MAKALAH
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Peradilan
Islam II Program Studi Ahwal Al-Syakhsiyyah
Disusun oleh :
SITI SADIAH
12214110217
KATA PENGANTAR
Siti Sadiah
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................iii
PENDAHULUAN..............................................................................1
A.
B.
Perumusan Masalah..........................................................2
C.
Tujuan Penulisan................................................................2
PEMBAHASAN................................................................................3
A.
B.
Al-Quran........................................................................5
2.
3.
4.
Hukum Positif..................................................................7
C.
5.
6.
D.
Kesimpulan......................................................................15
B.
Saran...............................................................................15
DAFTAR PUSTAKA........................................................................16
PENDAHULUAN
A.
B. Perumusan Masalah
1)
2)
3)
4)
C. Tujuan Penulisan
Untuk
Untuk
Untuk
Untuk
mengetahui
mengetahui
mengetahui
mengetahui
PEMBAHASAN
Umar mansyur Syah, Hukum Acara Perdata Peradilan Agama Menurut Teori dan
6
Menurut Raihan Rasyid, yang dimaksud dengan qarinah di
dalam istilah hukum adalah hal-hal yang mempunyai hubungan
atau pertalian yang erat sedemikian rupa terhadap sesuatu
sehingga dapat memberikan petunjuk.7
Jadi, Persangkan ialah kesimpulan yang ditarik dari suatu
peristiwa yang telah dikenal atau dianggap terbukti dari suatu
peristiwa yang dikenal atau dianggap terbukti ke arah suatu
peristiwa yang tidak dikenal atau belum terbukti, baik yang
berdasarkan undang-undang atau kesimpulan yang ditarik oleh
Hakim.
Daaru
7 Roihan A. Rasyid, Hukum Acara Peradilan Agama (Edisi Baru), (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2007), hlm. 174.
D.
1. Al-Quran
Dalam Al-Quran
(Berinfaqlah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan Allah;
mereka tidak dapat (berusaha) di bumi; orang yang tidak tahu menyangka
mereka orang Kaya karena memelihara diri dari minta-minta. kamu kenal
mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang
secara mendesak. dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di
jalan Allah), Maka Sesungguhnya Allah Maha Mengatahui. (QS. AlBaqarah/2:273)
4. Hukum Positif
Dalam Pasal 54 UU No. 7 tahun 1989 tentang Peradilan
Agama menentukan bahwa hukum acara yang berlaku pada
Pengadilan di lingkungan Peradilan Agama adalah Hukum Acara
Perdata yang berlaku pada Pengadilan dalam lingkungan
Peradilan Umum, kecuali yang telah diatur khusus dalam UU ini.
Ketentuan-ketentuan tersebut terdapat pada Pasal 164 HIR, Pasal
284 Rbg, dan Pasal 1866 BW. Berikut alat-alat bukti tersebut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Pemeriksaan Ditempat
7.
Saksi Ahli
8.
Pembukuan
9.
Pengetahuan Hakim
14/1985)
Pasal 164 HIR (ps. 284 Rbg, 1866 BW) menyebut
persangkaan sebagai alat bukti sesudah saksi : persangkaanpersangkaan (vermoedens, presumptions). Sedangkan di Mesir,
Undang-undang Nomor 147 Tahun 1949 tentang Acara Perdata,
9
qarinah diterima sebagai alat bukti. Begitu pula dalam Undangundang Nomor 78 Tahun 1931 tentang Mahkamah Syariah,
qarinah dipakai sebagai alat bukti.
10
8 M. Nur Rasaid, Hukum Acara Perdata, (Jakarta, Sinar Grafika: 2003) cet.ke-3 hlm.42.
11
13
14
sekian banyak alat bukti yang ada dalam hukum acara Islam.
Menurut Roihan Rasyid, tidak semua qarinah dapat dijadikan
sebagai alat bukti, melainkan hanya qarinah yang jelas saja,
yang dalam hukum acara peradilan Islam disebut qarinah
wadihah yang dapat dijadikan sebagai dasar pemutus, walaupun
hanya atas satu qarinah wadihah tanpa didukung oleh alat bukti
yang lain. Dengan kata lain bahwa qarinah wadihah ini dapat
berdiri sendiri, tidak memerlukan perantara alat bukti lain dalam
penerapannya sebagai alat bukti di dalam persidangan.
Suatu putusan yang dijatuhkan berdasarkan bukti
persangkaan dari indikatornya yang nyata tidak dapat dikatakan
sebagai putusan yang menyimpang. Karena, sekiranya gugatan
Penggugat tidak benar, tentulah gugatan itu ditolak oleh
Tergugat dengan sumpahnya. Dan jika tergugat menolak
mengangkat sumpah, maka penolakannya itu merupakan
indikator nyata yang menunjukkan kebenaran gugatan
Penggugat. Dengan demikian asas praduga tak bersalah harus
dikalahkan. Banyak implikasi dan indikasi yang lebih kuat, selain
sikap menolak mengangkat sumpah, yang dapat ditangkap oleh
indra.11
11Muhammad Salam Madkur, Peradilan dalam Islam, alih bahasa Imron A.M, cet.ke-4,
(Surabaya: PT Bina ilmu, 1993), hlm. 120.
16
12
Ibid, hlm.121.
13
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, alih bahasa Mudzakir AS, jilid ke-14, (Bandung: Al-
17
18
A Kesimpulan
Persangkan ialah kesimpulan yang ditarik dari suatu
peristiwa yang telah dikenal atau dianggap terbukti dari suatu
peristiwa yang dikenal atau dianggap terbukti ke arah suatu
peristiwa yang tidak dikenal atau belum terbukti, baik yang
berdasarkan undang-undang atau kesimpulan yang ditarik oleh
Hakim.
Ada dua macam persangkaan, yaitu persangkaan
berdasarkan undang-undang/hukum (Qarinah Qanuniyyah,
Praesumptiones Juris), dan persangkaan berdasarkan atas
kesimpulan yang ditarik oleh Hakim (Qarinah Qadlaiyyah,
Praesumptiones Facti).
Berdasarkan pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa
persangkaan/qarinah merupakan salah satu alat bukti yang
dapat membuktikan suatu kejadian benar atau tidak. Namun,
persangkaan itu sendiri tidak dapat langsung menjadi bukti
tanpa bukti lain atau persangkaan-persangkaan Hakim yang lain.
Kecuali persangkaan yang jelas saja (qarinah wadihah).
19
B Saran
Mengingat keterbatasan pengetahuan dan keterampilan
yang dimiliki oleh penyusun, maka untuk mendapatkan
pemahaman yang lebih mendasar dan luas lagi disarankan
kepada pembaca untuk membaca referensi-referensi lain yang
lebih baik.
20
DAFTAR PUSTAKA