Anda di halaman 1dari 16

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Air adalah salah satu komponen penting bagi kehidupan. Hampir 80 persen
tubuh kita terdiri atas air. Kita bisa menahan rasa lapar, namun kita tidak bisa
menghindar dari rasa haus. Itulah sebabnya, air adalah bagian penting dari kehidupan.

Jakarta mengalami banyak perubahan untuk berpacu dalam era globalisasi di


abad ke-21. Pembangunan berkembang pesat, ditandai dengan munculnya berbagai
gedung baru di lokasi ekonomi strategis. Pergerakan ekonomi semakin menawarkan
kemewahan di beberapa sudut kota. Sayangnya pertumbuhan ibukota Indonesia ini
berbanding terbalik dengan keadaan lingkungan hijau yang berimbas terhadap
kualitas air bersih. Pencemaran sumber air oleh bakteri sudah jauh dari ambang batas,
konsentrasi zat amonia (NH3) meninggi di musim kemarau. Kadar deterjen dalam air
mengalami peningkatan besar pada periode tertentu, sungai-sungai di Jakarta
termasuk dalam kategori tercemar sehingga terbukti bahwa lebih dari 50% sumber air
Jakarta berasal dari luar kota.

Berhadapan dengan realita permasalahan Ibukota menyadarkan saya


pentingnya kepedulian terhadap tiga pilar utama pembangunan bangsa,
yakni perekonomian, sosial, dan lingkungan. Kualitas sumber daya air mempengaruhi
kualitas kesehatan masyarakat dan produktivitas manusia. Ketahanan air di Jakarta
yang mengkhawatirkan menjadi motivasi saya untuk menekuni bidang lingkungan
hidup, terutama di bidang sumber daya air. Ketersediaan air masa depan ditentukan
oleh perilaku manusia pada masa kini, menjaga kualitas sumber daya air Jakarta
memerlukan kesadaran dan kepedulian dari berbagai pihak untuk bertindak. Air bersih
dapat menjadi barang langka apabila sumbernya semakin dicemari.

Kita yang hidup di kota sangat bersyukur dengan adanya PDAM yang dikelola oleh
PALYJA. Dengan adanya PDAM kita bisa mendapatkan air yang cukup dan bersih
karena sudah diproses melalui beberapa kali penyaringan. Kita bisa mandi dengan

1
bersih, bisa menyiram tanaman dengan teratur sehingga tanaman kita tumbuh subur,
dapat mencuci mobil, motor dan sepeda kita apabila kotor dan yang terpenting
kegiatan memasak air di dapur dapat terlaksana dengan baik.

Ini adalah potret air selokan di sekitar Stasiun Taman Kota, dan selokan di Jakarta
pada umumnya. Limbah dari rumah tangga umumnya langsung menuju selokan. Bisa
dilihat limbah detergent/sabun dari buih dalam selokan tersebut. Dalam sehari, berapa
kali pipa limbah tersebut mengalirkan air sabun? Dan itulah fakta yang terjadi hampir
pada setiap selokan yang ada di Jakarta, yang semua bermuara ke sungai.

Dengan kondisi air baku seperti itu, saat ini Palyja dan Aetra hanya mampu
memproduksi 17.000 liter per detik. Sedangkan Jakarta, dengan 10-an juta penduduk,
membutuhkan pasokan air bersih sekitar 26.100 liter per detik. Angka tersebut dengan
ukuran per hari per orang dengan konsumsi air bersih 100 liter per detik. Angka
tersebut berdasarkan studi yang pernah dilakukan oleh Palyja. Jadi, kekurangan 9.100
liter per detik yang menjadi tantangan Palyja untuk bisa mengairi Jakarta dengan air
bersih, dengan kendala minim air baku.

Dengan segala kendala tentang air baku, Palyja tetap berusaha meningkatkan
produksinya. Salah satunya dengan menciptakan teknologi baru untuk membantu
pengolahan air baku.

Dengan inovasinya, Palyja berhasil memberdayakan kembali IPA Taman Kota


dari mati surinya. Ya, tahun 2007 IPA Taman Kota pernah ditutup karena masalah air

2
baku. Air baku dari Sungai Cengkareng Drain mengandung amonium dengan kadar
yang sangat tinggi yaitu 8 ppm, jauh dari jumlah normal 1 ppm yang menjadi standar
pengolahan air bersih. Instalasi Pengolahan Air Taman Kota berada di kawasan
perumahan padat penduduk. Beralamat di Jl. Komplek Taman Kota A1 No. 1, Jakarta
Barat. IPA Taman Kota beroperasi kembali dengan teknologi Biofiltrasi, memanfaatkan
mikroorganisme alami yang hidup di dalam air tawar

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa yang dimaksud dengan biofiltrasi?
2. Bagaimana cara pengolahan air baku menjadi air bersih di IPA Taman Kota?
3. Apa saja kendala yang dialami pada saat mengolah air bersih ?

1.3 TUJUAN
1. Agar masahiswa mengetahui tentang bagaimana penyediaan air bersih.
2. Agar mahasiswa mengetahui teknologi terbaru guna penyediaan air bersih
3. Agar mahasiswa mampu menganalisa bagaimana cara kerja dari biofiltrasi

3
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 BIOFILTRASI

Biofiltrasi adalah sebuah cara pemurnian limbah dengan bantuan bahan


pengendali biologis yang sangat efektif dan tidak membahayakan perairan maupun
mencemari perairan, bahkan dapat menyerap bahan logam berat seperti Mg dan
lainnya. Adapun pemanfaatan biofiltrasi ini seringkali digunakan untuk mengurangi
kadar organik dalam perairan seperti waduk. Apabila konsentrasi bahan organik terlalu
tinggi dalam perairan maka dampaknya akan menimbulkan pencemar bagi tumbuhan
dan hewan di perairan tersebut.

Walaupun bermanfaat bagi perairan, namun tumbuhan ini dapat menjadi gulma
jika perkembangbiakannya tidak dikontrol. Tumbuhan akan menutupi badan air yang
dapat merugikan tumbuhan lain yang hidup di dalamnya karena kurangnya intensitas
cahaya matahari yang masuk dari badan perairan. Pemanfaatan yang sangat
seimbang akan menimbulkan dampak yang sangat baik untuk menjaga kandungan air
dan juga memberikan kestabilan parameter air seperti pH, BOD dan lain sebagainya

Salah satu penangulangan pencemaran limbah industri rumah tangga adalah


dengan menggunakan Biofiltrasi yang sangat aman dan menguntungkan bagi
komunitas perairan, dibandingkan menggunakan bahan kimia. Pemanfaatan bahan
kimia dapat berdampak pada perairan yang biasanya mengubah kadar pH, BOD, DO
dan lain sebagainya. Contohnya penggunaan tawas untuk penjernih air yang akan
megubah bau pada air dan semua bahan organik akan terendapkan sehingga tidak
ada bahan organik yang dibutuhkan untuk tumbuhan dan hewan air.

Tumbuhan yang digunakan sebagai Biofiltrasi memiliki kemampuan berbeda-


beda tergantung daya serap bahan organik. Terdapat beberapa contoh tanaman yang
dapat digunakan sebagai biofiltrasi seperti:

4
 Enceng gondok (Eichhornia crassipes).

Eceng gondok hidup mengapung di air dan kadang-kadang berakar dalam tanah.
Tingginya sekitar 0,4 – 0,8 meter. Tidak mempunyai batang. Daunnya tunggal dan
berbentuk oval. Ujung dan pangkalnya meruncing, pangkal tangkai daun
menggelembung. Permukaan daunnya licin dan berwarna hijau. Bunganya termasuk
bunga majemuk, berbentuk bulir, kelopaknya berbentuk tabung. Bijinya berbentuk
bulat dan berwarna hitam. Buahnya kotak beruang tiga dan berwarna hijau. Akarnya
merupakan akar serabut.

Beberapa dampak negatif yang ditimbulkan oleh enceng gondok antara lain :

Meningkatnya evapotranspirasi, penguapan dan hilangnya air melalui daun-


daun tanaman), karena daun-daunnya lebar dan serta pertumbuhannya cepat.
Menurunnya jumlah cahaya yang masuk kedalam perairan sehingga
menyebabkan menurunnya tingkat kelarutan oksigen dalam air (DO: Dissolved
Oxygens)
Mengganggu lalu lintas (transportasi) air, khususnya bagi masyarakat yang
kehidupannya masih tergantung dari sungai seperti di pedalaman Kalimantan
dan beberapa daerah lainnya
Meningkatnya habitat bagi vektor penyakit pada manusia
Menurunkan nilai estetika lingkungan perairan.

Pemanfaatan eceng gondok untuk memperbaiki kualitas air yang tercemar telah
biasa dilakukan, khususnya terhadap limbah domestik dan industri. Hal ini karena
eceng gondok memiliki kemampuan menyerap zat pencemar yang tinggi daripada
jenis tumbuhan lainnya.

Kecepatan penyerapan zat pencemar dari dalam air limbah oleh eceng gondok
dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya komposisi dan kadar zat yang
terkandung dalam air limbah, kerapatan eceng gondok, dan waktu tinggal eceng
gondok dalam air limbah. Moenandir (1990) menyebutkan, bahwa pada konsentrasi
kadar O2 yang terlarut dalam air 3,5 – 4,8 ppm perkembangbiakan eceng gondok
dapat berjalan dengan cepat.

Eceng gondok memiliki akar yang bercabang-cabang halus, permukaan akarnya


digunakan oleh mikroorganisme sebagai tempat pertumbuhan (Neis, 1993). Muramoto
dan Oki dalam Sudibyo (1989) menjelaskan, bahwa Eceng gondok dapat digunakan
untuk menghilangkan polutan, karena fungsinya sebagai sistem filtrasi biologis,

5
menghilangkan nutrien mineral, untuk menghilangkan logam berat seperti cuprum,
aurum, cobalt, strontium, merkuri, timah, kadmium dan nikel.

Little (1968), Lawrence dan Moenandir (1990), Haider (1991) serta Sukman dan
Yakup (1991), menyebutkan bahwa Eceng gondok banyak menimbulkan masalah
pencemaran sungai dan waduk, tetapi mempunyai manfaat antara lain:

Mempunyai sifat biologis sebagai penyaring air yang tercemar oleh berbagai
bahan kimia buangan industri
Sebagai bahan penutup tanah (mulch) dan kompos dalam kegiatan pertanian
dan perkebunan
Sebagai sumber gas yang antara lain berupa gas ammonium sulfat, gas
hidrogen, nitrogen dan metan yang dapat diperoleh dengan cara fermentasi
Bahan baku pupuk tanaman yang mengandung unsur NPK yang merupakan
tiga unsur utama yang dibutuhkan tanaman
Sebagai bahan industri kertas dan papan buatan
Sebagai bahan baku karbon aktif
Sumber lignoselulosa yang dapat dikonversi menjadi produk yang lebih
berguna, seperti pakan ternak.

 Kiambang (Salvinia natans)

Kiambang memiliki struktur tumbuh yang unik, beradaptasi dengan keadaan


basah. Hidup pada daerah yang selalu tergenang seperti sungai, selokan, waduk dan
lain sebagainya. Tumbuhan air ini memiliki keunikan dalam mengolah limbah organik.
Kemampuannya dalam mengolah limbah organik tidak diragukan lagi. Tumbuhan
berstolon ini menyerap makanan organiknya dengan cara penyerapan melalui akar
yang mirip rambut.Kiambang biasanya mengapung di permukaan air dan selalu
mengikut arah arus air. Oleh karena itu, jika berada di daerah yang kadar airnya dapat
turun hingga kering tumbuhan ini akan mati. Sedangkan pada tumbuhan air yang lain
seperti Eceng Gondok, apabila daerah yang ditempati menjadi kering maka akar yang
biasa mengapung akan menembus tanah dan mencari cadangan air. Kiambang
memiliki struktur yang berbeda dengan Eceng Gondok. Tetapi memiliki perilaku
perkembangbiakan yang sama yaitu menggunakan stolon (tumbuh pada setiap sisi
daun).

6
2.2 CARA PENGOLAHAN AIR BAKU MENJADI AIR BERSIH

Pada pengolahan air, beberapa zat kimia ditambahkan. Penambahan zat kimia ini
untuk membuang polutan yang ada di dalam air. Pengolahan air baku menjadi air
bersih di IPA Taman Kota harus melalui beberapa tahapan. Dimulai dengan proses
Koagulasi, Flokulasi, Sedimentasi, Biofiltrasi, Filtrasi, dan Desinfeksi.
Selain itu juga ada beberapa jenis zat kimia yang ditambahkan ketika air diolah.
Zat kimia tersebut antara lain: karbon aktiv, koagulan, soda ash dan chlorine.

1. Proses yang pertama adalah pengambilan air dari intake di Sungai


Cengkareng Drain. Dari sana, air dipompa dan dialirkan ke IPA Taman
Kota.Selanjutnya, air akan mengalami proses pertama yaitu proses
Koagulasi.

Ini adalah pintu air/intake IPA Taman Kota. Berada di kawasan Kembangan Utara, Jakarta
Barat. Dari sungai ini, air diolah dengan teknologi Biofiltrasi dan bisa langsung dikonsumsi.
Foto: Riap Windu.

2. Yang dimaksud dengan Koagulasi adalah proses pengadukan cepat antara


air baku dan zat kimia yang dibutuhkan untuk membersihkan air. Zat karbon
aktiv, koagulan, maupun soda ash, dengan tugas dan fungsinya masing-
masing dicampurkan ke dalam air. Zat karbon aktiv berguna untuk
menghilangkan detergent dan bau. Sedangkan Koagulan yang dipakai disini
adalah jenis ach, atau Aluminium chlorohydrate. “Koagulan ini bersifat
seperti lem. Dia akan mengikat atau merekatkan partikel-partikel padat yang
ada di dalam air supaya lebih besar dan membentuk flok, agar lebih mudah
mengendap. Sedangkan soda ash, dimanfaatkan untuk menetralisir
keasaman air (ph air)

7
.
Di pipa besar inilah proses Koagulasi terjadi. Pada proses ini penambahan zat kimia
dilakukan. Foto: Arum Sato

3. Setelah proses Koagulasi, air akan dialirkan ke bak-bak penampungan.


Tahapan selanjutnya adalah Flokulasi. Dalam proses Flokulasi,
pengadukan air dilakukan secara lambat. Supaya apa? Supaya gumpalan
partikel-partikel atau flok-flok yang terbentuk dari proses Koagulasi tadi lebih
besar lagi dan bisa dengan mudah mengendap.
4. Tahapan selanjutnya adalah proses Sedimentasi atau pengendapan. Air
dari bak Flokulasi dialirkan menuju bak Sedimentasi. Flok-flok yang
menggumpal membentuk lumpur dan akhirnya mengendap. Di dalam bak
Sedimentasi, terjadi proses pemisahan lumpur dan air bersih. Proses ini
dibantu dengan bantuan plate settler untuk mempermudah pengendapan.
Pada bak Sedimentasi ini, pada bagian permukaan bak, air sudah kelihatan
lebih jernih. Sedangkan lumpur kelihatan menghitam di bagian bawah bak.

8
Ini adalah bak Flokulasi, dimana air diaduk secara lambat. Air ini sudah mengalami proses
Koagulasi dan tambahan zat kimia. Namun polutan masih terlihat di permukaan air. Foto:
Arum Sato

Ini adalah bak Sedimentasi. dari bak Flokulasi, air dialirkan ke sini. Permukaan sudah
nampak jernih. Dari bak ini, air akan mengalir menuju bak Biofiltrasi. Foto: Arum Sato

5. Selanjutnya air dialirkan menuju bak Biofiltrasi. Pada bak inilah terjadi apa
yang disebut Biofiltrasi. Yaitu proses removal polutan amonium, detergent,
mangan dan lainnya dengan menggunakan mikroorganisme alami.
Migroorganisme ini memang hidup di dalam air. Dengan bantuan media
crosspack, mikroorganisme alami dalam teknologi Biofiltrasi ini hidup pada
lapisan Biofilm yang ada pada media crosspack tersebut. Untuk menjaga
mikroorganisme tetap hidup dan bekerja efektif,

9
digunakan blower dan diffuser. Ini untuk menjaga aliran air terus mengalir
dan mengembuskan udara ke dalam air.

Ini adalah bak Biofiltrasi, dimana proses removal polutan amonium, detergent, mangan dan
lainnya dengan menggunakan mikroorganisme alami terjadi. di bak ini, air terus menerus
dialirkan guna menghidupi mikroorganisme di dalamnya. Pada bak ini dipasang semacam
teralis penutup, guna menahan busa yang kadang sangat banyak, supaya tidak melimpah.
Foto: Arum Sato

6. Setelah tahapan Biofiltrasi, air ditampung pada bak pengumpul pertama


yang lebih besar, Bak Biofilter/Kelder Biofilter, untuk diendapkan. IPA
Taman Kota memiliki 2 bak pengumpul sementara: Bak Biofilter/Kelder
Biofilter dan Bak Air Bersih. Dari Bak Biofilter/Kelder Biofilter, air dipompa
untuk selanjutnya melalui tahapan Filtrasi atau penyaringan. Proses
penyaringan ini di lakukan di tempat terpisah dari ke-tiga tahapan
sebelumnya. Pada tahapan Filtrasi ini, dilakukan penyaringan sisa partikel
padat yang kemungkinan masih terbawa dalam air bersih keluaran dari
proses Biofiltrasi. Proses penyaringan ini menggunakan media pasir silika
dan pasir gravel. Supaya pasir tetap berfungsi maksimal sebagai media
penyaring, dilakukan proses pencucian pasir atau backwash per 24 jam
sekali.
7. Proses Filtrasi atau penyaringan ini adalah proses untuk menjernihkan air
ke tahap maksimalnya. Selanjutnya, air hasil penyaringan ini akan
ditampung di bak pengumpul ke-dua, Bak Air Bersih. Nah, tahapan proses
pengolahan air yang terakhir adalah Desinfektan, yang dilakukan di dalam
Bak Air Bersih tersebut. Yaitu proses removal bakteri dengan menggunakan

10
zat kimia chlorine, atau bahasa umumnya kaporit. Sebelum didistribusikan,
air mengalami pengecekan terlebih dahulu, termasuk kadar chlorine yang
perbolehkan. Ketika belum memenuhi angka standar yang ditetapkan, air
akan diproses ulang hingga benar-benar sesuai standar.

Setelah bersih dan sesuai standar yang ditetapkan, air dipompa untuk didistribusikan ke
pelanggan. Ini pompa yang ada di IPA Taman Kota. Foto: Aum Sato

8. Dalam proses Desinfektan, tidak semua chlorine hilang. Dalam persentase


tertentu (sesuai peraturan yang ditetapkan Kemenkes) disisakan agar
dalam proses distribusi air bersih ke pelanggan, proses removal bakteri
terus berjalan. Sehingga air yang diterima oleh pelanggan aman untuk
dikonsumsi. Dari Bak Air Bersih, dicek terlebih dulu untuk memenuhi standar
air bersih sesuai peraturan yang berlaku. Baru setelahnya dipompa dan siap
didistribusikan.

11
2.3 KENDALA PENGGUNAAN TEKNOLOGI BIOFILTRASI

Biofilrasi memang membawa banyak keuntungan dalam permasalahan


pengolahan air baku menjadi air bersih yang selama ini masih menjadi PR bagi PDAM
dan pemerintah. Namun kelemahaan dari teknologi Biofiltrasi adalah, ketika ada air
laut teknologi ini tidak berfungsi maksimal. Untuk info, IPA Taman Kota berjarak hanya
5 km dari laut. Itu sebabnya, kenaikan (intrusi) air laut adalah masalah kedua bagi
instalasi ini. Meski sudah dikembangkan teknologi pendeteksi air air laut, namun itu
belum maksimal. Mengingat, pasokan air baku berkurang yang berakibat pada
berkurangnya kapasitas produksi air bersi. Bahkan bisa berhenti beroperasi.

“Karena teknologi Biofiltrasi dirancang khusus untuk mengolah air tawar. Jadi,
ketika air laut masuk ke sini, kita stop produksi karena mikroorganismenya mati. Tapi
sekarang sudah ada teknologi baru untuk mendeteksi masuknya air laut,” terang Vita
lebih lanjut.

Pada tahun 2015 lalu, Palyja telah mengembangkan teknologi yang


bernama Total Dissolve Solid (TDS) Online Analyzer. Alat ini berfungsi untuk
mendeteksi masuknya air laut. Dengan keberadaan TDS Online Analyzer ini, ketika
air laut menyentuh intake maka dapat segera diambil tindakan pencegahan. Yaitu,
dengan menutup pintu masuk air/intake. Di saat seperti ini, maka produksi IPA Taman
Kota menurun bahkan mati suri, karena tidak mendapatkan air baku untuk
berproduksi.

Menurut Vita, ada satu cara yang bisa dilakukan agar IPA Taman Kota tetap
berproduksi meski intrusi air laut sedang terjadi. Yaitu dengan menutup pintu air
Sungai Cengkareng Drain. Dulu, hal ini yang dilakukan ketika air laut pasang sedang
terjadi. Namun kini masalahnya, apabila dilakukan penutupan pintu air Sungai
Cengkareng Drain, akan mengakibatkan banjir di area Pantai Indak Kapuk. Dilema
yang harus segera dicarikan solusi bersama oleh Palyja maupun Pemda DKI.

Meski diakui Vita, bahwa dengan pengerukan kali yang terus dilakukan oleh
Dinas Kebersihan DKI saat ini, sedikit banyak telah membantu kondisi air baku lebih
baik, terutama di Cengkareng Drain.

12
Solusi untuk mencegah air masuk ke intake adalah dengan menutup pintu air Cengkareng Drain.
Masalah timbul ketika ada daerah yang kebanjiran akibat ditutupnya pintu air ini. Dilema yang
harus segera dicarikan solusinya, demi kebutuhan bersama. Foto: @KebersihanDKI

Pipa coklat berisi air baku dari Cengkareng Drain. Di pipa besar inilah proses Koagulasi terjadi.
Pada proses ini penambahan zat kimia dilakukan. Diantara pipa dan Febri adalah TDS Oline
Analyzer. Alat ini berguna untuk mendeteksi tingkat kekeruhan air, keasaman air serta
kelembaban air. TDS Online Analyzer juga dipasang di intake, guna mendeteksi masuknya air
laut. Foto: Arum Sato

13
Bentuk depan TDS Oline Analyzer yang terpasang di IPA Taman Kota. Alat ini berguna untuk
mendeteksi tingkat kekeruhan air, keasaman air serta kelembaban air. Online Analyzer juga
dipasang di intake, guna mendeteksi masuknya air laut. Foto: Arum Sato

14
BAB 3
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Biofiltrasi adalah sebuah cara pemurnian limbah dengan bantuan bahan
pengendali biologis yang sangat efektif dan tidak membahayakan perairan maupun
mencemari perairan, bahkan dapat menyerap bahan logam berat seperti Mg dan
lainnya. Adapun pemanfaatan biofiltrasi ini seringkali digunakan untuk mengurangi
kadar organik dalam perairan seperti waduk.
Dengan segala kendala tentang air baku, Palyja tetap berusaha meningkatkan
produksinya. Salah satunya dengan menciptakan teknologi baru untuk membantu
pengolahan air baku.

Palyja berhasil memberdayakan kembali IPA Taman Kota dari mati surinya. Ya,
tahun 2007 IPA Taman Kota pernah ditutup karena masalah air baku. Air baku dari
Sungai Cengkareng Drain mengandung amonium dengan kadar yang sangat tinggi
yaitu 8 ppm, jauh dari jumlah normal 1 ppm yang menjadi standar pengolahan air
bersih. Instalasi Pengolahan Air Taman Kota berada di kawasan perumahan padat
penduduk. Beralamat di Jl. Komplek Taman Kota A1 No. 1, Jakarta Barat. IPA Taman
Kota beroperasi kembali dengan teknologi Biofiltrasi, memanfaatkan mikroorganisme
alami yang hidup di dalam air tawar.

Diharapkan di daerah-daerah lain yang memiliki sungai dengan kondisi serupa


dapat menjadikan IPA Taman Kota sebagai contoh agar air baku yang kotr dapat
diolah mejadi air bersih.

Namun kelemahaan dari teknologi Biofiltrasi adalah, ketika ada air laut teknologi
ini tidak berfungsi maksimal. Untuk info, IPA Taman Kota berjarak hanya 5 km dari
laut. Itu sebabnya, kenaikan (intrusi) air laut adalah masalah kedua bagi instalasi ini.
Meski sudah dikembangkan teknologi pendeteksi air air laut, namun itu belum
maksimal. Mengingat, pasokan air baku berkurang yang berakibat pada berkurangnya
kapasitas produksi air bersi. Bahkan bisa berhenti beroperasi.

15
DAFTAR PUSTAKA

https://palyja.co.id/id/bersama-demi-air/

http://gheemannequin.blogspot.co.id/2011/06/normal-0-false-false-false-en-us-x-
none.html

http://muhammadr078.student.ipb.ac.id/2010/06/20/biofiltrasi-limbah-perairan/

http://www.kompasiana.com/setyaningrum/di-jakarta-air-sungai-menjadi-air-minum-
berkat-teknologi-biofiltrasi_582f2b4fc923bd151877e798

16

Anda mungkin juga menyukai