Anda di halaman 1dari 23

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
limpahan RahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah yang berjudul
Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Konsep Diri: Harga Diri
Rendah/HDR ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun
pedoman bagi pembaca.
Kami menyusun makalah ini guna memenuhi nilai tugas untuk mata kuliah
Keperawatan Jiwa. Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari segala
kekurangan dan kemampuan yang sangat terbatas yang kami miliki, sehingga dalam
peulisan, penyusunan kalimat dan dalam mencari sumber buku serta internet masih
kurang. Namun kami sudah berusaha agar makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu
dan berusaha untuk menjadikan yang terbaik.
Dengan segala kerendahan hati, kami mengharapkan kritikan dan saran yang
sifatnya membangun guna untuk menyempurnakan makalah ini, khususnya dari
dosen mata kuliah guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi kami untuk
lebih baik di masa yang akan datang.

Denpasar, 6 September 2016

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................2
1.3 Tujuan......................................................................................................2
1.4 Manfaat ...................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Pengertian Gangguan Harga Diri Rendah................................................4


Tanda dan Gejala dari Gangguan Harga Diri Rendah..............................4
Proses Terjadinya Gangguan Harga Diri Rendah....................................5
Rentang Respon Gangguan Harga Diri Rendah......................................5
Faktor Predisposisi dari Gangguan Harga Diri Rendah...........................11
Faktor Presipitasi dari Gangguan Harga Diri Rendah.............................11
Pohon Masalah Gangguan Harga Diri Rendah........................................11
Masalah Keperawatan yang Mungkin Muncul........................................12
Data yang Perlu Dikaji dari Gangguan Harga Diri Rendah.....................12
Diagnosa yang Muncul pada Gangguan Harga Diri Rendah...................13
Rencana Asuhan Keperawatan pada Gangguan Harga Diri Rendah.......13

BAB III PENUTUP


3.1 Simpulan.....................................................................................................19
3.2 Saran...........................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA

21

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan di zaman global seperti
sekarang ini berakibat makin kompleks kebutuhan masyarakat. Kurangnya
adaptasi untuk mengikuti trend itu menjadi masalah baru dalam kehidupan
masyarakat. Ketidakmampuan dalam beradaptasi tersebut berdampak pada
kebingungan, kecemasan dan frustasi pada sebagian masyarakat, konflik batin dan
gangguan emosional menjadi ladang subur bagi tumbuhnya penyakit mental.
Di dalam hidup di masyarakat manusia harus dapat mengembangkan dan
melaksanakan hubungan yang harmonis baik dengan individu lain maupun
lingkungan sosialnya. Tapi dalam kenyataannya individu sering mengalami
hambatan bahkan kegagalan yang menyebabkan individu tersebut sulit
mempertahankan kestabilan dan identitas diri, sehingga konsep diri menjadi
negatif. Jika individu sering mengalami kegagalan maka gangguan jiwa yang
sering muncul adalah gangguan konsep diri misal harga diri rendah.
Faktor psikososial merupakan faktor utama yang berpengaruh dalam
kehidupan seseorang (anak, remaja, dan dewasa). Yang mana akan menyebabkan
perubahan dalam kehidupan sehingga memaksakan untuk mengikuti dan
mengadakan

adaptasi

untuk

menanggulangi

stressor

yang

timbul.

Ketidakmampuan menanggulangi stressor itulah yang akan memunculkan


gangguan kejiwaan. Salah satu gangguan jiwa yang ditemukan adalah gangguan
konsep harga diri rendah, yang mana harga diri rendah digambarkan sebagai
perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan

harga diri, merasa gagal mencapai keinginan (Keliat, 1999). Perawat akan
mengetahui jika perilaku seperti ini tidak segera ditanggulangi, sudah tentu
berdampak pada gangguan jiwa yang lebih berat. Beberapa tanda-tanda harga diri
rendah adalah rasa bersalah terhadap diri sendiri, merendahkan martabat sendiri,
merasa tidak mampu, gangguan hubungan sosial seperti menarik diri, percaya diri
kurang, kadang sampai mencederai diri (Townsend, 1998).
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1
Apa pengertian dari gangguan konsep diri : harga diri rendah ?
1.2.2
Bagaimana tanda dan gejala dari gangguan harga diri rendah ?
1.2.3
Bagaimana proses terjadinya masalah pada gangguan harga diri
rendah ?
1.2.4
Bagaimana rentang respon dari gangguan harga diri rendah ?
1.2.5
Apa faktor predisposisi dari gangguan harga diri rendah ?
1.2.6
Apa faktor presipitasi dari gangguan harga diri rendah ?
1.2.7
Bagaimana pohon masalah pada gangguan harga diri rendah ?
1.2.8
Apa saja masalah keperawatan yang mungkin muncul pada
gangguan harga diri rendah ?
1.2.9
Apa saja data yang perlu dikaji pada gangguan harga diri
rendah ?
1.2.10
Apa diagnose yang muncul pada gangguan harga diri rendah ?
1.2.11
Bagaimana rencana asuhan keperawatan pada gangguan harga
diri rendah ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk menambah wawasan pembaca mengenai peranan
gangguan konsep diri yaitu harga diri rendah sehingga mampu untuk
mengerti serta memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan

harga

diri

rendah

dan

nantinya

mampu

untuk

mengaplikasikannya kedalam kegiatan praktik rumah sakit maupun


1.3.2

dalam kehidupan sehari-hari.


Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengertian dari gangguan konsep diri : harga


diri rendah ?
2. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari gangguan harga diri
rendah ?
3. Untuk mengetahui proses terjadinya masalah pada gangguan harga
diri rendah?
4. Untuk mengetahui rentang respon dari gangguan harga diri
rendah ?
5. Untuk mengetahui faktor predisposisi dari gangguan harga diri
rendah ?
6. Untuk mengetahui faktor presipitasi dari gangguan harga diri
rendah ?
7. Untuk mengetahui pohon masalah pada gangguan harga diri
rendah ?
8. Untuk mengetahui masalah keperawatan yang mungkin muncul
pada gangguan harga diri rendah ?
9. Untuk mengetahui data yang perlu dikaji pada gangguan harga diri
rendah ?
10. Untuk mengetahui diagnosa yang muncul pada gangguan harga
diri rendah ?
11. Untuk mengetahui rencana asuhan keperawatan pada gangguan
harga diri rendah ?
1.4 Manfaat
Kita sebagai calon perawat mampu untuk memberikan asuhan keperawatan
pada pasien dengan gangguan harga diri rendah dengan baik dan benar.
BAB II
PEMBAHASAN

Asuhan Keperawatan Klien Dengan , Gangguan Konsep Diri: Harga Diri


Rendah/HDR

2.1 Pengertian
Harga diri rendah kronis adalah evaluasi diri/perasaan tentang diri atau
kemampuan diri yang negative dan mempertahankan dalam waktu lama

(NANDA, 2012)
Individu cenderung untuk menilai dirinya negative dan merasa lebih

rendah dari orang lain (Depkes RI, 2000)


Evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negative
dan dapat secara langsung atau tidak langsung diekspresikan (Towsend,

1998)
Perasaan negatif terhadap diri-sendiri, hilangnya percaya diri dan harga
diri, merasa gagal mencapai keinginan (Keliat, 1998)

2.2 Tanda dan Gejala


Manifestasi yang biasa muncul pada klien gangguan jiwa dengan
harga diri rendah, fitria (2009):
Mengkritik diri sendiri
Perasaan tidak mampu
Pandangan hidup yang pesimistis
Tidak menerima pujian
Penurunan produktivitas
Penolakan terhadap kemampuan diri
Berpakaian tidak rapi selera makan berkurang tidak berani menatap

lawan bicara
Lebih banyak menunduk
Bicara lambat dengan nada suara lemah

2.3 Proses Terjadinya masalah


Harga diri rendah kronis terjadi merupakan proses kelanjutan dari
harga diri rendah situasional yang tidak diselesaikan. Atau dapat juga terjadi
karena individu tidak pernah mendapat feedback dari lingkungan tentang
prilaku klien sebelumnya bahkan mungkin kecenderungan lingkungan yang
selalu memberi respon negative mendorong individu menjadi harga diri
rendah. Harga diri rendah kronis terjadi disebabkan banyak factor. Awalnya
individu berada pada suatu situasi yang penuh dengan stressor/ krisis, individu
4

berusaha menyelesaikan krisis tetapi tidak tuntas sehingga timbul pikiran


bahwa diri tidak mampu atau merasa gagal menjalankan fungsi dan peran.
Penilaian individu terhadap diri sendiri karena kegagalan menjalankan fungsi
dan peran adalah kondisi harga diri rendah situasional, jika lingkungan tidak
memberi dukungan positif atau justru menyalahkan individu dan terjadi secara
terus menerus akan mengakibatkan individu mengalami harga diri rendah
kronis.
2.4 Rentang respon
Respon adaptif

Aktualisasi

Respon maladaptif

Harga diri
rendah

Konsep diri
positif

Keracunan
identitas

Depersonalisasi

Sumber : Keliat (1999)


Keterangan:
1. Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif
dengan latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan diterima
2. Konsep diri adalah apabila individu mempunyai pengalaman yang
positif dalam beraktualisasi diri
3. Kerancuan identitas adalah kegagalan aspek individu mengintegrasikan
aspek-aspek identitas masa kanak-kanak ke dalam kematangan aspek
psikososial, kepribadian pada masa dewasa yang harmonis.
4. Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistic dan asing terhadap
diri sendiri yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak
dapat membedakan dirinya dengan orang lain.
Harga diri rendah merupakan kompone Episode Depresi Mayor,
dimana aktifitas merupakan bentuk hukuman atau punishment (Stuart &
Laraia, 2005). Depresi adalah emosi normal manusia tapi secara klinis dapat

bermakna patologi apabila mngganggu prilaku sehari-hari, menjadi pervasive


dan muncul bersama penyakit lain.
Menurut NANDA (2012) tanda dan gejala yang dimunculkan sebagai
prilaku telah dipertahankan dalam waktu yang lama atau kronik yang meliputi
mengatakan hal yang negatif tentang diri sendiri dalam waktu lama dan terus
menerus, mengekspresikan sikap malu/minder/rasa bersalah, kontak mata
kurang/ tidak ada, selalu mengatakan ketidakmampuan/ kesulitan untuk
mencoba sesuatu, bergantung pada orang lain, tidak asertif, pasif dan
hipoaktif, bimbang dan ragu-ragu serta menolak umpan balik poitif dan
membesarkan umpan balik negative mengani dirinya.
Mekanisme koping jangka pendek yang biasa dilakukan klien harga
diri rendah adalah kgiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis,
misalnya pemakaian obat-obatan, kerja keras, nonton TV terus menerus.
Kegiatan mengganti identitas sementara, misalnya ikut kelompok social,
keagamaan dan poliitik. Kegiatan yang memberikan dukungan sementara,
seperti mengikuti suatu kompetisi atau kontes popularitas. Kegiatan mencoba
menghilangkan anti identitas semnetara, seperti penyalahgunaan obat-obatan.
Jika mekanisme koping jangka pendek tidak memberi hasil yang diharapkan
individu akan mengembangkan mekanisme koping jangka panjang, antara lain
adalah menutup identitas, dimana klien terlalu cepat mengadopsi identitas
yang disenangi dari orang-orang yang berarti tanpa mengindahkan hasrat,
aspirasi atau potensi diri sendiri. Identitas negatif, dimana asumsi yang
bertentangan dengan nilai dan harapan masyarakat. Sedangkan mekanisme
pertahanan ego yang sering digunakan adalah fantasi, regresi, disasosiasi,
isolasi, proyeksi, mengalihkan marah berbalik pada diri sendiri dan orang lain.
Terjadinya gagguan konsep diri harga diri rendah kronis juga dipengaruhi
beberapa factor predisposisi seperti factor biologis, psikologis, social dan
kultural.
Faktor biologis biasanya Karena ada kondisi sakit fisik secara yang
dapat mempengaruhi kerja hormone secara umum, yang dapat pula

berdampak pada kesseimbangan neurotransmitter diotak, contoh kadar


serotonin yang menurun dapat mengkibatkan klien mengalami depresi dan
pada pasien depresi kecendrungan harga diri rendah kronis semakin besar
karena klien lebih dikuasai oleh pikiran -pikiran negatif dan tidak berdaya.
Struktur otak yang mungkin mengalami gangguan pada kasus harga
diri rendah kronis adalah :
1. System Limbic yaitu pusat emosi, dilihat dari emosi, dilihat dari emosi
pada klien dengan harga diri rendah yang kadang berubah seperti
sedih, dan terus merasa tidak berguna atau gagal terus menerus.
2. Hipotalamus yang juga mengatur mood dan motivasi, karena melihat
kondisi klien dengan harga diri rendah yang membutuhkan lebih
banyak motivasi dan dukungan dari perawat dalam melaksanakan
tindakan yang sudah dijadwalkan bersama-sama dengan perawat
padahal klien mengatakan bahwa membutuhkan latihan yang telah
dijadwalkan tersebut.
3. Thalamus, system pintu gerbang atau menyaring fungsi untuk
mengatus arus informasi sensori yang berhubungan dengan perasaan
untuk mencegah berlebihan di korteks. Kemungkinan pada klien
dengan harga diri rendah apabila ada kerusakan pada thalamus ini
maka arus informasi sensori yang masuk tidak dapat dicegah atau
dipilah sehingga menjadi berlebihan yang mengakibatkan perasaan
negative yang ada selalu mendominasi pikiran dari klien.
4. Amigdala yang berfungsi untuk emosi.
Adapun jenis alat untuk mengtahui gangguan struktur otak yang dapat
digunakan adalah :
1) Electrorncephalogram

(EEG),

suatu

pemeriksaan

yang

bertujuan memberikan informasi penting tentang kerja dan


fungsi otak.
2) CT Scan, untuk mendapatkan gambaran otak tiga dimensi
3) Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT),
melihat wilayah otak dan tanda-tanda abnormalitas pada otak

dan menggambarkan perubahan-perubahan aliran darah yang


terjadi.
4) Magnetic Resonance Imaging (MRI), suatu teknik radiologi
dengan menggunakan magnet, gelombang radio dan computer
untuk mendapatkan gambaran struktur tubuh atau otak dan
dapat mendeteksi perubahan yang kecil sekalipun dalam
struktur tubuh atau otak. Beberapa prosedur menggunakan
kontras gadolinium untuk meningkatkan akurasi gambar.
Selain gangguan pada struktur otak, apabila dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut dengan alatalat tertentu kemungkinan akan
ditemukan ketidakseimbangan neurotransmitter di otak seperti :
1) Acetylcoline (ACH), untuk pengaturan atensi dan mood,
mengalami penurunan.
2) Norepinephirine, mengatur fungsi kesiagaan, pusat perhatian
dan orientasi; mengatur fight-flight dan proses pembelajaran
dan memori, mengalami penurunan yang mengakibatkan
kelemahan dan depresi.
3) Serotonin, mengatur status mood, mengalami penurunan yang
mengakibatkan klien lebih dikuasai oleh pikiran-pikiran
negative dan tidak berdaya.
4) Glutamate, mengalami penurunan, terlihat dari kondisi klien
yang kurang energi, selalu terlihat mengantuk. Selain itu
berdasarkan diagnose medis klien yaitu skizofrenia yang sering
mengindikasikan adanya penurunan glutamate.
Adapun jenis alat untuk pengukuran neurotransmitter yang dapat
digunakan adalah :
1) Positron Emission Tomography (PET), mengukur emisi atau
pancaran dari bahan kimia radio aktif yang diberi label dan

telah disuntik kedalam aliran darah untuk menghasilkan


gambaran dua atau tiga dimensi melalui distribusi dari bahan
kimia tersebut di dalam tubuh dan otak. PET dapat
memperlihatkan gambaran aliran darah, oksigen, metabolisme
glukosa, dan konsentrasi obat dalam jaringan otak. Yang
merefleksikan aktivitas otak sehingga dapat dipelajari lebih
lanjut tentang fisiologi dan neuro-kimiawi otak.
2) Transcranial Magnetic Stimulation (TMS) dikombinasikan
dengan MRI, para ahli dapat melihat dan mengetahui fungsi
spesifik dari otak. TMS dapat menggambarkan proses motoric
dan visual dan dapat menghubungkan antara kimiawi dan
struktur otak dengan perilaku manusia dan hubungannya
dengan gangguan jiwa.
Berdasarkan faktor psikologis, harga diri rendah kronis
sangat berhubungan dengan pola asuh dan kemampuan
individu menjalankan peran dan fungsi, hal-hal yang dapat
mengakibatkan individu mengalami harga diri rendah kronis
meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak
realistis, orang tua yang tidak percaya pada anak, tekanan
teman sebaya, peran yang tidak sesuai dengan jenis kelamin
dan peran dalam pekerjaan.
Faktor sosial: secara sosial status ekonomi sangat
mempengaruhi proses terjadinya harga diri rendah kronis,
antara lain kemiskinan, tempat tinggal di daerah kumug dan
rawan, kultur sosial yang berubah misal ukuran keberhasilan
individu.
Faktor kultural: tuntutan peran sesuai kebudayaan
sering meningkatkan kejadian harga diri rendah kronis antara
lain: wanita sudah harus menikah jika umur mencapai

duapuluhan,

perubahan

kultur

kearah

gaya

hidup

individualisme.
Akumulasi faktor presidposisi ini baru menimbulkan
kasus harga diri rendah kronis setelah adanyafaktor presipitasi.
Faktor presipitasi dapat disebabkan dari dalam diri sendiri
ataupun dari luar, antara lain ketegangan peran, konflik peran,
peran yang tidak jelas, peran berlebihan, perkembangan
transisi, situsi transisi peran dan transisi peran sehat-sakit.
2.5 Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah kronis adalah
penolakan orang tua yang tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang
mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain, ideal
diri yang tidal realistis.
2.6 Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah adalah hilangnya
sebagian anggota tubuh, berubahnya penampilan atau bentuk tubuh,
mengalami kegagalan, serta menurunnya produktivitas. Gangguan konsep
diri: harga diri rendah kronis ini dapat terjadi secara situasional maupun
kronik.
2.7 Pohon Masalah
Resiko Tinggi Perilaku Kekerasan

Effect

Perubahan Persepsi Sensorik: Halusinasi

Isolasi Sosial

10

Core Problem

Causa

Harga Diri Rendah Kronis

Koping Individu Tidak Efektif

2.8 Masalah Keperawatan yang mungkin muncul


1. Harga diri rendah kronis
2. Koping individu tidak efektif
3. Isolasi sosial
4. Perubahan persepsi sensori: Halusinasi
5. Risiko tinggi perilaku kekerasan
2.9 Data yang perlu dikaji
Masalah Keperawatan
Harga Diri Rendah Kronis

Data yang perlu dikaji


Subjektif:
-

Mengungkapkan dirinya merasa tidak

berguna
Mengungkapkan dirinya merasa tidak

mampu
Mengungkapkan
semangat

untuk

bekerja
Mengungkapkan

dirinya
beraktifitas
dirinya

tidak
atau
malas

melakukan perawatan diri ( mandi,


berhias, makan, atau toileting)
Objektif:
-

11

Mengkritik diri sendiri


Perasaan tidak mampu
Pandangan hidup yang pesimistis
Tidak menerima pujian
Penurunan produktivitas
Penolakan terhadap kemampuan diri
Kurang memperhatikan perawatan diri

Berpakaian tidak rapi


Berkurang selera makan
Tidak berani menatap lawan bicara
Lebih banyak menunduk
Bicara lambat dengan nada suara
rendah

2.10
Diagnosa Keperawatan
Harga Diri Rendah kronis
2.11

Rencana Asuhan Keperawatan

Tujuan
Pasien mampu :

Kriteria Evaluasi
Setelah .. x pertemuan,

Mengidentifikasi

pasien mampu :

kemampuan dan aspek


positif yang dimiliki
Menilai kemampuan
yang dapat digunakan.
Menetapkan / memilih
kegiatan yang sesuai
dengan kemampuan
Melatih kegiatan yang
sudah dipilih, sesuai
kemampuan.
Merencanakan kegiatan

Intervensi
SP 1

Mengidentifikasi

Identifikasi kemampuan
positif yang dimiliki.
Diskusikan bahwa pasien

kemampuan aspek positif


yang dimiliki.
Memiliki kemampuan

masih memiliki sejumlah

yang dapat digunakan


Memilih kegiatan sesuai

positif seperti kegiatan

kemampuan
Melakukan kegiatan yang

keluarga dan lingkungan

kemampuan dan aspek


pasien dirumah adanya
terdekat pasien,
Beri pujian yang realistis

sudah dipilih
Merencanakan kegiatan

dan hindarkan setiap kali

yag sudah dilatih.

bertemu dengan pasien

yang sudah dilatihnya.

penilaian yang negative.


Nilai kemampuan yang
dapat dilakukan saat ini
Diskusikan dengan
pasien kemampuan yang
masih digunakan saat

12

ini.
Bantu pasien
menyebutkannnya dan
member penguatan
terhadap kemampuan
diri yang diungkapkan
pasien.
Perlihatkan respon yang
kondusif dan menjadi

pendengar yang aktif.


Pilih kemampuan yang

dilatih
Diskusikan dengan pasien
beberapa aktivitas yang
dapat dilakukan dan dipilih
sebagai kegiatan yang akan
pasien lakukan sehari -

hari.
Bantu pasien menetapkan
aktivitas mana yagn dapat
pasien lakuakn secara
mandiri
Aktivitas yang
memerlukan bantuan
minimal dari keluarga.
Aktivitas apa saja yang
perlu bantuan penuh dari
keluarga atau lingkungan
terdekat pasien.
Beri contoh cara

13

pelaksanaan aktifitas
yang dapat dilakukan
pasien
Susun bersama pasien
aktifitas atau kegiatan

sehari hari pasien.


Nilai kemampuan pertama
yang telah dipilih
Diskusikan dengan
pasien untuk
menetapkan urutab
kegiatan (yang sudah
dipilih pasien ) yang
akan dilatihkan.
Bersama pasien dan
keluarga memperagakan
beberapa kegiatan yang
akan dilakukan pasien
Berikan dukungan atau
pujia yang nyata sesuai
kemajuan yang

diperlihatkan pasien.
Masukkan dalam jadwal
kegiatan pasien
Beri kesempatan pada
pasien untuk mencoba
kegiatan.
Beri pujian atas
aktifitas / kegiatan yang
dapat dilakukan pasien

14

setiap hari.
Tingkatkan
kegiatansesuai dengan
toleransi dan perubahan
sikap.
Susun daftar aktifitas
yang sudah dilatihkan
bersama pasien dan
keluarga
Berikan kesempatan
mngungkapkan
perasaannya setelah
pelaksanaan kegiatan.
Yakinkan bahwa
keluarga mendukung
setiap aktifitas yang
dilakukan pasien.
SP 2

Evaluasi kegiatan yang lalu

(SP 1)
Pilih kemampuan kedua

yang dapat dilakuakan


Latih kemampuan yang

dipilih
Masukkan dalamm jaddwal

kegiatan pasien
SP 3

Evaluasi kegiatan yang lalu

( SP 1 dan 2)
Memilih kemampuan
ketiga yang dapat

15


Keluarga mampu merawat

Setelah x pertemuan,

pasien dengan HDR dirumah

keluarga mampu :

dan menjadi sistem

Mengidentifikasi

pendukung yang efektif bagi


pasien.

kegiatan pasien
SP 1

untuk pasien melakukan


kegiatan.
Mendorong pasien

Identifikasi masalah yang


dirasakan dalam merawat

kemampuan yang dimiliki


pasien
Menyediakan fasilitas

dilakukan
Masukan dalam jadwal

pasien
Jelaskan proses terjadinya

HDR
Jelaskan tentang cara

merawat pasien
Main peran dalam merawat

melakukan kegiatan
Memuji pasien saat pasien

pasien HDR
Susun RTL keluarga /

dapat melakukan kegiatan


Membantu melatih pasien.
Membantu menyusun

jadwal keluarga untuk


merawat pasien

jadwal kegiatan pasien


Mambantu perkembangan
pasien
SP 2

Evaluasi kemampuan SP 1
Latih keluarga langsung ke

pasien
Menyusun RTL keluarga /
jadwal keluarga untuk

merawat pasien
SP 3

Evaluasi kemampuan

keluarga
Evaluasi kemampuan
pasien

16

RTL keluarga
Follow up
Rujukan

BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif.
Seseorang yang mempunyai harga diri rendah biasanya seseorang tersebut akan
merasa gagal mencapai keinginannya dan merupakan masalah bagi banyak orang
dan diekspresikan melalui tingkat kecemasan yang sedang sampai berat.
Menumbuhkan dan meningkatkan kepercayaan diri klien agar dapat
memperbaiki hubungan sosial dengan orang lain serta lingkungannya merupakan
upaya luhur yang harus dilakukan pada klien dengan harga diri rendah.
Untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan permasalahan yang muncul
pada klien, perlu dukungan dan motivasi dari berbagai pihak, namun sebenarnya
yang paling utama adalah dukungan yang lahir dari keluarga. Perawatan lebih
lanjut oleh perawat ruangan maupun keluarga dibutuhkan dalam menunjang
proses pemulihan klien walaupun saat ini kondisi klien tampak membaik.
.
3.2 Saran

17

1. Bagi Perawat, diperlukan pendekatan yang optimal pada klien dengan


masalah harga diri rendah untuk memberikan support kepada klien agar klien
mempunyai konsep diri yang lebih baik.
2. Bagi Rumah Sakit, Untuk menunjang keberhasilan perawatan klien dengan
harga diri rendah perlu ditingkatkan hubungan kerja sama antara pihak Rumah
Sakit dan keluarga dalam perawatan klien baik di rumah sakit maupun
sesudah klien pulang ke rumah.
3. Bagi Keluarga, diharapkan selalu memberi motivasi kepada klien dengan
harga diri rendah, dengan cara inilah rasa optimisme dan perasaan positif
terhadap diri sendiri akan muncul.
4. Bagi Institusi Pendidikan, agar senantiasa mengembangkan sayap melalui cara
aktual dalam menyelesaikan masalah klien dengan harga diri rendah.

18

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2000. Keperawatan Jiwa : Teori dan Tindakan Keperawatan Jiwa.
Jakarta : Depkes RI
Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan. Jakarta : Salemba Medika
Herman Surya Direja, Ade. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta :
Nuha Medika
Keliat, B. A. 1999. Proses Kesehatan Jiwa. Edisi 1. Jakarta : EGC
NANDA. 2012. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.
Jakarta : EGC
Stuart. Gail W and Laraia. 2001. Principle and Practice of Psychiatric Nursing, 7th
ed, St Louis: The CV Mosby Year Book
Towsend, Mary C. 1998. Diagnosa Keprawatan Psikiatri. Edisi 3. Jakarta : EGC

19

KEPERAWATAN JIWA

Asuhan Keperawatan Klien dengan


Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah/HDR

Oleh :
AYU MIANDA LESTARI

(P07120014071)

NI KOMANG DEWI TIRTAWATI

(P07120014082)

I GUSTI AYU DEWI PUSPITA RAHAYU

(P07120014086)

NI WAYAN WIDIASTUTI

(P07120014097)

KELAS III.3 DIII KEPERAWATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
2016

Anda mungkin juga menyukai