Anda di halaman 1dari 5

Sejarah Letusan Gunung Merapi

SEJARAH LETUSAN

Sejarah letusan G. Merapi secara tertulis mulai tercatat sejak awal masa kolonial
Belanda sekitar abad ke-17. Letusan sebelumnya tidak tercatat secara jelas.
Sedangkan letusan-letusan besar yang terjadi pada mas sebelum periode Merapi
baru, hanya didasarkan pada penentuan waktu relatif. Secara umum, letusan G.
Merapi dapat dirangkum sbb :
- Pada periode 3000 - 250 tahun yang lalu tercatat lebih kurang 33 kali letusan,
dimana 7 diantaranya merupakan letusan besar. Dari data tersebut menunjukkan
bahwa letusan besar terjadi sekali dalam 150-500 tahun (Andreastuti dkk, 2000).
- Pada periode Merapi baru telah terjadi beberapa kali letusan besar yaitu abad ke19 (tahun 1768, 1822, 1849, 1872) dan abad ke-20 yaitu 1930-1931. Erupsi abad
ke-19 jauh lebih besar dari letusan abad ke-20, dimana awan panas mencapai 20
km dari puncak. Kemungkinan letusan besar terjadi sekali dalam 100 tahun
(Newhall, 2000).
- Aktivitas Merapi pada abad ke-20 terjadi minimal 28 kali letusan, dimana letusan
terbesar terjadi pada tahun 1931. Sudah abad tidak terjadi letusan besar.
Berdasarkan data yang tercatat sejak tahun 1600-an, G. Merapi meletus lebih dari
80 kali atau rata-rata sekali meletus dalam 4 tahun. Masa istirahat berkisar antara 118 tahun, artinya masa istirahat terpanjang yang pernah tercatat andalah 18 tahun.
Secara umum, letusan Merapi pada abad ke-18 dan abab ke-19 masa istirahatnya
relatif lebih panjang, sedangkan indeks letusannya lebih besar. Akan tetapi tidak bisa
disimpulkan bahwa masa istirahat yang panjang, menentukan letusan yang akan
datang relatif besar. Karena berdasarkan fakta, bahwa beberapa letusan besar,
masa istirahatnya pendek. Atau sebaliknya pada saat mengalami istirahat panjang,
letusan berikutnya ternyata kecil. Ada kemungkinan juga bahwa periode panjang
letusan pada abad ke-18 dan abad ke-19 disebabkan banyak letusan kecil yang
tidak tercatat dengan baik, karena kondisi saat itu. Jadi besar kecilnya letusan lebih
tergantung pada sifat kimia magma dan sifat fisika magma. Diskripsi singkat letusan
G. Merapi yang tercatat disajikan pada gambar di bawah ini. Gambar tersebut
menunjukkan grafik statistik letusan G. Merapi sejak abad ke-18. Pada abad ke-18
dan ke-19, letusan G. Merapi umumnya relatif besar dibanding letusan pada abad
ke-20, sedangkan masa istirahatnya lebih panjang.

Grafik statistik letusan G. Merapi sejak abad ke-18. Pada abad ke-18 dan ke-19, letusan G.
Merapi umumnya relatif besar dibanding letusan pada abad ke-20, sedangkan masa istirahatnya
lebih panjang.

Karakteristik Letusan

G. Merapi berbentuk sebuah kerucut gunungapi dengan komposisi magma basaltik


andesit dengan kandungan silika (SiO2) berkisar antara 52 - 56 %. Morfologi bagian
puncaknya dicirikan oleh kawah yang berbentuk tapal kuda, dimana di tengahnya
tumbuh kubah lava.
Letusan G. Merapi dicirikan oleh keluarnya magma ke permukaan membentuk
kubah lava di tengah kawah aktif di sekitar puncak. Munculnya lava baru biasanya
disertai dengan pengrusakan lava lama yang menutup aliran sehingga terjadi
guguran lava. Lava baru yang mencapai permukaan membetuk kubah yang bisa
tumbuh membesar. Pertumbuhan kubah lava sebanding dengan laju aliran magma
yang bervariasi hingga mencapai ratusan ribu meter kubik per hari. Kubah lava yang
tumbuh di kawah dan membesar menyebabkan ketidakstabilan. Kubah lava yang
tidak stabil posisinya dan didorong oleh tekanan gas dari dalam menyebabkan
sebagian longsor sehingga terjadi awan panas. Awanpanas akan mengalir secara
gravitasional menyusur lembah sungai dengan kecepatan 60-100 km/jam dan akan

berhenti ketika energi geraknya habis. Inilah awan panas yang disebut Tipe Merapi
yang menjadi ancaman bahaya yang utama.

Dalam catatan sejarah, letusan G. Merapi pada umumnya tidak besar. Bila diukur
berdasarkan indek letusan VEI (Volcano Explosivity Index) antara 1-3. Jarak luncur
awanpanas berkisar antara 4-15 km. Pada abad ke-20, letusan terbesar terjadi pada
tahun 1930 dengan indeks letusan VEI 3. Meskipun umumnya letusan Merapi
tergolong kecil, tetapi berdasarkan bukti stratigrafi di lapangan ditemukan endapan
awan panas yang diduga berasal dari letusan besar Merapi. Melihat ketebalan dan
variasi sebarannya diperkirakan indeks letusannya VEI 4 dengan tipe letusan antara
vulkanian hingga plinian. Letusan besar ini diperkirakan terjadi pada masa Merapi
Muda, sekitar 3000 tahun yang lalu.
Sejak tahun 1768 sudah tercatat lebih dari 80 kali letusan. Diantara letusan tersebut,
merupakan letusan besar (VEI 3) yaitu periode abad ke-19 (letusan tahun 1768,
1822, 1849, 1872) dan periode abad ke-20 yaitu 1930-1931. Erupsi abad ke-19
intensitas letusanya relatif lebih besar, sedangkan letusan abad ke-20 frekuensinya
lebih sering. Kemungkinan letusan besar terjadi sekali dalam 100 tahun (Newhall,
2000). Letusan besar bisa bersifat eksplosif dan jangkauan awanpanas mencapai 15
Km.
Letusan G. Merapi sejak tahun 1872-1931 mengarah ke barat-barat laut. Tetapi
sejak letusan besar tahun 1930-1931, arah letusan dominan ke barat daya samapi
dengan letusan tahun 2001. Kecuali pada letusan tahun 1994, terjadi
penyeimpangan ke arah selatan yaitu ke hulu K. Boyong, terletak antara bukit Turgo
dan Plawangan. Erupsi terakhir pada tahun 2006, terjadi perubahan arah dari barat

daya ke arah tenggara, dengan membentuk bukaan kawah yang mengarah ke Kali
Gendol.

Gambar Letusan G. Merapi berupa luncuran awanpanas ke K. Gendol pada Juni 2006.

Contoh letusan Gunung api di indonesia


-Gunung Tambora Tahun 1815, - Indonesia
Tambora adalah letusan gunung berapi terbesar yang pernah tercatat. Begitu
besarnya sampai pada kenyataannya membatalkan musim panas. Itu benar,
tidak ada musim panas. Begitu banyak abu dilemparkan ke atmosfer ketika
Tambora meledak pada tahun 1815 yang secara efektif menghalangi sinar
matahari dan radiasi matahari, merefleksikan kembali keluar jauh dari planet
bumi, yang kemudian bumi mulai mendapatkan hawa dingin dan berawan
sebagai hasilnya. Dengan demikian, pada kisaran tahun itu menjadi tahun
tanpa musim panas. Negara-negara Eropa dan Amerika Serikat gagal panen

dan orang-orang kelaparan, sementara di Indonesia sekitar 10.000 orang


tewas hampir seketika oleh aliran lava dan gas beracun. Diperkirakan jumlah
korban tewas secara keseluruhan dari ledakan dan tsunami yang dihasilkan
adalah 92.000 orang (belum termasuk kematian pada seluruh musim).

-Gunung Krakatau (Krakatoa) Tahun 1883, VEI 6 Indonesia


Ketika Krakatau (Krakatoa) meletus pada puncaknya tahun 1883, letusannya
memilki kekuatan sekitar 13.000 bom atom. Menimbulkan tsunami, abu dan
asap beracun menyusul ke seluruh pulau-pulau terdekat. Lebih dari 36.000
orang kehilangan nyawa dan seluruh desa hancur. Gelombangnya bergema di
seluruh dunia, mencapai ribuan mil jauhnya. letusan tahun 1883
menghancurkan hampir seluruh pulau, tapi daerah tersebut masih aktif,
sebuah pulau baru muncul dijuluki Anak Gunung Krakatau telah meningkat
dan lebih membesar setiap hari.

Anda mungkin juga menyukai