PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asset dan Liabilitas/kewajiban merupakan elemen neraca yang akan membentuk
informasi semantik berupa posisi keuangan bila dihubungkan dengan elemen yang lain yaitu
ekuitas.Terdapat beberapa sumber dari definis asset dan kewajiban, diantaranya adalah
menurut FASB. FASB mendefinisi aset dalam rerangka konseptualnya (SFAC No. 6, prg.
25) sebagai manfaat ekonomik masa datang yang cukup pasti yang diperoleh atau
dikuasai/dikendalikan oleh suatu entitas sebagai akibat transaksi atau kejadian masa lalu.
Hampir sama dengan itu IASC juga mendefinisi aset sebagai suatu sumber daya yang
dikendalikan oleh perusahaan sebagai hasil kejadian masa lalu yang mana manfaat ekonomis
masa depan diharapakan didapatkan oleh perusahaan. Dan FASB mendefinisikan kewajiban
yaitu Kewajiban adalah pengorbanan manfaat ekonomik masa datang yang cukup pasti yang
timbul dari keharusan sekarang suatu kesatuan usaha untuk mentransfer aset atau
menyediakan/menyerahkan jasa kepada kesatuan lain di masa datang sebagai akibat
transaksi atau kejadian masa lalu.
Dalam penilaian apakah suatu pos memenuhi definisi asset, liabilitas entitas, perlu
diperhatikan substansi yang mendasari realitas ekonomi dan bukan hanya bentuk hukumnya.
Misalkan dalam transaksi sewa (leasing), untuk menentukan apakah suatu asset atau
liabilitas telah timbul dan harus dilaporkan dalam neraca lesse, maka perlu dikaji substansi
ekonominya. Bila resiko dan manfaat yang melekat pada kepemilikan diserahkan kepada
lesee, menurut standard akuntansi sewa, transaksi tersebut tergolong sebagai sewa
pembiayaan (financial lease), dan dalam neraca lesse harus dilaporkan adanya asset dan
liabilitas yang timbul dari transaksi sewa pembiayaan tersebut.untuk lebih jelasnya kita akan
mempelajari lebih luas mengenai asset dan leabilitas dalam makalah ini.
\
B. Rumusan Masalah
Masalah yang dibahas dalam penulisan makalah ini adalah :
1. Jelaskan pengertian dan karakteristik asset?
2. Bagaimana pengakuan,pengukuran asset?
3. Bagaimana penilaian dan penyajian suatu asset?
1
4.
5.
6.
7.
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini antara lain :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Aset/Aktiva
FASB mendefinisi aset dalam rerangka konseptualnya sebagai berikut (SFAC No 6, prg
25):
Assets are probable future economic benefits obtained or controlled by a perticular entity as
a result of past transactions or events.(Aset adalah manfaat ekonomik masa datang yang
cukup pasti atau diperoleh atau dikuasai/dikendalikan oleh suatu entitas akibat transaksi atau
kejadian masa lalu.)
Banyak definisi aset lainnya. Akan tetapi, definisi FASB dan AASB cukup luas dibanding
definisi yang lain karena aset disifati sebagai manfaat ekonomik dan bukan sebagai sumber
ekonomik karena manfaat ekonomik tidak membatasi bentuk atau jenis sumber ekonomik
2
yang dapat dimasukkan sebagai aset. Definisi tersebut tidak membedakan antara aset real
dan aset finansial dan antara sumber ekonomik dengan sumber nonekonomik.
APB No. 4 mengenai aset yang digolongkan sebagai sumber ekonomik, yaitu :
1. Sumber produktif (productive resources).
2. Produk yang merupakan keluaran satuan usaha terdiri atas barang jadi yang
menunggu penjualan dan barang dalam proses.
3. Uang.
4. Klaim untuk menerima uang.
5. Hak pemilikan atau investasi pada perusahaan lain.
APB juga menggolongkan aset sebagai sumber nonekonomik, yaitu diantaranya goodwill,
rugi selisih kurs, kos organisasi, dan beberapa kos yang timbul akibat penyesuaian (pos-pos
transitoris).
Definisi FASB dan AASB cukup dibanding definisi yang lain luas karena aset dinilai
mempunyai sifat sebagai manfaat ekonomik (economic benefits) dan bukan sebagai sumber
ekonomik (resources) karena manfaat ekonomik tidak membatasi bentuk atau jenis sumber
ekonomik yang dapat dimasukkan sebagai aset.
ASSET ATAU AKTIVA adalah semua harta atau kekayaan yg dimiliki perusahaan .
Kekayaan yang dimiliki perusahaan tentu jumlahnya cukup banyak, oleh karena aktiva dapat
dikelompokan lagi kedalam pos-pos seperti berikut ini .
1. Aktiva Lancar (Current Asset) adalah harta yg berupa uang tunai, yg cepat menjadi
uang atau yg cepat menjadi biaya dalam waktu kurang dari satu tahun.
Contoh :
a) Kas : alat pembayaran yang siap dan bebas diprgunakan untuk membiayai
kegiatan umum perusahaan.
b) Surat surat berharga
c) Piutang Dagang : adalah sejumlah tagihan kepada pelanggan yang timbul dari
operasional normal perusahaan.
d) Piutang wesel
e) Persediaan barang dagang : aset yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan
normal usaha, dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan atau dalam
bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses
produksi atau pemberian jasa.
f) Pendapatan yang masih harus di tagih
g) Biaya dibayar dimuka : Pos ini merupakan biaya yang telah dibayar namun
1)
2)
3)
h)
pembebanannya baru akan dilakukan pada periode yang akan datang, seperti :
Sewa dibayar dimuka
Iklan dibayar dimuka
Assuransi dibayar dimuka
Perlengkapan : Kertas, Pencil,Penggaris,dll
2. Aktiva Tetap : aktiva yang diperoleh dalam bentuk siap pakai, baik melalui
pembelian atau dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam kegaiata usaha
perusahaan serta tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal
perusahaan dan mempunyai manfaat lebih dari satu tahun.
Aktiva tetap ada 3 macam :
a) Investasi jangka panjang :
Investasi dalam saham
Investasi dalam obligasi
b) Aktiva tetap berwujud :
Tanah-Gedung/Bangunan
Mesin-Peralatan
Truk Pengangkutan
c) Aktiva tak berwujud : aktiva non moneter dan tidak memiliki wujud fisik, yang
dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau pemasokan barang/jasa untuk
disewakan kepada pihak lainnya, atau untuk tujuan administrative lainnya.
Goodwi
Paten
Merk dagang
B. Karakteristik Asset
Karakteristik aktiva berkaitan dengan kriteria yang dapat digunakan untuk menentukan
apakah transaksi tertentu diakui sebagai elemen aktiva dalam laporan keuangan.
Karakteristik tersebut berhubungan dengan definisi aktiva. Karakteristik umum aktiva
sebagai berikut :
1. Adanya karakteristik manfaat dimasa mendatang
2. Adanya pengorbanan ekonomi untuk memperoleh aktiva
3. Berkaitan dengan entitas tertentu
4. Menunjukkan proses akuntansi
5. Berkaitan dengan dimensi waktu
6. Berkaitan dengan karakteristik keterukuran
FASB mendefinisikan aktiva adalah manfaat ekonomi yang mungkin terjadi dimasa
mendatang yang diperoleh atau dikendalikan oleh suatu entitas tertentu sebagai akibat
transaksi atau peristiwa masa lalu.
Dari definisi diatas dapat diketahui bahwa definisi aktiva memiliki 3 karakteristik
utama:
1. Memiliki Manfaat Ekonomi Dimasa Mendatang
Sesuatu dikatakan sebagai aktiva apabila memiliki manfaat atau potensi jasa yang cukup
pasti dimasa mendatang. Artinya sesuatu tersebut memiliki kemampuan baik secara individu
maupun bersama-sama dengan aktiva lain untuk menghasilkan aliran kas masuk dimasa
mendatang, baik secara langsung maupun tidak langsung.
g) Lain-lain seperti pertukaran (by barter), peminjaman (by loan), penjaminan (by
bailment), pengkonsignaan (by consignment), dan berbagai transaksi komersial (by
commercial transactions) yang diakui hukum atau kebiasaan bisnis.
3. Akibat Transaksi atau Kejadian Masa Lalu
Kriteria ini sebenarnya menyempurnakan kriteria penguasaan dan sekaligus sebagai
kriteria atau tes pertama (first-test) pengakuan objek sebagai aset tetapi tidak cukup untuk
mengakui secara resmi dalam sistem pembukuan. Aset harus timbul akibat transaksi atau
kejadian masa lalu adalah kriteria untuk memenuhi definisi tetapi bukan kriteria untuk
pengakuan. Jadi, manfaat ekonomik dan penguasaan hak atas manfaat saja tidak cukup
untuk memasukkan suatu objek ke dalam aset kesatuan usaha untuk dilaporkan via statemen
keuangan (neraca). Kriteria pengakuan yang lain harus dipenuhi (keterandalan, keberpautan,
dan keterukuran).
Penguasaan harus didahului oleh transaksi atau kejadian ekonomik. Sebagai contoh,
manfaat baru atau kenaikan nilai karena pertumbuhan alamiah (akresi) dalam industri
pertanian atau kehutanan secara automatis dikuasai oleh kesatuan usaha. Akan tetapi,
manfaat tersebut tidak dengan sendirinya dapat diakui sebagai aset kesatuan usaha karena
kriteria pengakuan lain juga harus dipenuhi. Pertumbuhan alamiah dapat dikatakan sebagai
suatu kejadian (event) masa lalu yang menimbulkan manfaat ekonomik sehingga akresi
memenuhi definisi aset.
FASB memasukkan transaksi atau kejadian sebagai kriteria aset karena transaksi atau
kejadian tersebut dapat menimbulkan (menambah) atau meniadakan (mengurangi) aset. Aset
atau nilainya dapat dipengaruhi oleh kejadian atau keadaan yang sebagian atau seluruhnya
di luar kemampuan kesatuan usaha atau manajemennya untuk mengendalikan misalnya
kenaikan harga, perubahan tingkat bunga, pertumbuhan alamiah (akresi), penyusutan
(shrinkage), pencurian, huru-hara, kecelakaan, dan bencana alam. Berbagai transaksi,
kejadian, atau keadaan pada akhirnya akan memicu pengakuan atau penghapusan manfaat
ekonomik suatu objek (aset).
Karakteristik Pendukung
Selain ketiga karakteristik di atas, FASB menyebutkan beberapa karakteristik pendukung
yaitu melibatkan kos, berwujud, tertukarkan, terpisahkan, dan berkekuatan hukum.
Karakteristik pendukung tersebut lebih menguatkan atau meyakinkan adanya aset tetapi
tiadanya karakteristik pendukung tidak menghalangi suatu objek untuk memenuhi syarat
sebagai aset.
6
1. Melibatkan Kos
Pemrolehan aset pada umumnya melibatkan kos (pengluaran sumber ekonomik misalnya
kas) sebagai penghargaan sepakatan. Bila kos terjadi karena pemrolehan suatu objek terjadi
akibat pertukaran atau pembelian, objek tersebut lebih kuat untuk masuk sebagai aset. Akan
tetapi, tiadanya kos tidak membatalkan suatu objek sebagai aset. Jadi, meskipun suatu
kesatuan usaha umumnya mengeluarkan atau mengorbankan sumber ekonomik (menjadi
kos), kos yang terjadi tersebut tidak dengan sendirinya membentuk aset. Esensi aset lebih
terletak pada manfaat ekonomik masa datang daripada terjadinya kos. Walaupun demikian,
terjadinya kos merupakan hal penting untuk mengaplikasi definisi kos karena dua hal yaitu :
a) sebagai bukti pemrolehan suatu aset
b) sebagai pengukur atribut aset yang cukup objektif.
2. Berwujud
Bila suatu sumber ekonomik secara fisis dapat diamati, tia memang lebih kuat untuk
disebut sebagai aset. Akan tetapi, keterwujudan bukan kriteria untuk mendefinisi aset. Most
mengajukan tiga tes (kriteria) untuk memasukkan suatu pos ke dalam aset tak berwujud
yaitu :
1) Apakah pos tersebut diperoleh dari suatu transaksi dengan pihak independen? Hal ini
dimaksudkan agar tidak terjadi penilaian lebih atas aset tak berwujud.
2) Dapatkah manfaat ekonomik masa datang diharapkan diidentifikasi? Dapat
diidentifikasi artinya dapat dikaitkan dengan kemampuan perusahaan mendatangkan
laba di masa datang. Hal ini dimaksudkan untuk meyakinkan bahwa objek tak
berwujud memenuhi kriteria utama aset.
Dapatkah kos pos tersebut dipisahkan dengan kos aset lain yang diperoleh? Misalnya suatu
kesatuan usaha membeli sebuah mesin yang secara khusus dirancang oleh perusahaan lain
melalui riset dan pengembangan.
4. Tertukarkan
Untuk memenuhi syarat sebagai aset, suatu sumber ekonomik harus dapat ditukarkan
dengan sumber ekonomik lainnya. Syarat ini diajukan dengan alasan bahwa manfaat
ekonomik akan menjadi cukup pasti dan terukur kalau suatu sumber ekonomik mempunyai
daya atau nilai tukar.
5. Terpisahkan
Syarat ini diajukan berkaitan dengan ketertukaran. Untuk dapat ditukarkan suatu sumber
ekonomik harus dapat dipisahkan dengan sumber ekonomik lain atau berdiri sendiri. Syarat
ini diajukan oleh Chambers dengan alasan bahwa posisi keuangan harus ditentukan dengan
pengukuran nilai berbagai aset dan kewajiban secara individual. Kalau syarat ini
7
dimasukkan sebagai kriteria aset, goodwill tidak akan memenuhi syarat untuk disebut dan
diakui sebagai aset.
6. Berkekuatan Hukum
Penguasaan atau hak atas aset tidak harus didukung secara yuridis formal. Klaim seperti
piutang usaha tidak harus didukung oleh dokumen yang mempunyai daya paksa secara
hukum untuk memenuhi definisi aset. Meskipun demikian, hak paksa yang melekat pada
hak-hak hukum bukan merupakan syarat mutlak untuk mengakui adanya aset kalau suatu
entitas dapat memperoleh dan menguasai manfaat dengan cara lain.
C. Pengakuan, Pengukuran Asset
1. Pengakuan
Suatu jumlah rupiah atau kos diakui sebagai aset apabila jumlah rupiah tersebut timbul
akibat transaksi, kejadian, atau keadaan yang mempengaruhi aset. Pada umumnya
pengakuan aset dilakukan bersamaan dengan adanya transaksi, kejadian atau keadaan
tersebut. Di samping memenuhi definisi aset, kriteria keterukuran, keberpautan dan
keterandalan harus dipenuhi pula. Mengutip Sterling (1993, 194-195) kondisi perlu dan
kondisi cukup yang yang merupakan penguji yang cukup rinci untuk mengetahui aset
adalah:
a)
b)
c)
d)
e)
f)
Hal tersebut di atas disebut dengan kaidah pengakuan yang merupakan petunjuk teknis atau
prosedur untuk menerapkan empat kriteria pengakuan FASB yaitu definisi, keterukuran,
keberpautan, dan keterandalan. Kaidah tersebut diperlukan karena kriteria pengakuan
sifatnya konseptual dan umum. penerapan kaidah tersebut berkaitan dengan masalah apakah
kos dikapitalisasi atau dibiayakan.
a) Beban Tangguhan
Kaidah untuk menetapkan apakah suatu kos memenuhi syarat untuk ditangguhkan
pembebanannya ke pendapatan berkaitan dengan masalah pengeluaran, faktor manfaat dan
waktunya. Kos yang mempunyai karakteristik unik sehingga menimbulkan masalah
penangguhan pembebanan misalnya adalah kos yang terlibat dalam transaksi, kejadian, atau
keadaan berikut:
1) Sewaguna
8
2)
3)
4)
5)
6)
7)
b) Sewa Guna
Sewaguna (lease) menimbulkan masalah pelik dalam pengakuan aset karena di Amerika
pada mulanya sewa guna digunakan sebagai sarana pemerolehan aset tetap atau fasilitas fisis
tanpa harus menunjukkan utang yang timbul dari pemerolehan tersebut. Oleh karena itu,
dengan konsep dasar substansi diatas bentuk (Substance Over Form), FASB mewajibkan
untuk mengakui dan melaporkan kewajiban yang timbul dari sewaguna dan mengakui
(mengkapitalisasi) fasilitas yang disewaguna sebagai aset perusahaan kalau secara substantif
perjanjian sewaguna tersebut sebenarnya merupakan pembelian angsuran. Yang menjadi
masalah adalah apa kriteria yang harus dipenuhi agar suatu sewaguna dapat dinyatakan
sebagai pembelian angsuran. FASB mengajukan empat kriteria berikut ini (SFAS No. 13,
prgf. 7):
1) Kontrak sewaguna menyebutkan adanya transfer hak milik barang atau properitas
(property) kepada tersewaguna (lessee) pada akhir jangka sewaguna.
2) Kontrak sewaguna memuat pasal bahwa tersewaguna boleh pilih untuk membeli
pada tanggal yang ditetapkan dalam jangka sewaguna dengan harga yang ditetapkan
dan harga tersebut cukup murah sehingga dapat dipastikan di muka bahwa
tersewaguna akan memilih membeli properitas bersangkutan. Pasal semacam ini
disebut Bargain Purchase Option.
3) Jangka sewaguna adalah 75% atau lebih dari sisa umur ekonomis taksiran properitas
sewagunaan sejak penandatanganan kontrak. Bila sisa umur ekonomik mulai dari
penandatanganan kontrak kurang dari 25% umur ekonomik total, kriteria ini tidak
berlaku.
c) Kos Bunga
Kos suatu aset adalah semua pengeluaran yang diperlukan untuk untuk menyiapkan aset
tersebut sampai siap dipakai atau dikonsumsi sebagaimana direncanakan. Masalah yang
berkaitan dengan hal ini adalah perlakuan kos bunga sebagai unsur kos fasilitas fisis yang
dibangun sendiri.
1) Argumen Pendukung : Berisi argumen untuk mendukung kapitalisasi kos bunga.
2) Argumen Penolak
: Berisi argumen yag menolak kapitalisasi kos bunga.
f) Perioda Kapitalisasi
10
Bila tidak ada kos bunga yang dikapitalisasi, total bunga yang
2)
2. Pengukuran
Pengukuran adalah penentuan jumlah rupiah yang harus dilekatkan pada suatu objek
asset pada saat terjadinya yang akan dijadikan data dasar untuk mengikuti aliran fisis objek
tersebut. Dengan konsep kontinuitas usaha, pos atau sumber ekonomik akan mengalami tiga
tahap perlakuan sejalan dengan kegiatan usaha yaitu tahap pemerolehan (acquisition),
pengolahan (processing), dan penjualan/penyerahan (sales/delivery). Tahap terakhir
(penjualan) melibatkan penyerahan barang atau jasa (keluarnya sumber ekonomik).
Secara akuntansi (aliran informasi), aliran fisis suatu sumber ekonomik atau objek harus
dipresentasi dalam jumlah rupiah sehingga hubungan antar objek bermakna sebagai
informasi. Kos merupakan representasi kuantitatif suatu objek. Kos menjadi data dasar
untuk mengikuti aliran fisis kegiatan ekonomik badan usaha. Sebagai aliran informasi, kos
juga mengalami tiga tahap perlakuan akuntansi mengikuti aliran fisis yaitu:
11
12
13
Dalam praktiknya, pemerolehan asset merupakan proses yang tidak terjadi begitu saja
selesai dalam satu kegiatan tetapi terdiri dari serangkaian kegiatan, misalnya menempatkan
order, menerima barang, meneliti kecocokan, mengangkut barang, mencoba barang,
menyimpan atau menempatkan barang, dan akhirnya menggunakan barang. Besar kecilnya
kos yang harus dicatat pertama-kali sebagai pengukur suatu asset pada saat pemerolehan
ditentukan oleh dua hal yaitu:
1) Batas kegiatan
Batas kegiatan berkaitan dengan masalah unsur pengorbanan sumber ekonomik apa saja
yang membentuk kos suatu asset. Secara teoritis dan sebagai ketentuan umum, batas akhir
kegiatan untuk memasukkan unsur kos sebagai bagian dari kos asset, adalah saat dimulainya
penggunaan asset. Kos utama merupakan unsur kos yang mempresentasi penghargaan
sepakatan pada waktu suatu asset diperoleh atau pada saat pertukaran.
2) Jenis Penghargaan
Masalah ini berkaitan dengan penentuan kos utama yang harus dicatat. Dalam transaksi
pertukaran, penghargaan sepakatan dapat dinyatakan dalam berbagai bentuk sumber
ekonomik atau instrument yang diserahkan oleh pemeroleh asset. Bentuk instrument
mempengaruhi dasar penentuan kos utama.
Agar penghargaan yang telah disetujui dapat dicatat dalam system akuntansi,
penghargaan tersebut harus dinyatakan dalam satuan uang. Bila transaksi terjadi dalam
mekanisme pasar bebas antara pihak independen, kos tunai (cash cost) adalah pengukur asset
yang paling valid dan objektif. Kalau sumber ekonomik nonkas, pengukur yang ideal untuk
adalah jumlah rupiah uang tunai yang akan diperoleh seandainya sumber ekonomik tersebut
dijual dulu secara tunai kepada umum. Jumlah rupiah melekat ini disebut jumlah setara tunai
(money or cash equivalent) atau kos tunai terkandung atau implicit (implied cash cost) dari
penghargaan yang diserahkan oleh pemeroleh asset.
d) Kos dalam Barter.
Barter atau pertukaran asset adalah pemerolehan asset adalah pemerolehan asset
(biasanya asset berwujud atau nonmoneter) dengan penghargaan berupa asset berwujud atau
nonmoneter lainnya. Bila hal ini terjadi, pengukuran asset yang diperoleh bergantung pada
apakah asset yang dipertukarkan sejenis (similar) atau taksejenis (dissimilar). Asset sejenis
artinya asset yang fungsinya sama dan tidak harus asset yang identik.
Bila suatu usaha menukarkan asset sejenis, secara konseptual dianggap bahwa
perusahaan tersebut melakukan pemeliharaan atau pemertahanan capital (daya produksi)
14
dan bukan melakukan penjualan sehingga penerimaan asset dan penyerahan asset dianggap
sebagai transaksi pemeliharaan bukan transaksi penjualan. Dengan demikian, fungsi asset
dalam memberi kontribusi untuk pembentukan pendapatan belum berhenti atau habis.
Bila kesatuan usaha menukarkan asset tidak sejenis, secara konseptual dianggap
transaksi tersebut melibatkan dua transaksi yaitu penjualan dan pembelian. Dalam hal ini
dianggap bahwa kesatuan usaha menjual asset yang diserahkan secar tunai kemudian
seketika itu pula menggunakan seluruh
diterima (baru).
Atas dasar penalaran atau teori diatas berikut ini disarikan prinsip-prinsip penentuan kos
asset yang diterima dalam barter atau pertukaran.
1) Pertukaran tak sejenis, tanpa pembayaran tombok : asset yang diterima dicatat
sebesar nilai wajar/pasar asset yang diserahkan atau nilai wajar asset yang diterima,
mana yang lebih mudah atau jelas ditentukan. Untung atau rugi yang timbul diakui
pada saat pertukaran.
2) Pertukaran taksejenis, dengan pembayaran tombok : asset yang diterima dicatat
sebesar nilai wajar/pasar asset yang diserahkan ditambah tombok atau nilai wajar
asset yang diterima, dalam hal ini nilai pasar asset yang diserahkan menunjukan kas
yang akan diterima seandainya asset tersebut dijual. Untung atau rugi yang timbul
diakui pada saat pertukaran.
3) Pertukaran sejenis, tanpa pembayran tombok : asset yang diterima dicatat sebesar
nilai buku atau nilai pasar asset yang diserahkan, mana yang lebih rendah. Ini berarti
bahwa kalau terjadi untung maka untung tidak diakui dan sebaliknya kalau terjadi
rugi, rugi tersebut diakui pada saat transaksi.
4) Pertukaran sejenis, dengan pembayaran tombok: asset yang diterima dicatat sebasar
nilai buku asset yang diserahkan ditambah tombok atau nilai pasar asset yang
diserahkan ditambah tombok, mana yang lebih rendah. Ini juga berarti bahwa kalau
terjadi untung maka untung tidak diakui dan sebaliknya kalau terjadi rugi, rugi
tersebut diakui pada saat transaksi.
5) Pertukaran sejenis, dengan pembayaran tombok:
a. Bila terjadi rugi: asset yang diterima dicatat sebesar harga pasar asset yang
diserahkan dikurangi kas yang diterima. Ini Berarti rugi yang terjadi diakui
semua pada saat terjadinya transaksi.
b. Bila terjadi untung: asset yang diterima dicatat sebesar nilai buku asset yang
diserahkan dikurangi porsi nilai buku asset yang diserahkan yang dianggap
15
dijual (ditukar dengan kas). Atau, nilai pasar/wajar asset yang diterima
dikurangi untung tangguhan (deferred gain).
c. Pertukaran sejenis dengan penerimaan tombok sebanarnya merupakan
transaksi campuran yaitu asset yang diserahkan sebagian ditukar dengan asset
sejenis dan sebagaian yang lain ditukar dengan asset taksejenis (kas). Oleh
karena itu, bila terjadi untung, hanya untung yang berasal dari pertukaran
taksejenis (kas) yang dapat diakui dan sisa untung diperlakukan sebagai
untung tangguhan yang melekat pada (mengurangi kos) asset yang diterima.
e) Saham Sebagai Penghargaan
Merupakan salah satu bentuk pemerolehan aset dengan barter. Dalam beberapa kasus
transaksi yang menggunakan saham perusahaan sebagai penghargaan untuk barang dan jasa
yang diperoleh, nilai nominal ataupun nilainyataan (stated value) untuk tiap saham tidak
dapat merepresentasi kos yang sebenarnya (true value) pada saat transaksi.
Pengukur yang tepat untuk menentukan kos dalam situasi semacam itu adalah rupiah
uang tunai yang akan diterima oleh perusahaan seandainya perusahaan menerbitkan sahamsaham yang digunakan untuk penghargaan diatas. Dalam beberapa hal, jumlah setara tunai
saham dapat dicari dengan membandingkan harga tunai jenis saham yang sama untuk
memperoleh dana tunai (kas) yang diterbitkan kira-kira bersamaan dengan penyerahan
saham untuk memperoleh aset bersangkutan.
f) Kos Dalam Reorganisasi
Bila suatu perusahaan sudah berjalan atau beroperasi cukup lama kemudian mengalami
reorganisasi, perusahaan tersebut biasanya tidak mempunyai data kos yang memadai untuk
menentukan kos aset yang dikuasainya. karena tujuan reorganisasi biasanya adalah
menentukan nilai perusahaan pada saat tersebut, diperlukan taksiran nilai yang wajar seluruh
aset perusahaan dengan mempertimbangkan kondisi aset dan keadaan pasar pada waktu itu.
1) Hadiah atau Hibah
Masalah khusus timbul bilamana barang atau jasa yang jelas-jelas mempunyai manfaat
ekonomik yang besar diperoleh perusahaan tanpa kos yang berarti atau dengan kos yang
tidak sebanding dengan nilai ekonomik barang yang diperoleh. Gedung dan tanahnya
yang diperoleh perusahaan melalui sumbangan atau hibah adalah contoh pemerolehan
aset tanpa kos. Oleh karena itu pengakuan kos yang wajar diperlukan untuk menentukan
16
baik, melewatkan potongan merupakan suatu kesalahan yang mengakibatkan rugi. Rugi
bukan sumber ekonomik dan kerananya tidak selayaknya kalau dicatat sebagai aset.
Sebenarnya perusahaan sudah tau pasti berapa harga yang sesungguhnya harus dibayar
dalam suatu transaksi.
i) Rugi dalam Pemerolehan Aset
Sebelum pendapatan terjadi yang ditimbulkan oleh upaya yang direpresentasi olh biaya,
kos semata-mata mengalami penghimpunan, penggabungan dan reklasifikasi. Kos yang
terhimpun tersebut tetap merepresentasi aset kalau aset tersebut belum dikeluarkan sebagai
biaya. Akan tetapi, dapat terjadi bahwa karena sesuau hal (atau keadaan yang tidak normal)
potensi jasa tertentu menjadi tidak mempunyai lagi kemampuan atau daya dalam
menghasilkan pendapatan pada waktu mendatang. Pengikatan atau kontrak yang tidak
bijaksana, kecurangan pihak lain atau sekadar musibah belaka tidak jarang mengakibatkan
hangusnya (dissipation) manfaat ekonomik dalam perioda pendirian badan usaha atau
pembangunan pabrik. Pemogokan yang berkepanjangan, kebakaran besar, banjir bandang
atau bencana lainnya adalah contoh keadaan khusus yang tidak normal yang dapat
mengakibatkan rugi besar.
20
1) Kas
Hampir semua perusahaan mengendalikan kas secara terpusat karena pengendalian
pusat memungkinkan penggunaan saldo kas yang lebih kecil daripada jika setiap unit
usaha memegang saldo kas yang dibutuhkannya untuk menyeimbangkan perbedaan
antara kas masuk dan arus kas keluar.
2) Piutang
Manajer unit usaha dapat mempengaruhi tingkat piutang secara tidak langsung
melalui kemampuan mereka untuk menghasilkan penjualan dan secara langsung
melalui penetapan persyaratan kredit dan persetujuan atas kredit individual dan batas
kredit serta melalui wewenang mereka dalam menagih kredit yang jatuh tempo.
Piutang diukur dengan nilai bersih yang dapat direalisasikan, yaitu nominal piutang
dikurangi dengan penyisihan kerugian piutang tidak tertagih.
3) Persediaan
Persediaan biasanya diperlakukan sama seperti piutang- yaitu dicatat pada jumlah
akhir periode meskipun rata-rata antar periode lebih baik secara konsep.Metode yang
dapat digunakan adalah FIFO, Average, atau LIFO costing.
E. PENYAJIAN
Prinsip akuntansi berterima umum, terutama standar akuntansi menetapkan penyajian
dan pengungkapan tiap pos-pos aset. Walaupun aset didefinisi secara umum sebagai manfaat
ekonomik di masa datang yang dikuasai kesatuan usaha dan yang benar-benar timbul dari
transaksi yang sah, tiap pos aset didefinisi lebih lanjut atau spesifik sesuai dengan sifat pos
tersebut. secara umum, prinsip akuntansi berterima umum memberi pedoman penyajian dan
pengungkapan aset sebagai berikut:
1. Aset disajikan di sisi debit atau kiri dalam neraca berformat akun atau di bagian atas
dalam neraca berformat laporan.
2. Aset diklasifikasikan menjadi aset lancar dan tetap.
3. Aset diurutkan penyajiannya atas dasar likuiditas atau kelancarannya, yang paling
lancar dicantumkan pada urutan pertama.
4. Kebijakan akuntansi yang berkaitan dengan pos-pos tertentu harus diungkapkan
(misalnya metoda depresiasi aset tetap dan dasar penilaian sediaan barang).
21
dan prosedur pengukuran dan pengakuan. Berbeda dengan definisi-definisi yang lain, APB
memasukkan pos-pos tertentu yang bukan keharusan (not obligations) untuk mengorbankan
sumber ekonomik sebagai bagian dari kewajiban. Pos-pos ini secara umum disebut kredit
tangguhan misalnya pos pendapatan sewa takterhak (unearned rent revenues).
Secara umum dapat dikatakan bahwa kewajiban mempunyai tiga karakteristik utama
yaitu :
1. Pengorbanan Manfaat Ekonomik
Untuk dapat disebut sebagai kewajiban, suatu objek harus memuat suatu tugas atau
tanggung jawab kepada pihak lain yang mengharuskan kesatuan usaha untuk melunasi,
menunaikan atau melaksanakan dengan cara mengorbankan manfaat ekonomik yang cukup
pasti dimasa datang. Pengorbanan manfaat ekonomik diwujudkan dalam bentuk transfer atau
penggunaan aset kesatuan usaha.
Transfer manfaat ekonomik kepada pemilik (pemegang saham) tida termasuk dalam
pengertian pengorbanan sumber ekonomik masa datang yang membentuk kewajiban karena
untuk menjadi kewajiban pengorbanan tersebut harus bersifat memaksa dan bukan atas dasar
kebijakan atau keleluasaan manajemen untuk memutuskan baik dalam hal jumlah rupiah
maupun dalam saat transfer.
Secara umum, keharusan mengorbankan sumber ekonomik masa datang tidak dapat
menjadi kewajiban kalau keharusan tersebut bersifat terbuka atau tidak pasti. Kesatuan
usaha tidak mempunyai keharusan untuk mentransfer aset ke pemilik kecuali dalam hal
kesatuan usaha dilikuidasi. Walaupun secara konseptual ekuitas juga merupakan kewajiban
bagi perusahaan, pengorbanan sumber ekonomiknya tidak cukup pasti baik dalam jumlah
maupun saat sehingga kewajiban harus dibedakan dan dilaporkan secara terpisah dengan
ekuitas.
2. Keharusan Sekarang
Untuk dapat disebut sebagai kewajiban, suatu pengorbanan ekonomik masa datang harus
timbul akibat keharusan sekarang. Pengertian sekarang dalam hal ini mengacu pada dua
hal : waktu dan adanya. Waktu yang dimaksud adalah tanggal pelaporan (neraca). Artinya :
pada tanggal neraca kalau perlu atau kalau dipaksakan secara yuridis, etis, atau rasional
pengorbanan sumber ekonomik harus dipenuhi karena keharusan itu telah ada.
Keharusan kewajiban mencakupi keharusan kontraktual, keharusan konstruktif atau
bentukan, keharusan demi keadilan dan keharusan bergantung atau bersyarat.
a) Keharusan Kontraktual
23
Keharusan yang timbul akibat perjanjian atau peraturan hukum yang di dalam nya
kewajiban bagi suatu kesatuan udaha di nyatakan secara eksplit atau implicit dan
mengikat.
Contoh : utang pajak, utang bunga, utang usaha, utang wesel, dan utang obligasi
b) Keharusan Konstruktif
Keharusan yang timbul akibat kebijakan kesatuan usaha dalam rangka menjalankan
dan memajukan usahanya untuk memenuhi apa yang disebut praktik usaha yang baik
atau etika bisnis dan bukan untuk memenuhi kewajiban yuridis.
Contoh : servis gratis sepeda motor yang dijanjikan oleh dealer sepeda motor,
pengembalian uang untuk barang yang ternyata cacat atau rusak, dan tunjangan hari
raya
c) Keharusan Demi Keadilan
Keharusan yang ada sekarang yang menimbulkan kewajiban bagi perusahaan semata
mata karena panggilan etis atau moral daripada karena peraturan hukum atau
praktik bisnis yang sehat.
Contoh : kewajiban memberikan donasi untuk badan amal tiap akhir tahun dan
kewajiban member hadiah kepada penduduk yang tinggal di sekitar pabrik karena
ketidaknyamanan yang ditimbulkannya.
d) Keharusan Bergantung atau bersyarat
Keharusan yang pemenuhannya tidak pasti karena bergantung pada kejadian masa
datang atau terpenuhinya syarat syarat tertentu dimana datang.
3. Akibat Transaksi atau Kejadian Masa Lalu
Sama seperti definisi aset, criteria ini sebenarnya menyempurkan criteria keharusan sekarang
dan sekaligus sebagai tes pertama pengakuan suatu pos sebagai kewajiban tetapi tidak cukup
untuk mengakui secara resmi dalam system pembukuan. Untuk mengakui sebagai
kewajiban, selain definisi, criteria yang lain seoerti keterukuran, keberpautan, dan
keterandalan juga harus dipenuhi. Transaksi atau kejadian masa lalu adalah criteria untuk
memenuhi definisi tetapi bukan criteria untuk pengakuan. Jadi, adanya pengorbanan manfaat
ekonomik masa datang tidak cukup untuk mengakui suatu objek ke dalam kewajiban
kesatuan usaha untuk dilaporkan via statemen keuangan.
Hak-Kewajiban Tak bersyarat
Konsep ini menyatakan tidak ada hak tanpa kewajiban dan sebaliknya tidak ada
kewajiban tanpa hak. Secara teknis, konsep ini diartikan bahwa hak atau kewajiban timbul
bila salah satu pihak telah berbuat sesuatu (to perform). Kontrak-kontrak semacam ini
24
25
keterandalan.
Keadaan-keadaan
tertentu
yang
menjadikan
konsep
26
1. Pada saat penandatanganan kontrak bila pada saat itu hak dan kewajiban telah
mengikat.
2. Bersamaan dengan pengakuan biaya bila barang dan jasa yang menjadi biaya belum
dicatat sebagai aset sebelumnya.
3. Bersamaan dengan pengakuan aset.
4. Pada akhir perioda karena penggunaan asas akrual melalui proses penyesuaian.
27
Dasar pengukuran aset yang paling objektif adalah kos tunai (cash cost) atau kos tunai
implisit (implied cash cost). Karena kewajiban merupakan bayangan cermin asset,
pengukuran juga mengikuti pengukuran asset.
2. Diskun dan Premium Utang Obligasi
Nilai nominal atau jatuh tempo utang obligasi sering dianggap sebagai jumlah rupiah
kesepakatan pada saat penerbitan obligasi baik bagi penerbit maupun kreditor. Dasar
pengukuran demikian sebenarnya tidak tepat. Untuk suatu kontrak utang dengan ketentuan
pembayaran bunga periodik dan pokok pinjaman pada akhir jangka kontrak, pengukuran
jumlah rupiah (kos) utang dan aset untuk dasar pencatatan pertama kali yang tepat adalah
kos tunai implisit.
3. Makna Harga Efektif Obligasi
Selisih nominal dengan penghargaan sepakatan merupakan diskun obligasi. Bagi
penerbit obligasi, perhitungan biaya bunga menjadi tidak lengkap (tepat) apabila tidak
memperhatikan perhitungan bunga periodik dan akumulasi diskun. Jumlah rupiah utang
obligasi tiap saat (keharusan saat itu) sebelum jatuh tempo akan terlalu besar apabila
dinyatakan sebesar nominalnya.
4. Diskun Obligasi
Diskun utang obligasi pada waktu penerbitan adalah suatu jumlah rupiah debit yang
menunjukkan biaya bunga yang harus dibayar pada tanggal jatuh tempo. Dengan demikian,
diskun tersebut harus dilaporkan dalam neraca sebagai pengurang nilai nominal (jatuh
tempo) utang obligasi.
5. Premium Obligasi
Mengartikan premium obligasi sebagai pendapatan tangguhan (deferred income) jelas
tidak tepat karena secara konseptual pendapatan atau laba tidak timbul dari proses
pemerolehan utang.
6. Kewajiban Moneter dan Nonmoneter
Kewajiban moneter adalah kewajiban yang pengorbanan sumber ekonomik masa
datangnya berupa kas dengan jumlah rupiah dan saat yang pasti (baik jumlah tunggal
maupun beberapa pembayaran secara berkala)
Kewajiban Nonmoneter adalah keharusan untuk menyediakan barang dan jasa dengan
jumlah dan saat yang cukup pasti yang biasanya timbul karena timbul karena penerimaan
pembayaran di muka untuk barang dan jasa tersebut.
28
Kalau pengukuran mengacu pada penentuan nilai keharusan sekarang (the value of
current obligation) pada saat terjadinya, penilaian mengacu pada penentuan nilai keharusan
sekarang pada setiap saat antara terjadinya kewajiban sampai dilunasinya kewajiban. Makin
mendekati saat jatuh tempo, nilai kewajiban akan makin mendekati nilai nominal (face
value) kewajiban
Pelunasan
Pelunasan adalah tindakan atau upaya yang sengaja dilakukan oleh kesatuan usaha untuk
memenuhi (to satisfy) kewajiban pada saatnya dan dalam kondisi normal usaha (in due
course of business) sehingga dia terbebas dari kewajiban tersebut.
Pada mulanya FASB menetukan kriteria lenyapnya suatu kewajiban dalam SFAC No. 76
(prg. 3) sebagai berikut:
1. Debitor membayar/melunasi kreditor dan bebas dari semua keharusan yang berkaitan
dengan utang.
2. Debitor telah dibebaskan secara hukum dari statusnya sebagai penanggung utang
(obligor) utama baik oleh keputusan pengadilan maupun oleh kreditor dan dapat
dipastikan (probable) bahwa kreditor tidak akan diharuskan untuk melakukan
pembayaran di masa datang yang berkaitan dengan utang dengan penjaminan dalam
bentuk apapun (debt under any guarantees).
3. Debitor menaruh kas atau aset lainnya yang tidak dapat ditarik kembali dalam suatu
perwalian (trust) yang semata-mata digunakan untuk pelunasan pembayaran bunga
serta pokok suatu pinjaman tertentu dan sangat kecil kemungkinan bagi debitor
untuk diharuskan lagi melakukan pembayaran di masa datang yang berkaitan dengan
pinjaman tersebut.
Ketentuan di atas telah diganti melalui SFAS No. 125 yaitu:
1. Debitor membayar kreditor dan terbebaskan dari keharusan yang melekat pada
kewajiban.
2. Debitor telah dibebaskan secara hukum dari statusnya sebagai penanggung utang
(obligor) utama baik oleh keputusan pengadilan maupun oleh kreditor.
a. Transfer Aset Finansial
Untuk melunasi kewajiban, suatu entitas dapat mentransfer aset finansial (termasuk kas),
barang, atau jasa. Pada umumnya, bila kewajiban telah dilunasi dengan mentransfer secara
penuh kas, barang, atau jasa ke debitor, maka pada saat itu pelunasan dianggap tuntas.
Debitor tidak lagi terlibat dengan aset atau kreditor secara finansial. Pelunasan kewajiban
29
dengan aset finansial juga dapat bersifat tuntas bila penyerahan aset finansial bersifat
takbersyarat dan dianggap sebagai penjualan. Artinya, aset finansial dianggap dijual secara
tunai dan kas yang diterima seketika itu pula dianggap untuk melunasi kewajiban.
b. Pelunasan Sebelum Jatuh Tempo
Bila kewajiban dilunasi pada saat jatuh tempo, nilai jatuh tempo (nominal) dengan
sendirinya merefleksi nilai sekarang (saat pelunasan) kewajiban sehingga tidak ada selisih
antara jumlah rupiah yang dibayar dan nilai nominal. Nilai jatuh tempo juga akan sama
dengan nilai buku atau nilai bawaan (carrying value) kewajiban karena proses amortisasi
selisih antara nominal dan nilai pasar pada saat penerbitan utang (misalnya obligasi). Selama
beredar, nilai pasar atau nilai sekarang kewajiban berfluktuasi mengikuti tingkat bunga yang
berlaku tetapi pada umumnya fluktuasi tersebut tidak diakui dalam pembukuan debitor.
Dengan kata lain, debitor tidak mengakui adanya untung atau rugi fluktuasi harga. Oleh
karena itu, bila utang dilunasi sebelum jatuh tempo (APBO No. 26 menyebutnya sebagai
early extinguishment of debt), debitor harus menebus utang tersebut dengan harga pasarnya
sehingga dapat terjadi selisih antara nilai bawaan dan nilai penebusan.
c. Utang Terkonversi
Instrumen finansial pada dasarnya merupakan alat pembayaran atau penjaminan
sehingga dapat digunakan oleh pemegangnya untuk melunasi utang. Utang terkonversi atau
konvertibel (convertible debt) merupakan salah satu instrumen finansial tersebut. Sekuritas
utang semacam ini biasanya mempunyai status sebagai kewajiban dan ekuitas sekaligus.
Artinya, pemegang instrumen mempunyai hak istimewa untuk mengubah status utang
menjadi ekuitas setiap saat selama hak tersebut masih berlaku (belum habis). Instrumen
semacam ini merupakan salah satu bentuk dari apa yang disebut sekuritas hibrida (hybrid
securities).
Contoh yang paling sering dijumpai dalam praktik adalah obligasi terkonversi
(convertible bond). Obligasi terkonversi pada umumnya diterbitkan untuk menarik para
investor karena mereka dapat menggeser risiko atau mengubah status sekuritas menjadi
lebih menguntungkan. Hak konversi digunakan untuk menarik investor untuk mengimbangi
tingkat bunga nominal yang terlalu rendah dibanding tingkat bunga umum. Oleh karena itu,
harga perdana biasanya jauh lebih tinggi dari obligasi biasa (nonterkonversi/nonconvertible)
dengan tingkat risiko (rating) yang sama. Kelebihan ini dapat dipandang sebagai harga hak
konversi yang setara dengan hak opsi atau waran (options atau warrants) seandainya saham
diterbitkan secara terpisah.
Hendriksen dan van Breda (1991, hlm. 688) menunjukkan bahwa obligasi terkonversi
biasanya mempunayai karakteristik sebagai berikut:
30
1. Tingkat bunga nominal jauh di bawah tingkat bunga pasar untuk obligasi biasa yang
setara.
2. Harga konversi yang ditetapkan lebih tinggi dari harga pasar saham biasa.
3. Harga konversi tidak pernah menurun selama masa hak konversi kecuali karena
penyesuaian yang diperlukan akibat pengambilan hak yang melekat pada saham
biasa seperti dalam hal terjadi pemecahan saham atau dividen saham.
I. Penyajian
Secara umum, kewajiban disajikan dalam neraca atas dasar urutan kelancarannya sejalan
dengan penyajian aset. PSAK No. 1 (pasal 39) menggariskan bahwa aset lancar disajikan
menurut likuiditas sedangkan kewajiban disajikan menurut urutan jatuh tempo. Ini berarti
kewajiban jangka pendek disajikan lebih dahulu daripada kewajiban jangka panjang. Hal ini
dimaksudkan untuk memudahkan pembaca untuk mengevaluasi likuiditas perusahaan. Dari
segi urutan perlindungan dan jaminan (sequence of protection), utang yang dijamin pada
umumnya disajikan lebih dahulu untuk menunjukkan bahwa dalam hal terjadi likuidasi
utang ini harus dibayar lebih dahulu. Juga, dari sudut urutan perlindungan, kewajiban
disajikan lebih dahulu daripada ekuitas.
PSAK No. 1 menentukan bahwa semua kewajiban yang tidak memenuhi kriteria sebagai
kewajiban jangka pendek harus diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang. Suatu
kewajiban diklasifikasi sebagai kewajiban jangka pendek bila (paragraph 44):
1. diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal operasi
perusahaan; atau
2. jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan dari tanggal neraca.
a. Hak Mengkompensasi
Telah disinggung sebelumnya bahwa kewajiban tidak selayaknya disajikan di neraca
dengan mengkompensasinya atau mengkontraknya dengan aset yang dianggap berkaitan.
Ada kalanya hak mengkompensasi diperbolehkan bila kondisi tertentu dipenuhi. Kondisi ini
biasanya berkaitan dengan apa yang disebut sebagai kontrak bersyarat (conditional
contracts) dan kontrak pertukaran (exchange contracts).
1) Kontrak bersyarat adalah kontrak yang hak dan kewajibannya bergantung pada
timbulnya kejadian masa datang tertentu yang belum tertentu terjadi dan dapat
mengubah saat (timing) penerimaan, penyerahan, atau pertukaran jumlah rupiah atau
instrumen keuangan. Contoh kontrak semacam ini misalnya adalah futures contracts
dan forward purchase-sale contract.
31
2) Kontrak pertukaran adalah kontrak yang mewajibkan adanya pertukaran aset dan
kewajiban di masa datang dan bukan hanya transfer aset dari satu pihak saja. Contoh
kontrak semacam ini misalnya adalah interest rate swaps dan currency swaps.
Hak mengkompensasi adalah hak yuridis debitor, lantaran kontrak atau lainnya, untuk
menghapus semua atau sebagian utang kepada pihak lain dengan cara mengkompensasi
utang tersebut dengan jumlah yang pihak lain berutang kepada debitor. Hak
mengkompensasi dikatakan ada bilamana semua kondisi berikut dipenuhi:
1) Tiap pihak dari dua pihak yang berkontrak utang kepada yang lain suatu jumlah
rupiah tertentu.
2) Pihak pelapor (reporting party) mempunyai hak mengkompensasi jumlah yang
diutangnya dengan jumlah yang diutang pihak lain.
3) Pihak pelapor memang berniat untuk mengkompensasi.
4) Hak mengkompensasi terpaksakan secara hukum.
Transfer Aset Finansial
Untuk melunasi kewajiban, suatu entitas dapat mentransfer asset financial termasuk kas,
barang, atau jasa. Bila kewajiban telah dilunasi dengan mentransfer secara penuh kas,
barang, atau jasa ke debitor maka pada saat itu pelunasan dianggap tuntas. Debitor tidak lagi
terlibat dengan asset atau kreditor secara financial. Perlunasan kewajiban dengan asset
financial juga dapat bersifat tuntas bila penyerahan asset financial bersifat tak bersyarat dan
dianggap sebagai penjualan. Artinya, asset finasial dianggap dijual secara tunai dan kas yang
diterima seketika itu pula dianggap untuk melunasi kewajiban.
Kalau pelunasan kewajiban dilakukan dengan transferan asset financial yang menimbulkan
keterlibatan berlanjut (continuing involvement) pentransferan (transferor) dengan asset
transferan (transferred assets) atau tertransfer (transferee). Dalam hal ini kewajiban tidak
lenyap secara tuntas atau ada kewajiban baru yang berkaitan dengan asset transferan.
Perlunasan Sebelum Jatuh Tempo
Bila kewajiban dilunasi pada saat jatuh tempo, nilai jatuh tempo (nominal) dengan
sendirinya merefleksi nilai sekarang (saat pelunasan) kewajiban sehingga tidak ada selisih
antara jumlah rupiah yang dibayar dan nilai nominal. Nilai jatuh tempo juga akan sama
dengan nilai buku atau nilai bawaan (carrying value) kewajiban karena proses amortisasi
selisih antara nominal dan nilai pasar pada saat penerbitan utang (misalnya obligasi). Selama
beredar, nilai pasar atau nilai sekarang kewajiban berfluktuasi mengikuti tingkat bunga yang
berlaku tetapi pada umumnya fluktuasi tersebut tidak diakui dalam pembukuan debitor.
32
Penarikan kembali obligasi yang beredar adalah suatu transaksi yang mempengaruhi kontrak
debitor atau kreditor tetapi transaksi ini sangat berbeda dengan transaksi aliran kegiatan
operasi dan transaksi penggunaan asset (investasi). Dengan demikian, terdapat pandangan
bahwa untung atau rugi yang berasal dari transaksi tersebut harus dilaporkan sebagai suatu
penyesusian modal. Bergantung pada sifatnya untung atau rugi dapat dilaporkan sebagai pos
diner atau pos ekstraordiner. Kriteria untuk menentukan hal ini adalah apakah pos tersebut
merupakan akibat dari transaksi atau kejadian yang mempunyai sifat sebagai berikut:
1. Sangat berbeda dengan kegiatan operasi rutin kesatuan usaha
2. Tidak diharapkan akan sering terjadi
3. Berpengaruh material terhadap operasi perusahaan secara keseluruhan
APB berargumen bahwa sifat semula pelunasan utang sebelum jatuh tempo pada dasarnya
sama. Untuk perlunasan dengan pendanaan sebenarnya terdapat tiga perlakuan alternative
untuk selisih yaitu:
1.
2.
3.
Selisih diamortisasi selama sisa umur semula utang yang ditarik kembali
Selisih diamortisasi selama umur utang baru yang diterbitkan
Selisih diakui pada saat penarikan dan dilaporkan distatemen laba rugi tahun
bersangkutan
Perlunasan utang sebelum jatuh tempo sama sifatnya dengan perlunasan pada saat jatuh
tempo tanpa memperhatikan cara untuk melaksanakan hal tersebut (dengan pendanaan
kembali atau tidak). Untung atau rugi dapat dilaporkan sebagai pos ordiner atau ektraordiner
tergantung pada penilaian terhadap kondisi yang melingkupi transaksi.
Utang Terkonversi
Instrument financial pada dasarnya merupakan alat pembayaran atau pinjaman sehingga
dapat digunakan oleh pemegangnya untuk melunasi utang. Utang terkontroversi atau
convertible (convertible debt) merupakan salah satu instrument financial tersebut. Sekuritas
utang semacam ini biasanya mempunyai status sebagai kewajiban dan ekuitas sekaligus.
Artinya, pemegang instrument mempunyai hak istimewa untuk mengubah status utang
menjadi ekuitas setiap saat selama hak tersebut masih berlaku (belum habis). Instumen
semacam ini merupakan salah satu bentuk dari apa yang disebut sekuritas hibrida (hybrid
securities).
Contoh yang paling sering dijumpai dalam praktik adalah obligasi terkonversi. Obligasi
terkontroversi pada umumnya diterbitkan untuk menarik para investor karena mereka dapat
menggeser resiko atau mengubah status sekuritas menjadi lebih menguntungkan. Hak
konversi digunakan untuk menarik investor untuk mengimbangi tingkat bunga nominal yang
terlalu rendah dibandingka tingkat bunga umum. Harga perdana biasanya jauh lebih tinggi
33
dari obligasi biasa dengan tingkat resiko yang sama. Jadi, investor bersedia membeli hak
konversi dalam bentuk bunga yang lebih rendah dari bunga obligasi setara yang dijual secara
terpisah. Obligasi terkonversi biasanya mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1) Tingkat bunga nominal jauh dibawah tingkat bunga pasar untuk obligasi biasanya yg
setara
2) Harga konversi yang ditetapkan lebih tinggi dari harga pasar saham biasa
3) Harga konversi tidak pernah menurun selama masa hak konversi kecuali karena
penyesuaian yang diperlukan akibat pengambilan hak yang melekat pada saham
biasa seperti dalam hal terjadi poemecahan saham atau dividen saham
Hal diatas menjadi karakteristik obligasi terkontroversi karena pada umumnya
perusahaan penerbit merupakan perusahaan yang agresif dan sedang berkembang sehingga
memerlukan dana yang cukup murah. Bila prospek perusahaan sangat baik, obligasi
terkontroversi masih tetap menarik bagi investor. Walaupun harga konversi cukup tinggi
pada saat ditawarkan, pada saatnya harga saham dapat menjadi lebih tinggi dari harga
konversi dan prediksi kenaikan harga saham dapat menjadi cukup pasti memicu investor
untuk mengkonversi obligasinya. Karakteristik obligasi terkontroversi menimbulkan
masalah akuntansi pada saat pengakuan, pengkonversian, dan perlunasan.
Pendukung alokasi berargumen bahwa karena utang terkonversi mengandung sifat utang dan
ekuitas, kedua komponen harus diakui secara terpisah. Pandangan ini didasarkan atas
pemikiran sebagai berikut:
a. Hak konversi mempunyai nilai ekonomik sehingga tidak berbeda dengan sifat hak
opsi atau waran. Oleh karena itu, nilai tersebut harus dilaporkan secara terpisah
dengan nilai utang sejalan dengan perlakua hak opsi atau waran. Analogi dengan
goodwill, nilai hak konversi secara logis juga harus dipisahkan. Bila tidak
dipisahkan, akan terjadi inkonsistensi perlakuan akuntansi.
b. Pada saat penerbitan hak konversi atau nilai utang obligasi biasa (tanpa hak konversi)
dapat diukur secara cukup andal sehingga tidak ada kesulitan teknis untuk
mengimplementasi pemisahan tersebut. Nilai ionformasional pemisahan jauh lebih
penting dari masalah kepraktisan sehingga kepraktisan tidak relevan sebagai basis
penolakan pemisahan.
c. Tujuan penerbitan utang terkonversi yang sebenarnya adalah pendanaan dengan
ekuitas. Sifat utang semata-mata untuk melindungi investor dari keadaan jelek yang
dapat menimpa perusahaan (dalam likuidasi, utang diprioritaskan). Oleh karena itu,
pelunasan utang bukan merupakan hal yang diharapkan oleh penerbit.
34
d. Kreditor ataupun agennya bukan merupakan pihak yang terikat dalam kontrak
pembentukan dana pembebasan utang.
Alasan lain yang sering dikemukakan adalah pengawakan kewajiban pada saat tercapainya
pembebasan substantive sama saja dengan mengkompensasi kewajiban dengan aset. Kritik
lain adalah pengawaakuan kewajiban pada saat terjadinya pembebasan substantive dapat
dimanfaatkan oleh debitor untuk melakukan manajemen laba dan peningkatan kinerja secara
kosmetik.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Aset merupakan elemen neraca yang akan membentuk informasi semantik berupa posisi
keuangan bila dihubungkan dengan elemen yang lain yaitu kewajiban dan ekuitas. Aset
merepresentasikan potensi jasa fisis dan nonfisis yang memampukan badan usaha untuk
menyediakan barang dan jasa.
Secara konseptual, pembentuk kos suatu aset adalah semua pengeluaran (pengorbanan
sumber ekonomik) yang terjadi atau yang diperlukan akibat kegiatan pemerolehan suatu aset
sampai tia ditempatkan dalam kondisi siap dipakai atau berfungsi sesuai dengan tujuan
pemerolehannya.
1. Dasar penilaian asset dapat terdiri dari: Historical cost, Current (replacement) cost,
Current market value, Net realizable value dan Present (or discounted) value of
future cash flows.
FASB mendefinisikan Kewajiban adalah pengorbanan manfaat ekonomik masa datang yang
cukup pasti yang timbul dari keharusan sekarang suatu kesatuan usaha untuk mentransfer
aset atau menyediakan/menyerahkan jasa kepada kesatuan lain di masa datang.
Kewajiban mempunyai tiga karakteristik utama yaitu pengorbanan manfaat ekonomik masa
datang,menjadi keharusan sekarang dan timbul akibat transaksi atau kejadian masa lampau.
B. SARAN
36
Sebagai seorang akuntan perlu memahami berbagai model penilaian asset dan
manajemen prosesnya untuk menentukan input yang digunakan untuk pengukuran yang di
gunakan karena asset adalah salah satu komponen dalam laporan keuangan.Untuk
mengembangkan pendekatan audit yang efektif, auditor perlu memahami proses dan
pengendalian penentuan fair value dan melakukan judgement apakah metode pengukuran
klien sudah memadai untuk menghasilkan pengukuran yang reasonable
Kelengkapan kewajiban yang diakui pada neraca dan pengungkapan catatan tentang
kontinjensi dan kewajiban terkadang menjadi masalah bagi suatu akuntan, Mereka
diharuskan untuk mengumpulkan bukti bahwa hutang, akrual, dan kewajiban lainnya
termasuk jumlah yang terhutang oleh entitas kepada pihak lain. Akuntan perlu
mempertimbangkan kemungkinan penyimpangan waktu, di mana kewajiban yang terjadi
sebelum akhir periode keuangan tidak dicatat oleh entitas sampai dimulainya periode
akuntansi yang baru. Selain itu, Akuntan perlu menguji apakah kewajiban dicatat sebesar
nilai yang tepat.
37