Anda di halaman 1dari 2

BAB IV

KESIMPULAN

Penghantaran impuls terjadi karena adanya perbedaan potensial listrik


antara bagian luar dan bagian dalam sel.. Diperkirakan bahwa rangsangan
(stimulus) pada indra menyebabkan terjadinya pembalikan perbedaan
potensial listrik sesaat. Titik temu antara terminal akson salah satu neuron
dengan neuron lain dinamakan sinapsis. Di dalam sitoplasma tonjolan sinapsis
di terminal terdapat struktur kumpulan membran kecil berisi neurotransmitter;
yang disebut vesikula sinapsis. Neuron yang berakhir pada tonjolan sinapsis
disebut neuron pra-sinapsis. Membran ujung dendrit dari sel berikutnya yang
membentuk sinapsis disebut post-sinapsis. Bila impuls sampai pada ujung
neuron, maka vesikula bergerak dan melebur dengan membran pra-sinapsis.
Kemudian vesikula akan melepaskan neurotransmitter yang merupakan suatu zat
kimia yang dapat menyeberangkan impuls dari neuron pra-sinapsis ke postsinapsis berupa asetilkolin. .
Timbulnya kontraksi pada otot rangka dimulai dengan potensial aksi dalam
serabut- serabut otot. Potensial aksi ini menimbulkan arus listrik yang
menyebar ke bagian dalam serabut, dimana menyebabkan dilepaskannya ionion kalsium dari retikulum endoplasma. Selanjutnya ion kalsium menimbulkan
peristiwa-peristiwa kimia proses kontraksi.
Tetanus adalah Gangguan neurologis yang ditandai dengan meningkatnya
tonus otot dan spasme, yang disebabkan oleh tetanospasmin, suatu toksin
protein yang kuat yang dihasilkan oleh Clostridium tetani. Di negara
berkembang seperti Indonesia, insiden dan angka kematian akibat tetanus
masih cukup tinggi, hal ini disebabkan karena tingkat kebersihan masih sangat

34

kurang, mudah terjadi kontaminasi, perawatan luka yang kurang diperhatikan,


kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kebersihan dan kekebalan
terhadap tetanus. Oleh karena itu tetanus masih menjadi masalah kesehatan,
terutama penyebab kematian neonatal tersering oleh karena tetanus
neonatorum. Akhir - akhir ini dengan adanya penyebarluasan program
imunisasi di seluruh dunia, maka angka kesakitan dan kematian menurun
secara drastis. Masa inkubasi tetanus umumnya antara 3-12 hari dengan gejala
kejang tetanic, trismus, dysphagia, risus sardonicus namun masa inkubasi
dapat terjadi singkat 1-2 hari dan kadang lebih satu bulan, makin pendek masa
inkubasi makin buruk prognosis.
Diagnosa tetanus pada pasien ini dapat ditegakkan berdasarkan hasil
anamnesa dan pemeriksaan fisik yang sesuai dengan teori penyakit tetanus.
Yaitu pada kasus Tn. M didapatkan keluhan kejang kaku pada seluruh badan,
sulit membuka mulut, tidak ada penurunan kesadaran saat kaku pada seluruh
badan terjadi, sesak nafas disangkal dan terdapat riwayat luka post kll kurang
lebih 7 hari yang lalu. Luka hanya dibersihkan dengan betadine dan diberikan
daun tumbuh-tumbuhan. Dari pemeriksaan fisik didapatkan GCS : 15. TD :
120/90 mmHg. Nadi : 88x/ menit. RR : 24x/ menit. Suhu : 36.6 C. Kepala :
Kaku Kuduk (+). Mulut : Trismus (+). Abdomen : Perut papan (+)
Opistotonus (+). Status Lokalis : tampak luka et regio pedis sinistra ukuran
diameter 2cm, krusta (+) hiperpigmentasi (+). Pemeriksaan penunjang pada
kasus ini tidak diperlukan karena dengan gejala klinis yang cukup jelas dan
pemeriksaan fisik, diagnosis tetanus dapat ditegakkan. Penatalaksanaan
tetanus pada kasus Tn. M sudah sesuai dengan teori. Prognosis pasien
berdasarkan Dakar tingkat severitas sedang dan mortalitas 10-20%, Phillip
skor juga menunjukkan severitas sedang tapi berdasarkan TSS pada kasus ini
memiliki resiko tinggi.

35

Anda mungkin juga menyukai