M. 2012. Akuntansi Forensik & Audit Investigatif. Jakarta: Salemba
Empat.
https://id.wikipedia.org/wiki/Akuntansi_forensik. (Diakses pada Tanggal 3 juni 2016)
http://akuntansi.nscpolteksby.ac.id/2013/03/melihat-akuntansi-forensik-dari_5.html. (Diakses
pada Tanggal 3 juni 2016)

Anda mungkin juga menyukai