Lapsus Igd Isip Filza
Lapsus Igd Isip Filza
Oleh :
dr.Filsa Fina
Pendamping Internsip :
dr.Putu Deniadi
Konsulen :
dr.Karolina Tallo Sp.A
LEMBAR PENGESAHAN
PORTOFOLIO CASE
Judul
Penyusun
: dr.Filsa Fina
Wahana
Kupang,
Konsulen,
Pendamping ,
dr.Putu Deniadi
2016
Pendamping,
dr.Aisah
BAB. 1 PENDAHULUAN
Malaria adalah suatu penyakit yang dapat bersifat akut atau kronik disebabkan
protozoa, genus plasmodium dan hidup intra sel1. Di Indonesia, malaria sampai saat ini
merupakan masalah kesehatan masyarakat. Angka kesakitan malaria masih cukup tinggi,
terutama di luar Jawa dan Bali, oleh karena di daerah tersebut terdapat campuran penduduk
yang berasal dari daerah endemis dan non-endemis malaria. Pada daerah-daerah tersebut
masih sering terjadi letusan malaria yang menimbulkan banyak kematian.2
Infeksi malaria dapat berlangsung tanpa komplikasi ataupun mengalami komplikasi
sistemik yang dikenal sebagai malaria berat.3 Malaria berat dapat berupa malaria serebral,
gagal ginjal akut, kelainan hati, hipoglikemi, hemoglobinuria (black water fever), anemia
berat, hipoglikemia berat, kegagalan sirkulasi, edema paru, kecenderungan terjadi
perdarahan, hiperpireksia, ikterus, dan hiperparasitemia.1,2,4,5 Malaria berat terutama serebral
yang merupakan komplikasi terberat yang sering menyebabkan kematian.1
Komplikasi malaria sering terjadi mendadak dan tanpa gejala sebelumnya dan sering
terjadi pada penderita yang tidak imun seperti pada orang pendatang dan kehamilan.
Komplikasi terjadi 5-10% pada seluruh penderita malaria yang dirawat di RS dan 20% dari
padanya merupakan kasus yang fatal. Data di Minahasa insiden malaria berat ialah 6% dari
kasus yang dirawat di RS dengan mortalitas 10-20%.1
: By.DM
Umur
: 11 Bulan
: Kuanino
Nama Ayah
: Tn.MM/45 Tahun
Nama ibu
: Ny. WS / 29 Tahun
Masuk RS
: 076244
Pasien datang ke UGD RSUD S.K.Lerik pada tanggal 30 November 2015 pukul 10.34 WITA.
II. Anamnesis (Dilakukan heteroanamesis terhadap ibu pasien)
Keluhan Utama
: Demam
2. Kesadaran
: Compos mentis
3. Tanda Vital :
Frekuensi nadi
Frekuensi napas
Suhu (aksilla)
: 39o C
4. Berat Badan
: 8,1 kg
B. Pemeriksaan Khusus
1. Kepala : bentuk normal, rambut tidak mudah dicabut, warna hitam, tipis
-
Mata
:
Konjungtiva anemis +/+,
Sklera tidak ikterik
Pupil iskhor +/+
Oedema palpebra (-/-)
Refleks cahamya +/+
5
Hidung
Telinga
Mulut
Leher
2. Thorax
pernafasan (+)
- Cor
- Pulmo
3. Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
: Dinding perut supel, turgor dan elastisitas kurang, Hati : tidak teraba, Limpa :
tidak teraba,
Perkusi
: Timpani
WBC
Hb
MCV
MCHC
HCT
Eritrosit
Trombosit
LED
: 13,2 103/ul
: 8,8 g/dl
: 67,1 fl
: 29,9 g/dl
: 29,4 %
: 4,85 juta/ul
: 150.000/ mm3
: 24 mm/jam
: Negatif
: (+)1/80
: (+)1/80
6
VII. DIAGNOSIS :
1. Malaria Falciparum
2. Suspek.Bronkopneumonia
3. Anemia Sedang
VI. DIAGNOSIS BANDING
-
Tyfoid Fever
Demam Dengue
Leptospirosis
BAB 3. PEMBAHASAN
Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang bersifat akut maupun kronis,
disebabkan oleh plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya
bentuk aseksual di dalam darah.1,6
7
Penyebab infeksi malaria ialah plasmodium, yang selain menginfeksi manusia juga
menginfeksi binatang seperti golongan burung, reptile dan mamalia. Termasuk genus
plasmodium dari family plasmodidae.1 Penyakit ini secara alami ditularkan melalui gigitan
nyamuk Anopheles betina yang sebelumnya terinfeksi.8,9
Pada manusia plasmodium terdiri dari 4 spesies, yaitu: Plasmoduim falciparum,
Plasmodium vivax, Plasmodium malariae, dan Plasmodium ovale. Kempat spesies
Plasmodium yang terdapat di Indonesia yaitu Plasmodium falsiparum yang menyebabkan
malaria tropika, Plasmodium vivax yang menyebabkan malaria tertiana, Plasmodium
malariae yang menyebabkan malaria kuartana, dan Plasmodium ovale yang menyebabkan
malaria ovale.2,8 Hanya plasmodium falcifarum yang dapat menyebabkan malaria berat. Selain
Plasmodium falcifarum, malaria berat dapat juga disebabkan oleh Plasmodium vivax dan
Plasmodium knowlesi.1
Patogenesis
Selama skizogoni, sirkulasi perifer menerima pigmen malaria dan produk samping
parasit, seperti membrane dan isi sel-sel eritrosit. Pigmen malaria tidak toksik, tetapi
menyebabkan tubuh mengeluarkan produk-produk asing dan respon fagosit yang intensif.
Makrofag dalam system retikuloendotelial dan dalam sirkulasi menangkap pigmen dan
menyebabkan warna agak kelabu pada sebagian besar jaringan dan organ tubuh. Pirogen dan
racun lain yang masuk ke dalam sirkulasi saat skisogoni diduga bertanggung jawab
mengaktifkan kinin vasoaktif dan kaskade pembekuan darah. 8 Mengenai patogenesis malaria
lebih ditekankan pada terjadinya peningkatan permeabilitas pembuluh darah dari pada
koagulasi intravascular.2
Demam mulai timbul bersamaan dengan pecahnya skizon darah yang mengeluarkan
bermacam-macam antigen. Antigen ini akan merangsang sel-sel makrofag, monosit atau
limfosit yang mengeluarkan berbagai macam sitokin, antara lain TNF (Tumor Nekrosis
Factor) dan IL-6 (Interleukin-6). TNF dan IL-6 akan dibawa aliran darah ke hipotalamus
yang merupakan pusat pengatur suhu tubuh dan terjadi demam.2,8 Proses skizogoni pada ke
empat plasmodium memerlukan waktu yang berbeda-beda, P. falciparum memerlukan waktu
36-48 jam, P. vivax/ovale 48 jam, dan P. malariae 72 jam. Demam pada P. falciparum dapat
terjadi setiap hari, P vivax/ovale selang waktu satu hari, dan P malariae demam timbul selang
waktu 2 hari.8
Diagnosa
a.
Manifestasi Klinik
Keluhan utama pada malaria adalah: demam, menggigil, berkeringat. Selain itu,
dapat pula disertai sakit kepala, mual, muntah, diare dan nyeri otot atau pegal-pegal. Pada
anamnesis juga perlu ditanyakan:8
beberapa serangan demam dengan interval tertentu (paroksisme), yang diselingi oleh suatu
periode (periode laten) bebas demam. Setelah lewat masa inkubasi, pada anak besar dan
orang dewasa timbul gejala demam yang terbagi dalam tiga stadium, yaitu8
Stadium Dingin
Stadium ini diawali dengan gejala menggigil atau perasaan yang sangat dingin. Gigi
gemeretak dan pasien biasanya menutupi tubuhnya dengan segala macam pakaian dan
selimut yang tersedia. Nadi cepat tetapi lemah, bibir dan jari-jari pucat atau sianosis,
kulit kering dan pucat, pasien mungkin muntah dan pada sering terjadi kejang.
Stadium ini berlangsung antara 15 menit sampai 1 jam.
Stadium Demam
Setelah merasa kedinginan, pada stadium ini pasien merasa kepanasan. Muka merah,
kulit kering dan terasa sangat panas seperti terbakar, nyeri kepala, seringkali terjadi
mual, dan muntah, nadi menjadi kuat lagi. Biasanya pasien menjadi sangat haus dan
suhu badan dapat meningkat sampai 41 0C atau lebih. Stadium ini berlangsung antara
2-12 jam.
Stadium Berkeringat
Pada stadium ini pasien berkeringat banyak sekali, tempat tidurnya basah, kemudian
suhu badan menurun menurun dengan cepat, kadang-kadang di bawah normal. Gejala
tersebut di atas tidak selalu sama pada setiap, tergantung pada spesies parasit, berat
infeksi dan usia pasien.
Pasien ini didiagnosa dengan obeservasi febris hari ke7 ec.Malaria falciparum.
Berdasarkan anamnesis bahwa pasien mengalami demam selama 7 hari disertai
dengan menggigil. Selain itu keluhan tambahan berupa rewel serta mual dan muntah
setiap kali makan/minum.sebelumnya juga telah diketahui bahwa pasien 3 minggu
10
yang lalu baru kembali dari Alor. Menurut orang tua, sebelum berangkat, pasien serta
keluarga tidak minum obat untuk mencegah terjadinya penularan malaria. 1 minggu
setelah tib di Kupang, pasien mengalami demam tinggi. Selain didiagnosa malaria,
pasien juga didiagnosa dengan suspek Bronkopneumonia oleh karena batuk/pileh
yang sudah dirasakan sejak kurang lebih 2 minggu terakhir yang tidak membaik
dengan pengobatan. Pasien juga terlihat sesak nafas sejak 3 hari terakhir.
Bronkopneumonia adalah suatu jenis pneumonia yang mempunyai pola pebaran
bercak, teratur dalam satu atau lebih area terloksi di dalam bronchi dan meluas ke
parenkim paru yang berdekatan disekitarnya, melalui cara penyebaran langsung
melalui saluran pernafasan atau melaui hematogen sampeai ke bronkus. Disebabkan
oleh agen infeksius seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing, gejala klinisnya
berupa batuk berdahak, demam, sesak nafas dapt juga menyebabkan muntah dan
diare.
b. Pemeriksaan Fisis
c. Pemeriksaan Penunjang
Untuk mendapatkan kepastian diagnosis malaria harus dilakukan pemeriksaan sediaan
darah. Pemeriksaan tersebut dapat dilakukan secara :8
11
(+)
(++)
(+++)
Jumlah parasit dihitung per mikro liter darah pada sediaan darah tebal
(leukosit) atau sediaan darah tipis (eritrosit).
Contoh :
Bila dijumpai 1500 parasit per 200 lekosit, sedangkan jumlah lekosit 8.000/uL
maka hitung parasit = 8.000/200 X 1500 parasit = 60.000 parasit/uL.
Bila dijumpai 50 parasit per 1000 eritrosit = 5%. Bila jumlah eritrosit
4.500.000/uL maka hitung parasit = 4.500.000/1000 X 50 = 225.000
parasit/uL.
12
Mekanisme kerja tes ini berdasarkan deteksi antigen parasit malaria, dengan
menggunakan metoda imunokromatografi. Tes ini digunakan pada unit gawat darurat,
pada saat terjadi kejadian luar biasa dan di daerah terpencil yang tidak tersedia
fasilitas laboratorium mikroskopis.
Hal yang penting yang perlu diperhatikan adalah sebelum RDT dipakai agar
terlebih dahulu membaca cara penggunaannya pada etiket yang tersedia dalam
kemasan RDT untuk menjamin akurasi hasil pemeriksaan.Saat ini yang digunakan
oleh Program Pengendalian Malaria adalah yang dapat mengidentifikasi P. falcifarum
dan non P.falcifarum
Pemeriksaan dengan Polymerase Chain Reaction (PCR) dan Sequensing DNA
Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada fasilitas yang tersedia. Pemeriksaan ini
penting untuk membedakan antara re-infeksi dan rekrudensi pada P.falcifarum.
Selain itu dapat digunakan untuk identifikasi species plasmodium yang jumlah
parasitnya rendah atau di bawah batas ambang mikroskopis. Pemeriksaan dengan
menggunakan PCR juga sangat penting dalam eliminasi malaria karena dapat
membedakan antara parasit impor atau indigenous.
Selain pemeriksaan di atas, pada malaria berat pemeriksaan penunjang yang perlu
dilakukan :
1.
2.
3.
Kimia darah lain (gula darah, serum bilirubin, SGOT & SGPT, alkali
fosfatase, albumin/globulin, ureum, kreatinin, natrium dan kalium, analisis gas
darah)
4.
G6PD
5.
Urinalisis.
Pasien diperiksa DDR dan didapatkan hasil positif (+)trofozoit malaria falciparum.
Pasien juga diperiksa Darah lengkap dan Widal untuk menyingkirkan kemungkinan adanya
infeksi lainnya seperti demam berdarah dan demam tyfoid. Pada pemriksaan darah lengkap
didapatkan hasil peningkatan sel darah putih sebesar 13.200, penurunan kadar Hb yakni
8,8g/dl, MCV 67,1 dan MCHC 29,9 sebagai anemia sedang hipokrom mikrositer oleh karena
anemia defisiensi besi. Pada pemeriksaan Widal didaptkan hasil negatif. Pasien ini tidak
mengalami demam tyfoid.
13
Tata laksana
I. Pengobatan
a. Pengobatan Malaria Tanpa Komplikasi.
Pengobatan yang diberikan adalah penngobatan radikal malaria dengan membunuh
semua stadium parasit yang ada di dalam tubuh manusia. Adapun tujuan pengobatan radikal
untuk mendapat kesembuhan klinis dan parasitologik serta memutuskan rantai penularan.13
Malaria falsifarum dan vivaks saat ini menggunakan Artemisin Combination
Therapy (ACT) di tambah primakuin. Dosis ACT untuk malaria falsiparum sama dengan
malaria vivaks, sedangkan obat primakuin, untuk malaria falsifarum hanya diberikan pada
hari pertama saja dengan dosis 0,75 mg/kgBB, dan untuk malaria vivaks selama 14 hari
dengan dosis 0,25 mg/kgBB.8
Dosis Amodiakuin basa
: 10 mg/kgbb
Dosis Artesunat
: 4 mg/kgbb
Dosis Primakuin
: 0,75 mg/kgbb
Dosis Dihydroartemisin
: 2-4 mg/kgbb
Piperaquin
: 16-32 mg/kgbb
14
ACT yang relatif baru yaitu dihydroartemisinin + piperakuin (DHP). Kombinasi ini dipilih
untuk mengatasi kegagalan kombinasi sebelumnya yaitu artesunate + amodiakuin. Obat ini
efektif untuk P. Falsiparum dan P.vivax, merupakan ACT yang dikemas secara FDC dan
diberikan sebagai dosis tunggal selama 3 hari. Obat ini disiapkan untuk program dan dipakai
di Puskesmas/ RS pemerintah.7
Pasien ini mendapatkan pengobatan sesuai terapi Malaria Falciparum berdasarkan pedoman
penatalaksanaan malaria di Indonesia sesuai Berat badan. Pengobatan yang diberikan
berupaobat kombinasi DHP (Dihydroartemisin Piperaquin) tablet selama 3 hari. Selain
pengobatan dengan obat malaria, pasien juga dipasangi Oksigen dan infus D5 NS
maintanance untuk mengatasi masalah sesak dan dehidrasi. Selain itu pasien juga
mendapatkn terapi injeksi anibiotik berupa cefotaxim 3x300 mg/iv oleh karena terjaadi
peningkatan sel darah putih.
15
16
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
6. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak. Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta:
Percetakan Infomedika Jakarta, 1985.
7. Harijanto Ptatalaksanan Malaria untuk Indonesia.Epidemiologi Malaria di Indonesia.
Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan.Kemerntrian Kesehatan RI.2011
8. Behman, Kliegman, Arvin. Nelson Iimu Kesehatan Anak Edisi 15 Volume 2. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2000.
9. Penatalaksanaan Kasus Malaria. Dalam: Buku saku Penatalaksanaa Kasus Malaria. Ditjen
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
2009.
17