Konsep Diri
Konsep Diri
PENDAULUAN
A. Latar Belakang
Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan di zaman global seperti sekarang
ini berakibat makin kompleks kebutuhan masyarakat. Industrialisasi dan urbanisasi
makin lekat pada masyarakat. Ini berakibat makin banyaknya masalah pada
kehidupan tidak terkecuali problem sosial. Kurangnya adaptasi untuk mengikuti trend
itu menjadi masalah baru dalam kehidupan masyarakat. Ketidakmampuan dalam
beradaptasi tersebut berdampak pada kebingungan, kecemasan dan frustasi pada
sebagian masyarakat, konflik batin dan gangguan emosional menjadi ladang subur
bagi tumbuhnya penyakit mental.
Di dalam hidup di masyarakat manusia harus dapat mengembangkan dan
melaksanakan hubungan yang harmonis baik dengan individu lain maupun
lingkungan sosialnya. Tapi dalam kenyataannya individu sering mengalami hambatan
bahkan kegagalan yang menyebabkan individu tersebut sulit mempertahankan
kestabilan dan identitas diri, sehingga konsep diri menjadi negatif. Jika individu
sering mengalami kegagalan maka gangguan jiwa yang sering muncul adalah
gangguan konsep diri misal harga diri rendah.
Faktor psikososial merupakan faktor utama yang berpengaruh dalam
kehidupan seseorang (anak, remaja, dan dewasa). Yang mana akan menyebabkan
perubahan dalam kehidupan sehingga memaksakan untuk mengikuti dan mengadakan
adaptasi untuk menanggulangi stressor yang timbul. Ketidakmampuan menanggulangi
stressor itulah yang akan memunculkan gangguan kejiwaan. Salah satu gangguan jiwa
yang ditemukan adalah gangguan konsep harga diri rendah, yang mana harga diri
rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk
hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan (Keliat,
1999). Perawat akan mengetahui jika perilaku seperti ini tidak segera ditanggulangi,
sudah tentu berdampak pada gangguan jiwa yang lebih berat. Beberapa tanda-tanda
harga diri rendah adalah rasa bersalah terhadap diri sendiri, merendahkan martabat
sendiri, merasa tidak mampu, gangguan hubungan sosial seperti menarik diri, percaya
diri kurang, kadang sampai mencederai diri (Townsend, 1998).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan pengertian konsep diri ?
2. Apa saja yang termasuk faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri ?
3. Apa saja pembagian konsep diri ?
4. Bagaimana kepribadian yang sehat ?
5. Apa saja gangguan konsep diri ?
6. Apa saja faktor resiko penyimpangan konsep diri ?
7. Apa saja masalah dan data yang perlu di kaji ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan dengan
diagnosa gangguan diri.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu mengetahui tentang pengertian konsep diri.
b. Mahasiswa mampu mengkaji pasien dengan konsep diri.
c. Mahasiswa mampu menganalisa pasien dengan ganngguan jiwa.
d. Mahasiswa mampu mendirikan diagnosa keperawatan.
e. Mahasiswa mampu mengintervensikan asuhan keperawatan.
BAB II
KONSEP DASAR
2.1 PENGERTIAN
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang
diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan
dengan orang lain (Stuart dan Sudeen, 1998). Hal ini temasuk persepsi individu akan
sifat dan kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang
berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan serta keinginannya. Sedangkan
menurut Beck, Willian dan Rawlin (1986) menyatakan bahwa konsep diri adalah cara
individu memandang dirinya secara utuh, baik fisikal, emosional intelektual , sosial
dan spiritual. Potter & Perry (1993), konsep diri adalah merefleksikan pengalaman
interaksi sosial, sensasinya juga didasarkan bagaimana orang lain memandangnya.
Beck William Rowles (1993), mendefinisikan konsep diri sebagai cara memandang
individu terhadap diri secara utuh baik fisik, emosi, intelektual, sosial & spiritual.
Secara umum, konsep diri dapat didefinisikan sebagai cara kita memandang diri kita
secara utuh, meliputi: fisik, intelektual, kepercayaan, sosial, perilaku, emosi, spiritual,
dan pendirian.
2.2
Respon adaptif
Aktualisasi
diri
Respon maladaptif
Konsep diri
positif
Harga diri
rendah
Keracunan
identitas
Depersonalisasi
Keterangan:
1. Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar
belakang pengalaman nyata yang sukses dan diterima
2. Konsep diri adalah apabila individu mempunyai pengalaman yang positif dalam
beraktualisasi diri
3. Kerancuan identitas adalah kegagalan aspek individu mengintegrasikan aspek-aspek
identitas masa kanak-kanak ke dalam kematangan aspek
psikososial, kepribadian pada masa dewasa yang harmonis.
4. Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistic dan asing terhadap diri sendiri
yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak
dapat membedakan dirinya dengan orang lain.
Pohon Masalah
Keputusasaan
Perilaku Kekerasan
Perubahan
penampilan
peran
Isolasi Sosial:
Menarik Diri
Gangguan Konsep diri :
Harga Diri Rendah
Gangguan
Citra Tubuh
Ideal diri
tidak realistik
1. Teori perkembangan.
Konsep diri belum ada waktu lahir, kemudian berkembang secara bertahap sejak
lahir seperti mulai mengenal dan membedakan dirinya dan orang lain. Dalam
melakukan kegiatannya memiliki batasan diri yang terpisah dari lingkungan dan
berkembang melalui kegiatan eksplorasi lingkungan melalui bahasa, pengalaman
atau pengenalan tubuh, nama panggilan, pangalaman budaya dan hubungan
interpersonal, kemampuan pada area tertentu yang dinilai oleh diri sendiri atau
masyarakat serta aktualisasi diri dengan merealisasi potensi yang nyata.
2. Significant Other ( orang yang terpenting atau yang terdekat )
Dimana konsep diri dipelajari melalui kontak dan pengalaman dengan orang lain,
belajar diri sendiri melalui cermin orang lain yaitu dengan cara pandangan diri
merupakan interprestasi diri pandangan orang lain terhadap diri, anak sangat
dipengaruhi orang yang dekat, remaja dipengaruhi oleh orang lain yang dekat
dengan dirinya, pengaruh orang dekat atau orang penting sepanjang siklus hidup,
pengaruh budaya dan sosialisasi.
3. Self Perception ( persepsi diri sendiri )
Yaitu persepsi individu terhadap diri sendiri dan penilaiannya, serta persepsi
individu terhadap pengalamannya akan situasi tertentu. Konsep diri dapat
dibentuk melalui pandangan diri dan pengalaman yang positif. Sehingga konsep
merupakan aspek yang kritikal dan dasar dari prilaku individu. Individu dengan
konsep diri yang positif dapat berfungsi lebih efektif yang dapat berfungsi lebih
efektif yang dapat dilihat dari kemampuan interpersonal, kemampuan intelektual
dan penguasaan lingkungan. Sedangkan konsep diri yang negatif dapat dilihat dari
hubungan individu dan sosial yang terganggu.
dirinya
mempunyai
dampak
yang
penting
pada
aspek
yang
berkaitan
dengan
bentuk
dan
fungsi
tubuh
Hal ini berkaitan dengan kultur sosial budaya yang berbeda-setiap pada
setiap orang dan keterbatasannya serta keterbelakangan dari budaya
tersebut menyebabkan pengaruh pada gambaran diri individu, seperti
adanya perasaan minder.
Beberapa gangguan pada gambaran diri tersebut dapat menunjukan tanda dan
gejala, seperti :
1. Syok Psikologis.
Syok Psikologis merupakan reaksi emosional terhadap dampak perubahan
dan dapat terjadi pada saat pertama tindakan.syok psikologis digunakan
sebagai reaksi terhadap ansietas. Informasi yang terlalu banyak dan
kenyataan perubahan tubuh membuat klien menggunakan mekanisme
pertahanan diri seperti mengingkari, menolak dan proyeksi untuk
mempertahankan keseimbangan diri.
2. Menarik diri.
Klien menjadi sadar akan kenyataan, ingin lari dari kenyataan , tetapi
karena tidak mungkin maka klien lari atau menghindar secara emosional.
Klien menjadi pasif, tergantung , tidak ada motivasi dan keinginan untuk
berperan dalam perawatannya.
3. Penerimaan atau pengakuan secara bertahap.
Setelah klien sadar akan kenyataan maka respon kehilangan atau berduka
muncul. Setelah fase ini klien mulai melakukan reintegrasi dengan
gambaran diri yang baru.
Tanda dan gejala dari gangguan gambaran diri di atas adalah proses yang
adaptif, jika tampak gejala dan tanda-tanda berikut secara menetap maka respon klien
dianggap maladaptif sehingga terjadi gangguan gambaran diri yaitu :
a) Menolak untuk melihat dan menyentuh bagian yang berubah.
b) Tidak dapat menerima perubahan struktur dan fungsi tubuh.
2. Ideal Diri.
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus
berperilakuberdasarkan standart, aspirasi, tujuan atau penilaian personal
tertentu (Stuart and Sundeen ,1991).
Standart dapat berhubungan dengan tipe orang yang akan diinginkan atau
sejumlah aspirasi, cita-cita, nilai- nilai yang ingin di capai . Ideal diri akan
mewujudkan cita-cita, nilai-nilai yang ingin dicapai. Ideal diri akan
mewujudkan citacita dan harapan pribadi berdasarkan norma sosial (keluarga
budaya) dan kepada siapa ingin dilakukan. Ideal diri mulai berkembang pada
masa kanakkanak yang di pengaruhi orang yang penting pada dirinya yang
memberikan keuntungan dan harapan pada masa remaja ideal diri akan di
bentuk melalui proses identifikasi pada orang tua, guru dan teman.
Menurut Ana Keliat ( 1998 ) ada beberapa faktor yang mempengaruhi ideal diri
yaitu :
1. Kecenderungan individu menetapkan ideal pada batas kemampuannya.
2. Faktor budaya akan mempengaruhi individu menetapkan ideal diri.
diri rendah dapat terjadi secara situasional ( trauma ) atau kronis ( negatif self
evaluasi yang telah berlangsung lama ). Dan dapat di ekspresikan secara
langsung atau tidak langsung (nyata atau tidak nyata).
10
Perkembangan individu.
Faktor predisposisi dapat dimulai sejak masih bayi, seperti penolakan
orang tua menyebabkan anak merasa tidak dicintai dan mengkibatkan
anak gagal mencintai dirinya dan akan gagal untuk mencintai orang
lain.
Pada saat anak berkembang lebih besar, anak mengalami kurangnya
pengakuan dan pujian dari orang tua dan orang yang dekat atau penting
baginya. Ia merasa tidak adekuat karena selalu tidak dipercaya untuk
mandiri, memutuskan sendiri akan bertanggung jawab terhadap
prilakunya. Sikap orang tua yang terlalu mengatur dan mengontrol,
membuat anak merasa tidak berguna.
11
posisi
yang
tidak
mungkin
dilaksanakan
Keliat,
1992
).
Stress peran terdiri dari konflik peran yang tidak jelas dan peran yang tidak
sesuai atau peran yang terlalu banyak.
Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam menyesuaikan diri dengan peran yang
harus di lakukan menurut Stuart and sundeen, 1998 adalah :
1. Kejelasan prilaku dengan penghargaan yang sesuai dengan peran.
2. Konsisten respon orang yang berarti terhadap peran yang dilakukan .
3. Kesesuain dan keseimbangan antara peran yang di emban.
4. Keselarasan budaya dan harapan individu terhadap perilaku peran.
5. Pemisahan situasi yang akan menciptakan ketidak sesuain perilaku peran.
Menurut Stuart and Sunden Penyesuaian individu terhadap perannya di
pengaruhi oleh beberapan faktor, yaitu :
12
situasi
yang
dapat
menciptakan
ketidak
selarasan
Transisi Perkembangan.
Setiap perkembangan dapat menimbulkan ancaman pada identitas.
Setiap perkembangan harus di lalui individu dengan menjelaskan tugas
perkembangan yang berbeda beda. Hal ini dapat merupakan stresor
bagi konsep diri.
Transisi Situasi.
Transisi situasi terjadi sepanjang daur kehidupan, bertambah atau
berkurang orang yang berarti melalui kelahiran atau kematian, misalnya
status sendiri menjadi berdua atau menjadi orang tua. Perubahan status
menyebabkan perubahan peran yang dapat menimbulkan ketegangan
peran yaitu konflik peran, peran tidak jelas atau peran berlebihan.
13
identitas diri peran dan harga diri. Masalah konsep diri dapat di
cetuskan oleh faktor psikologis, sosiologi atau fisiologi, namun yang
penting
adalah
persepsi
klien
terhadap
ancaman.
Selain itu dapat saja terjadi berbagai gangguan peran, penyebab atau
faktor-faktor ganguan peran tersebut dapat di akibatkan oleh :
a. Konflik peran interpersonal. Individu dan lingkungan tidak
mempunyai harapan peran yang selaras.
b. Contoh peran yang tidak adekuat.
c. Kehilangan hubungan yang penting
d. Perubahan peran seksual
e. Keragu-raguan peran
f. Perubahan
kemampuan
fisik
untuk
menampilkan
peran
ketidakpuasan
perannya
atau
kemampuan
menampilkan peran
2. Mengingkari atau menghindari peran
14
satu
kesatuan
yang
utuh
(Stuart
and
Sudeen,
1991).
Seseorang yang mempunyai perasaan identitas diri yang kuat akan yang
memandang dirinya berbeda dengan orang lain. Kemandirian timbul dari
perasaan berharga (aspek diri sendiri), kemampuan dan penyesuaian diri.
Seseorang yang mandiri dapat mengatur dan menerima dirinya. Identitas
diri terus berkembang sejak masa kanak-kanak bersamaan dengan
perkembangan konsep diri. Hal yang penting dalam identitas adalah jenis
kelamin (Keliat,1992). Identitas jenis kelamin berkembang sejak lahir
secara bertahap dimulai dengan konsep laki-laki dan wanita banyak
dipengaruhi oleh pandangan dan perlakuan masyarakat terhadap masingmasing jenis kelamin tersebut.
Perasaan dan prilaku yang kuat akan indentitas diri individu dapat ditandai
dengan:
g. Memandang dirinya secara unik
h. Merasakan dirinya berbeda dengan orang lain
i. Merasakan otonomi : menghargai diri, percaya diri, mampu diri,
menerima diri dan dapat mengontrol diri.
j. Mempunyai persepsi tentang gambaran diri, peran dan konsep diri
15
dikutip
Stuart
and
Sudeen,
1991)
16
Identitas jelas.
Individu merasakan keunikan dirinya, yang memberi arah kehidupan dan
mecapai keadaan
18
pubis,
pemasangan
kateler
pemeriksaan
perincal)
b. Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak
tercapai karena dirawat/sakit/penyakit.
c. Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai,
misalnya berbagai pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan,
berbagai tindakan tanpa persetujuan.
2. Kronik yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung
lama, yaitu sebelum sakit/dirawat klien ini mempunyai cara
berpikir yang negatif. Kejadian sakit dan dirawat akan
menambah persepsi negatif terhadap dirinya.
Tanda dan gejala yang dapat dikaji
1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakti dan
akibat tindakan terhadap penyakit.
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri.
3. Merendahkan martabat.
4. Gangguan hubungan sosial,
19
mungkin
melakukan
perannya
yang
biasa.
20
orang
lain
sehingga
otonomi/kemandirian
terganggu.
Perubahan perkembangan
Trauma
Ketidaksesuaian Gender
Ketidaksesuaian kebudayaan
21
Kecacatan
Perubahan perkembangan
Konflik peran
22
Masalah
Keperawatan
Masalah utama :
Gangguan konsep diri :
harga diri rendah
Data Subyektif
Data Obyektif
- Mengungkapkan ingin
2.
Masalah Keperawatan :
- Mengungkapkan
tubuh
aktivitas yang
seharusnya dapat
tidak melakukan
perasaan main
- Mengungkapkan malu
3.
sendiri
- Mengungkapkan tidak
menarik diri
dilakukan
- Wajah tarnpak
murung
- Klien terlihat lebih
suka sendiri
- Bingung bila disuruh
memilih alternatif
tindakan
- Ekspresi wajah
kosong
- Tidak ada kontak
mata ketika diajak
bicara
- Suara pelan dan
tidak jelas
dan berhadapan
dengan orang lain
A. Diagnosa Keperawatan
1. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
23
2. Gangguan konsep diri: harga diri rendah berhubungan dengan gangguan citra tubuh
B. Rencana Tindakan Keperawatan
1. Diagnosa keperawatan: Isolasi sosial menarik diri berhubungan dengan harga diri
rendah.
a. Tujuan umum
Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal.
b. Tujuan khusus
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya.
1.1. Bina hubungan saling percaya dengan menerapkan prinsip komunikasi
terapeutik:
1.1.1
1.1.2
1.1.3
1.1.4
1.1.5
1.1.6
1.1.7
24
25
kesempatan
(tubuh,
26
4) Klien dapat menerima realita perubahan struktur, bentuk atau fungsi tubuh.
4.1. Dorong klien untuk merawat diri dan berperan serta dalam asuhan klien
secara bertahap
4.2. Libatkan klien dalam kelompok klien dengan masalah gangguan citra
tubuh
4.3. Tingkat dukungan keluarga pada klien terutama pasangan.
5) Klien dapat menyusun rencana cara-cara menyelesaikan masalah yang
dihadapi.
5.1. Diskusikan cara-cara (booklet, leaflet sebagai sumber informasi) yang
dapat dilakukan untuk mengurangi dampak perubahan struktur, bentuk
atau fungsi tubuh
5.2. Dorong klien memilih cara yang sesuai
6) Klien dapat melakukan tindakan pengembalian integritas tubuh.
6.1. Membantu klien mengurangi perubahan citra tubuh
6.2. Rehabilitasi bertahap bagi klien
c. Hasil yang diharapkan
1) Klien menerima perubahan tubuh yang terjadi
2) Klien memilih beberapa cara mengatasi perubahan yang terjadi
3) Klien adaptasi dengan cara-cara yang dipilih dan digunakan.
Bab III
STUDI KASUS
27
A.
Identitas
Nama
: Tn.N
Umur
: 35 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Alamat
: Welahan, Jepara
Suku
: Jawa, Indonesia
Agama
: Islam
Status Perkawinan
: Kawin
Pendidikan
: SD
Nomor Register
: 041402
Diagnosa Medis
: Skizophrenia Katatonik
Tanggal Masuk
Tanggal Pengkajian
: Tn.H
Umur
: 40 tahun
Pendidikan
: Diploma III
Pekerjaan
: PNS
Alamat
: Kedung, Jepara
: Kakak Ipar
B.
Alasan Masuk
Berbicara tidak nyambung, ditanya diam saja, bingung, cemas, dan sulit tidur.
C.
Faktor Predisposisi
Klien pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu yakni tahun 2006 di
Samarinda. Sedangkan 8 bulan yang lalu pernah dirawat di Rumah Sakit Jiwa Daerah
Dr. Aminogondohutomo Semarang selama 15 hari. Menurut klien, tidak ada keluarga
yang menderita sakit jiwa seperti klien. Klien adalah seorang pekerja keras yang
bekerja sebagai pedagang, namun kadang bisnisnya sepi. Klien adalah seorang bapak
dari tiga orang anak. Terkadang klien dalam mencukupi kebutuhan hidup keluarganya
28
harus dibantu oleh keluarga / saudara yang lain. Klien merasa peran sebagai ayah
tidak dapat ia lakukan. Lima hari yang lalu pasien kalau ditanya tidak nyambung.
D.
Pemeriksaan Fisik
1. Tanda vital
TD
: 120/80 mmHg
: 88 x/mnt
RR
: 24 x/mnt
BB
: 65 kg
TB
: 165 cm
2. Pemeriksaan fisik
Kepala
Mata
Hidung
bersih, tidak ada septum deviasi, tidak ada polip, tidak ada
nafas cuping hidung
Telinga
Mulut
Leher
Paru-paru
Jantung
Abdomen
Genetalia
Ekstremitas :
tidak ada oedema, CRT < 2 detik, klien dapat berjalan dengan
baik
Dari hasil pemeriksaan fisik, tidak menunjukkan adanya kelainan / gangguan fisik pada klien.
E.
Psikososial
Genogram
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien
: Meninggal
: Orang yang tinggal serumah
Klien sudah menikah, mempunyai seorang istri dan tiga orang anak. Yang mengambil
keputusan dalam keluarga adalah klien, namun dilakukan dengan musyawarah terlebih
dahulu. Dari keluarga tidak ada yang menderita gangguan jiwa seperti klien.
1. Konsep diri
a. Gambaran diri
Klien menyukai semua bagian tubuhnya karena tidak ada masalah /
kekurangan pada tubuhnya.
b. Identitas diri
Klien mengatakan bangga dan puas sebagai seorang laki-laki apalagi sudah
dikaruniai tiga orang anak.
c. Peran diri
30
Status Mental
31
a. Penampilan
Penampilan cukup rapi, rambut disisir rapi, pakaian yang dikenakan sesuai,
tidak terlalu besar dan kecil, klien juga memakai alas kaki.
b. Pembicaraan
Pembicaraan klien pelan, nada suara rendah, kadang kontak mata kurang dan
sering menunduk.
c. Aktivitas motorik
Klien lebih bayak tidur selama di rumah sakit, aktivitas motorik tidak
mengalami gangguan seperti mandi, makan, ganti baju atas inisiatif sendiri dan
dilakukan secara mandiri.
d. Afek
Afek serasi, klien dapat merespons dengan benar stimulus yang diberikan.
e. Interaksi selama wawancara
Klien kooperatif, walaupun kontak mata sulit dipertahankan selama
berinteraksi.
f. Persepsi
Saat dikaji klien mengatakan tidak ada halusinasi.
g. Proses pikir
Pembicaraan klien bisa dimengerti perawat, selama komunikasi dengan
perawat dapat diobservasi bahwa pembicaraan klien terarah, jawaban koheren dengan
pertanyaan yang diajukan.
h. Isi pikir
Saat interaksi dengan perawat klien mengatakan bahwa ia merasa tidak
berharga, karena belum mempunyai pekerjaan yang mapan.
i. Tingkat kesadaran
Tingkat kesadaran klien baik, orientasi tempat, waktu dan orang baik, klien
mengetahui sekarang berada di rumah sakit jiwa Semarang, klien mengetahui hari,
tanggal dan jam, klien dapat membedakan pagi, siang dan malam.
j. Memori
Klien masih ingat tahun lahir yaitu tahun , mampu mengingat kejadian masa
lalu, dan ejadian sekarang, klien dapat menceritakan riwayat kehidupannya secara
berurutan dan konsisten.
k. Tingkat konsentrasi dan berhitung
32
Klien mudah berkonsentrasi, daya ingat jangka panjang klien baik, dimana
klien masih mengingat tahun lahirnya dan tahun lahir anaknya, klien masih mampu
mengingat hal-hal yang baru saja terjadi. Klien masih dapat berhitung sederhana,
ketika diberi pertanyaan 12 + 9 + 11 = klien menjawab 32.
l. Kemampuan penilaian
Klien masih mampu mengambil keputusan sederhana, dibantu orang lain.
Contoh ketika diberi opsi sholat dulu sebelum ngobrol atau ngobrol dulu sebelum
sholat, klien mengatakan sholat dulu sebelum ngobrol karena nanti agar sholatnya
tidak ketinggalan.
m. Daya tilik diri
Klien mengakui dan sadar bahwa dirinya sedang sakit dan ingin segera
sembuh.
G.
H.
Mekanisme Koping
Klien mengatakan jika ada masalah dipendam sendiri namun kadang cerita
dengan istrinya.
I.
33
Pengetahuan
Klien mengetahui dan sadar akan sakit yang dideritanya, namun klien kurang tahu
mengenai obat-obatan karena kurang ada bimbingan dari perawat ruangan.
K.
Aspek Medik
Diagnosa medik : skizophrenia kataton
Therapi medik
ECT konvensional 4 kali
Therapi oral :
Promactil 2x100 mg
Persidol 2x1 mg
Tryhexylphenidyl 2x2 mg
Hasil laboratorium
Nama
Glukosa sewaktu
Ureum
Creatinin
Cholesterol total
Trigliserid
Protein total
Albumin
SGOT
SGPT
Uric acid
Hasil
127 mg/100 ml
18 mg/100 ml
1,8 mg/100 ml
204 mg/100 ml
1,53 mg/100 ml
7,7 mg/100 ml
4,5 mg/100 ml
28 mg/100 ml
35 mg/100 ml
6,4 mg/100 ml
Nilai Normal
< 140 mg/100 ml
10-50 mg/100 ml
L: 0,6-1,1 D: 0,5-09
150-220
s/d 150
6,3 8,0
3,8 5,1
L : s/d 37 P : s/d 31
L : s/d 42 P : s/d 32
L : s/d 3,5-7 P : 2,5-5,7
34
L. ANALISA DATA
No
1.
DS :
-
Data Fokus
Masalah Keperawatan
Peran diri tidak efektif.
menetap
-
sepi
-
Klien kooperatif
rendah
tetangganya
-
berharga
DO :
-
dipertahankan
3.
35
tertentu saja
DO :
-
menunduk.
-
O. DIAGNOSA KEPERAWATAN
-
Gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan peran diri tidak
efektif
36
P.
No
1
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Klien
: Tn. N
Ruang
: IV (Dewa Ruci)
No. RM
: 041402
No
Diagnosa
Perencanaan
Tujuan
Tujuan Umum:
Kriteria Evaluasi
1.1 Ekspresi wajah
konsep diri :
Klien dapat
bersahabat,
harga diri
berhubungan
menunjukkan rasa
mengungkapkan
rendah
sosial dengan
prinsip komunikasi
berhubungan
terapeutik
dengan peran
optimal
tangan, mau
diri tidak
Tujuan Khusus 1:
menyebutkan nama,
efektif
Klien dapat
mau menjawab
membina
b. Perkenalkan diri
hubungan saling
duduk berdampingan
dengan sopan
percaya
c. Tanyakan nama
mengutarakan
masalah yang
dihadapi
disukai klien
Dx. Keperawatan
1
Gangguan
Intervensi
ttd
d. Jelaskan tujuan
pertemuan
e. Jujur dan menepati
janji
f. Tunjukkan sikap
empati dan menerima
klien apa adanya
g. Beri perhatian
kepada klien dan
perhatikan kebutuhan
dasar klien
Rasionalisasi :
hubungan saling
37
percaya merupakan
dasar untuk hubungan
Tujuan Khusus 2
2.1 Daftar
interaksi selanjutnya
2.1.1 Diskusikan
Klien dapat
kemampuan yang
mengklasifikasi
dimiliki klien di
kemampuan dan
aspek positif
yang dimiliki
kerja
memberi penilaian
keluarga
negatif
lingkungan klien
kemampuan aspek
positif klien
Rasionalisasi :
identifikasi
kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki
memudahkan perawat
dalam melakukan
intervensi dan
meningkatkan
Tujuan Khusus 3
Klien dapat
kemampuan yang
dengan klien
menilai
dapat digunakan di
kemampuan yang
kemampuan yang
rumah sakit
digunakan
selama sakit
kemampuan yang
3.1.2 Diskusikan
dapat digunakan di
kemampuan yang
rumah sakit
dapat dilanjutkan di
rumah sakit
3.1.3 Berikan pujian
Rasionalisasi : upaya
38
mengurangi efek
Tujuan Khusus 4
hospitalisasi
4.1.1 Meminta klien
Klien dapat
kemampuan yang
menetapkan dan
akan dilatih
merencanakan
dilakukan di rumah
kegiatan sesuai
sakit
dengan
harian
kemampuan yang
melakukannya jika
dimiliki
Tujuan Khusus 5
dimiliki
5.1.1 Beri kesempatan
Klien dapat
melakukan
(mandiri, dengan
mencoba kegiatan
kegiatan sesuai
bantuan atau
yang telah
tergantung)
direncanakan
kemampuannya
melakukan kegiatan
keberhasilan klien
secara mandiri
5.1.3 Diskusikan
kemungkinan
pelaksanaan di rumah
Rasionalisasi :
memberikan
kesempatan pada klien
39
untuk merasakan
keberhasilan
menggunakan
kemampuan yang
Tujuan Khusus 6
6.1 Keluarga
dimiliki
6.1.1 Beri pendidikan
Klien dapat
memberi dukungan
kesehatan pada
memanfaatkan
dan pujian
sistem
6.2 Keluarga
pendukung yang
memahami jadwal
ada
memberikan dukungan
selama klien dirawat
6.1.3 Bantu keluarga
menyiapkan
lingkungan di rumah
6.1.4 Jelaskan cara
melaksanakan jadwal
kegiatan klien di
rumah
6.1.5 Anjurkan
memberi pujian pada
klien setiap berhasil
Rasionalisasi :
dukungan keluarga
meningkatkan derajat
kesembuhan klien
40
Q. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama Klien
: Tn. N
Ruang
: IV (Dewa Ruci)
No. RM
: 041402
Tgl/
No
jam
8/1 08
Dx
1
08.15
Implementasi Keperawatan
Evaluasi
TUK 1
S : Waalaikum salam
percaya
Klien menjawab
tangan
d. Menjelaskan tujuan
berdagang
O : Klien mau berjabat tangan
a. Memualisasi TUK 2
dengan perawat
c. Memberikan reinforcement
mengungkapkan segala
kemampuan klien
yang dimiliki
TTD
41
serta alamat
TUK 2 tercapai
Klien mau
mengungkapkan kemampuan
dan aspek positif
P : P : optimalkan TUK 2
Lanjutkan TUK 3 dan 4
K : katakan pada klien
bahwa perawat ingin
membantu klien dan ingin
menjadi teman klien
Katakan bahwa perawat
siap kapan saja klien mau
bercerita tentang masalah yang
dihadapi
Motivasi klien untuk
mengetahui kemampuan yang
dimiliki
Anjurkan untuk mengingat
9/1 08
TUK 3
nama perawat
S : Klien mengatakan
08.45
waalaikum salam
yang digunakan
Mas Fajar
- Mengucapkan salam
berbincang-bincang sesuai
kontrak sebelumnya
sudah diminum
- Mengingatkan kembali
Klien mengatakan
kemarin
- Mendiskusikan kemampuan
klien yang dapat dilakukan
selama di rumah sakit atau di
42
rumah
TUK 4
salam
rumah sakit
keberhasilan klien
- Merencanakan kontrak yang
akan datang
- Mencoba kegiatan yang
dipilih
10/1
TUK 4
08
09.30
dimiliki
- Mengucapkan salam
berbincang-bincang sesuai
sehari-hari
klien
- Mengingatkan kembali
perawat
identitas perawat
Klien kooperatif
kegiatan
Klien tersenyum
rumah
kemampuannya
- Mendiskusikan kemampuan
TUK 4 terpenuhi
P : P : optimalkan TUK 4
Lanjutkan TUK 5
K : motivasi klien untuk
merencanakan dalam daftar /
jadwal yang telah dibuat
S : Waalaikum salam
10/1
TUK 5
08
mas Fajar
12.45
kemampuannya
- Mengucapkan salam
- Mengingatkan kembali
identitas perawat
44
- Memberikan kesempatan
kemampuannya
- Mendiskusikan kemungkinan
P : P : optimalkan TUK 5,
pelaksanaan di rumah
lanjutkan TUK 6
K : motivasi untuk
melakukannya baik di rumah
sakit ataupun di rumah
Katakan pada klien bahwa
perawat merasa senang karena
mau mempraktekan
Lampiran:
Jadwal Kegiatan di RSJD ruang IV
Jam
Kegiatan
45
05.00
06.30
Mandi
Olahraga
07.00
Sarapan pagi
08.00
TAK
09.00
Relaksasi
11.00
Cerita-cerita
Nonton TV
12.00
Makan Siang
Sholat dhuhur
14.00
Istirahat
15.30
Mandi
Sholat asar
16.00
TAK
17.00
Makan sore
18.00
Sholat maghrib
Mengaji
19.00
Sholat isya
21.00
Tidur malam
46
1. Proses Keperawatan
1. a. Kondisi
b. Diagnosa :
c. TUK
Bagus sekali!
Apa saja tadi yang disenangi dirumah?
Bagus sekali!
3. Rencana Tindak Lanjut
4. Kontrak
Topik : Besok kita akan melihat kemampuan Bapak N yang masih
dapat dilakukan di rumah sakit.
Tempat : Kira- kira dimana kita akan bicara? Bagaimana kalau di
tempat ini saja?
Waktu : Kira-kira besok jam 08.30 ya! Berapa lama kita akan
berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit?
Baiklah, silahkan Bapak N melanjutkan kegiatan, bila ada
sesuatu yang ingin disampaikan saya ada diruang perawatan.
48
1. Proses Keperawatan
a. Kondisi
b. Diagnosa
c. TUK
: Masih ingat apa yang akan kita bicarakan hari ini? Betul!
Hari ini kita akan melihat daftar kemampuan bapak yang dapat
dikerjakan dirumah sakit.
Tempat
Waktu
1. Proses Keperawatan
a. Kondisi : Klien telah mengetahui beberapa kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki yang dapat dilakukan di rumah sakit, dan telah melatih satu
kemampuannya.
b. Diagnosa : Gangguan konsep diri: harga diri rendah berhubungan dengan peran diri
tidak efektif
c. TUK
: Masih ingat apa yang akan kita bicarakan hari ini? Betul!
Hari ini kita akan membuat jadwal kegiatan sehari-hari sesuai dengan
kemampuan bapak yang dapat dikerjakan selama di rumah sakit.
Tempat
Waktu
b. Kerja
Ini daftar kemampuan yang bapak miliki, kemaren bapak telah mencoba salah satu
kemampuan bapak yang bapak miliki.
Nah, sekarang kita akan membuat jadwal kegiatan bapak sehari-hari yang sekiranya
dapat dilakukan selama bapak di rumah sakit, tentunya sesuai dengan daftar kemampuan
yang dimiliki bapak yang telah kita bicarakan beberapa waktu yang lalu.
Nah, sekarang kita buat ya pak!
Bagus!
Jadwal kegiatan sudah dibuat, mulai nanti siang sudah bisa dilakukan ya pak! .
51
c. Terminasi
1. Evaluasi Subyektif : Bagaimana perasaan Bapak N setelah kita berbincangbincang?
2. Evaluasi Obyektif : Coba sekarang sebutkan tadi bapak melakukan kegiatan apa!
Bagus!
3. Rencana Tindak Lanjut : Baiklah, waktu kita sudah habis, jadwal kegiatan ini bisa
dilakukan mulai nanti siang ya pak!
4. Kontrak
Topik
: Nah, nanti kita akan latihan kemampuan yang lain, sesuai dengan
jadwal kegiatan yang telah kita buat tadi. Bagaimana?
Tempat : Kira- kira dimana kita akan bicara? Bagaimana kalau di tempat ini
saja?
Waktu : Kira-kira besok jam 12.30 ya! Berapa lama kita akan berbincangbincang? Bagaimana kalau 15 menit?
Baiklah, silahkan Bapak N melanjutkan kegiatan, bila ada sesuatu
yang ingin disampaikan saya ada diruang perawatan
1. Proses Keperawatan
52
a. Kondisi
b. Diagnosa
c. TUK
: Masih ingat apa yang akan kita bicarakan siang ini? Betul!
Siang ini kita akan melihat jadwal kegiatan siang ini sesuai dengan
kemampuan bapak yang dapat dikerjakan selama di rumah sakit.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
54
Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif. Seseorang
yang mempunyai harga diri rendah biasanya seseorang tersebut akan merasa gagal mencapai
keinginannya dan merupakan masalah bagi banyak orang dan diekspresikan melalui tingkat
kecemasan yang sedang sampai berat.
Menumbuhkan dan meningkatkan kepercayaan diri klien agar dapat memperbaiki
hubungan sosial dengan orang lain serta lingkungannya merupakan upaya luhur yang harus
dilakukan pada klien dengan harga diri rendah.
Menolong dan mendorong klien agar mampu bersikap positif terhadap diri sendiri
maupun orang lain harus dilakukan sebagai upaya peningkatan rasa optimsme terhadap diri
sendiri.
Untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan permasalahan yang muncul pada klien, perlu
dukungan dan motivasi dari berbagai pihak, namun sebenarnya yang paling utama adalah
dukungan yang lahir dari keluarga.
Perawatan lebih lanjut oleh perawat ruangan maupun keluarga dibutuhkan dalam menunjang
proses pemulihan klien walaupun saat ini kondisi klien tampak membaik.
B. Saran
1. Bagi Perawat, diperlukan pendekatan yang optimal pada klien dengan masalah harga diri
rendah untuk memberikan support kepada klien agar klien mempunyai konsep diri yang lebih
baik.
2. Bagi Institusi Rumah Sakit, Untuk menunjang keberhasilan perawatan klien dengan harga
diri rendah perlu ditingkatkan hubungan kerja sama antara pihak Rumah Sakit dan keluarga
dalam perawatan klien baik di rumah sakit maupun sesudah klien pulang ke rumah.
3. Bagi Keluarga, diharapkan selalu memberi motivasi kepada klien dengan harga diri rendah,
dengan cara inilah rasa optimisme dan perasaan positif terhadap diri sendiri akan muncul.
4. Bagi Institusi Pendidikan, agar senantiasa mengembangkan sayap melalui cara aktual
dalam menyelesaikan masalah klien dengan harga diri rendah.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall, 2007, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Alih Bahasa:
Yasmin Asih, Edisi 10, Jakarta : EGC
55
56