Penghantaran impuls terjadi karena adanya perbedaan potensial listrik
antara bagian luar dan bagian dalam sel.. Diperkirakan bahwa rangsangan (stimulus) pada indra menyebabkan terjadinya pembalikan perbedaan potensial listrik sesaat. Titik temu antara terminal akson salah satu neuron dengan neuron lain dinamakan sinapsis. Di dalam sitoplasma tonjolan sinapsis di terminal terdapat struktur kumpulan membran kecil berisi neurotransmitter; yang disebut vesikula sinapsis. Neuron yang berakhir pada tonjolan sinapsis disebut neuron pra-sinapsis. Membran ujung dendrit dari sel berikutnya yang membentuk sinapsis disebut post-sinapsis. Bila impuls sampai pada ujung neuron, maka vesikula bergerak dan melebur dengan membran pra-sinapsis. Kemudian vesikula akan melepaskan neurotransmitter yang merupakan suatu zat kimia yang dapat menyeberangkan impuls dari neuron pra-sinapsis ke postsinapsis berupa asetilkolin. . Timbulnya kontraksi pada otot rangka dimulai dengan potensial aksi dalam serabut- serabut otot. Potensial aksi ini menimbulkan arus listrik yang menyebar ke bagian dalam serabut, dimana menyebabkan dilepaskannya ionion kalsium dari retikulum endoplasma. Selanjutnya ion kalsium menimbulkan peristiwa-peristiwa kimia proses kontraksi. Tetanus adalah Gangguan neurologis yang ditandai dengan meningkatnya tonus otot dan spasme, yang disebabkan oleh tetanospasmin, suatu toksin protein yang kuat yang dihasilkan oleh Clostridium tetani. Di negara berkembang seperti Indonesia, insiden dan angka kematian akibat tetanus masih cukup tinggi, hal ini disebabkan karena tingkat kebersihan masih sangat
34
kurang, mudah terjadi kontaminasi, perawatan luka yang kurang diperhatikan,
kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kebersihan dan kekebalan terhadap tetanus. Oleh karena itu tetanus masih menjadi masalah kesehatan, terutama penyebab kematian neonatal tersering oleh karena tetanus neonatorum. Akhir - akhir ini dengan adanya penyebarluasan program imunisasi di seluruh dunia, maka angka kesakitan dan kematian menurun secara drastis. Masa inkubasi tetanus umumnya antara 3-12 hari dengan gejala kejang tetanic, trismus, dysphagia, risus sardonicus namun masa inkubasi dapat terjadi singkat 1-2 hari dan kadang lebih satu bulan, makin pendek masa inkubasi makin buruk prognosis. Diagnosa tetanus pada pasien ini dapat ditegakkan berdasarkan hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik yang sesuai dengan teori penyakit tetanus. Yaitu pada kasus Tn. M didapatkan keluhan kejang kaku pada seluruh badan, sulit membuka mulut, tidak ada penurunan kesadaran saat kaku pada seluruh badan terjadi, sesak nafas disangkal dan terdapat riwayat luka post kll kurang lebih 7 hari yang lalu. Luka hanya dibersihkan dengan betadine dan diberikan daun tumbuh-tumbuhan. Dari pemeriksaan fisik didapatkan GCS : 15. TD : 120/90 mmHg. Nadi : 88x/ menit. RR : 24x/ menit. Suhu : 36.6 C. Kepala : Kaku Kuduk (+). Mulut : Trismus (+). Abdomen : Perut papan (+) Opistotonus (+). Status Lokalis : tampak luka et regio pedis sinistra ukuran diameter 2cm, krusta (+) hiperpigmentasi (+). Pemeriksaan penunjang pada kasus ini tidak diperlukan karena dengan gejala klinis yang cukup jelas dan pemeriksaan fisik, diagnosis tetanus dapat ditegakkan. Penatalaksanaan tetanus pada kasus Tn. M sudah sesuai dengan teori. Prognosis pasien berdasarkan Dakar tingkat severitas sedang dan mortalitas 10-20%, Phillip skor juga menunjukkan severitas sedang tapi berdasarkan TSS pada kasus ini memiliki resiko tinggi.