Anda di halaman 1dari 12

1.

Kutipan
1.1Kutipan Disertai Catatan Kaki
Kutipan adalah salinan kalimat, paragraf, atau pendapat dari seorang pengarang atau
ucapan orang terkenal karena keahliannya, baik yang terdapat dalam buku, jurnal, baik
melalui media cetak maupun eletronik. Kutipan ditulis untuk menegaskan isi uraian,
memperkuat pembuktian, dan kejujuran menggunakan sumber penulisan.
Skripsi, thesis, disertasi, dan makalah ilmiah lebih dari 10 halaman sebaiknya
menggunakan catatan kaki.
Jenis kutipan ada dua macam :
(1) Kutipan langsung : salinan yang persis sama dengan sumbernya tanpa perubahan.
(a) kutipan langsung kurang dari lima baris ditulis berintegrasi ke dalam teks, spasi
sama, pias (margin) juga sama, diapit tanda petik, dan pada akhir kutipan diberi nomor
untuk catatan kaki.
Contoh kutipan kurang dari lima baris:
Dalam Pedoman Ejaan yang Disempurnakan disebutkan bahwa unsur pinjaman yang
pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa indonesia. Dalam hal
ini diusahakan agar ejaannya hanya diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesianya
masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya.1
1

Dendy Sugono (Penangg. Jwb), Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Di
sempurnakan, (Jakarta:Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional, 2004), hlm.23
(b) Kutipan langsung lima baris ke atas ditulis terpisah dari teks, spasi rapat (satu
spasi), margin kiri masuk ke dalam teks lima spasi, dari margin kanan tiga spasi, dan
pada akhir kutipan diberi nomor catatan kaki.
Contoh kutipan langsung lima baris ke atas:
Dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia disebutkan bahwa:
Ragam bahasa standar memiliki sifat kemantapan dinamis, yang berupa kaidah
dan aturan yang tetap. Baku atau standar tidak dapat berubah setiap saat.
Kaidah pembentukan kata yang menerbitkan perasa dan perumus dengan taat
asas harus menghasilkan bentuk perajin dan perusak dan bukan pengrajin atau
pengrusak.2
Ketaatasasan ragam baku ini dalam penulisan ilmiah perlu dilaksanakan secara
konsisten sehingga menghasilkan ekspresi pemikiran yang objektif.
2

Moeliono, Anton M. (Ed), Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1988). H.13

(2) Kutipan tidak langsung : menyadur, mengambil ide dari suatu sumber dan
menuliskannya sendiri dengan kalimat atau bahasa sendiri. Penulisan dintegrasikan ke
dalam teks, tidak diapit tanda petik, spasi sama dengan teks, dan tidak mengubah isi
atau ide penulis asli. Penulisan disertai data pustaka sumber yang dikutip, dapat
berupa catatan kaki atau data pustaka dalam teks.
Cara menyadur ada dua macam, masing masing berbeda cara, tujuan, dan manfaatnya.
a. Cara pertama meringkas: yaitu menyajikan suatu karangan atau bagian karangan
yang panjang dalam bentuk ringkas. Meringkas bertujuan untuk mengembangkan
ekspresi penulisan, menghemat kata, memudahkan pemahaman naskah asli, dan
memperkuat pembuktian. Proses meringkas karangan berdasarkan urutan sebagai
berikut:
1) Bertolak dari karangan asli dengan membaca secara cermat keseluruhan
nasakh asli dari tema sampai dengan kesimpulan, dan merangkum pikiranpikiran utama,
2) Mereproduksi karya asli dalam bentuk ringkas dengan menyajikan pikiranpikiran utama seluruh karangan dalam hubungan logis, memotong,
memangkas, atau menghilangkan unsur-unsur berikt ini:
(a) Latar belakang,
(b) Keindahan gaya bahasa,
(c) Ilustrasi,
(d) Sumber kutipan,
(e) Data pustaka
(f) Deskripsi data, dan
(g) Contoh-contoh
3) Menyusun ringkasan dengan mempertahankan keaslian naskah:
(a) Pikiran pengarang,
(b) Pendekatan naskah.
(c) Urutan pikiran,
(d) Istilah-istilah,
(e) Data yang sudah diolah (hasil analisis),
(f) Kesimpulan, dan
(g) Sudut pengarang asli
Pengetikan: spasi, huruf, dan margin sama dengan uraian dalam teks
pembuatan ringkasan.
Contoh ringkasan:

Direktur strategi bisnis melaporkan kinerjanya dengan tema upaya memecahkan


masalah perusahaan, PT Exelco, yang cenderung merugi. PT Exelco pembuat
perlengkapan kamar mandi modern dihadapkan pada pilihan meminjam uang di bank

untuk pembenahan sistem produksi dan manajemen atau menjual perusahaan dengan
harga yang relatif rendah. Kajian analisis, pilihan pertama menjual perusahaan berarti
kerugian, mengingat produk perusahaan itu pada tahun 1990-2004 berkualifikasi
standar internasional (ISO 9001) dan pelanggan sudah mencapai 20 persen di Asia, 5
persen di Eropa, dan 2 persen di Amerika. Masalahnya produk terbatas karena
ketinggalan teknologi dan mekanisme manajeman tidak efisien. Pilihan kedua
meminjam modal di bank sebesar lima miliar rupiah dengan perincian untuk
pembenahan teknologi produksi sebesar empat miliar rupiah dan sisanya untuk
pembenahan manajemen dan rekrutmen tenaga ahli potensial. Cara ini lebih
menguntungkan. Kesimpulan: menggunakan pilihan kedua.3
3

Direktur Strategi Bisnis, Laporan Pertanggungjawaban Strategi Bisnis, (Jakarta: PT


Wringin, 2002), 1-20
b. Cara kedua ikhtisar; yaitu menyajikan suatu karangan yang panjang dalam bentuk
ringkas, bertolak dari naskah asli, tetapi tidak mempertahankan urutan, tidak
menyajikan keseluruhan isi, langsung kepada inti bahasan yang terkait dengan
masalah yang hendak dipecahkan. Ikhtisar memerlukan ilustrasi untuk
menjelaskan inti persoalan. Pengetikan: spasi, huruf, dan margin sama dengan
teks.
Contoh ikhtisar:
Setelah mekalukan kajian yang mendalam laporan Direktur Strategi Bisnis PT Exelco,
Direktur Utama beserta para pemegang saham memutuskan kebijakan bisnis yang
lebih menguntungkan yaitu meminjam modal di bank untuk pembenahan teknologi
produksi dan sistem manajemen.4
4

Direktur Strategi Bisnis, Ibid., hlm. 15.

1.2 Kutipan Tanpa Catatan Kaki


Artikel dan makalah pendek (kurang dari 10) yang tidak menggunakan catatan
kaki dapat menggunakan data pustaka dalam teks. Pemikiran yang mendasari
penulisan demikian, antara lain:
(1) artikel lazim dimuat dalam surat kabar dan majalah,
(2) ruang untuk menuliskan catatan kaki dalam bibliografi terbatas,
(3) penulisan cenderung menggunakan ragam populer,
(4) pembaca artikel bermacam-macam latar belakang ilmu pengetahuan,

(5) pertimbangan akademis bukan unsur utama karena yang dipentingkan fungsi
informasi,
(6) surat kabar dan majalah mengutamakan efektivitas dan efisiensi, setiap
baris/kolom diperhitungkan secara komersial,

(7) pemuatan catatan kaki dan bibliografi dinilai memboroskan ruang, yang dapat
memperkecil nilai komersialnya,
(8) penulisan artikel yang pendek tidak menuntut catatan kaki dan bibliografi yang
banyak.
Data pustaka dalam teks digunakan dalam menulis karangan pendek, misalnya
artikel di surat kabar. Data pustaka dapat ditempatkan pada awal kutipan (saduran) dan
dapat pula pada akhir kutipan (saduran). Data pustaka yang dituliskan: penciptaan ide,
penulis buku, nama buku, tahun, dan halaman.
Contoh penulisan data pustaka dalam teks:
(1) Data pustaka pada awal kutipan
Hatch dan Gardener (dalam Daniel Goleman, Inteligence Emotional,
2002:166) mengidentifikasi kecerdasan antarpribadi berdasarkan keterampilan
esensial dalam (1) mengorganisasi kelompok, (2) mencegah konflik dalam
merundingkan pemahaman, (3) empati dalam menjalin, mengenali, dan merespon
hubungan pribadi, (4) mengungkapkan perasaaan dan keprihatinan secara cepat,
(5) melakukan analisis sosial dalam mendeteksi perasaan orang lain menuju
bentuk terbaik sehingga diperoleh suatu ketajaman antarpribadi, dan (6)
memanfaatkan unsur pembentuk daya tarik, keberhasilan sosial, dan karisma.
(2) Data pustaka pada akhir kutipan
Kecerdasan antarpribadi adalah kemampuan untuk memahami orang lain apa
yang memotivasi mereka, bagaimana mereka bekerja, bagaimana bekerja bahumembahu dengan mereka. Sedangkan kecerdasan intarpribadi adalah kemampuan
yang korelatif, tetapi terarah ke dalam diri sendiri yang teliti dan mengacu pada
diri sendiri serta kemampuan menggunakan model untuk menempuh kehidupan
yang efektif (Howard Gardner, Multiple Inteligence, dalam Daniel Goleman,
Inteligensi Emotional, 2002: 52).

Catatan:
Setiap sumber data pustaka baik dalam teks maupun catatan kaki, selain
disebutkan sumbernya dalam teks, harus dicantumkan pula dalam bibliografi pada
akhir karangan.

2. Catatan Kaki
Catatan kaki adalah keterangan atas teks karangan yang ditempatkan pada
kaki halaman karangan yang bersangkutan (Gorys Keraf, 1994:193). Catatan

kaki dapat berupa rujukan bahan penulisan yang dijadikan sumber dan dapat
pula berupa keterangan tambahan.
Fungsi catatan kaki:
a. Catatan kaki yang berupa referensi
1) Fungsi akademis:
(1) memberikan dukungan argumentasi atau pembuktian,
(2) pembuktian (rujukan) kutipan naskah,
(3) memperluas makna informasi bahasan dalam naskah,
(4) penunjukan adanya bagian lain dalam naskah yang dapat ditelusuri kebenaran
faktanya,
(5) menunjukan objektivitas kualitas karangan,
(6) memudahkan penilaian sumber data,
(7) memudahkan perbedaan data pustaka dan keterangan tambahan,
(8) mencegah pengulangan tulisan data pustaka,
(9) memudahkan peninjauan kembali penggunaan referensi,
(10)
memudahkan penyuntingan data pustaka, dan
(11)
menunjukan kualitas kecerdasan akademis penulisnya.
2) Fungsi etika (moral) :
(1) pengakuan dan penghargaan kepada penulis sumber informasi,
(2) menunjukan kualitas ilmiah yang lebih tinggi,
(3) menunjukan kecermatan yang lebih akurat,
(4) menunjukan kesantunan akademis pribadi penulisnya.
3) Fungsi estetika :
(1) mempertinggi nilai keindahan perwajahan (halaman),
(2) membentuk variasi format penulisan,
(3) memberikan kesan dinamis sehingga lebih menarik,
(4) menyenangkan pembacanya.
b. Catatan kaki yang berupa keterangan tambahan:
(1) memberikan penjelasan (keterangan) tambahan,
(2) memperjelas konsep, istilah, definisi, komentar, atau uraian tambahan tanpa
mengganggu proses pemahaman uraian,
(3) memperjelas konsep, istilah, definisi, komentar, atau uraian tambahan tanpa
mengganggu proses pemahaman uraian,
(4) tidak mengganggu fokus analisis atau pembahasan,
(5) meningkatkan kualitas karangan, dan
(6) mempertinggi nilai estetika.

Tempat catatan kaki :


1. Catatan kaki dan uraian pada halaman yang sama pada bagian bawah digunakan dalam
skripsi, tesis, disertasi, atau karangan ilmiah formal lainnya.
2. Catatan kaki pada akhir bab digunakan untuk karangan populer.

3. Catatan kaki pada akhir karangan digunakan untuk karangan yang berbentuk artikel untuk
surat kabar, jurnal, majalah, laporan yang tidak menggunakan pembagian bab, atau esai dalam
buku kumpulan.
Penempatan catatan kaki harus konsisten. Misalnya, penempatan catatan kaki pada
halaman pertama. Penempatan ini dilakukan seterusnya dengan cara yang sama sampai
dengan halaman terakhir. Jika menggunakan cara penempatan kaki pada bab, cara yang sama
harus dilakukan sampai akhir seluruh bab.
2.1 Penulisan Catatam Kaki
1. Catatan kaki dipisahkan tiga spasi dari naskah halaman yang sama.
2. Antar cacatan kaki dipisahkan dengan satu spasi.
3. Catatan kaki lebih dari dua baris diketik dengan satu spasi.
4. Catatan kaki diketik sejajar dengan margin.
5. Catatan kaki jenis karangan ilmiah formal, diberi nomor urut mulai dari nomor satu untuk
catatan kaki pertama pada awal bab berlanjut sampai dengan akhir bab. Pada setiap awal bab
baru berikutnya catatan kaki dimulai dengan nomor satu. Laporan atau karangan tanpa bab,
catatan kaki ditulis pada akhir karangan.
6. Nomor urut angka arab dan tidak diberi tanda apapun.
7. Nomor urut ditulis lebih kecil dari huruf lainnya, misalnya fon 10.
Catatan kaki yang merupakan rujukan atau data pustaka ditulis berdasarkan cara berikut ini:
1. Nama pengarang tanpa dibalik urutannya atau sama dengan nama pengarang yang tertulis
pada buku diikuti koma.
2. Jika nama dalam tertulis lengkap disertai gelar akademis, catatan kaki mencantumkan gelar
tersebut.
3. Judul karangan dicetak miring, tidak diikuti koma.
4. Nama penerbit dan angka diapit tanda kurung, diikuti koma.
5. Nomor halaman dapat disingkat hlm. atau h. Angka nomor halaman diakhiri tanda titik (.).
Contoh penulisan :
1

William N. Dunn, Analisis Kebijakan Publik, terj. Muhajir Darwin, (Yogyakarta: Hanindita,
2001), 20-32.
2

Abraham H. Maslow, Motivasi dan Kepribadian 2 terj. Nurul Imam, (Jakarta: Pustaka
Binaan Presindo, 1994), 1-40.

Dr. Albert Wijaya, Pembangunan Pemukiman bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah di


Kota, dalam Prof. Ir. Eko Budihardjo, MSc.(Ed), Sejumlah Masalah Pemukiman Kota,
(Bandung: Alumni, 1992), 121-124.
4

Drs. Cosmas Batubara, Kebijakan Pembangunan Nasional: Sebuah Sumbang Saran, dalam
Prof. Ir. Eko Budirahardjo, MSc.(Ed), Sejumlah Masalah Pemukiman Kota, (Bandung:
Alumni, 1992), 91-103.

2.2Ibid., Op.Cit., dan Loc.Cit.:


Singkatan ini digunakan untuk memendekan penulisan informasi pustaka dalam
catatan kaki. Penulisan harus memperhatikan persyaratan baku yang lazim.
1) Ibid
(1) Ibid singkatan kata ibidum berarti di tempat yang sama dengan di atasnya.
(2) Ibid ditulis di bawah catatan kaki yang mendahuluinya.
(3) Ibid tidak dipakai apabila telah ada catatan kaki lain yang menyelinginya.
(4) Ibid diketik atau ditulis dengan huruf kapital pada awal kata, dicetak miring, dan
diakhiri titik.
(5) Apabila referensi berikutnya berasal dari jilid atau halaman lain, urutan
penulisannya: Ibid, koma, jilid, halaman.
Contoh :
1

Peg C. Neuhouser, Legenda Manfaatnya bagi Perusahaan, terj. Teguh Rahardja,


(Jakarta: Pustaka Binaan Presindo, 1994), 13-34.
2

Ibid.

Ibid. 53-62.

Hernowo, Mengikat Makna, (Bandung: Mizan, 2002), hlm. 109-130.

Ibid, 133-145.

6Jeff Madura, Pengantar Bisnis terj. Saroyini W.R. Salib, Ph.D. (Jakarta, Salemba
Empat), 2-11
7

Ibid.

Ibid. 12.

2) Op.Cit
(1) Op. Cit. Singkatan kata Opere Citato berarti dalam karya yang telah disebut.
(2) Merujuk buku sumber yang telah disebutkan dan diselingi sumber lain.

(3) Ditulis dengan huruf kapital pada awal suku kata, dicetak miring, setiap suku
diikuti titik, dan
(4) Urutan penulisan: nama pengarang, nama panggilan nama famili, Op. Cit. nama
buku, halaman.
Contoh :
1

Sucipto Rahardjo, Hukum Masyarakat dan Pembangunan, ( Bandung: Alumni, 1976),


111.
2

Daniel Goleman, Emotial Inteligence, (Jakarta: Gramedia, 2001), 161.

Bobby DePorter & Mike Hernacki, Quantum Business, terj. Basyarah Nasution,
(Bandung: Kaifa, 2000), 63-87.
4

Rahadjo, Op.Cit., 125.

Goleman, Op.Cit.

DePorter & Mikne Hernacki, Op.Cit. 203-238.

3) Loc.Cit
(1) loc.cit. singkatan Loco Citato, berarti di tempat yang telah disebutkan,
(2) merujuk sumber data pustaka yang sama yang berupa buku kumpulan esai, jurnal,
ensiklopedi, atau majalah; dan telah diselingi sumber lain.
(3) Kutipan bersumber pada halaman yang sama kata loc.cit. tidak diikuti nomor
halaman,
(4) Jika halaman berbeda kata loc.cit. diikuti nomor halaman, dan
(5) Menyebutkan nama keluarga pengarang,
Contoh :
1
Sarwiji Suwandi, Peran Guru dalam Meningkatkan Kemahiran Berbahasa Indonesia
Siswa Berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi,Konggres Bahasa Indonesia
VIII, (Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia,
2003), 1-15.
2

Abraham H. Maslow, Motivasi dan Kepribadian 2 terj. Nurum Imam, (Jakarta:

Pustaka Binaan Presindo, 1994), 1-40.


3
Suwandi, Loc.Cit.
4
Adnan Buyung Nasution, S.H., Beberapa Aspek Hukum dalam Masalah Pertanahan
dan Pemukiman di Kota Besar, dalam Prof. Ir. Eko Budihardjo, Msc.(Ed), Sejumlah
Masalah Pemukiman Kota, (Bandung: Alumni, 1992).
4
Suwandi, Loc.Cit.
5
Nasution, Loc.Cit.
Contoh Penulisan ibid., op.cit., dan loc.cit. dalam teks :
Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang optimal, mahasiswa perlu memperhatikan
kompetensi dirinya, yang mencakup pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang

direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak berdasarkan kompetensi yang


berkarakteristik: (1) kompetensi dinamis, (2) kompetensi yang berkembang dari waktu ke
waktu, (3) kompetensi keterampilan dan pengetahuan yang mereka butuhkan untuk
profesinya, dan (4) kompetensi yang terukur target pencapaiannya.1 Jika pengembangan
kompetensi ini difokuskan pada bidang studi mahasiswa dan berlangsung dengan baik dan
terukur dapat dipastikan bahwa salah satu atau beberapa kecerdasan dari tujuh kecerdasan
Howard Gardner (kecerdasan linguistic, kecerdasan logis-matematis, kecerdasan spasial,
kecerdasan musical, kecerdasan kinestetik, kecerdasan intrapribadi, kecerdasan spiritual)2
yang diperkaya dengan berbagai jenis kecerdasan dan dapat menghasilkan pemikran inovatif;
yaitu keinovatifan kreatif yang spesifik, inovasi yang berkarakteristik, aplikasi inovatif yang
dapat diurai ke dalam subindikator: berkarakteristik, sosioekonomis, berkepribadian,
berperilaku komunikatif, berkeuntungan relatif, kompleksitas, menghasilkan informasi dan
kreativitas berkelanjutan, dan kreativitas baru yang bermanfaat bagi dirinya dan orang lain.3
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia (BI), misalnya, dapat menghasilkan berbagai
kreativitas baru yang terkait dengan bahasa sebagai sarana pembinaan potensi inovatif bagi
kesatuan bangsa, peningkatan pengetahuan dan pengembangan budaya, pengembangan ilmu
pengetahuan

dan

teknologi,

berbagai

kreativitas

seni,

penyebarluasan

informasi,

pengembangan penalaran, dan perwujudan kreativitas baru dalam pengembangan budaya.4


Sejalan dengan hal tersebut berbagai potensi mahasiswa akan berkembang jika pembelajaran
berbasis pada Contextual Teaching and Learning.5 Dengan basis ini mahasiswa akan menjadi
aktif, menyenangi (menikmati) materi pembelajaran, efektif dalam mencapai target
pem,belajaran, dan efisien dalam menggunakan sumber daya.
Goleman meyakini bahwa setiap orang dimungkinkan memiliki lebih dari satu jenis
kecerdasan. Selain ahli dalam bidang studinya, seseorang dimungkinkan memiliki kecerdasan
ganda, bahkan kecerdasan yang berlipat ganda (multiple intelligences).

Sarwiji Suwandi, Peran Guru dalam Meningkatkan Kemahiran Berbahasa Indonesia Siswa

Berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi, Kongres Bahasa Indonesia VIII, (Jakarta:


Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, 2003), h. 1-15.
2
Daniel Goleman, Emotional Inteligence, (Jakarta: Gramedia, 2001). Hlm. 43-156.
3
Dahmir Dahlan, Aktualisasi Diri Dosen Jurnal Ilmu Pendidikan Parameter Universitas
Negeri Jakarta No. 24 Thn. XXII, Desember 2005.
4
Suwandi, Loc.Cit.
5
Ibid.
6
Goleman, Op.Cit.

Sumber :

Anda mungkin juga menyukai