aggregat dan pengikat semen. Bentuk paling umum dari beton adalah beton semen Portland,
yang terdiri dari agregat mineral (biasanya kerikil dan pasir), semen dan air.
Biasanya dipercayai bahwa beton mengering setelah pencampuran dan peletakan. Sebenarnya,
beton tidak menjadi padat karena air menguap, tetapi semen berhidrasi, mengelem komponen
lainnya bersama dan akhirnya membentuk material seperti-batu. Beton digunakan untuk
membuat perkerasan jalan, struktur bangunan, fondasi, jalan, jembatan penyeberangan, struktur
parkiran, dasar untuk pagar/gerbang, dan semen dalam bata atau tembok blok. Nama lama untuk
beton adalah batu cair.
Dalam perkembangannya banyak ditemukan beton baru hasil modifikasi, seperti beton ringan,
beton semprot (eng: shotcrete), beton fiber, beton berkekuatan tinggi, beton berkekuatan sangat
tinggi, beton mampat sendiri (eng: self compacted concrete) dll. Saat ini beton merupakan bahan
bangunan yang paling banyak dipakai di dunia.
Daftar isi
1 Sejarah
3 Sifat beton
4 Bekisting
5 Sumber
6 Lihat pula
7 Pranala luar
Sejarah
Penggunaan beton dan bahan-bahan vulkanik seperti abu pozzolan sebagai pembentuknya telah
dimulai sejak zaman Yunani dan Romawi bahkan mungkin sebelumnya. Dengan campuran
kapur, pozzolan, dan batu apung, bangsa Romawi banyak membangun infrastruktur seperti
akuaduk, bangunan, drainase dan lain-lain. Di Indonesia penggunaan yang serupa bisa dilihat
pada beberapa bangunan kuno yang tersisa. Benteng Indrapatra di Aceh yang dibangun pada
abad ke-7 oleh kerajaan Lamuri, bahan bangunannya berupa kapur, tanah liat, dan batu gunung.
Orang Mesir telah menemukan sebelumnya bahwa dengan memakai aditif debu vulkanik mampu
meningkatkan kuat tekan beton.
Penggunaan beton secara masif diawali pada permulaan abad 19 dan merupakan awal era beton
bertulang. Pada tahun 1801, F.Coignet menerbitkan tulisannya mengenai prinsip-prinsip
konstruksi dengan meninjau kelembaban bahan beton terhadap taruknya. Pada tahun 1850, J.L.
Lambot untuk pertama kalinya membuat kapal kecil dari bahan semen untuk dipamerkan dalam
Expo tahun 1855 di Paris. J.Moiner, seorang ahli taman dari Prancis mematenkan rangka metal
sebagai tulangan beton untuk mengatasi taruknya yang digunakan untuk tanamannya. Pada tahun
1886, Koenen menerbitkan tulisan mengenai teori dan perancangan struktur beton. C.A.P Turner
mengembangkan pelat slab tanpa balok tahun 1906.
Sifat beton
Sebagaimana disebutkan sebelumnya, beton memiliki kuat tekan yang tinggi namun kuat tarik
yang lemah. Untuk kuat tekan, di Indonesia sering digunakan satuan kg/cm dengan simbol K
untuk benda uji kubus dan fc untuk benda uji silinder. Kuat hancur dari beton sangat dipengaruhi
oleh beberapa faktor :
Jenis dan lekak lekul bidang permukaan agregat. Kenyataan menunjukkan bahwa
penggunaan agregat akan menghasilkan beton dengan kuat tekan dan kuat tarik lebih
besar daripada penggunaan kerikil halus dari sungai.
Perawatan. Kehilangan kekuatan sampai dengan sekitar 40% dapat terjadi bila
pengeringan diadakan sebelum waktunya. Perawatan adalah hal yang sangat penting pada
pekerjaan lapangan dan pada pembuatan benda uji.
Umur. Pada kekeadaan yang normal kekuatan beton bertambah dengan umurnya.[2]
eton merupakan salah satu bahan konstruksi yang telah umum digunakan untuk bangunan
gedung, jembatan, jalan, dan lain lain. Beton merupakan satu kesatuan yang homogen. Beton
ini didapatkan dengan cara mencampur agregat halus (pasir), agregat kasar (kerikil), atau jenis
agregat lain dan air, dengan semen portland atau semen hidrolik yang lain, kadang kadang
dengan bahan tambahan (additif) yang bersifat kimiawi ataupun fisikal pada perbandingan
tertentu, sampai menjadi satu kesatuan yang homogen. Campuran tersebut akan mengeras seperti
batuan. Pengerasan terjadi karena peristiwa reaksi kimia antara semen dengan air. Beton yang
sudah mengeras dapat juga dikatakan sebagai batuan tiruan, dengan rongga rongga antara
butiran yang besar (agregat kasar atau batu pecah), dan diisi oleh batuan kecil (agregat halus atau
pasir), dan pori pori antara agregat halus diisi oleh semen dan air (pasta semen). Pasta semen
juga berfungsi sebagai perekat atau pengikat dalam proses pengerasan, sehingga
butiranbutiran agregat saling terekat dengan kuat sehingga terbentuklah suatu kesatuan yang
padat dan tahan lama. Membuat beton sebenarnya tidaklah sederhana hanya sekedar
mencampurkan bahan-bahan dasarnya untuk membentuk campuran yang plastis sebagaimana
sering terlihat pada pembuatan bangunan sederhana. Tetapi jika ingin membuat beton yang baik,
dalam arti memenuhi persyaratan yang lebih ketat karena tuntutan yang lebih tinggi, maka harus
diperhitungkan dengan seksama cara-cara memperoleh adukan beton segar yang baik dan
menghasilkan beton keras yang baik pula. Beton segar yang baik ialah beton segar yang dapat
diaduk, dapat diangkut, dapat dituang, dapat dipadatkan, tidak ada kecenderungan untuk terjadi
pemisahan kerikil dari adukan maupun pemisahan air dan semen dari adukan. Beton keras yang
baik adalah beton yang kuat, tahan lama, kedap air, tahan aus, dan kembang susutnya kecil
(Tjokrodimulyo 1996 : 2) Beton memiliki kelebihan dan kekurangan antara lain sebagai berikut
(Tjokrodimulyo 1996 : 2) beton beton Kelebihan Beton : 1. Beton mampu menahan gaya tekan
dengan baik, serta mempunyai sifat tahan terhadap korosi dan pembusukan oleh kondisi
lingkungan. 2. Beton segar dapat dengan mudah dicetak sesuai dengan keinginan. Cetakan dapat
pula dipakai berulang kali sehingga lebih ekonomis. 3. Beton segar dapat disemprotkan pada
permukaan beton lama yang retak maupun dapat diisikan kedalam retakan beton dalam proses
perbaikan. 4. Beton segar dapat dipompakan sehingga memungkinkan untuk dituang pada
tempattempat yang posisinya sulit. 5. Beton tahan aus dan tahan bakar, sehingga
perawatannya lebih murah. Kekurangan Beton : 1. Beton dianggap tidak mampu menahan gaya
tarik, sehingga mudah retak. Oleh karena itu perlu di beri baja tulangan sebagai penahan gaya
tarik. 2. Beton keras menyusut dan mengembang bila terjadi perubahan suhu,sehingga perlu
dibuat dilatasi (expansion joint) untuk mencegah terjadinya retakan retakan akibat terjadinya
perubahan suhu. 3. Untuk mendapatkan beton kedap air secara sempurna, harus dilakukan
dengan pengerjaan yang teliti. 4. Beton bersifat getas (tidak daktail) sehingga harus dihitung dan
diteliti secara seksama agar setelah dikompositkan dengan baja tulangan menjadi bersifat daktail,
terutama pada struktur tahan gempa.
...sumber: http://www.ilmusipil.com/pengertian-beton-adalah .
Home
STRUKTUR
GEOTEKNIK
MANAGEMEN
HIDRO
TRANSPORTASI
Teknologi Terkini
Pusat Bantuan
Info Dunia
Search site
BETON
I.PENDAHULUAN
II.PEMBAHASAN
II.1 Pengertian Beton
Beton adalah campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar, dan air,
dengan atau tanpa bahan campuran tambahan yang membentuk massa padat. .
Dalam pengertian umum beton berarti campuran bahan bangunan berupa pasir dan
kerikil atau koral kemudian diikat semen bercampur air. Sifat beton berubah karena
sifat semen, agregat dan air, maupun perbandingan pencampurannya. Untuk
mendapatkan beton optimum pada penggunaan yang khas, perlu dipilih bahan
yang sesuai dan dicampur secara tepat.
Kebaikan dan keburukan beton dibandingkan dengan bahan bangunan lain adalah
sebagai berikut.
Kebaikan Beton
1) Harganya relatif murah karena menggunakan bahan lokal.
2) Mempunyai kekuatan tekan yang tinggi, serta mempunyai sifat tahan terhadap
pengkaratan atau pembusukan oleh kondisi lingkungan.
3) Adukan beton mudah diangkut maupun dicetak dalam bentuk dan ukuran sesuai
keinginan.
4) Kuat tekan beton jika dikombinasikan dengan baja akan mampu memikul beban
yang berat.
5) Adukan beton dapat disemprotkan di permukaan beton lama yang retak maupun
diisikan ke dalam retakan beton dalam proses perbaikan. Selain itu dapat pula
dipompakan ke tempat yang posisinya sulit.
6) Biaya perawatan yang cukup rendah karena termasuk tahan aus dan tahan
kebakaran.
Kekurangan Beton
1) Beton memiliki kuat tarik yang rendah sehingga mudah retak. Oleh karena itu
perlu diberi baja tulangan, atau tulangan kasa (meshes).
2) Adukan beton menyusut saat pengeringan sehingga perlu dibuat dilatasi
(expansion joint) untuk stuktur yang panjang untuk memberi tempat bagi susut
pengerasan dan pengembangan beton.
3) Beton keras (beton) mengembang dan menyusut bila terjadi perubahan suhu,
sehingga perlu dibuat dilatasi untuk mencegah terjadinya retak-retak akibat
perubahan suhu.
4) Beton sulit untuk kedap air secara sempurna, sehingga selalu dapat dimasuki air,
dan air yang membawa kandungan garam dapat merusak beton.
5) Beton bersifat getas (tidak daktail) sehingga harus dihitung dan di detail secara
seksama agar setelah dikomposisikan dengan baja tulangan menjadi bersifat
daktail, terutama pada struktur tahan gempa.
II.2 Sifat-Sifat Beton
Untuk keperluan perancangan dan pelaksanaan struktur beton, maka pengetahuan
tentang sifat-sifat adukan beton maupun sifat-sifat beton yang telah mengeras
perlu diketahui. Sifat-sifat tersebut antara lain.
Kuat Hancur
Beton dapat mencapai kuat hancur sampai 80 N/mm2 (12.000 lb/in2), atau lebih
tergantung pada perbandingan air-semen serta tingkat pemadatannya. Kuat hancur
dari beton dipengaruhi oleh sejumlah faktor, selain oleh perbandingan air-semen
dan tingkat pemadatannya. Faktor-faktor penting lainnya yaitu:
1. Jenis semen dan kualitasnya, mempengaruhi kekuatan rata-rata dan kuat batas
beton.
2. Jenis dan lekak-lekuk bidang permukaan agregat. Kenyataan menunjukan bahwa
penggunaan agregat akan menghasilkan beton, dengan kuat desak maupun tarik
yang lebih besar dari penggunaan krikil halus dari sungai.
3. Effisiensi dari perawatan (curing). Kehilangan kekuatan sampai 40% dapat terjadi
bila pengeringan diadakan sebelum waktunya. Perawatan adalah hal yang sangat
penting oada pekerjaan lapangan dan pembuatan benda uji.
4. Suhu , Pada umumnya kecepatan pengerasan beton bertambah dengan
bertambahnya suhu. Pada titik beku kuat hancur beton akan tetap rendah untuk
waktu yang lama.
5. Umur. Pada keadaan yang normal kekuatan beton akan bertambah dengan
umurnya. Kecepatan bertambahnya kekuatan tergantung pada jenis semen.
6.
Durability (Keawetan)
oksida lainnya dalam berbagai variasi jumlah. Semen ini digunakan sebagai
campuran untuk membuat beton, sehingga menjadi lebih keras.
Semen yang biasa digunakan pada teknik sipil adalah semen portland. Semen
portland adalah bahan pengikat hidrolis berupa bubuk halus yang dihasilkan dengan
cara menghaluskan clinker (bahan ini terutama terdiri dari silikat-silikat kalsium
yang bersifat hidrolis) dengan batu gips sebagai tambahan.
Pada umumnya semen portland yang digunakan adalah jenis semen portland biasa
(ordinary cement portland), yaitu semen portland yang digunakan untuk tujuan
umum. jenis semen portland dapat dibagi menurut beberapa segi yaitu: Segi
kebutuhan khusus dan Segi Penggunaan
Segi kebutuhan khusus
Sesuai kebutuhan penggunaannya, ada jenis semen yang memiliki tujuan
penggunaan khusus seperti berikut.
1) Semen portland yang cepat mengeras (rapid hardening portland cement),semen
jenis ini umumnya memiliki kadar C3S (tricalsium silika) atau C3A yang tinggi .
dalam standar semen ASTM, semen jenis ini termasuk semen Portland type III.
2) semen Portland tahan sulfat sedang dan semen Portland tahan sulfat,semen ini
mempunyai bentuk yang lebih tahan sulfat daripada semen biasa, karena kadar
tricalsium aluminate rendah. Kadar maksimum untuk semen tahan sulfat sedang
adalah 8% dan untuk semen tahan sulfat adalah maksimum 5%. Semen ini tahan
terhadap sulfat, namun berarti tidak tahan terhadap asam sulfat. Yang dimaksud
sulfat disini adalah garam sulfat yang larut, misalnya air laut, rawa, dan sebagainya,
dimana kadar sulfatnya lebih dari 1%. Semen ini termasuk semen portland type II A
dan type V.
3) semen Portland Pozzolanic, semen ini merupakan campuran dari semen biasa
(85-60 %) dengan bubuk halus trass atau pozzolan (15-40%), atau benda-benda
yang bersifat pozzolan (seperti abu volkanis, abu bahan bakar, tanah liat bakar,
atau fly ash). Penggunaan adalah pada bangunan yang mendapat gangguan garam
sulfat atau panas rendah. Bila bahan yang dicampurkan terak dapur tinggi, disebut
semen portland terak dapur tinggi.
4) semen Portland panas rendah (Low Heat Cement), Semen jenis ini memiliki kadar
C3S maksimum 35% dan kadar C3A maksimum 7 %. Semen ini memiliki derajat
pengersan yang lambat dan panas yang dihasilkannya lebih rendah dibandingkan
dengan semen lain. Penggunaannya terutama terbatas pada turap penahan tanah
gravitasi, bendungan besar, dan konstruksi beton pejal di mana suhu massa beton
naik. Semen ini dalam standar ASTM termasuk semen portland type IV.
5) masonry Cement ,Semen jenis ini adalah semen portland yang dicampur dengan
bubuk batu atau batuan kapur sampai 50 %. Penggunaan semen jenis ini adalah
untuk aduk pasangan.
6) Semen Portland putih, Semen ini adalah semen portland dimana bahan-bahan
dasarnya mengandung senyawa besi yang rendah. Kadar Fe203 pada semen ini
dibatasi maksimum 0,5%, karena senyawa besi tersebut menimbulkan warna tua
pada semen. Semen ini mempunyai sifat yang biasa dengan semen portland biasa.
Proses pembuatan semen ini memerlukan ketelitian tinggi dan bahan dasarnya
mahal oleh karena itu, harga semen putih lenih mahal daripada semen biasa, kirakira satu sampai empat kali smen portland biasa.
Segi Penggunaan
Ditinjau dari penggunaanya, menurut ASTM (American Society for Testing and
Material) semen portland dapat dibedakan menjadi lima.
1) Jenis I
Semen portland penggunaan umum (normal portland cement), yaitu jenis semen
portland untuk penggunaan dalam konstruksi beton yang tidak memerlukan sifatsifat khusus. Misalnya untuk pembuatan trotoar, pasangan bata, dan sebagainya.
Semen ini merupakan semen yang paling banyak digunakan yaitu 80-90% dari
produksi semen portland.
2) Jenis II
Semen pengeras pada panas sedang. Semen ini memiliki panas hidrasi lebih rendah
dan keluarnya panas lebih lambat daripada semen jenis I. Semen jenis ini biasanya
digunakan pada bangunan-bangunan yang berhubungan dengan rawa,
pelabuhan,jembatan besar, bendungan, bangunan-bangunan lepas pantai, saluransaluran air buangan dan sebagainya. Jenis ini juga dapat digunakan untuk
bangunan-bangunan drainase di tempat yang memiliki konsentrasi sulfat agak
tinggi.
3) Jenis III
Semen portland dengan kekuatan awal tinggi (high-early strength-portlandcement). Semen jenis ini memperoleh kekuatan besar dalam waktu singkat,
sehingga dapat digunakan untuk pembuatan beton pracetak, perbaikan bangunanbangunan beton yang perlu segera digunakan atau yang acuannya perlu segera
dilepas serta pembetonan di daerah cuaca dingin(salju).
4) Jenis IV
Semen portland dengan panas hidrasi yang rendah (low heat port land cement)
jenis ini merupakan jenis khusus untuk penggunaan yang memerlukan panas
hidarasi serendah-rendahnya. Untuk mengurangi panas hidrasi yang terjadi
(penyebab retak), maka pada semen jenis ini senyawa C3S dan C3A dikurangi.
Selain itu, semen jenis ini kekuatannya tumbuh lambat. Semen jenis ini biasanya
digunakan pada bangunan-bangunan sebagai berikut:
- Konstruksi DAM
- Basement
- Pembetonan pada daerah bercuaca panas.
5) Jenis V
Semen portland tahan sulfat (sulfate resisting portland cement). Jenis ini merupakan
jenis khusus yang maksudnya hanya untuk penggunaan pada bangunan-banguan
yang kena sulfat, seperti di tanah atau air yang kadar I alkalinya tinggi. Pengerasan
berjalan lebih lambat daripada semen biasa.
a) Proses basah : semua bahan baku yang ada dicampur dengan air, dihancurkan
dan diuapkan kemudian dibakar dengan menggunakan bahan bakar minyak, bakar
(bunker crude oil). Proses ini jarang digunakan karena masalah keterbatasan energi
BBM.
b) Proses kering : menggunakan teknik penggilingan dan blending kemudian
dibakar dengan bahan bakar batubara. Proses ini meliputi lima tahap pengelolaan
yaitu :
c) proses pengeringan dan penggilingan bahan baku di rotary dryer dan roller meal.
d) proses pencampuran (homogenizing raw meal) untuk mendapatkan campuran
yang homogen.
e) proses pembakaran raw meal untuk menghasilkan terak (clinker : bahan
setengah jadi yang dibutuhkan untuk pembuatan semen).
f) proses pendinginan terak.
g) proses penggilingan akhir di mana clinker dan gypsum digiling dengan cement
mill.
Dari proses pembuatan semen di atas akan terjadi penguapan karena pembakaran
dengan suhu mencapai 900 derajat Celcius sehingga menghasilkan : residu (sisa)
yang tak larut, sulfur trioksida, silika yang larut, besi dan alumunium oksida, oksida
besi, kalsium, magnesium, alkali, fosfor, dan kapur bebas.
2. Agregat
Agregat adalah butiran mineral yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam
campuran mortar (aduk) dan beton. Agregat diperoleh dari sumber daya alam yang
telah mengalami pengecilan ukuran secara alamiah melalui proses pelapukan dan
aberasi yang berlangsung lama. Atau agregat dapat juga diperoleh dengan
memecah batuan induk yang lebih besar.
Agregat halus untuk beton adalah agregat berupa pasir alam sebagai hasil
disintegrasi alami dari batu-batuan atau berupa pasir buatan yang dihasilkan oleh
alat-alat pemecah batu dan mempunyai ukuran butir 5 mm.
Agregat kasar untuk beton adalah agregat berupa kerikil kecil sebagai hasil
disintegrasi alami dari batu-batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari
pemecahan batu, memiliki ukuran butir antara 5-40 mm. Besar butir maksimum
yang diizinkan tergantung pada maksud pemakaian.
Pada teknologi beton, agregat terdiri dari banyak klasifikasi, yaitu;
Ditinjau dari asalnya
a. Agregat alam
Pada umumnya agregat alam menggunakan bahan baku alam atau hasil
penghancurannya. Jenis batu alam yang baik untuk agregat adalah batuan beku.
Jenis batu endapan atau metamorph juga dapat dipakai meskipun kualitasnya
masih perlu dipilih. Batuan yang abaik untuk agregat adalah butiran-butiran yang
keras kompak, tidak pipih , kekal (volume tidak mudah berubah karena perubahan
cuaca), serta tidak terpengaruh keadaan sekelilingnya.
Agregat alam dapat dibedakan atas tiga kelompok.
1. kerikil dan pasir alam agregat jenis ini merupakan hasil penghancuran oleh a;lam
dari batuan induknya. Seringkali agregat ini terdapat jauh dari asalnya karena
terbawa arus air atau angin, dan mengendap di suatu tempat. Pada umumnya pasir
dan kerikil yang terbawa arus air berbentuk bulat, sehingga dianggap baik untuk
agregat aduk atau beton. Umumnya pula jenis agregat ini bentuknya berubah-ubah
dan tidak homogen sehingga dalam penggunaannya untuk beton diperlukan
perhatian khusus. Karena perubahan susunan butir agregat sangat berpengaruh
terhadap sifat beton yang dibuat agregat tersebut.
2. Agregat batu pecah,Jenis batu yang baik untuka agregat ini adalah batuan beku
yang kompak. Di dalam pemakaiannya, batu pecah membutuhkan air lebih banyak
karena luas bidang permukaannya relatif lebih luas. Dengan demikian untuk
mendapatkan kelecakan aduk tertentu dan faktor air semen sama, beton dengan
agregat batu pecah akan menggunakan semen sedikit lebih banyak daripada beton
dengan menggunakan pasir atau kerikil alam. kekuatan beton dengan batu pecah
biasanya juga lebih tinggi , karena daya lekat perekat pada permukaan batu pecah
lebih baik daripada butiran yang halus. Macam-macam batu yang cocok digunakan
untuk agregat beton yaitu:
a) Batu kapur adalah hasil sedimentasi yang komposisi utamanya adalah kalsium
karbonat. Semakin keras dan padat jenis batu kapur ini semakin cocok untuk
pembuatan beton.
b) Batu api. Meliputi granit, basalt, dolerit, gabbros dan porphyries. Granit adalah
keras ulet dan padat sehingga merupakan agregat yang baik untuk beton. Basalt
merupakan batu api yang menyerupai granit, tetapi struktur butirnya lebih halus
karena pendinginan yang cepat pada proses pembentukannya. Dolerit mempunyai
struktur butir kristal yang halus dan mengandung felspar banyak. Beberapa dolerit
bilamana digunakan untuk beton dapat menyebabkan retak-retak dan
menggangggu penggunaannya. Diketahi bahwa batu ini mengembang dan
menyusut sesuai dengan kelembaban.
c) Sandstone. Sandstone bervariasi mulai dari yang paling keras dengan komposisi
butiran yang berdekatan , sampai yang lebih lunak dengan butiran yang lebih lepas,
seperti batu tulis yang berpasir, dimana adanya tanah liat menyebabkannya
menjadi lunak, gampang pecah dan daya serapnya tinggi.
d) Batu tulis biasanya agregat yang tidak baik , lunak, lemah, dan berlapis dan daya
serapnya tinggi. Selain itu bentuknya yang pipih menyebabkan partikel-partikel ini
sulit dipadatkan di dalam beton.
e) Batuan metamorforsa, bervariasi dalam karakternya. Marmer dan quartzites
biasanya pejal, padat, serta cukup ulet dan kuat.
3. agregat batu apung ,merupakan agregat alamiah yang ringan dan umum
digunakan. Penggunaan batu apung harus bebas dari debu volkanik halus dan
bahan-bahan yang bukan volkanik, misalnya lempung. Batu ini memiliki sifat isolasi
BAB III
KESIMPULAN
Beton adalah campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar, dan air,
dengan atau tanpa bahan campuran tambahan yang membentuk massa padat.
Bahan penyusun beton tersebut pun memiliki banyak banyak klasifikasi yang
berdasarkan kegunaan, bentuk, dan ukuran yang mana telah diuraikan pada bagian
pembahasan.
Beton sebagai bahan bangunan juga telah lama dikenal di Indonesia. Disamping
mempunyai kelebihan dalam mendukung tegangan tekan, beton mudah dibentuk
sesuai dengan kebutuhan, dapat digunakan pada berbagai struktur teknik sipil serta
mudah di rawat. Dalam pembuatan beton pun dapat dimanfaatkan bahan-bahan
lokal oleh sebab itu beton sangat populer dipakai.
Beton
3
steven2323 said...
gan ada yang tau nga saudara atau temen nya yang mau jadi QC beton di pekabaru kalau
ada tolong hubungi saya yah di 08117581089 stephen
December 28, 2014 at 6:46 AM
Daftar Pustaka nya mana gan ? :"D kan makalah standardnya harus ada daftar pustaka.
December 27, 2015 at 8:10 PM
Post a Comment
Tentang saya
Rizal
Rizal Firdaus
Donlotin xyz
Blog Archive
2016 (1)
2015 (2)
2014 (15)
2013 (14)
October (3)
July (11)
Protect
Alexa
Home
About
MAKALAH SEMEN
BAMBU (MAKALAH)
SAMBUNGAN BAJA
TSUNAMI
GEMPA BUMI
Contact
Blogs Lama
News
Feature
Copyright 2014 DUNIA SIPIL. All Rights Reserved. Theme by Templateism. Edited by CB
Blogger. Powered by Blogger