Proses
pembuatan
arang
sesungguhnya
dapat
melalui
proses
pengaktifan
fungsinya
dapat
berubah
melalui oksidasi atau pemanasan. Arang aktif terdiri atas 85-95% karbon
dan sisanya berupa hidrogen, oksigen, sulfur, dan nitrogen serta senyawasenyawa lain yang terbentuk dari proses pembuatan (Chand et al.
2005). Volume pori-pori arang aktif biasanya lebih besar dari 0.2 cm /gram
3
Arang aktif dapat dibuat dari berbagai bahan yang mempunyai kandungan
karbon tinggi seperti batubara (coal), tempurung kelapa, limbah industri,
kayu, biji aprikot, kulit singkong, dan kulit kemiri (Suhendra dan Gunawan
2010). Jenis bahan baku yang digunakan akan mempengaruhi mudah atau
tidaknya proses aktivasi serta pengaruh terhadap struktur permukaan
besar dari karbon aktif yang dihasilkan. Bahan baku yang dapat digunakan
untuk pembuatan arang aktif terdiri atas 3 kriteria bahan yaitu bahan dasar
harus mengandung karbon, pengotor pada bahan dasar harus dijaga
seminimal mungkin, dan bahan dasar harus mempunyai kualitas yang
konstan (Maulana 2011). Berbagai standar kualitas arang aktif telah dibuat
oleh negara maju seperti Amerika, Inggris, Korea, Jepang, dan Jerman.
Indonesia telah membuat pula standar mutu arang aktif menurut Standar
Industri Indonesia yaitu SII 0258-79 yang kemudian direvisi menjadi SNI
06-3730-1995.
Sumber : http://cekiwir.com/apa-sih-bedanya-arang-dengan-arang-aktif/
Oleh : arifin_pararaja
Pada abad XV, diketahui bahwa arang aktif dapat dihasilkan melalui
komposisi kayu dan dapat digunakan sebagai adsorben warna dari larutan.
Aplikasi komersial baru dikembangkan pada tahun 1974 yaitu pada industri gula
sebagai
pemucat,
dan
menjadi
sangat
terkenal
karena
kemampuannya
menyerap uap gas beracun yang digunakan pada Perang Dunia I. Arang aktif
merupakan senyawa karbon amorph, yang dapat dihasilkan dari bahan-bahan
yang mengandung karbon atau dari arang yang diperlakukan dengan cara
khusus untuk mendapatkan permukaan yang lebih luas. Arang aktif dapat
mengadsorpsi gas dan senyawa-senyawa kimia tertentu atau sifat adsorpsinya
selektif, tergantung pada besar atau volume pori-pori dan luas permukaan. Daya
serap arang aktif sangat besar, yaitu 25- 1000% terhadap berat arang aktif.
Karena hal tersebut maka karbon aktif banyak digunakan oleh kalangan industri.
Hampir 60% produksi arang aktif di dunia ini dimanfaatkan oleh industri-industri
gula dan pembersihan minyak dan lemak, kimia dan farmasi.
Karbon atau arang aktif adalah material yang berbentuk butiran atau bubuk
yang berasal dari material yang mengandung karbon misalnya batubara, kulit
kelapa, dan sebagainya. Dengan pengolahan tertentu yaitu proses aktivasi
seperti perlakuan dengan tekanan dan suhu tinggi, dapat diperoleh karbon aktif
yang memiliki permukaan dalam yang luas.
yang sangat halus berukuran 0.01-0.0000001 mm. Karbon aktif bersifat sangat
aktif dan akan menyerap apa saja yang kontak dengan karbon tersebut. Dalam
waktu 60 jam biasanya karbon aktif tersebut manjadi jenuh dan tidak aktif lagi.
Oleh karena itu biasanya arang aktif di kemas dalam kemasan yang kedap
udara. Sampai tahap tertentu beberapa jenis arang aktif dapat di reaktivasi
kembali, meskipun demikian tidak jarang yang disarankan untuk sekali pakai.
Reaktifasi karbon aktif sangat tergantung dari metode aktivasi sebelumnya, oleh
karena itu perlu diperhatikan keterangan pada kemasan produk tersebut.
Gambar. 1 Struktur karbon aktif.
Karbon aktif tersedia dalam berbagai bentuk misalnya gravel, pelet (0.8-5 mm)
lembaran fiber, bubuk (PAC : powder active carbon, 0.18 mm atau US mesh
80) dan butiran-butiran kecil (GAC : Granular Active carbon, 0.2-5 mm) dsb.
Serbuk karbon aktif PAC lebih mudah digunakan dalam pengolahan air dengan
sistem pembubuhan yang sederhana.
Serbuk (powder) Butiran (granule) Bongkahan (gravel) Pelet
Bahan baku terlebih dahulu dibuat arang. Selanjutnya arang tersebut digiling,
diayak untuk selanjutnya diaktifasi dengan cara pemanasan pada temperatur
1000 C yang disertai pengaliran uap. Proses fisika banyak digunakan dalam
aktifasi arang antara lain :
a. Proses Briket: bahan baku atau arang terlebih dahulu dibuat briket, dengan
cara mencampurkan bahan baku atau arang halus dengan ter. Kemudian,
briket yang dihasilkan dikeringkan pada 550 C untuk selanjutnya diaktifasi
dengan uap.
b. Destilasi kering: merupakan suatu proses penguraian suatu bahan akibat
adanya pemanasan pada temperatur tinggi dalam keadaan sedikit maupun
tanpa udara. Hasil yang diperoleh berupa residu yaitu arang dan destilat
yang terdiri dari campuran metanol dan asam asetat. Residu yang dihasilkan
bukan merupakan karbon murni, tetapi masih mengandung abu dan ter.
Hasil yang diperoleh seperti metanol, asam asetat dan arang tergantung
pada bahan baku yang digunakan dan metoda destilasi. Diharapkan daya
serap arang aktif yang dihasilkan dapat menyerupai atau lebih baik dari pada
daya serap arang aktif yang diaktifkan dengan menyertakan bahan-bahan
kimia. Juga dengan cara ini, pencemaran lingkungan sebagai akibat adanya
penguraian senyawa-lenyawa kimia dari bahan-bahan pada saat proses
pengarangan dapat diihindari. Selain itu, dapat dihasilkan asap cair sebagai
hasil pengembunan uap hasil penguraian senyawa-senyawa organik dari
bahan baku.
Ada empat hal yang dapat dijadikan batasan dari penguraian komponen kayu
yang terjadi karena pemanasan pada proses destilasi kering, yaitu:
1. Batasan A adalah suhu pemanasan sampai 200 C. Air yang terkandung dalam
bahan baku keluar menjadi uap, sehingga kayu menjadi kering, retak-retak
dan bengkok. Kandungan karbon lebih kurang 60 %.
dekomposisi
menghasilkan
ter,
metanol
dan
hasil
samping
3. Aktifasi : dekomposisi tar dan perluasan pori-pori. Dapat dilakukan dengan uap
atau CO sebagai aktifator.
2
Proses aktifasi merupakan hal yang penting diperhatikan disamping bahan baku
yang digunakan. Yang dimaksud dengan aktifasi adalah suatu perlakuan
terhadap arang yang bertujuan untuk memperbesar pori yaitu dengan cara
memecahkan
ikatan
hidrokarbon
atau
mengoksidasi
molekul
molekul
daya adsorpsi. Metoda aktifasi yang umum digunakan dalam pembuatan arang
aktif adalah:
1. Aktifasi Kimia.
Aktifasi ini merupakan proses pemutusan rantai karbon dari senyawa organik
dengan pemakian bahan-bahan kimia. Aktifator yang digunakan adalah bahanbahan kimia seperti: hidroksida logam alkali garam-garam karbonat, klorida,
sulfat, fosfat dari logam alkali tanah dan khususnya ZnCl , asam-asam anorganik
2
seperti H SO dan H PO .
2
2. Aktifasi Fisika.
Aktifasi ini merupakan proses pemutusan rantai karbon dari senyawa
organik dengan bantuan panas, uap dan CO . Umumnya arang dipanaskan
2
rendah
merupakan
reaksi
eksoterm
sehingga
sulit
untuk
tinggi merupakan reaksi endoterm, sehingga lebih mudah dikontrol dan paling
umum digunakan.
Beberapa bahan baku lebih mudah untuk diaktifasi jika diklorinasi terlebih
dahulu. Selanjutnya dikarbonisasi untuk menghilangkan hidrokarbon yang
terklorinasi dan akhimya diaktifasi dengan uap. Juga memungkinkan untuk
memperlakukan arang kayu dengan uap belerang pada temperatur 500C dan
kemudian desulfurisasi dengan H untuk mendapatkan arang dengan aktifitas
2
bertambah
lamanya
destilasi
serta
bertambah
tingginya
karena banyak terbentuk abu sehingga menutupi pori-pori yang berfungsi untuk
mengadsorpsi. Sebagai akibatnya daya serap arang aktif akan menurun.
Selanjutnya campuran arang dan aktifator dipanaskan pada temperatur dan
waktu tertentu. Hasil yang diperoleh, diuji daya serapnya terhadap larutan
Iodium.
Menurut SII No.0258 -79, arang aktif yang baik mempunyai persyaratan
seperti yang tercantum pada tabel berikut ini:
Tabel. 1 Spesifikasi karbon aktif.
Jenis
Persyaratan
Maksimum 15%
Air
Maksimum 10%
Abu
Maksimum 2,5%
Tidak nyata
Minimum 20%
Karbon aktif terbagi atas 2 tipe yaitu arang aktif sebagai pemucat dan
arang aktif sebagai penyerap uap.
1. Arang aktif sebagai pemucat.
Biasanya berbentuk serbuk yang sangat halus dengan diameter pori
mencapai 1000 A yang digunakan dalam fase cair. Umumnya berfungsi untuk
0
memindahkan zat-zat penganggu yang menyebabkan warna dan bau yang tidak
diharapkan dan membebaskan pelarut dari zat zat penganggu dan kegunaan
yang lainnya pada industri kimia dan industri baru. Arang aktif ini diperoleh dari
serbuk serbuk gergaji, ampas pembuatan kertas atau dari bahan baku yang
mempunyai densitas kecil dan mempunyai struktur yang lemah.
dalam fase gas yang berfungsi untuk memperoleh kembali pelarut atau katalis
pada pemisahan dan pemurnian gas. Umumnya arang ini dapat diperoleh dari
tempurung kelapa, tulang, batu bata atau bahan baku yang mempunyai struktur
keras.
Sehubungan dengan bahan baku yang digunakan dalam pembuatan arang
aktif untuk masing- masing tipe, pernyataan diatas bukan merupakan suatu
keharusan.
Dengan proses oksidasi karbon aktif yang dihasilkan terdiri dari dua jenis,
yaitu :
1. L-karbon (L-AC)
Karbon aktif yang dibuat dengan oksidasi pada suhu 300 C 400 C (570 o
750 F) dengan menggunakan udara atau oksidasi kimia. L-AC sangat cocok
o
2+
2+
logam basa. Regenerasi dari L-AC dapat dilakukan menggunakan asam atau
garam seperti NaCl yang hampir sama perlakuannya pada pertukaran ion.
2. H-karbon (H-AC)
Karbon aktif yang dihasilkan dari proses pemasakan pada suhu 800 -1000 C
o
permukaan yang bersifat basa sehingga tidak efektif dalam mengadsorbsi logam
berat
alkali
pada
suatu
larutan
air tetapi
sangat
lebih
effisien
dalam
harus
mudah
dibersihkan
dan
dipelihara.
Tangki
ini
harus
mempunyai lapisan anti karat seperti cat epoxy atau bitumastik untuk
melindunginya dari pengkaratan.
4. Pipa pembawa larutan karbon aktif bubuk harus dipasang menurun/landai
menuju tempat pembubuhan, dengan perlengkapan untuk mendorong karbon
yang mungkin mengendap dan menyumbat didalam pipa. Pipa harus terbuat
dari bahan bebas karat dan bebas erosi seperti karet, plastik dan besi baja.
Pendorong pipa dan mata pisau pencampur dalam tangki penyimpanan dan
tangki harus terbuat dari besi baja untuk menahan karat dan erosi.
5. Masalah yang paling umum dalam pengoperasian karbon aktif bubuk adalah
penanganan bahan kimia. Karena berbentuk bubuk, maka debu merupakan
masalah utama, khususnya jika sistem pencampuran kering digunakan.
6. Jika karbon aktif bubuk digunakan secara terus menerus atau jika sejumlah
besar digunakan dalam waktu tertentu, pengalihan ke sistem basah harus
dipertimbangkan
7. Pada instalasi pengolahan air, karbon aktif yang mengalir melewati saringan
dan memasuki sistem distribusi dapat menghasilkan air hitam. Air hitam
biasanya disebabkan oleh koagulasi yang tidak sempurna atau dosis karbon
aktif
yang
tinggi
ditambahkan
sesaat
sebelum
penyaringan.
Untuk
senyawa
yang
dapat
diadsorpsi
oleh
arang
aktif,
tetapi
dipengaruhi oleh gugus fungsi, posisi gugus fungsi, ikatan rangkap, struktur
rantai dari senyawa serapan.
2. Temperatur
Dalam pemakaian arang aktif dianjurkan untuk mengamati temperatur
pada saat berlangsungnya proses. Faktor yang mempengaruhi temperatur
proses adsoprsi adalah viskositas dan stabilitas thermal senyawa serapan. Jika
pemanasan tidak mempengaruhi sifat-sifat senyawa serapan, seperti terjadi
perubahan warna maupun dekomposisi, maka perlakuan dilakukan pada titik
didihnya. Untuk senyawa volatil, adsorpsi dilakukan pada temperatur kamar atau
bila memungkinkan pada temperatur yang lebih rendah.
3. pH (Derajat Keasaman).
Untuk asam-asam organik, adsorpsi akan meningkat bila pH diturunkan,
yaitu
dengan
penambahan
asam-asam
mineral.
Ini
disebabkan
karena
No.
1.
Pemakai
Kegunaan
Jenis/ Mesh
830, 325
rasa
2.
48, 412
minuman
3.
Kimia perminyakan
48, 412,
830
4.
Pembersih air
5.
Pemurnian, penghilangan
48, 412
6.
Industri gula
48, 412
7.
48, 412,
830
8.
Pemurnian gas
48, 412
9.
Katalisator
48, 430
10.
Pengolahan pupuk
Sumber : http://smk3ae.wordpress.com/2008/05/26/karbon-aktif-tinjauanliteratur/
830